Anda di halaman 1dari 2

SEJARAH ZAT BESI (FE) BERHUBUNGAN DENGAN PERTAMBAHAN

POPULASI DI DUNIA
Besi digunakan secara luas daripada logam lain, dan untuk pembuatan baja
yang sangat penting sekali diseluruh dunia. Besi juga unsur transisi yang paling utama
pada tumbuhan dan hewan. Kepentingan biologi sama pentingnya dengan pembawa
elektron di tanaman dan hewan (cytochromes dan ferredoxins), seperti homoglobin,
pembawa oksigen di dalam darah mamalia seperti myoglobin untuk penyimpanan
oksigen, untuk besi yang dicari dan disimpan (ferretin dan transferring) dan
nitrogenase (enzim di nitrogen untuk perbaikan bakteri). Besi juga dapat membentuk
kompleks yang luar biasa.
Besi mempunyai kelimpahan terbesar keempat di kulit bumi,setelah O,Si dan
Al. Besi menyusun 62.000 atau 6,2% dari berat kulit bumi. Dunia memproduksi biji
besi 970 miliyar ton di tahun 1988. Sumber terbesar adalah USSR 26%, China 17%,
Brazil 15%, Australia 10%, USA 6%, India 5% dan Kanada 4%. Ini menghasilkan
538 miliyar ton besi cor ditahun 1988.
Besi berasal dari bahasa latin ferrum yang artinya iron (besi). Besi adalah
logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan untuk kehidupan
manusia sehari-hari dari yang bermanfaat sampai dengan yang merusakkan. Pertama
kali, besi digunakan oleh bangsa Sumeria dan Mesir, sekitar tahun 4000 SM, benda
kecil, seperti mata lembing dan perhiasan, yang didapati dari meteor. Sekitar 3000 SM
hingga 2000 SM, semakin banyak objek besi yang dikerjakan dihasilkan di
Mesopotamia, Anatolia, dan Mesir. Pada zaman tersebut kemungkinan kegunaannya
untuk upacara tertentu, dan besi merupakan logam yang mahal, lebih mahal
berbanding emas. Di negara China besi yang pertama kali digunakan adalah besi
meteor, dengan bukti arkeologi mengenai besi tempa yang muncul di barat laut, di
daerah Xinjiang, pada abad ke-8 SM.
Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan
masalah prioritas di bidang kesehatan. Berdasarkan data World Health Organization
(WHO) pada tahun 2005, bahwa setiap tahun wanita yang bersalin meninggal dunia
mencapai lebih dari 500.000 orang (Winkjosastro, 2005). Menurut Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2005 Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia yaitu 262/100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi
(AKB) yaitu 32/1000 kelahiran hidup.
Prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi
pada umumnya banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita
hamil lebih besar dari 50%. Juga banyak dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada
trimester III berkisar 50-79%. Affandi menyebutkan bahwa anemia kehamilan di
Indonesia berdasarkan data Departemen Kesehatan tahun 1990 adalah 60%.
Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada
ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi
pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi Hal ini juga
diungkapkan oleh Simanjuntak tahun 1992 bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia
menderita anemia gizi. Di Indonesia, prevalensi anemia pada tahun l970an adalah
46,5 70%. Pada SKRT tahun 1992 dengan angka anemia ibu hamil sebesar 63,5%

sedangkan data SKRT tahun 1995 turun menjadi 50,9%. Pada tahun 1999 didapatkan
anemia gizi pada ibu hamil sebesar 39,5%. Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi
Sumatera Utara tahun 2006 angka kematian ibu si Sumatera Utara empat tahun
terakhir secara berturut-turut adalah tahun 2002 terdapat 360 per 100.000 kelahiran
hidup, tahun 2003 terdapat 345 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 terdapat 330
per 100.000 kelahiran hidup dan 2005 terdapat 335 per 100.000 kelahiran hidup
(Dinkes Propinsi Sumut, 2006).
Prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat negatif seperti
gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, dan
kekurangan hemoglobin (Hb) dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang
dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan
efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan. Studi lain
menunjukkan bahwa risiko kejadian berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur dan
kematian perinatal meningkat pada wanita hamil dengan kadar hemoglobin kurang
dari 10,4 gr/dl. Pada usia kehamilan sebelum 24 minggu dibandingkan kontrol
mengemukakan bahwa anemia merupakan salah satu faktor kehamilan dengan risiko t
inggi. Berdasarkan masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa zat besi (Fe) sangat
berperan penting dalam pertambahan populasi di dunia.

Anda mungkin juga menyukai