Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan senyawa yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kelangsungan hidup di muka bumi. Menurut Kodoatie (2008) Air merupakan sumber
kehidupan, semua makhluk membutuhkan air. Untuk kepentingan manusia, makhluk
hidup dan kepentingan lainnya, ketersediaan air dari segi kualitas maupun kuantitas
mutlak yang diperlukan. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan
perkembangan teknologi, kebutuhan akan air juga meningkat khususnya air bersih.
Manfaat air bagi kehidupan kita antara lain untuk kebutuhan rumah tangga yaitu sebagai
air minum, mandi, memasak, mencuci, kebutuhan industri, air irigasi untuk pertanian
sampai pembangkit listrik tenaga air, sehingga semua orang dapat memanfaatkan air
secara bijak dan menjaganya terhadap pencemaran.
Air di Indonesia sangat melimpah, hal ini karena Indonesia merupakan Negara
kepulauan. Sumber-sumber air baku di Indonesia ini dapat dibedakan atas 3 bagian
yaitu : yang pertama air permukaan yaitu air yang berasal dari sungai dan danau, yang
kedua air tanah yaitu air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah
permukaan tanah dan mata air yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke
permukaan tanah. Kota Cimahi meliputi 3 Kecamatan yang terdiri dari : Kecamatan
Cimahi Utara, Kecamatan Cimahi Tengah dan Kecamatan Cimahi Selatan. Secara
geografis sungai yang melalui Kota Cimahi adalah Sungai Cimahi dengan anak
sungainya ada lima yaitu Kali Cibodas, Ciputri, Cimindi, Cibeureum dan Kali Cisangkan
sementara itu mata air yang terdapat di Kota Cimahi adalah mata air Cikuda dan mata air
Cisintok. Akan tetapi, hal ini tidak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat sekitar.
Sebaliknya

masyarakat

kebanyakan

menyalahgunakan

kelebihan

ini

dengan

mencemarinya.
Pencemaran air adalah perubahan susunan zat air akibat dari polutan asing yang
masuk di dalamnya sehingga kualitas air menjadi rendah dan tidak layak dikonsumsi
bahkan bisa menyebabkan kematian. Sumber - sumber yang mengakibatkan air tersebut
tercemar berasal dari limbah-limbah industri dan limbah domestik yang dibuang dan
dialirkan ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu. Semua akhirnya bermuara di
sungai dan pencemaran air ini dapat merugikan manusia apabila mengkonsumsi air ini.
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

Sumber air yang tercemar dapat di atasi dengan beberapa cara, diantaraya yaitu
pengolahan secara fisika yang terdiri dari Screening (penyaringan), Comminution,
Pengendapan (sedimentasi), Pengapungan (Flotation), Filtrasi (penyaringan), Flokulasi,
elektrokoagulasi dan lain-lain. Adapula pengolahan secara kimia yang terdiri dari
pengendapan

secara

kimia,

perpindahan

gas,

koagulasi,

adsorbsi,

desinfeksi,

dechlorinasi. Penelitian ini mencoba memanfaatkan metode elektrokoagulasi yang dapat


digunakan untuk mengolah limbah cair dan memiliki beberapa keuntungan dibandingkan
dengan koagulasi yang menggunakan bahan kimia. Elektrokoagulasi yang dapat
dilakukan untuk mengurangi bahkan menghilangkan zat pengotor dalam air serta
mengurangi kekeruhan warna, pH, Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical
Oxygen Demand (COD) dan Total Dissolved Solids (TDS). Elektrokoagulasi bukan
merupakan teknologi yang baru, akan tetapi teknologi ini belum digunakan secara luas
oleh industri dikarenakan mahalnya investasi awal untuk membangun instalasi
pengolahan tersebut dibandingkan dengan terhadap teknologi pengolahan limbah cair
lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu upaya mengolah
sumber air baku yang tercemar industri serta untuk mengetahui seberapa besar metode
elektrokoagulasi dapat menurunkan kadar Chemical Oxygen Demand (COD),
Biochemical Oxygen Demand (BOD), Total Dissolved Solids (TDS) dan Kekeruhan
(turbidity) pada limbah cair industri di sekitar daerah Kota Cimahi.
1.3 Tujuan penelitian
1. Mengamati fenomena yang terjadi selama proses elektrokoagulasi berlangsung.
2. Mempelajari parameter optimum untuk mengolah air baku yang tercemar limbah
industri.
3. Mengolah air baku yang berasal dari aliran sungai di sekitar kota Cimahi sehingga
memenuhi baku mutu air bersih.

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

1.4 Ruang Lingkup


Air yang diolah berasal dari aliran sungai yang berada di sekitar kota Cimahi yang
melewati industri. Metoda yang digunakan pada proses pengolahan air baku adalah
metoda elektrokoagulasi karena metoda ini diyakini dapat digunakan untuk menurunkan
Chemical Oxygen Demand (COD), Biochemical Oxygen Demand (BOD), Total
Dissolved Solids (TDS) dan Kekeruhan (turbidity) pada air baku yang tercemar limbah
industri.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Bersih


Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri dari
hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air merupakan suatu cairan
yang bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah maupun buatan manusia
hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. Dengan demikian, di dalam air terkandung
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

zat-zat terlarut. Zat-zat ini sering disebut pencemar yang terdapat dalam air (Linsley,
1991).
Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Tidak akan ada
kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air. Air yang relatif bersih sangat
didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan kehidupan sehari-hari, untuk keperluan
industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain
sebagainya.
Untuk mendapatkan air yang baik sesuai standar peraturan pemerintah Indonesia
persyaratan standar air bersih diantaranya :
1. Sifat fisik antara lain : air harus bersih, tidak berbau, tidak keruh, tidak berwarna,
tidak berasa, suhu antara 10-25 C dan tidak meninggalkan endapan.
2. Sifat kimia antara lain : tidak mengandung bahan atau zat-zat kimia beracun, cukup
yodium, pH antara 6,5 9,2.
3. Mikrobiologi : Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus,
kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.
Air bersih saat ini semakin sulit dikarenakan air sudah banyak yang tercemar oleh
bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah rumah tangga, limbah
kegiatan industri dan berbagai macam kegiatan-kegiatan lainnya.
Walaupun penetapan standar air bersih tidak mudah namun ada kesepakatan bahwa air
yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air, akan tetapi di dasarkan pada keadaan
normalnya. Apabila mengalami penyimpangan dari keadaan normal maka air itu telah
dikatakan mengalami pencemaran. Sebagai contoh air yang di ambil dari sumber dari
pegunungan dan air hujan dianggap sebagai air bersih namun masih terdapat bakteri
walaupun dapat dipanaskan terlebih dahulu sampai 100C. Tetapi untuk mineral logam
lainnya tidak bisa dihilangkan dengan cara dipanaskan sampai 100 C.
2.1.1 Sumber-sumber air
Sumber air merupakan komponen penting untuk penyediaan air bersih karena tanpa
sumber air maka suatu sistem penyediaan air bersih tidak akan berfungsi.
Berdasarkan sumbernya air dapat digolongkan menjadi 4 yaitu :
a. Air permukaan
Air permukaan adalah air yang tergenang atau air yang mengalir, seperti danau,
sungai dan air laut. Pada dasarnya air permukaan berasal dari air hujan yang meliputi
campuran dari air limpasan permukaan, air dalam tanah yang keluar segera kepermukaan
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

tanah, air permukaan tersebut mengisi lekuk-leuk tanah dan selanjutnya mengalir ke
daerah yang lebih rendah permukaan, dan akhirnya akan bermuara ke laut. Dengan
demikian terbentuknya apa yang disebut dengan anak sungai, sungai, kolam, danau, rawa
dan akhirnya ke laut.
Salah satu contoh air permukaan adalah sungai yang memiliki derajat pengotoran
yang tinggi sekali. Hal ini karena selama pengalirannnya mendapat pengotoran, misalnya
oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Oleh
karena itu dalam penggunaannya sebagai air minum harus mengalami suatu pengolahan
yang sempurna.
b. Air tanah
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah terdapat ruangan-ruangan antara
butiran-butiran tanah yang terbentuk lapisan tanah, di dalam retakan-retakan batuan dan
rongga-rongga di dalam tanah, air tanah dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Air tanah bebas yaitu air tanah yang tidak tertutup oleh lapisan yang kedua air tersebut
air tanah dangkal + 5 meter.
2. Air terkekang yaitu air tanah yang terdapat diantara dua lapisan kedap air disebut air
tanah dalam 15-30 meter.
3. Air tanah tumpangan yaitu air yang tertumpang diatas lapisan kedap air, dimana
lapisan itu terbentuk di daerah tidak jenuh air disebut mata air.
c. Air hujan
Air hujan terjadi karena penguapan, terutama air pemukaan laut yang naik ke
atmosfer dan mengalami pendinginan kemudian jatuh kepermukaan bumi. Proses
penguapan tersebut terus berlangsung, misalnya pada saat butiran hujan jatuh ke
permukaan bumi, sebagian akan menguap sebelum mencapai permukaan bumi. Sebagian
akan tertahan tanaman-tanaman dan oleh matahari diuapkan kembali ke atmosfer. Air
hujan yang sampai di permukaan bumi, akan mengisi cekungan, kubangan dipermukaan
bumi dan sebagian akan mengalir pada permukaan bumi (Benyamin, 1997)
2.1.2 Air Baku
Air baku adalah air yang bersih adalah air yang layak dikonsumsi sesuai standar
kesehatan dan air yang berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah atau air hujan
yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum rumah tangga dan
industri. Adapun sumber air baku adalah air permukaan, mata air dan ait tanah. Sedangkan
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

macammacam air baku di alam adalah: air sungai, air danau atau waduk, rawa, air tanah dan
mata air serta air laut. Air yang tercemar baik secara fisik, kimiawi maupun mikrobiologi,
apabila diminum atau digunakan untuk masak, mandi dan mencuci, dapat menimbulkan
penyakit atau gangguan kesehatan diakibatkan karena air yang tercemar.
Air dapat dikatakan bersih apabila telah memenuhi 4 syarat diantaranya syarat fisik,
kimia, biologis, radioaktif sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 907/Menkes/SK/VII/2002.
a. Syarat fisik, ditentukan oleh faktor-faktor kekeruhan (turbidity), warna, bau, dan

rasa serta jernih.


b. Syarat Kimia, meliputi tidak terdapat bahan kimia tertentu seperti Arsen (As), besi

(Fe), Fluorida (F), Chlorida (C), kadar merkuri (Hg), dan lain-lain.
c. Syarat Biologis, syarat biologis air ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme
patogen maupun non pathogen seperti bakteri, virus, protozoa.. Mikroorganisme
coli digunakan sebagai indikator untuk mengetahui air telah terkontaminasi oleh
bahan buangan organik.
d. Syarat Radioaktif, bahan buangan yang memberikan emisi sinar radioaktif sangat
membahayakan bagi kesehatan, dapat menimpa manusia melalui makanan atau
minuman yang telah tercemar.

2.1.3 Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air


Klasifikasi dan kriteria mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82
tahun 2001, mutu air diklasifikasikan menjadi empat kelas, yaitu:
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
b. Kelas dua,air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana atau sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Standar baku mutu air berdasarkan klasifikasi kelas air seperti tercantum dalam tabel
2.1berikut ini.
Tabel 2.1 Kriteria Kelas Air PP No.82 Tahun 2001
No

Parameter

Satuan

Kelas Mutu Air


II
III

IV

A. FISIKA
1

Temperatur

2
3

35

38

40

45

za padat terlarut

mg/L

1000

1000

1000

2000

Zat padat tersuspensi

mg/L

50

50

400

400

B. KIMIA
4

pH

Besi (Fe)

mg/L

10

15

20

Mangan (Mn)

mg/L

0,5

10

Barium (Ba)

mg/L

Tembaga (Cu)

mg/L

Seng (Zn)

mg/L

10

15

20

10

Kromium
heksavalen(Cr+6)

mg/L

0,05

0,1

0,5

Tabel 2.1 Kriteria Kelas Air PP No.82 Tahun 2001 Lanjutan


11

Kromium total

mg/L

0,1

0,5

12

Kadmium (Cd)

mg/L

0,01

0,05

0,1

13

Raksa (Hg)

mg/L

0,001

0,002

0,005

0,01

14

Timbal (Pb)

mg/L

0,1

0,5

15

Timah putih (Sn)

mg/L

16

Arsen (As)

mg/L

0,05

0,1

0,5

17

Selenium (Se)

mg/L

0,01

0,05

0,1

18

Nikel (Ni)

mg/L

0,1

0,2

0,5

19

Kobal (Co)

mg/L

0,2

0,4

0,6

20

Sianida (CN)

mg/L

0,05

0,1

0,5

21

Sulfida (H2S)

mg/L

0,01

0,06

0,1

22

Flourida (F)

mg/L

1,5

15

20

30

23

Klorin bebas (Cl2)

mg/L

0,02

0,03

0,04

0,05

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

24

Amonia bebas (NH3-N)

mg/L

0,5

20

25

Nitrat (NO3-N)

mg/L

10

20

30

50

26

Nitrit (NO2-N)

mg/L

0,06

27

BOD5

mg/L

30

50

150

300

28

COD

mg/L

80

100

300

600

29

Detergen anionik

mg/L

0,5

10

15

30

Phenol

mg/L

0,01

0,05

31

Minyak & Lemak

mg/L

15

20

32

PCB

mg/L

NIHIL

NIHIL

NIHIL

NIHIL

C. BIOLOGI
33

Coliform Group

MPN/100
ml

100

1000

2000

2000

34

Coliform tinja

MPN/100
ml

1000

5000

10000

10000

2.1.4 Parameter Kualitas Air Baku


Kulitas air baku dipengaruhi oleh beberapa parameter diantaranya sebagai berikut:
a. Biochemical Oxygen Demad (BOD)
Biochemical oxygen demad (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk
memecah bahan-bahan buangan organik yang ada dalam air lingkungan tersebut.
BOD tolak ukur kandungan senya organik yang dapat dibiodegradasi. Jika nilai BOD
dalam perairan atau limbah cair tinggi berarrti senyawa organik yang

dapat

dibiodegradasi tinggi. Implikasi dari pernyataan ini adalah pemanfatan oksigen


terlarut tinggi jika limbah ini memasuki perairan alam dan akan mengakibatkan
pengurangan oksigen terlarut yang tinggi atau laju pemanfaatan oksigen terlarut lebih
tinggi dari pada laju penambahan ( replenishment) oksigen terlarut.
Kebutuhan oksigen biokimia adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme anaerobik di dalam lingkungan air untuk mendegradasi bahan
buangan organik yang ada dalam lingkungan air tersebut dalam waktu lima hari
(Wardhana 2001). BOD merupakan salah satu indikator pencemaran organik pada
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

suatu perairan. Menurut Rahman (1996), BOD menunjukkan jumlah bahan organik
yang ada di dalam air yang dapat didegradasi secara biologis. Perairan dengan nilai
BOD5 tinggi mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar oleh bahan organik dan
menurunnya kualitas perairan. Nilai BOD berbanding lurus dengan jumlah bahan
organik di perairan. Bahan organik akan distabilkan secara biologik dengan
melibatkan mikroba melalui sistem oksidasi aerobik dan anaerobik. Mikroorganisme
aerob di dalam air yang berfungsi sebagai perombak bahan organik hanya dapat
menjalankan fungsinya bila terdapat oksigen yang cukup. Pemanfaatan oksigen oleh
mikroorganisme aerobik melalui proses oksidasi dapat menyebabkan penurunan
kandungan oksigen terlarut di perairan sampai pada tingkat terendah, sehingga
kondisi perairan menjadi anaerob yang dapat mengakibatkan kematian organisme
akuatik.
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan
untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal
ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan
oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak
sulfat (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991), sehingga segala macam bahan organik,
baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan
demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan
organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD,
tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total
bahan organik yang ada.
COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang
ada didalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimiawi. Indikator ini umumnya
digunakan pada limbah industri.
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7
digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent)
c. Total Padatan Terlarut ( TDS)
Total padatan (total solids) adalah semua bahan yang terdapat dalam contoh
air setelah dipanaskan pada suhu 103-105C selama tidak kurang dari 1 jam. Bahan
ini tertinggal sebagai residu melalui proses evaporasi. Total solid pada air terdiri dari
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

total padatan terlarut (Total Dissolved Solids) dan total zat padat tersuspensi (Total
Suspended Solids).
Total padatan terlarut (TDS) adalah semua bahan dalam contoh air yang lolos
melalui saringan membrane yang berpori 2,0 m atau lebih kecil dan dipanaskan
180C selama 1 jam. Total dissolved solids yang terkandung di dalam air biasanya
berkisar antara 20 sampai 1000 mg/L. Tidak seperti pengukuran total solids yang
dikeringkan dengan suhu 103 sampai 105C, analisis total dissolved solids
menggunakan suhu 180C. Digunakan suhu yang lebih tinggi agar air yang tersumbat
dapat dihilangkan secara mekanis.
d. Derajat Keasaman (pH)
PH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan
asam atau basa sesuatu larutan. PH juga merupakan satu cara untuk menyatakan
konsentrasi ion H+. Dalam penyediaan air, pH merupakan satu faktor yang harus
dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat
mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan, misalnya dalam melakukan
koagulasi kimiawi, pelunakan air (water softening) dan pencegahan korosi.
PH air dimanfaatkan untuk menentukan indeks pencemaran dengan melihat
tingkat keasaman atau kebasaan air, terutama oksidasi sulfur dan nitrogen pada proses
pengasaman dan oksidasi kalsium dan magnesium pada proses pembasaan. Angka
indeks yang umum digunakan 0 sampai 14 dan merupakan angka logaritmik negatif
dari konsentrasi ion hydrogen di dalam air. Angka pH 7 adalah netral, sedangkan
angka pH lebih besar dari 7 menunjukkan air bersifat basa dan terjadi ketika ion-ion
karbonat dominan, dan pH lebih kecil dari 7 menunjukkan air bersifat asam (Asdak,
1995).
e. Kandungan logam-logam berat
Diantara logam-logam berat tersebut yaitu :
1. Besi (Fe)
Kadar besi (Fe) yang melebihi ambang batas (1,0 mg/l) menyebabkan
berkurangnya fungsi paru-paru dan menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan
pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan.
2. Klorida
Klorida adalah senyawa halogen klor (Cl). Dalam jumlah banyak, klor (Cl)
akan menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sistem penyediaan air panas. Sebagai
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

10

desinfektan, residu klor (Cl) di dalam penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi klor
(Cl) ini dapat terikat pada senyawa organic dan membentuk halogen-hidrokarbon (ClHC) banyak diantaranya dikenal sebagai senyawa-senyawa karsinogenik. Kadar
maksimum klorida yang diperbolehkan dalam air bersih adalah 600 mg/l.
3. Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) sebetulnya diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia.
Tetapi,dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI, SSP, ginjal, hati; muntaber,
pusingkepala, lemah, anemia, kramp, konvulsi, shock, koma dan dapat meninggal.
Dalamdosis rendah menimbulkan rasa kesat, warna, dan korosi pada pipa,
sambungan, dan peralatan dapur.
4. Mangan (Mn)
Mangan (Mn) adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan seringkali bersifat
khronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam. Gejala yang timbul berupa gejala
susunan syaraf: insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga
ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng (mask). Bila pemaparan
berlanjut maka bicaranya melambat dan monoton, terjadi hyperrefleksi, clonus pada
patella dan tumit, dan berjalan seperti penderita parkinsonism.
5. Seng (Zn)
Di dalam air minum akan menimbulkan rasa kesat dan dapat menyebakan
gejala muntaber. Seng (Zn) menyebabkan warna air menjadi opalescent dan
biladimasak akan timbul endapan seperti pasir. Kadar maksimum seng (Zn) yang
diperbolehkan dalam air bersih adalah 15 mg/l.

2.2 Limbah Cair


Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air beserta bahanbahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah cair
dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu :
a. Limbah industri
Limbah cair industri adalah cairan yang dikeluarkan dari hasil proses industri baik
dari setiap proses, maupun cairan yang keluar dari peralatan yang merupakan air pendingin
atau buangan kondensat. Setiap jenis industri memiliki limbah cair yang tidak sama
wataknya.Jumlah limbah cair dari sumber ini bergantung pada besar kecilnya industri karena
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

11

akan mempengaruhi pengawasan pada

proses industri derajat penggunaan air

danpengolahannya. Kegiatan industri memiliki potensi sangat besar untuk menimbulkan


terjadinya pencemaran air.
Data dari Departemen Perindustrian (2007) dalam KLH (2008a) menunjukkan bahwa
air limbah industri dibuang/terbuang ke sumber-sumber air di sejumlah daerah di Indonesia
terutama di pulau Jawa. Diperkirakan 250 ribu ton limbah industri dilepaskan ke sumbersumber air pada tahun 1990, dan pada tahun 2010 diproyeksikan meningkat menjadi 1.2 juta
ton per tahun (KLH 2008a). Tabel 2 menyajikan limbah yang dihasilkan oleh jenis kegiatan
industri.
b. Limbah domestik
Limbah domestik yaitu limbah dari buangan rumah tungga, linbah ini merupakan sisa
buangan dari aktivitas manusia didalam rumah, seperti memasak, mencuci, dan kegiatan lain
yang biasa dilakukan dirumah. Limbah yang berasal dari rumah tangga, khususnya dikotakota besar jumlahnya mencapai lebih dari 80%. Limbah rumah tangga terbagi menjadi 2,
yaitu:
1. Limbah cair domestik yang berasal dari air cucian Misalnya: sabun, detergen, dan
minyak.
2. Limbah cair domestik yang berasal darisaluran pembuangan tinja atau kakus Misalnya
: kotoran manusia, air seni.
c. Limbah pertanian
Air limbah pertanian sebenarnya tidak menimbulkan dampak negatifpada lingkungan,
namun dengan digunakannya fertilizersebagai pestisida yang kadang-kadang dilakukan
secara berlebihan, sering menimbulkan dampak negatif pada keseimbangan ekosistem air.
Sektor pertanian juga dapat berakibat terjadinya pencemaran air, terutama akibat dari
penggunaan pupuk dan bahan kimia pertanian tertentu seperti insektisidadan herbisida.
2.3 Metode Pengolahan Limbah Cair
Banyak cara dan metoda dalam mengendalikan limbah, hal ini bergantung pada
daerah atau lingkungan dan karakteristik dari limbahnya. Metoda pengolahan limbah cair
ini dapat digolongkan menjadi 3 metode pengolahan yaitu :
1. pengolahan limbah cair secara fisika
2. pengolahan limbah cair secara kimia
3. pengolahan limbah cair secara biologi
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

12

Untuk suatu jenis limbah cair tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut
dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.
2.3.1 Pengolahan Limbah Cair Secara Fisika
Pengolahan limbah cair industri diawali oleh perlakuan awal untuk menghilangkan
berbagai padatan yang dapat mengendap langsung atau padatan yang berupa serpihan.
Tahapan pengolahan limbah cair secara fisika terdiri dari :
1. Penyaringan (filtrasi)
Tujuannya adalah untuk menyaring limbah cairdari padatan-padatan yang
tersuspensi (suspensed solid), termasuk partikel-partikel yang halus, dan BOD
terlarut dari effluent setelah mengalami proses biologi atau kimia. Jenis prosesnya
dibagi dua :
Kontinyu
Semi kontinyu
Kedalaman penyaringan menentukan derajat kebersihan air yang disaring.
2. Pengendapan (sedimentasi)
Merupakan salah satu cara pemisahan mekanik padatan dengan cairannya.
Pengendapan gravitasi sering digunakan dalam proses ini.
3. Pengapungan (flotation)
4. Flotasi adalah salah satu unit pengolahan untuk pemisahan padatan atau partikelpartikel yang terlarut dalam fasa cair.
2.3.2 Pengolahan Limbah Cair Secara Kimia
Pengolahan limbah cair secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor,
dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahanbahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasikoagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai
hasil reaksi oksidasi.
Tahapan pengolahan limbah cair secara kimia terdiri dari :
1. Koagulasi
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia Al 2(SO4)3 (Tawas) kedalam air
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

13

agar kotoran dalam air yang berupa padatan resuspensi misalnya zat warna organik,
lumpur halus, bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap.
2. Flokulasi
Flokulasi adalah proses pembentukan flok sebagai akibat gabungan dari koloid-koloid
dalam air baku (air sungai) dengan koagulan. Pembentukan flok akan terjadi dengan
baik jika di tambahkan koagulan kedalam air baku (air sungai) kemudian dilakukan
pengadukan lambat.
3. Desinfeksi
Desinfeksiyaitu Pemberian desinfektan (gas khlor) pada air hasil penyaringan
bertujuan agar dapat mereduksi konsentrasi bakteri secara umum dan menghilangkan
bakteri pathogen (bakteri penyebeb penyakit).
4. Dechlorinasi
Dechlorinasiyaitu penghilangan sisa chlorine setelah proses chlorinasi dengan
menggunakan karbon aktif atau sodium sulfit.
2.3.3 Pengolahan Limbah Cair Secara Biologi
Pengolahan limbah cair secara biologi ini paling banyak dilakukan, karena selain,
mudah dalam pelaksanaannya, dapat dilakukan pemilihan proses tanpa memberikan dampak
yang berarti bagi lingkungan sekitar. Umumnya pengolahan biologi ini skalanya cuku besar
dengan bantuan mikroorganisme yang dapat ditentukan sesuai dengan kondisi operasi yang
diinginkan.
Tujuan pengolahan limbah cair secara biologi ini bertujuan :
1. Mengkoagulasikan dan menghilangkan padatan koloid yang sulit mengendap
2. Stabilisasi bahan organik, terutama kandungan nitrogen dan fosfor sebagai bahan
makanan, atau bahan organik beracun
3. Pada industry besar untuk mengurangi konsentrasi senyawa organic dan anorganik.
Pengurangan karbonasi bahan organik dalam limbah cair biasanya diukur :
1. Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan
buangan yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia.
2. Biological Oxygen Demand (BOD)

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

14

Biological Oxygen Demand (BOD) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk memecah (mendegradasi) bahan
bangunan organik yang ada di dalam air lingkungan tersebut.
3. Nitrifikasi
Nitrifikasi adalah proses biologi, dimana ammonia dikonversi menjadi nitrit kemudian
menjadi nitrat.
4. Denitrifikasi
Denitrifikasi adalah konversi nitrat menjadi nitrogen atau gas lain sebagai hasil akhir.
2.4 Elektrokoagulasi
Elektrokoagulasi adalah proses destabilisasi suspensi, emulsi dan larutan yang
mengandung kontaminan dengan cara mengalirkan arus listrik menggunakan elektroda
kedalam

air,

menyebabkan

terbentuknya

gumpalan

yang

mudah

dipisahkan.

Elektrokoagulasi merupakan suatu proses koagulasi kontinyu dengan menggunakan arus


listrik searah melalui peristiwa elektrokimia, yaitu gejala dekomposisi elektrolit, dimana
salah satu elektrodanya adalah aluminium ataupun besi. Elektrokoagulasi merupakan
metode pengolahan air secara elektrokimia dimana pada anoda terjadi pelepasan
koagulan aktif berupa ion logam (biasanya alumunium atau besi) ke dalam larutan,
sedangkan pada katoda terjadi reaksi elektrolisis berupa pelepasan gas hidrogen (Holt et
al., 2004). Sedangkan menurut Mollah, (2004), elektrokoagulasi adalah proses kompleks
yang melibatkan fenomena kimia dan fisik dengan menggunakan elektroda untuk
menghasilkan ion yang digunakan untuk mengolah air limbah.
Proses elektrokoagulasi merupakan gabungan dari proses elektrokimia dan proses
koagulasiflokulasi. Sel elektrokimia adalah sel yang menghasilkan transfer bentuk energi
listrik menjadi energi kimia atau sebaliknya, melalui saling interaksi antara arus listrik
dan reaksi redoks. Kajian-kajian yang mempelajari perubahan kimia oleh sebab adanya
transfer elektron disebut elektrokimia (Santoso et al., 2000) dan Proses koagulasi dengan
menggunakan koagulan yaitu suatu proses destabilisasi dan penggabungan dari partikelpartikel koloid dan halus yang tersuspensi dengan menggunakan bahan koagulan.
Koagulan yang banyak digunakan adalah kapur, tawas, dan kaporit. Pertimbangan
pemberiannya adalah karena garam-garam Ca, Fe, dll yang bersifat tidak larut dalam air
akan mengendap bila bertemu dengan sisa-sisa basa (Kusnaedi, 1995).
2.4.1 Mekanisme Dalam Elektrokoagulasi
Reaktor elektrokimia merupakan sebuah sel elektrokimia dimana kutub anoda
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

15

yang berupa logam (biasanya aluminum atau terkadang besi) dimana ion logam yang
terlepas berfungsi sebagai agen koagulan. Dan secara simultan terjadi gelembung gas
hidrogen di kutub katoda,
Pada gambar dibawah ini memperlihatkan proses elektrokoagulasi yang sangat
komplek Dimana koagulan dan produk hidrolisis saling berinteraksi dengan polutan
atau dengan ion yang lain atau dengan gas hidrogen.

Gambar 2.1 Mekanisme dalam elektrokoagulasi (Holt, 2001)


Menurut Mollah (2004) mekanisme penyisihan yang umum terjadi di dalam
elektrokoagulasi terbagi dalam tiga faktor utama, yaitu:
a. Terbentuknya koagulan akibat proses oksidasi elektrolisis pada elektroda,
b. Destabilisasikontaminan, partikel tersuspensi dan pemecahan emulsi, dan
c. Agregatisasi dari hasil destabilisasi untuk membentuk flok. Sedangkan proses
destabilisasi kontaminan, partikel tersuspensi dan pemecahan emulsi terjadi dalam
tahapan sebagai berikut :
1. Kompresi dari lapisan ganda (double layer) difusi yang terjadi disekeliling spesies
bermuatan yang disebabkan interaksi dengan ion yang terbentuk dari oksida

di

elektroda.
Netralisasi ion kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan ion berlawanan
yang dihasilkan dari elektroda. Dengan adanya ion tesebut menyebabkan
berkurangnya daya tolak menolak antar partikel dalam air limbah sehingga gaya van
der Waals sehingga proses koagulasi bisa berlangsung.
3.Terbentuknya flok, dimana flok ini terbentuk akibat proses koagulasi sehingga
terbentuk sludge blanket yang mampu menjebak dan menjembati partikel koloid yang
masih ada di air limbah.
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

16

percobaan elektrokoagulasi, elektroda yang digunakan selalu dihubungkan


dengan sumber listrik DC. Jumlah logam yang larut tergantung pada jumlah arus
listrik yang mengalir pada elektroda tersebut. Hukum Faraday membuat hubungan
antara kuat arus (I) yang mengalir dengan jumlah massa yang terlepas ke larutan hal
ini merupakan pendekatan secara teoritis untuk menghitung jumlah aluminium yang
terlepas ke larutan. Adapun rumus dari hukum Faraday adalah sebagai dimana:

Dimana
I
= kuat arus listrik (A).
t

= waktu (dt).

= valensi ion aluminium yaitu 3

= bilangan faraday = 96 500 C.

MW = berat molekul alumunium


2.4.2 Reaksi di elektroda
Elektroda dalam proses elektrokoagulasi merupakan salah satu alat untuk
menghantarkan atau menyampaikan arus listrik ke dalam larutan agar larutan tersebut
terjadi suatu reaksi (perubahan kimia). Elektroda tempat terjadi reaksi reduksi
disebutkan katoda, sedangkan tempat terjadinya reaksi oksidasi disebut anoda. Menurut
Johanes (1978) reaksi yang terjadi pada elektroda tersebut sebagai berikut:
a. Reaksi pada katoda
Pada katoda akan terjadi reaksi-reaksi reduksi terhadap kation, yang termasuk dalam
kation ini adalah ion H+ dan ion ion logam.
1. ion H+ dari suatu asam akan direduksi menjadi gas hidrogen yang akan bebas
sebagai gelembung-gelembung gas.
Reaksi : 2H+ + 2e

H2

(1)

2.Jika larutan mengandung ion-ion logam alkali, alkali tanah, maka ion-ion ini tidak
dapat direduksi dari larutan yang mengalami reduksi adalah pelarut (air) dan terbentuk
gas hidrogen (H2) pada katoda.
2OH- + H2 (2)

Reaksi : 2H2O + 2e

Dari daftar E (deret potensial logam/deret volta), maka akan diketahui bahwa
reduksi terhadap air limbah lebih mudah berlangsung dari pada reduksi terhadap
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

17

pelarutnya (air). K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, (H), Sb, Bi, Cu,
Hg, Ag, Pt, Au.
Dengan memakai deret volta, kita memperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
a. Logam-logam yang terletak di sebelah kiri H memiliki E negatif, sedangkan
logam-logam yang terletak di sebelah kanan H memiliki E positif.
b. Makin ke kanan letak suatu logam dalam deret volta, harga E makin besar. Hal
ini berarti bahwa logam-logam di sebelah kanan mudah mengalami reduksi
serta sukar mengalami oksidasi.
c. Makin ke kiri letak suatu unsur dalam deret volta, harga E makin kecil. Hal ini
berarti bahwa logam-logam di sebelah kiri sukar mengalami reduksi seerta
mudah mengalami oksidasi.
d. Oleh karena unsur-unsur logam cenderung melepaskan elektron (mengalami
oksidasi), maka logam-logam di sebelah kiri merupakan logam-logam yang
aktif (mudah melepaskan elektron), sedangkan logam-logam di sebelah kanan
merupakan logam-logam yang sukar melepaskan elektron. Emas terletak di
ujung paling kanan, sebab emas paling sukar teroksidasi.
e. Makin ke kanan, sifat reduktor maki lemah (sukar teroksidasi). Makin ke kiri,
sifat reduktor makin kuat (mudah teroksidasi). Itulah sebabnya, unsur-unsur
dalam deret volta hanya mampu mereduksi unsur-unsur di kanannya, tetapi
tidak mampu mereduksi unsur-unsur di kirinya.
3. Jika larutan mengandung ion-ion logam lain, maka ion-ion logam akan direduksi
menjadi
logamnya dan terdapat pada batang katoda.
b. Reaksi pada Anoda
1. Anoda terbuat dari logam stainless steel akan teroksidasi :
Reaksi : Al3+ + 3H2O
Al(OH)3 + 3H- + 3e
(3)
2. Ion OH dari basa akan mengalami oksidasi membentuk gas oksigen (O2) :
Reaksi : 4OH
2H2O + O2 + 4e (4)
3. Anion-anion lain (SO4- , SO3-) tidak dapat dioksidasi dari larutan, yang akan
mengalami oksidasi adalah pelarutnya (H2O) membentuk gas oksigen (O2) pada anoda :
Reaksi : 2H2O
4H- + O2 + 4e
(5)
Dari reaksi-reaksi yang terjadi dalam proses elektrokoagulasi, maka pada katoda akan
dihasilkan gas hidrogen dan reaksi ion logamnya. Sedang pada anoda akan dihasilkan
gas halogen dan pengendapan flok-flok yang terbentuk.

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

18

Proses elektrokoagulasi dilakukan pada bejana elektrolisis yang didalamnya terdapat


katoda dan anoda sebagai penghantar arus listrik searah yang disebut elektroda, yang
tercelup dalam larutan limbah sebagai elektrolit.
Apabila dalam suatu elektrolit ditempatkan dua elektroda dan dialiri arus listrik
searah, maka akan terjadi peristiwa elektrokimia yaitu gejala dekomposisi elektrolit,
dimana ion positif (kation) bergerak ke katoda dan menerima elektron yang direduksi
dan ion negatif (anion) bergerak ke anoda dan menyerahkan elektron yang dioksidasi
(Johanes, 1978).
Karena dalam proses elektrokoagulasi ini menghasilkan gas yang berupa gelembunggelembung gas, maka kotoran kotoran yang terbentuk yang ada dalam air akan
terangkat ke atas permukaan air. Flok-flok terbentuk ternyata mempunyai ukuran yang
relatif kecil, sehingga flok-flok yang terbentuk lama kelamaan akan bertambah besar
ukurannya.
2.4.3

Kelebihan dan Kelemahan Proses Elektrokoagulasi


Proses elektrokoagulasi memiliki kelebihan dan kekurangan dalam mengolah
limbah cair.
a. Kelebihan Elektrokoagulasi
Elektrokoagulasi dalam pengolahan limbah sudah pernah dilakukan sejak
tahun 1940an hingga sekarang, dimungkinkan dengan perkembangan teknologi akan
ditemukan modifikasi proses yang lebih baik sebagai pengembangan teknologi
terutama tentang elektrokoagulasi, berikut ini kelebihan dari elektrokoagulasi :
1. Elektrokoagulasi memerlukan peralatan sederhana dan mudah untuk
dioperasikan.
2. Flok yang dihasilkan elektrokoagulasi ini sama dengan flok yang dihasilkan
koagulasi biasa.
3. Keunggulan dari proses elektrokoagulasi ini lebih cepat mereduksi kandungan
koloid/partikel yang paling kecil, hal ini disebabkan penerapan arus listrik pada
anoda kedalam air akan mempercepat pergerakan ion-ion koagulan didalam air
dengan demikian akan memudahkan proses koagulasi.
4. Gelembung-gelembung gas yang dihasilkan pada proses elektrokoagulasi ini
dapat membawa polutan ke atas (floating) air sehingga dapat dengan mudah
dihilangkan.
5. Dapat memberikan efisiensi proses yang cukup tinggi untuk berbagai kondisi,
dikarenakan tidak dipengaruhi suhu.
6. Tidak diperlukan pengaturan pH.
7. Tanpa menggunakan bahan kimia tambahan.

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

19

b. Kelemahan Elektrokoagulasi
Ada beberapa kekurangan elektrokoagulasi ini, berikut ini kekurangan dari
proses elektrokoagulasi :
1. Tidak dapat digunakan untuk mengolah limbah cair yang mempunyai sifat
elektrolit cukup tinggi dikarenakan akan terjadi hubungan singkat antar elektroda.
2. Besarnya reduksi logam berat dalam limbah cair dipengaruhi oleh besar kecilnya
arus tegangan listrik searah pada elektroda, luas sempitnya bidang kontak
elektroda dan jarak antar elektroda.
3. Penggunaan listrik.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Peta Titik Sumber Air Baku yang di Analisa

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

20

percobaan
pedahuluan

Gambar 3.1 Peta Daerah Titik Sumber Air Baku Yang di Analisa
3.2 Alur Penelitian
Penelitian diawali denga mempelajari tentang metoda elektrokoagulasi dan
menentukan sumber air baku yang akan diolah. Sebelumnya melakukan percobaan
terlebih dahulu melakukan penelitian yang datanya akan dianalisis.
Pengujian sumber air baku yang akan dianalisa di wilayah kota cimahi yaitu
Cimahi selatan tepatnya di daerah Cimindi sampai Industri Cibaligo. Pengolahan
sampel air baku ini bersumber dari 2 titik. Pengambilan sampel titik ke 1 berlokasi
pada aliran sungai ditengah-tengah industri Cibaligo dan titik 2 berlokasi di aliran
sungai yang sudah melewati industri Cibaligo, dan satu titik percobaan pendahuluan
berlokasi di aliran sungai sebelum melewati industri Cibaligo, dilakukan pengolahan
dengan metode elektrokoagulasi secara kontinyu.
Parameter operasi yang dilakukan melalui pengukuran pH, kadar COD, BOD,
TDS, dan kekeruhan dari air baku. Kinerja yang dilakukan dengan metoda
elektrokoagulasi ini untuk mengurangi kadar COD, BOD agar memenuhi air baku
mutu standar.

Mengolah Air baku yang bersumber


dari 2 titik pengambilan sampel
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

21

Dengan metode elektrokoagulasi dengan variasi :


Waktu tinggal () : 273 detik ,
2793detik,dan 6615 detik.
Rapat Arus (i) : 0,12 ampere/dm2 , 0,18
ampere/dm2, dan 0,24 ampere /dm2

Hasil
Analisa Data :
COD, BOD, TDS, pH dan Turbidity.
\

Interpretasi data

Kondisi optimum proses

Laporan Penelitian

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian


3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Variabel berubah meliputi :
a.

(waktu tinggal)

b. Rapat arus ( ampere/dm2)


2. Variabel tetap meliputi :
a. Luas penampang elektroda
b. Jenis elektroda (plat Alumunium)
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

22

3.4 Tahap Pelaksanaan


3.4.1 Alat dan Bahan yang harus diperlukan
Sampel Aliran air baku di jalan industri Cibaligo
Bak elektrokoagulasi
Pompa
Bak penampung
Sekat untuk membentuk empat ruang
Plat elektroda alumunium
Kerangan pengaturan aliran umpan
Stopwatch
Bak penyaring
Media penyaring yaitu busa, kuarsa dan karbon aktif

3.5 Skema Alat Penelitian

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

23

Gambar 3.3 Skema Proses Elektrokoagulasi


Keterangan alat :
1. Bak penampungan tangki umpan berisi limbah cair
2. Pompa
3. Tangki umpan berisi limbah cair
4. Rectifier (pengatur suplai listrik)
5. Kerangan pengaturan aliran umpan masuk ke reaktor elektrokoagulasi
6. Bak eloktrokoagulasi
7. Kabel pengaliran listrik dari rectifier ke plat elektroda arus positif (+)
8. Kabel pengaliran listrik dari rectifier ke plat elektroda arus negatif (-)
9. Plat elektroda alumunium
10. Bak penampungan sementara hasil elektrokoagulasi
11. Kerangan pengaturan aliran umpan masuk ke bak penyarinagan
12. Bak penyaring dengan media busa, bak penyaring dengan media kuarsa dan karbon aktif
13. Tangki penampungan akhir air setelah proses (treated water)

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

24

4.1 Hasil Analisa Sampel


4.1.1 Hasil Analisa Sampel Pada Titik 1
Tabel 4.1 Hasil Analisa Sampel Pada Titik 1
Parameter
No.
Analisis
1

COD

BOD

Kekeruhan

PH

TDS

4.1.2

Metode
SMEWW
5220-B
SMEWW
5220
SMEWW
5220
SMEWW
5220
SMEWW
5220

Sampel
Awal

Satuan

i1

1
i2

i3

Hasil Analisa
2
i1
i2
i3

i1

3
i2

i3

mg/l

358

248

168

151

242

148

145

239

142

104

mg/l

45

44

40

38

42

39

36

33

32

22

NTU

87.3

53.9 39.4 55.7 48.6 17.7 29.6 26.7 27.3

12.3

mg/l

8.68

8.2

7.71 8.18 8.36 7.74 8.51 8.63 8.37

8.47

ppm

1060

967

922

735

865

946

864

768

865

788

Hasil Analisa Sampel Pada Titik 2


Tabel 42 Hasil Analisa Sampel Pada Titik 2

Hasil Analisa
Parameter
No.
Analisis
1

COD

BOD

Kekeruhan

PH

TDS

Metode
SMEWW
5220-B
SMEWW
5220
SMEWW
5220
SMEWW
5220
SMEWW
5220

Sampel
Satuan
Awal

i1

i2

i3

i1

i2

i3

i1

i2

i3

mg/l

496

494

443

343

460

420

327

439

358

263

mg/l

47

45

44

42

40

43

41

38

40

35

NTU

165

97.1

66

52

94

82.5

64

58

34

28

mg/l

7.8

7.88

8.85

8.24

8.55

8.51

8.79

8.81

8.19

8.79

Ppm

1250

1230

1111

964

1119

1110

938

1130 1008

831

Keterangan :
Waktu Tinggal :
Rapat arus :
1 = 273 detik
i1 = 0.12 ampere/dm2
2 = 2793 detik
i2 = 0.18 ampere/dm2
3 = 6615 detik
i3= 0.24 ampere/dm2
4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini sampel air limbah yang digunakan diambil dari yang
bersumber 2 dari 2 titik yaitu titik 1 yang berlokasi di jalan industri Cibaligo. Dimana
sampel air limbah titik 2 ini sedikit tercampur dengan air limbah keluaran industri. di
sebelum industri Cibaligo. Pengambilan sampel air limbah titik 2 yaitu berlokasi di
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

25

daerah setelah industri Cibaligo . Dimana pada aliran sungai ini banyak tercampur
dengan limbah yang keluar dari industri.
Pada penelitian ini sampel air limbah di proses menggunakan metode
elektrokoagulasi dilakukan dengan variasi waktu tinggal dan rapat arus. Adapun
variasi waktu tinggal dan rapat arus tersebut adalah :
Waktu Tinggal :
1 = 273 detik
2 = 2793 detik
3 = 6615 detik
Rapat arus :
i1 = 0.12 ampere/dm2
i2 = 0.18 ampere/dm2
i3= 0.24 ampere/dm2
Parameter yang dianalisa berdasarkan kandungan pada air limbah tersebut ,
yaitu : Chemical Oxygen Demand (COD), Biochemical Oxygen Demand (BOD),
Kekeruhan, pH, dan Total Dissolved Solids (TDS).

4.2.1

Perubahan Nilai COD

a. Hasil Penelitian Pada Sampel Titik 1

Gambar 4.1 Grafik Perubahan Nilai COD Pada Sampel Titik 1

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

26

Hasil analisa yang diperoleh menunjukkan bahwa setelah di proses menggunakan


metode elektrokoagulasi nilai Chemical Oxygen Demand (COD) mengalami penurunan.
Penurunan ini akan semakin besar seiring dengan meningkatnya rapat arus dan waktu
tinggal. Penurunan tertinggi proses menggunakan metode elektrokoagulasi ini terjadi
pada variasi 3 i3 yaitu sebesar 70.95%. penurunan terendah terjadi pada variasi 1 i1 yaitu
sebesar 30.73%
b. Hasil Penelitian Pada Sampel Titik 2

Gambar 4.2 Grafik Perubahan Nilai COD Pada Sampel Titik 2


Hasil analisa yang diperoleh menunjukkan bahwa setelah di proses menggunakan
metode elektrokoagulasi nilai Chemical Oxygen Demand (COD) mengalami penurunan.
Penurunan ini akan semakin besar seiring dengan meningkatnya rapat arus dan waktu
tinggal. Penurunan tertinggi proses menggunakan metode elektrokoagulasi ini terjadi
pada variasi 3 i3 yaitu sebesar 46.98%. penurunan terendah terjadi pada variasi 1 i1 yaitu
sebesar 0.40%
4.2.2

Perubahan Nilai BOD

a. Hasil Penelitian Pada Sampel Titik 1

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

27

Gambar 4.3 Grafik Perubahan Nilai BOD Pada Sampel Titik 1


Hasil analisa yang diperoleh menunjukkan bahwa setelah di proses menggunakan
metode elektrokoagulasi nilai Biochemical Oxygen Demand (BOD) mengalami
penurunan. Penurunan ini akan semakin besar seiring dengan meningkatnya rapat arus
dan waktu tinggal. Penurunan tertinggi proses menggunakan metode elektrokoagulasi ini
terjadi pada variasi 3 i3 yaitu sebesar 51.11%. penurunan terendah terjadi pada variasi 1 i1
yaitu sebesar 2.22%

b. Hasil Penelitian Pada Sampel Titik 2

Gambar 4.4 Grafik Perubahan Nilai BOD Pada Sampel Titik 2


Hasil analisa yang diperoleh menunjukkan bahwa setelah di proses menggunakan
metode elektrokoagulasi nilai Biochemical Oxygen Demand (BOD) mengalami
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

28

penurunan. Penurunan ini akan semakin besar seiring dengan meningkatnya rapat arus
dan waktu tinggal. Penurunan tertinggi proses menggunakan metode elektrokoagulasi ini
terjadi pada variasi 3 i3 yaitu sebesar 25.53%. penurunan terendah terjadi pada variasi 1 i1
yaitu sebesar 4.26%
4.2.3

Perubahan Nilai Kekeruhan

a. Hasil Penelitian Pada Sampel Titik 1

Gambar 4.5 Grafik Perubahan Nilai Kekeruhan Pada Sampel Titik 1


Hasil analisa yang diperoleh menunjukkan bahwa setelah di proses menggunakan
metode elektrokoagulasi nilai kekeruhan mengalami penurunan. Penurunan ini akan
semakin besar seiring dengan meningkatnya rapat arus dan waktu tinggal. Namun
demikian nilai kekeruhan pada variasi waktu tinggal 3 i1 nilai kekeruhan lebih besar
85.91% dibandingkan dengan sampel variasi waktu tinggal lainnya. Penurunan terendah
proses menggunakan metode elektrokoagulasi ini terjadi pada variasi 1 i1 yaitu sebesar
38.26%.
b. Hasil Penelitian Pada Sampel Titik 2

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

29

Gambar 4.6 Grafik Perubahan Nilai Kekeruhan Pada Sampel Titik 2


Hasil analisa yang diperoleh menunjukkan bahwa setelah di proses menggunakan
metode elektrokoagulasi nilai kekeruhan mengalami penurunan. Penurunan ini akan
semakin besar seiring dengan meningkatnya rapat arus dan waktu tinggal. Penurunan
tertinggi proses menggunakan metode elektrokoagulasi ini terjadi pada variasi 3 i3 yaitu
sebesar 83.03%. Penurunan terendah terjadi pada variasi 1 i1 yaitu sebesar 41.15%.

4.2.4

Perubahan Nilai pH

a. Hasil Penelitian Pada Sampel Titik 1

Gambar 4.7 Grafik Perubahan Nilai pH Pada Sampel Titik 1


Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

30

Hasil analisa yang diperoleh menunjukkan bahwa setelah di proses menggunakan


metode elektrokoagulasi nilai pH mengalami mengalami kenaikan. Kenaikan ini dikarenakan,
elektrokoagulasi menggunakan plat aluminium terjadi akumulasi OH- yang tidak terikat
sebagai Al(OH)2, sehingga dampaknya pH yang semakin tinggi menunjukan angka yang
semakin basa. Nilai pH tertinggi proses menggunakan metode elektrokoagulasi ini terjadi
pada variasi 3 i1 yaitu sebesar 8.63.
b. Hasil Penelitian Pada Sampel Titik 2

Gambar 4.8 Grafik Perubahan Nilai pH Pada Sampel Titik 2

Hasil analisa yang diperoleh menunjukkan bahwa setelah di proses menggunakan


metode elektrokoagulasi nilai pH mengalami mengalami kenaikan. Kenaikan ini dikarenakan,
elektrokoagulasi menggunakan plat aluminium terjadi akumulasi OH- yang tidak terikat
sebagai Al(OH)2, sehingga dampaknya pH yang semakin tinggi menunjukan angka yang
semakin basa. Nilai pH tertinggi proses menggunakan metode elektrokoagulasi ini terjadi
pada variasi 3 i1 yaitu sebesar 8.81.
4.2.5

Perubahan Nilai TDS

a. Hasil Penelitian Pada Sampel Titik 1

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

31

Gambar 4.7 Grafik Perubahan Nilai TDS Pada Sampel Titik 1


Hasil analisa yang diperoleh menunjukkan bahwa setelah di proses menggunakan
metode elektrokoagulasi nilai TDS mengalami penurunan. Penurunan ini akan semakin
besar seiring dengan meningkatnya rapat arus dan waktu tinggal. Penurunan tertinggi
proses menggunakan metode elektrokoagulasi ini terjadi pada variasi 3 i3 yaitu sebesar
30.66%. penurunan terendah terjadi pada variasi 1 i1 yaitu sebesar 8.77%

b. Hasil Penelitian Pada Sampel Titik 2

Gambar 4.8 Grafik Perubahan Nilai TDS Pada Sampel Titik 2


Hasil analisa yang diperoleh menunjukkan bahwa setelah di proses menggunakan
metode elektrokoagulasi nilai TDS mengalami penurunan. Penurunan ini akan semakin
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

32

besar seiring dengan meningkatnya rapat arus dan waktu tinggal. Penurunan tertinggi
proses menggunakan metode elektrokoagulasi ini terjadi pada variasi 3 i3 yaitu sebesar
33.52%. Penurunan terendah terjadi pada variasi 1 i1 yaitu sebesar 1.60%.
4.2.6

Waktu Tinggal
Pada penelitian ini secara teoritis, semakin lama waktu tinggal akan semakin

lama proses berlangsung sehingga keluaran proses menjadi lebih baik. Hasil
penelitian ini menunjukkan perolehan nilai di bawah standar batas maksimum yang
terdapat pada standar baku mutu air yang diperbolehkan.
4.2.7

Rapat Arus
Pada penelitian ini, sesuai hukum Faraday jumlah ion Al yang terbentuk

berbanding lurus dengan kuat arus yang mengalir. Hal ini akan menyebabkan semakin
baiknya keluaran proses.

BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
4. Air yang tercemar limbah industri dapat diolah dengan menggunakan proses
elektrokoagulasi.
5. Pada umumnya parameter parameter pengujian dalam analisa ini dapat memenuhi
standar baku mutu air berdasarkan klasifikasi kelas air.
6. Variasi rapat arus pada penelitian ini sangat mempengaruhi, dimana semakin besar
rapat arus maka semakin kecil perolehan nilai analisa yang di dapat.
7. Perbedaan kandungan pengujian pada air limbah pada umumnya titik 1 lebih rendah
dari pada titik 2.
8. Setelah proses elektrokoagulasi dilakukan air limbah tersebut masih memenuhi
standar untuk dibuang ke badan air.
9. Hasil penelitian menunjukkan nilai COD dan BOD menurun secara signifikan pada
variasi yang telah ditentukan.

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

33

10. Penurunan nilai COD dan BOD tertinggi ini terjadi pada variasi waktu tinggal 6774
detik, rapat arus 0.24 ampere/dm 2 pada sampel titik 1 dengan nilai COD sebesar 104
mg/l dan BOD sebesar 22 mg/l.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 1998, Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor
281/KPTS/1998`
2. Djajadiningrat, Azis, H, 2004, Pengolahan Limbah Cair Tanpa Bahan Kimia, ITB,
Bandung
3. Febrianto, 2006, Jurnal Pengolahan Limbah Cair Tekstil dengan Proses Elektrokoagulasi
4. Prabowo, Bambang H., Harsanti, Mining,. Pengolahan Limbah Cair Tekstil
Menggunakan Proses Elektrokoagulasi dengan Sel Al Al., Prosiding Seminar Nasional
Teknik Kimia., 2010
5. Siregar, S.A., 2005. Instalasi Pengelolaan Air Limbah, Kanisius, Yogyakarta
6. Sugiharto, 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press. Jakarta
7. Sunardi. 2007. Pengaruh Tegangan Listrik dan Kecepatan Alir Terhadap Hasil
Pengolahan Limbah Cair yang Mengandung Logam Pb, Cd dan TSS Menggunakan Alat
Elektrokoagulasi., Makalah Seminar Nasional III SDM Teknologi Nuklir. Yogyakarta
Nopember. ISSN 1978-0176
8. Wardana,Arya ,Wisnu, 2004 Dasar Pencemaran Lingkungan,Yogyakarta : ANDI
9. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/limbah-cair/
10. http://id.wikipedia.org/wiki/Air_tanah
11. http://xa.yimg.com/kq/groups/16123388/505627205/name/PARAMETER+KIMIA.pdf
12. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26947/3/Chapter%20II.pdf
13. http://jbptitbpp-gdl-hudorinim2-31576-3-2008ts-2.pdf
14. http://id.scribd.com/doc/70082084/Landasan-Teori-Total-Padatan
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

34

LAMPIRAN A
PROSEDUR ANALISA PENELITIAN

A.1 Analisa PH
1. Masukan alat pH ke dalam gelas kimia yang berisi sampel yang akan kita uji untuk
analisa pH.
2. Lakukan pengujian dengan menekan tombol on pada alat pH tersebut.
3. Tunggu beberapa menit hingga alat pada pH tersebut menunjukkan nilai pH
4. Matikan dengan menekan tombol off.
A.2 Analisa TDS
1. Masukan alat TDS ke dalam gelas kimia yang berisi sampel yang akan kita uji untuk
analisa TDS.
2. Lakukan pengujian dengan menekan tombol on/off pada alat TDS tersebut.
A.3 Analisa Kekeruhan (Turbidity)
1. Lakukan kalibrasi alat Turbicheck, dengan cara menghidupkan alat dan memasukan
sampel yang telah diketahui kadar kekeruhannya (sampel telah tersedia di paket alat
Turbicheck)
2. Masukan sampel yang akan kita uji ke dalam botol khusus untuk analisa kekeruhan.
3. Lakukan pengujian dengan menekan tombol check.
A.4 Analisa COD
1. Ambil sampel sebanyak 2 mL (menggunakan pipet khusus yang telah disediakan pada
paket alat COD).
2. Masukan sampel (1) ke dalam botol analisa COD.
3. Lakukan pemanasan selama 2 jam di alat pemanas khusus COD (setelah 1 jam
pertama botol dikocok agar larutan di dalam botol homogen)
4. Setelah 2 jam, matikan alat pemanas dan biarkan botol hingga terasa dingin.
Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

35

5. Setelah dingin, besarnya COD dapat diukur dengan cara memasukan botol analisa
COD ke dalam alat khusus untuk analisa COD.
A.5 Analisa BOD
1. Sampel yang akan dianalisa disaring terlebih dahulu.
2. Dilakukan penetralan pH pada larutan sampel.
3. Masukan sampel yang telah disaring sebanyak 150 mL. (Untuk akurasi pengukuran,
4.
5.
6.
7.
8.
9.

sampel dimasukan ke labu takar khusus yang telah ada pada paket alat BOD).
Sampel pada (2) dimasukan ke botol analisa BOD.
Tambahkan inhibitor sebanyak 5 (lima) tetes ke dalam larutan sampel
Tambahkan KOH sebanyak 3 (tiga) tetes ke dalam gasket botol.
Botol ditutup dengan penutup khusus dan disambungkan ke alat BOD Digital.
Masukan ke lemari pendingin khusus BOD, dan setting pendingin agar bersuhu 20oC.
Lakukan setting alat BOD, dan hasil analisa bisa diketahui setelah 5 hari.

A.6 Gambar Peralatan Analisa


A.6.1 Alat Analisa PH

Gambar A.1 Alat Analisa pH

A.6.2 Alat Analisa TDS

Gambar A.2 Alat Analisa TDS


Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

36

A.6.3 Alat Analisa

Kekeruhan (Turbidity)

Gambar A.3 Alat Analisa Kekeruhan (Turbidity)

A.6.4 Alat Analisa COD

Gambar A.4 Alat Analisa COD

A.6.5 Alat Analisa BOD

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

37

Gambar A.5 Alat Analisa BOD

LAMPIRAN B
DATA HASIL PENGAMATAN
B.1 Data Berat Plat Elektroda Hasil Penelitian Pada Titik 1
B.1.1 Variasi rapat arus 0.12 ampere/dm2
Tabel B.1 Waktu tinggal 273 detik
No

Plat

1
2
3
4
5
6
7

Plat 1
Plat 2
Plat 3
Plat 4
Plat 5
Plat 6
Plat 7

Berat Plat
Sebelum Operasi
Sesudah Operasi
(gr)
(gr)
375,37
375,74
334,23
333,76
363,61
366,20
327,73
321,25
386,01
379,28
349,75
347,55
366,02
369.30

Tabel B.2 Waktu tinggal 2793 detik


No

Plat

1
2
3
4
5
6
7

Plat 1
Plat 2
Plat 3
Plat 4
Plat 5
Plat 6
Plat 7

Berat Plat
Sebelum Operasi
Sesudah Operasi
(gr)
(gr)
378,34
378,49
346,34
345,56
387,72
388,08
344,86
343,98
395,54
395,85
351,03
350,19
385,90
386,07

Tabel B.3 Waktu tinggal 6615 detik


No

Plat

1
2
3

Plat 1
Plat 2
Plat 3

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

Berat Plat
Sebelum Operasi
Sesudah Operasi
(gr)
(gr)
378,36
378,72
348,64
346,57
387,85
388,65

38

4
5
6
7

Plat 4
Plat 5
Plat 6
Plat 7

347,25
394,06
353,08
385,92

345,43
396,37
351,02
386,38

B.1.2 Variasi rapat arus 0.18 ampere/dm2


Tabel B.4 Waktu tinggal 273 detik
No

Plat

1
2
3
4
5
6
7

Plat 1
Plat 2
Plat 3
Plat 4
Plat 5
Plat 6
Plat 7

Berat Plat
Sebelum Operasi
Sesudah Operasi
(gr)
(gr)
377,35
337,59
330,75
330,28
362,25
363,08
312,60
312,00
333,50
334,42
325,77
324,92
361,72
368,85

Tabel B.5 Waktu tinggal 2793 detik


No

Plat

1
2
3
4
5
6
7

Plat 1
Plat 2
Plat 3
Plat 4
Plat 5
Plat 6
Plat 7

Berat Plat
Sebelum Operasi
Sesudah Operasi
(gr)
(gr)
377,58
379,45
330,20
329,90
363,04
364,83
311,89
311,10
333,40
334,53
324,80
324,39
368,83
370,49

Tabel B.6 Waktu tinggal 6615 detik


No

Plat

1
2
3
4
5
6

Plat 1
Plat 2
Plat 3
Plat 4
Plat 5
Plat 6

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

Berat Plat
Sebelum Operasi
Sesudah Operasi
(gr)
(gr)
378,11
379,03
328,72
325,40
363,35
364,74
309,63
305,44
332,69
333,10
323,33
319,99
39

Plat 7

369,83

371,05

B.1.3 Variasi rapat arus 0.24 ampere/dm2


Tabel B.7 Waktu tinggal 273 detik
No

Plat

1
2
3
4
5
6
7

Plat 1
Plat 2
Plat 3
Plat 4
Plat 5
Plat 6
Plat 7

Berat Plat
Sebelum Operasi
Sesudah Operasi
(gr)
(gr)
378,91
378,86
325,47
325,40
364,68
364,88
305,44
304,68
333,07
332,65
320,07
319,95
371,06
371,50

Tabel B.8 Waktu tinggal 2793 detik


No

Plat

1
2
3
4
5
6
7

Plat 1
Plat 2
Plat 3
Plat 4
Plat 5
Plat 6
Plat 7

Berat Plat
Sebelum Operasi
(gr)
370,45
320,24
366,43
299,11
332,44
314,77
372,14

Sesudah Operasi
(gr)
273,01
319,24
367,96
296,91
332,57
312,05
373,31

Tabel B.9 Waktu tinggal 6615 detik


No

Plat

1
2
3
4
5

Plat 1
Plat 2
Plat 3
Plat 4
Plat 5

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

Berat Plat
Sebelum Operasi
Sesudah Operasi
(gr)
(gr)
369,19
370,57
326,85
319,63
365,76
336,80
305,46
298,85
333,00
332,55

40

6
7

Plat 6
Plat 7

321,03
370,92

314,75
372,30

B.2 Data Berat Plat Elektroda Hasil Penelitian Pada Titik 2


B.2.1 Variasi rapat arus 0.12 ampere/dm2
Tabel B.10 Waktu tinggal 273 detik
No

Plat

1
2
3
4
5
6
7

Plat 1
Plat 2
Plat 3
Plat 4
Plat 5
Plat 6
Plat 7

Berat Plat
Sebelum Operasi
Sesudah Operasi
(gr)
(gr)
371,06
371,26
321,28
321,01
367,02
367,16
298,71
298,66
333,48
333,64
319,75
316,11
372,62
372,79

Tabel B.11 Waktu tinggal 2793 detik


No

Plat

1
2
3
4
5
6
7

Plat 1
Plat 2
Plat 3
Plat 4
Plat 5
Plat 6
Plat 7

Berat Plat
Sebelum Operasi
Sesudah Operasi
(gr)
(gr)
370,73
371,06
322,40
320,78
365,80
361,32
299,45
399,11
331,97
332,32
315,83
313,90
371,37
317,68

Tabel B.12 Waktu tinggal 6615 detik


No

Plat

1
2
3
4
5
6

Plat 1
Plat 2
Plat 3
Plat 4
Plat 5
Plat 6

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

Berat Plat
Sebelum Operasi
Sesudah Operasi
(gr)
(gr)
371,01
373,52
320,05
319,38
365,89
370,44
299,03
294,60
332,11
332,46
313,76
311,27

41

Plat 7

371,58

375,55

B.3.2 Variasi rapat arus 0.18 ampere/dm2


Tabel B.13 Waktu tinggal 273 detik
No

Plat

1
2
3
4
5
6
7

Plat 1
Plat 2
Plat 3
Plat 4
Plat 5
Plat 6
Plat 7

Berat Plat
Sebelum Operasi
Sesudah Operasi
(gr)
(gr)
373,89
374,73
313,15
313,10
370,70
371,33
290,79
290,72
332,16
333,30
305,64
305,30
376,18
376,95

Tabel B.14 Waktu tinggal 2793 detik


No

Plat

1
2
3
4
5
6
7

Plat 1
Plat 2
Plat 3
Plat 4
Plat 5
Plat 6
Plat 7

Berat Plat
Sebelum Operasi
Sesudah Operasi
(gr)
(gr)
373,23
375,37
319,07
315,05
369,90
369,75
294,16
293.04
332,00
331.39
310,87
305.21
375,42
376,42

Tabel B.15 Waktu tinggal 6615 detik


No

Plat

1
2
3
4
5
6
7

Plat 1
Plat 2
Plat 3
Plat 4
Plat 5
Plat 6
Plat 7

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

Berat Plat
Sebelum Operasi
Sesudah Operasi
(gr)
(gr)
375,85
373,52
318,82
310,38
367,04
370,44
295,42
294,60
331,35
332,46
310,99
310,23
372,64
375,55
42

B.3.3 Variasi rapat arus 0.24 ampere/dm2


Tabel B.16 Waktu tinggal 273 detik
No

Plat

1
2
3
4
5
6
7

Plat 1
Plat 2
Plat 3
Plat 4
Plat 5
Plat 6
Plat 7

Berat Plat
Sebelum Operasi
Sesudah Operasi
(gr)
(gr)
374,45
374,66
313,24
313,29
371,27
371,29
290,79
289,29
332,06
332,80
305,27
305,25
375,60
376,70

Tabel B.17 Waktu tinggal 2793 detik


No

Plat

1
2
3
4
5
6
7

Plat 1
Plat 2
Plat 3
Plat 4
Plat 5
Plat 6
Plat 7

Berat Plat
Sebelum Operasi
Sesudah Operasi
(gr)
(gr)
375,74
377,83
315,48
311,55
372,46
373,91
290,73
287,77
333,21
233,71
306,85
303,20
377,60
379,47

Tabel B.18 Waktu tinggal 6615 detik


No

Plat

1
2
3
4
5
6
7

Plat 1
Plat 2
Plat 3
Plat 4
Plat 5
Plat 6
Plat 7

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

Berat Plat
Sebelum Operasi
Sesudah Operasi
(gr)
(gr)
367,00
369,39
309,48
312,03
265,93
369,15
286,68
304,04
328,68
331,08
302,20
286,84
371,26
373,44

43

LAMPIRAN C
DOKUMENTASI

C.1 Gambar Pengambilan Sampel Penelitian


C.1.1 Gambar Pengambilan Sampel Penelitian Pada Titik 1

Gambar C.1 Pengambilan Sampel Pada Titik 1


C.1.2. Gambar Pengambilan Sampel Penelitian Pada Titik 2

Gambar C.2 Pengambilan Sampel Pada Titik 2

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

44

C.2 Gambar Hasil Penelitian Pada Titik 1


C.2.1 Variasi rapat arus 0.06 ampere/dm2

Gambar C.3 Waktu Tinggal 273 detik

Gambar C.4 Waktu Tinggal 2793 detik,

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

45

Gambar C.5 Waktu Tinggal 6615 detik,


C.2.2 Variasi rapat arus 0.08 ampere/dm2

Gambar C.6 Waktu Tinggal 273 detik

Gambar C.7 Waktu Tinggal 2793 detik

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

46

Gambar C.8 Waktu Tingggal 6615 detik

C.2.3 Variasi rapat arus 0.12 ampere/dm2

Gambar C.9 Waktu Tinggal 273 detik

Gambar C.10 Waktu Tinggal 2793 detik


Cecep Wahyu H (2311101020)
Eni ummi Hani (2311101024)

47

Gambar C.11 Waktu Tinggal 6615 detik

C.3 Gambar Hasil Penelitian Pada Titik 3


C.3.1 Variasi rapat arus 0.06 ampere/dm2

Gambar C.12 Waktu Tinggal 273 detik

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

48

Gambar C.13 Waktu Tinggal 2793 detik

Gambar C.14 Waktu Tinggal 6615 detik


C.3.2 Variasi rapat arus 0.08 ampere/dm

Gambar C.15 Waktu Tinggal 273 detik

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

49

Gambar C.16 Waktu Tinggal 2793 detik

Gambar C.17 Waktu Tinggal 6615 Detik


C.3.3 Variasi rapat arus 0.12 ampere/dm2

Gambar C.18 Waktu Tinggal 273 detik

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

50

Gambar C.19 Waktu Tinggal 2793 detik

Gambar C.20 Waktu Tinggal 6615 detik

Cecep Wahyu H (2311101020)


Eni ummi Hani (2311101024)

51

Anda mungkin juga menyukai