Anda di halaman 1dari 6

IUFD (Intrauterine fetal death)

ETIOLOGI
Secara umum:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Perdarahan; plasenta previa dan solusio placenta


Pre eklampsi dan eklampsi
Penyakit-penyakit kelainan darah
Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular
Penyakit-penyakit saluran kencing; bakteriuria, peelonefritis,
glomerulonefritis dan payah ginjal
Penyakit endokrin; diabetes melitus, hipertiroid
Malnutrisi dan sebagainya.

Fetal (25-40%)

Anomali/malformasi kongenital mayor : Neural tube defek, hidrops, hidrosefalus,

kelainan jantung congenital


Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan
genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi.
Jarang dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain
biayanya mahal, juga sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari

plasenta janin sehingga berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.
Kelainan kongenital (bawaan) bayi
Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi
cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa
menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari
banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau

terjadi kelainan pada paru-parunya.


Janin yang hiperaktif
Gerakan janin yang berlebihan apalagi hanya pada satu arah saja- bisa mengakibatkan
tali pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh
darah yang mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan
tersumbat. Tak hanya itu, tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa
membentuk tali simpul yang mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat
ini kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu
diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak biasa saat hamil.

Infeksi janin oleh bakteri dan virus.

Placental (25-35%)

Abruption
Kerusakan tali pusat
Infark plasenta
Infeksi plasenta dan selaput ketuban
Intrapartum asphyxia
Plasenta Previa
Twin to twin transfusion S
Chrioamnionitis
Perdarahan janin ke ibu
Solusio plasenta

Maternal (5-10%)

Antiphospholipid antibody
DM
Hipertensi
Trauma
Abnormal labor
Sepsis
Acidosis/ Hypoxia
Ruptur uterus
Postterm pregnancy
Obat-obat
Thrombophilia
Cyanotic heart disease
Epilepsy
Anemia berat
Kehamilan lewat waktu (postterm)
Kehamilan lebih dari 42 minggu. Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan
mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan
asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan
hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa
dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri
umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan
dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal kehamilan dan
akhir kehamilan melalui USG.

Faktor Resiko
1.

Status sosial ekonomi rendah

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tingkat pendidikan ibu yang rendah


Usia ibu >30 tahun atau <20 tahun
Partias pertama dan partias kelima atau lebih
Kehamilan tanpa pengawasan antenatal
Kehamilan tanpa riwayat pengawasan kesehatan ibu yang inadekuat
Riwayat kehamilan dengan komplikasi medik atau obstetric

(Nurizka, 2011)

DIAGNOSA BANDING
Gejala dan Tanda yang Selalu Gejala

dan

Tanda

yang

Ada
Kadang- Kadang Ada
1. Gerakan janin berkurang atau
hilang,nyeri

KemungkinanDiagnosis
Solutio Plasenta

perut

hilangtimbul

atau
1. Syok,

menetap,perdarahan

uterus

tegang/kaku,

gawat janin atau DJJ tidak

pervaginamsesudah hamil 22 terdengar.


minggu.

2.

Gerakan Janin dan DJJ tidak


2.

Syok,

perut Ruptur Uteri

ada, perdarahan dan nyeri kembung/cairan bebas intra


hebat.

abdominal,

kontur

uterus

abnormal, abdomen nyeri,


bagian-bagian janin teraba,
denyut nadi ibu cepat.

3.

Cairan ketuban bercampur

3. Gerakan janin berkurang atau mekoneum.


hilang,

DJJ

(<100x/menit

Gawat Janin

abnormal
atau

>180x/menit).
4.

Tanda-tanda

kehamilan

4.

Gerakan Janin/DJJ hilang

berhenti.

Kematian janin

(Holingwor, 2002)

PENATALAKSANAAN
1. Periksa Tanda Vital
2. Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari. Tandatandanya berupa overlopping tulang tengkorak, hiperfleksi columna vertebralis,
gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.
3. USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan kematian janin
dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut
jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang
4. Jelaskan seluruh prosedur pemeriksaan dan hasilnya serta rencana tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien dan keluarganya. Bila belum ada kepastian sebab kematian,
hindari memberikan informasi yang tidak tepat.
5. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu
didampingi oleh orang terdekanya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat lahir
pervaginam.
6. Rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi maupun ekspektatif, perlu
dibicarakan dengan pasien dan keluarganya, sebelum keputusan diambil.
7. Bila pilihan adalah pada ekspektatif : Tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu,
yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi komplikasi .
8. Bila pilihan adalah manajemen aktif : induksi persalinan menggunakan oksitosin atau
misoprostol. Seksio sesarea merupakan pilihan misalnya pada letak lintang.
9. Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan penanganan
aktif.
10. Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu :
Jika servik matamg, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau

prostaglandin
Jika servik belum matang, lakukan pematangan servik dengan prostaglandin
aatu kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena beresiko

infeksi.
Persalinan dengan seksio sesaria merupakan alternatif terakhir.

11. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks
belum matang matangkann serviks dengan misoprostol :
Tempatkan misoprostol 25 mg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6 jam
Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mg misoprostol, naikkan dosis menjadi 50
mg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mg setiap kali dan jangan
melebihi dosis.
12. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotic untuk metritis
13. Jika tes pembekuan darah sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,
waspada koagulopati.
14. Beriakn kesempatan kepada Ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan
kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
15. Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta
dan infeksi.
(Sarwono, 2001)

JENIS JENIS PERSALINAN UNTUK JANIN MATI


1.
Pertolongan persalinan dengan perforasi kronioklasi
Perforasi kronioklasi merupakan tindakan beruntun yang dilakukan pada bayi yang
meninggal di dalam kandunagan untuk memperkecil kepala janin dengan perforation
dan selanjutnya menarik kepala janin (dengan kranioklasi) tindakan ini dapat
dilakukan pada letak kepala oleh letak sungsang dengan kesulitan persalinan kepala.
Dngan kemajuan pengawasan antenatal yang baik dan system rujukan ke tempat
yang lebih baik, maka tindakan proferasi dan kraioklasi sudah jarang dilakukan.
Bahaya tindakan proferasi dan kraniioklasi adalah perdarahan infeki, trauma jalan
2.

lahir dan yang paling berat ruptira uteri( pecah robeknya jalan lahir).
Pertolongan persalinan dengn dekapitasi
Letak lintang mempunyai dan merupakan kedudukan yang sulit untuk dapat lahir
normal pervaginam. Gegagalan pertolongan pada letak lintang menyebabkan
kematian janin, oleh karena itu kematian janin tidak layak dilkukan dengan seksio
sesaria kecuali pada keadaan khusus seperti plasenta previa totalis, kesempitan
panggul absolute. Perslinan di lakukan dengan jalan dekapitasi yaitu dengan

3.

memotong leher janin sehingga badan dan kepala janin dapat di lahirkan.
Pertolongan persalinan dengan eviserasi
Eviserasi adalah tindakan operasi dengan mengeluarkan lebih dahulu isi perut dan
paru (dada) sehingga volume janin kecil untuk selanjutnya di lahirkan.
Eviserasi adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja di ruang sempit untuk
memperkecil

volume

janin

bahaya

yang

selalu

mengancam

adalah

perdarahan,infeksi dan trauma jalan lahir dengan pengawasan antalnatal yang baik,
situasi kehamilan dengan letek lintang selalu dapat di atasi dengan versi luar atau
seksio sesaria.
Pertolongan persalinan dengan kleidotomi
Kleidotomi adalah memotong tulang klavikula (tulang selangka) sehingga volume

4.

bahu mengecil untuk dapat melahirkan bahu. Kleidotomi masih dapat dilakukan
pada anak hidup, bila diperlukan pada keadaan gangguan persalinan bahu pada anak
yang besar. (Saifuddin, 2009)

DAFTAR PUSTAKA
Holingwor, Tony. 2002. Diagnosis Banding Dalam Obstetri dan Ginekologi A-Z. EGC:
Jakarta.
Nurizka, Nani. 2011. IUFD (Intra Uterin Fetal Death).

http://sehat-aja-

yuk.blogspot.com/2011/04/iufd-intra-uterin-fetal-death.html (diaksess pada 29 oktober 2013)


Sarwono, Prawirohardjo. 2008. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohadjo. Jakarta..
Saifuddin,

Abdul

Bari.

BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo

2009.

IlmuKebidanan.

Jakarta:

PT

Anda mungkin juga menyukai