Pada logam yang sama, salah satu bagian permukaannya dapat menjadi anoda dan
bagian permukaan lainnya menjadi katoda. Hal ini bisa saja terjadi karena kemungkinan
logam terdiri dari phase yang berbeda, karena permukaan logam dilapisi dengan kondisi
coating yang berbeda, atau karena di permukaan logam
terdapat lebih dari satu macam elektrolit.
Logam dapat dicelupkan pada elektrolit atau permukaan logam dapat digenangi oleh
elektrolit dan membentuk lapisan tipis. Laju korosi bergantung pada konduktifitas listrik
elektrolit. Air murni memiliki konduktifitas listrik yang kurang baik sehingga laju korosi yang
terjadi akan lebih rendah jika dibandingkan dengan larutan asam yang memiliki konduktifitas
listrik tinggi.
Salah satu contohnya adalah korosi yang terjadi antara seng dan asam HCl. Berikut ini
merupakan gambaran reaksi elektrokimia yang terjadi;
Zn + 2HCl ZnCl2 + H2
(1)
Seng bereaksi dengan larutan asam sehingga membentuk seng clorida dan
melepaskan gas hidrogen ke udara. Reaksi ionik yang terjadi adalah sebagai berikut;
+
2+
(2)
Zn + 2H + 2Cl Zn + 2Cl + H2
-
Zn + H2
Reaksi di atas dapat dibagi menjadi reaksi anoda dan reaksi katoda.
2+
Zn Zn + 2e reaksi anoda
+
(3)
2H + 2e H2 reaksi katoda
(4)
Reaksi elektrokimia seperti pada (3) dan (4) hanya dapat terjadi pada nilai tertentu saja.
Jika tersedia elektron pada (4), maka potensial pada permukaan akan menjadi lebih negatif,
kelebihan
elektron
akan
mengakibatkan
arus
negatif
terkumpul pada logam atau pada larutan menunggu reaksi berikutnya terjadi. Reaksi tidak
akan cukup cepat untuk mengakomodasi semua elektron yang tersedia. Potensial arus negatif
ini disebut dengan polarisasi katodik. Kekurangan elektron pada metal karena pelepasan
elektron yang terjadi pada (3) pada larutan akan menghasilkan perubahan arus positif
yang disebut dengan polarisasi anoda. Jika kekurangan
semakin
besar,
kecendrungan
elektron (polarisasi)
terjadi
E,laju reaksi
anoda atau laju korosi secara umum akan meningkat. Polarisasi anoda dapat didefinisikan
sebagai a = E - Ecorr. Tanpa polarisasi, laju korosi akan
terjadi
sangat
cepat.
Polarisasi akan menurunkan reaksi korosi dan memperkecil logam yang hilang dengan cara
merubah potensial pada anoda atau katoda atau pada keduanya, sehingga perbedaan potensial
di antara kedua berubah menjadi minimum.
Kemampuan logam untuk menahan korosi biasanya bergantung pada posisi mereka
dalam deret elektrokimia.
Element
Magnesium
Zinc
Aluminium
Chromium
Iron
Cadmium
Cobalt
Nickel
Tin
Lead
Hydrogen
Antimony
Copper
Silver
Ion
Mg
2+
0.7
-1.35
0.5
2+
-0.76
0.7
2+
-0.6
0.32
2+
-0.44
0.18
2+
-0.4
0.5
2+
-0.29
2+
-0.22
0.15
2+
-0.14
0.45
-0.13
0.45
Al
Zn
Cr
Fe
Cd
Co
Ni
Sn
Pb
0.00
3+
+0.11
0.42
2+
+0.34
0.25
+0.8
0.1
Sb
Cu
+
Ag
3+
Au
Oxygen
OH
Cl
Hydrogen
Overvoltage
(Volts)
3+
Gold
Chlorine
Electrode Potential
(Volts)
0.35
+0.4
+1.36
Jika dua buah logam yang jenisnya berbeda terpisah sangat jauh pada deret
elektrokimia, maka arus listrik yang dihasilkan karena kontak yang terjadi diantara keduanya
akan semakin besar. Logam yang berada pada deretan tabel bagian atas adalah logam yang
aktif, sedangkan logam yang berada pada tabel bagian bawah adalah logam noble. Jadi,
semakin kearah atas tabel maka logam akan semakin mudah terkorosi dan semakin ke arah
bawah tabel maka logam akan semakin terproteksi.
Salah satu contohnya adalah korosi yang terjadi antara tembaga dan besi baja
yang direndam dalam larutan asam.
Gambar 2.4 Korosi yang terjadi antar tembaga dan besi baja
2.2
Jenis-Jenis korosi
Berdasarkan bentuk dan tempat terjadinya, korosi terbagi dalam beberapa jenis
antara lain; korosi merata (uniform corrosion), korosi sumuran, korosi antar butir, korosi
erosi, korosi galvanik dan korosi celah dan masih banyak lainnya. Berikut ini merupakan
penjelasannya;
adanya
endapan dipermukaan material, serta adanya bagian yang cacat pada material.
karena adanya impuritas atau pengotor pada batas butir dan dan terjadi secara lokal
disepanjang batas butir pada logam paduan.
Gambar di atas menunjukkan sebuah logam stainless steel yang terkorosi pada
bagian yang terkena panas dimana jaraknya tidak jauh dari bagian las-lasan. Ini merupakan
tipikal dari korosi antar butir pada austenic stainless steel. Korosi tipe ini dapat dihilangkan
dengan menggunakan stailess steel 321 atau 347 atau dengan menggunakan stainless stell
yang tingkat karbonnya rendah (304L atau 316L)
Bagian permukaan logam yang terkena korosi biasanya relatif lebih bersih jika
dibandingkan dengan permukaan logam yang terkena korosi jenis lain. Erosi korosi dapat
dikendalikan dengan menggunakan material yang terbuat dari logam yang keras, merubah
kecepatan alir fluida atau merubah arah aliran fluida.
pasangkan dan direndam dalam cairan yang sifatnya korosif. Logam yang rebih aktif atau
anoda akan terkorosi, sementara logam yang lebih noble atau katoda tidak akan terkorosi.
Pada tabel galvanisasi, aluminium dan seng lebih aktif jika dibandingkan dengan baja.
Metal
Volt
-1.75
-1.6
Zinc
-1.1
-1.05
-0.8
-0.5 sd -0.8
-0.2 sd -0.5
-0.5
Lead
-0.5
-0.2
-0.2
-0.2
-0.2
+0.3
Korosi galvanik ini banyak terjadi pada benda yang menggunakan lebih dari satu
macam logam sebagai komponennya, misalnya pada automotif. Jika aluminium terhubung
langsung dengan baja, maka aluminium akan terkorosi. Untuk mengatasi hal ini, maka di
antara aluminium dan baja harus ditempatkan sebuah benda non logam atau isolator untuk
memisahkan kontak listrik di antara keduanya.
Mekanisme korosi galvanik biasanya digunakan untuk sistem proteksi pada komponen
baja, misalnya proteksi pada lambung kapal, tiang penyangga dermaga, pipa baja, tiang
penyangga jembatan dan lain sebagainya.
2.3
Laju Korosi
Korosi sangat dipengaruhi oleh lingkungan misalnya temperatur pH, oksigen,
kecepatan fluida, dan zat-zat oksidator. Untuk menghitung laju korosi, terdapat dua metode
yang dapat digunakan antara lain metode kehilangan berat atau weight gain loss (WGL) dan
metode elektrokimia.
R=
534 W
DAT
(2.1)
Dimana
R
Satuan laju korosi MPY diatas dapat dikonversi dalam beberapa tipe satuan lainnya, antara
lain 1 mpy = 0.0254 mm/yr = 25.4 m/yr = 2.90 mm/h = 0.805 pm/s.
R=
Dimana
R
87600 W
DAT
(2.2)
R=
87.6 W
DAT
(2.3)
Dimana
R
2.4
Lima macam metode yang digunakan untuk mengontrol korosi adalah pelapisan atau
coating, perlakuan lingkungan, pemilihan material, desain berlebih dan proteksi katodik.
2.4.1 Pelapisan
Pelapisan merupakan cara yang paling umum dilakukan untuk melindungi logam dari
serangan korosi. Pelapis yang dapat digunakan antara lain cat, logam (galvanisasi, plastik dan
semen. Pada dasarnya pelapis-pelapis ini berfungsi untuk melindungi logam dari reaksi yang
tidak menguntungkan dengan lingkungan, oleh karena itu pelapis-pelapis ini harus bersifat
mudah dilapiskan, memiliki daya adhesi
mempunyai
beda
potensial
cukup
besar
untuk
menghasilkan
arus
listrik.
Penggunaan proteksi katodik secara efektif akan menyediakan proteksi yang baik pada seluruh
area permukaan material. Kombinasi coating dan proteksi katodik akan memberikan pilihan
yang lebih ekonomis dan efektif untuk memproteksi material pada lingkungan tanah dan
air laut.
Terdapat tiga macam material yang dibiasanya digunakan dalam proteksi katodik untuk
material baja, yaitu magnesium, seng dan aluminium. Pemilihan anoda untuk proteksi
tergantung pada restifitas dan elektrolit yang akan digunakan. Berikut ini merupakan
keterangannya;
Magnesium
Anoda
magnesium
lingkungan
tanah.
biasanya
Terdapat
digunakan
dua
buah
untuk proteksi
alloy megnesium
katodik
pada
yang
umum
Alloy menghasilkan tegangan keluaran yang lebih rendah yaitu -1.40 volt relatif
terhadap tembaga sulfat. Pemilihan alloy magnesium pada proteksi katodik
membutuhkan pertimbangan kebutuhan arus, resistifitas tanah, dan biaya yang akan
dikeluarkan. Standar kimia yang dibutuhkan pada alloy magnesium adalah sebagai
berikut;
Seng
Anoda seng digunakan untuk protesi katodik pada lingkungan tanah yang memiliki
resistifitas rendah, beberapa kondisi air seperti air laut, air payau dan air tawar. Berikut
ini merupakan tabel komposisi anoda seng untuk pengunaan pada lingkungan air laut.
Anoda seng yang standar digunakan pada proteksi katodik di lingkungan air laut dan
lingkungan air payau adalah mengandung aluminium dan cadminium.
Aluminium
Anoda aluminium digunakan pada lingkungan air laut dan beberapa kondisi air tawar.
Aluminium memiliki umur yang lebih panjang jika dibandingkan dengan magnesium.
Aluminium juga memiliki arus dan karakteristik berat yang lebih baik jika
dibandingkan dengan seng. Dalam pembuatannya aluminium biasanya dicampur
dengan mercuri, antimoni, indium, tin.
Material anoda yang dipilih harus dipertimbangkan dari material yang akan
diproteksi. Anoda harus lebih reaktif jika dibandingkan dengan material yang akan
diproteksi. Kelemahan dari proteksi katodik sistem anoda korban ini adalah terbatasnya
umur pakai anoda serta arus proteksi yang dapat digunakan. Dengan demikian anoda
korban harus diganti secara berkala.