Anda di halaman 1dari 13

PEMBAHASAN

GANGGUAN ANXIETAS
A. DEFINISI
Anxietas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari
Susunan Saraf Autonomik (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum
tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Ansietas yang
patologik biasanya merupakan kondisi yang melampaui batas normal
terhadap suatu ancaman yang sungguh-sungguh dan maladaptive.1

B. EPIDEMIOLOGI
Gangguan ansietas merupak kelompok gangguan psikiatri yang paling
sering ditemukan. National Comorbidity Study melaporkan bahawa satu
diantara empat orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu agangguan
ansietas dan terdapat angka presvalensi 12 bulan sebesar 17,7 persen.
Perempuan (prevalensinya seumur hidup 30,5 persen) lebih cenderung
mengalami ansietas daripada laki-laki (prevalensi seumur hidup 19,2
persen). Prevalensi gangguan ansietas menurun dengan meningkatnya status
sosioekonomik.6

C. ETIOLOGI
Penyebab gangguan cemas multifaktoral : factor biologis, psikososial, dan
sosial. Factor biologis kecemasan akibat dari reaksi syaraf otonom yang
berlebihan dan terjadi pelepasan kathekolamin. Dilihat dari aspek

psikoanalisis, kecemasan dapat terjadi akibat impuls-impuls bawah sadar


yang masuk kealam sadar. Mekanisme pertahanan jiwa yang tidak
sepenuhnya berhasil dapat menimbulkan kecemasan yang mengambang,
displacement dapat mengakibatkan reaksi fobia, reaksi formasi, dan dapat
mengakibatkan gangguan obsesi kompulsif. Dari pendekatan social, ansietas
dapat disebabkan karena konflik, frustasi, krisis atau tekanan.4

D. GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS


Pengalaman ansietas memiliki dua komponen : kesadaran akan sensasi
fisiologis (seperti palpitasi dan berkeringat) serta kesadaran bahwa ia gugup
atau

ketakutan.

Selain

pengaruh

viseral

dan

motorik,

ansietas

mempengaruhi pikiran, persepsi dan pembelajaran. Ansietas cenderung


menimbulkan kebingungan dan distorsi persepsi, tidak hanya persepsi waktu
dan ruang tetapi juga orang dan arti peristiwa. Distorsi ini dapat
mengganggu proses pembelajaran dengan menurunkan konsentrasi,
mengurangi daya ingat, dan mengganggu kemampuan menghubungkan satu
hal dengan hal yang lain yaitu membuat asosiasi.6
E. TERAPI OBAT
Pengobatan primer untuk gangguan kecemasan umum karena kondisi medik
umum adalah mengobati kondisi medik dasarnya. Jika pasien juga memiliki
gangguan penggunaan alkohol atau zat lain, gangguan tersebut juga harus
dipusatkan secara terapeutik untuk mencapai pengendalian gejala gangguan
kecemasan. Jika menghilangkan kondisi medik primer tidak membalikkan
gejala gangguan kecemasan, pengobatan gejala tersebut harus mengikuti
pedoman umum untuk gangguan mental spesifik. Pada umumnya, tekhnik

modifikasi perilaku, obat ansiolitik, dan antidepresan serotonergik adalah


cara pengobatan yang paling efektif.4

GANGGUAN DEPRESI
A. DEFINISI
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,
temasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta
gagasan bunuh diri.2
B. EPIDEMIOLOGI
a. Insiden dan prevalensi
Gangguan depresi berat, paling sering terjadi, dengan prevalensi
seumur hidup sekitar 15 persen. Perempuan dapat mencapai 25
persen. Sekitar 10 persen di perawatan primer dan 15 persen di
rawat rumah sakit. Pada anak sekolah didapatkan prevalensi sekitar
2 persen. Pada usia remaja didapatkan prevalensi 5 persen dari
komunitas memiliki gangguan depresif berat.
b. Jenis kelamin
Perempuan dua kali lipat lebih besar dibandingkan laki-laki.
Diduga

adanya

perbedaan

hormon,

pengaruh

melahirkan,

perbedaan stressor psikososial antara laki-laki dan perempuan, dan


model perilaku yang dipelajari tentang ketidakberdayaan.
c. Usia
Rata-rata usia sekitar 40 tahunan. Hampir 50 persen wanita awitan
diantara 20-50 tahun. Gangguan depresi berat dapat timbul pada
masa anak atau lanjut usia. Data terakhir menunjukkan, gangguan
depresi berat diusia kurang dari 20 tahun. Mungkin berhubungan
3

dengan meningkatnya penggunaan alcohol dan penyalahgunaan zat


dalam kelompok usia tersebut.
d. Status perkawinan
Paling sering terjadi pada orang yang tidak mempunyai hubungan
interpersonal yang erat atau pada mereka yang bercerai atau
berpisah, wanita yang tidak menikah memiliki kecenderungan yang
lebih rendah untuk menderita depresi dibandingkan dengan yang
menikah namun hal ini berbanding terbalik untuk laki-laki.
e. Faktor sosioekonomi dan budaya
Tidak ditemukan korelasi antara status sosioekonomi dan gangguan
depresi berat. Depresi lebih sering terjadi didaerah pedesaan
dibanding daerah perkotaan.3
C. ETIOLOGI
a. Faktor organobiologi
Dilaporkan terdapat metabolit amin biogenik-seperti asam 5hydroxyindoleacetic (5-HIAA), asam homovanilic (HVA), dan 3
methoxy-4-hydroxyphenyl-glycol (MHPG) di dalam darah, urin,
dan cairan serebrospinal (CSF) pasien dengan gangguan mood
berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik.
b. Fakto Genetik
Genetik merupakan faktor penting dalam perkembangan gangguan
mood, tetapi jalur penurunan sangat kompleks. Tidak hanya sulit
untuk mengabaikan efek psikososial, tetapi juga factor non genetik
kemungkinan juga berperan sebagai penyebab berkembangnya
gangguan mood setidak-tidaknya pada beberapa orang.
c. Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan dengan stressful sering mendahului episode
pertama, dibandingkan episode berikutnya. Ada teori yang
mengemukakan

adanya

stress

sebelum

episode

pertama

menyebabkan perubahan berbagai neurotransmitter dan sistem


sinyal intraneuron. Termasuk hilangnya beberapa neuron dan
penurunan kontak synaps. Dampaknya, seorang indivisu beresiko
tinggi mengalami episode berulang gangguan mood, sekalipun
tanpa stressor dari luar.
d. Faktor kepribadian
Semua orang apapun pola kepribadiannya, dapat mengalami
depresi sesuai dengan situasinya. Orang dengan gangguan
kepribadian obsesi kompulsi, histrionik dan ambang, beresiko
tinggi untuk mengalami depresi dibandingkan dengan gangguan
kepribadian paranoid atau antisosial. Pasien dengan gangguan
distimik dan siklotimik beresiko menjadi gangguan depresi berat.
e. Faktor Psikodinamik pada depresi
Pemahaman psikodinamik depresi yang ditemukan oleh Sigmund
Freud yang dilanjutkan dengan Karl Abraham dikenal sebagai
pandangan klasik dari depresi. Teori tersebut termasuk empat hal
utama :
Hubungan Ibu-Anak selama fase oral menjadi faktor
predisposisi untuk rentan terhadap episode depresi berulang.
Depresi dapat dihubungkan dengan kenyataan atau bayangan
kehilangan objek.
Introjeksi merupakan terbangkitnya mekanisme pertahanan
untuk

mengatasi

penderitaan

yang

berkaitan

dengan

kehilangan objek.
Akibat kehilangan objek cinta, diperlihatkan dalam bentuk
campuran antara benci dan cinta, perasaan marah yang
diarahkan pada diri sendiri.
f. Formulasi lain dari depresi

Teori kognitif, depresi merupakan hasil penyimpangan kognitif


spesifik yang menghasilkan kecenderungan seseorang menjadi
depresi. Postulat Aaron Beck menyatakan trias kognitif dari depresi
mencakup :
Pandangan terhadap diri sendiri berupa persepsi negatif

terhadap dirinya
Tentang lingkungan yakni kecenderungan menganggap dunia

bermusuhan terhadapnya
Tentang masa depan yakni bayangan penderitaan dan
kegagalan

D. TANDA DAN GEJALA


a. Episode Depresi
Mood terdepresi, kehilangan minat dan berkurangnya energi adalah
gejala

utama

dari

depresi.

Pasien

mungkin

mengatakan

perasaannya sedih, tidak mempunyai harapan, dicampakkan, atau


tidak berharga. Emosi pada mood depresi kualitasnya berbeda
dengan emosi duka cita atau kesedihan yang normal.
Pikiran untuk melakukan bunuh diri dapat timbul pada sekitar dua
pertiga pasien depresi, dan 10 sampai 15 persen diantaranya
melakukan bunuh diri. Mereka yang dirawat di rumah sakit dengan
percobaan bunuh diri dan ide bunuh diri mempunyai umur hidup
lebih panjang dibanding yang tidak dirawat. Beberapa pasien
depresi terkadang tidak menyadari ia mengalami depresi dan tidak
mengeluh tentang gangguan mood meskipun mereka menarik didi
dari keluarga, teman dan aktivitas yang sebelumnya menarik
baginya. Hampir semua pasien depresi mengeluh tentang
penurunan energi dimana mereka mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan tugas dan menurunnya motivasi untuk terlibat


dalam kegiatan baru. Sekitar 80 % pasien mengeluh masalah tidur,
khusunya terjaga dini hari (terminal insomnia) dan sering
terbangun di malam hari karena masalah yang dihadapi.
Kebanyakan pasien menunjukkan peningkatan atau penurunan
nafsu makan.
Kecemasan adalah tersering dari depresi dan menyerang 90%
pasien depresi. Berbagai perubahan asupan makanan dan istirahat
dapat menyebabkan timbulnya penyakit lai secara bersamaan,
seperti diabetes, hipertensi, penyakit paru obstruksi kronik dan
penyakit jantung. Gejala lain termasuk haid yang tidak normal dan
menurunnya minat dan aktivitas seksual.
b. Depresi pada orang tua berbagai penelitian melaporkan angka
prevalensi berkisar antara 20-50 persen. Beberapa penelitian
menunjukkan depresi pada orang tua dapat dihubungkan dengan
status ekonomi yang rendah, kehilangan pasangan, bersamaan
dengan penyakit fisik, dan isolasi sosial. Gangguan depresi pada
orang tua seringkali tidak terdiagnosis oleh karena gejala sebagai
keluhan somatik.3
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien gangguan mood harus diarahkan kepada beberapa
tujuan. Pertama, keselamatan pasien harus terjamin. Kedua, kelengkapan
evaluasi diagnostik pasien harus dilaksanakan. Ketiga, rencana terapi
bukan hanya untuk gejala, tetapi kesehatan jiwa pasien kedepan juga harus
diperhatikan.
Rawat inap

Indikasi yang jelas untuk rawat inap adalah kebutuhan untuk prosedur
diagnostik, resiko untuk bunuh diri dan melakukan peembunuhan, dan
berkurangnya kemampuan pasien secara menyeluruh untuk asupan
makanan dan tempat perlindungan. Riwayat gejala berulang dan hilangnya
sistem dukungan terhadap pasien juga merupakan indikasi rawat inap.
Terapi keluarga
Terapi keluarga tidak umum digunakan sebagai primer untuk gangguan
depresi berat, tetapi meningkatkan bukti klinis dapat membantu pasien
dengan gangguan mood untuk mengurangi dan menghadapi stress dan
mengurangi adanya kekambuhan.
Terapi keluarga diindikasikan untuk gangguan yang membahayakan
perkawinan pasien atau fungsi keluarga atau jika gangguan mood didasari
atau dapat ditangani oleh situasi keluarga.
Farmakoterapi
Pada gangguan depresi berat, penanganan efektif dan spesifik, seperti obat
trisiklik untuk gangguan depresi berat telah digunakan selama 40 tahun.
Antidepresan membutuhkan waktu 3-4 minggu untuk memberikan efek
terapi yang signifikan, menunjukkan efek terapi lebih awal, dan secara
relatif semua antidepresan yang tersedia menjadi toksik pada dosis yang
kelebihan dan menunjukkan efek samping.
Antidepresan lainnya adalah serotonine inhibitor, seperti fluoxetine,
paroxetine (Paxil), dan Sertraline (Zoloft). Antidepressant golongan lain
misalnya bupropion, venlafaxine, nefazodone (serzone), dan mirtazapine
(Remeron) menunjukkan secara klinis hasil yang sama efektif dengan obat
terdahulu tetapi lebih aman dan toleransinya lebih baik. Prinsip indikasi
untuk antidepresi adalah episode depresi berat. Edukasi pasien yang

adekuat tentang kegunaan antidepresan sebagai hal penting untuk


kesuksesan terapi termasuk pemilihan obat dan dosis yang paling sesuai.3

GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI


1. DEFINISI
Gangguan ini mencakup pasien yang memiliki gejala kecemasan dan depresi,
tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk suatu gangguan kecemasan
maupun suatu gangguan mood. Kombinasi gejala depresi dan kecemasan
menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna pada orang yang terkena.2
2. ETIOLOGI
Empat bukti utama yang menyatakan bahwa gejala kecemasan dan gejala
depresi berhubungan sebab akibat pada beberapa pasien yang terkena, yaitu :
a. Ditemukannya neuroendokrin yang sama pada gangguan depresi dan
gangguan kecemasan, khusunya gangguan panik.
b. Hiperaktivitas sistem noradrenergic relevan sebab menyebab pada
beberapa pasien dengan gangguan depresi dan pada beberapa pasien
dengan gangguan panik.
c. Obat serotonergik berguna dalam mengobati gangguan depresi maupun
kecemasan.2
d. Gejala kecemasan dan depresi berhubungan secara genetik pada beberapa
keluarga.5
3. MANIFESTASI KLINIK
Kombinasi beberapa gejala gangguan kecemasan dan beberapa gejala
gangguan depresi. Disamping itu, gejala hiperaktivitas sistem saraf otonom,
seperti keluhan gastrointestinal, sering ditemukan.
4. PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS

Selama perjalanan penyakit, gejala kecemasan atau depresi mungkin berganti


muncul. Prognosis tidak diketahui saat ini.2
5. DIAGNOSIS
Kriteria untuk diagnosis pasti adalah :
a. Terdapat gejala-gejala ansietas maupun depresi, dimana masingmasing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat
untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk ansietas, beberapa
gejala otonom harus ditemukan walaupun tidak terus menerus,
disamping rasa cemas atau kekawatiran berlebihan.
b. Bila ditemukan ansietas berat disertai depresi yang lebih ringan,
maka harus dipertimbangkan kategori gangguan ansietas lainnya
atau gangguan ansietas fobik. Bila ditemukan sindrom depresi
dan ansietas yang cukup berat untuk menegakkan masing-masing
diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan
dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika
hanya dapat dikemukakan satu diagnosis, maka gangguan
depresi harus diutamakan.
c. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan
yang

jelas,

maka

harus

digunakan

kategori

gangguan

penyesuaian.2,5
6. PENATALAKSANAAN
Pendekatan psikoterapi dapat berupa terapi kognitif atau modifikasi perilaku.
Farmakoterapi dapat termasuk obat antiansietas atau obat antidepresan atau
keduanya. Diantara obat ansiolitik, penggunaan triazolobenzodiazepin
mungkin diindikasikan karena efektifitas obat tersebut dalam mengobati
depresi yang disertai kecemasan. Suatu obat yang mempengaruhi reseptor

10

serotonin tipe-1A (5-HT 1A), seperti buspiron. Diantara antidepresan,


antidepresan serotonergik mungkin yang paling efektif.2

KESIMPULAN
Gangguan campuran anxietas dan depresi ini mencakup pasien yang memiliki
gejala kecemasan dan depresi, tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostic untuk
suatu gangguan kecemasan maupun suatu gangguan mood. Kombinasi gejala
depresi dan kecemasan menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna pada
orang yang terkena.2

11

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Sadock BJ: Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (Edisi Bahasa
Indonesia), Edisi I, Jakarta: Widia Medika; 1998; 145-154.
2. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001; 210-211.
3. Elvira, D, Sylvia. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 209-222.
4. Kaplan, Sadock. Sinopsis Psikiatri, Jilid II, Edisi Ketujuh. Jakarta:
Binarupa Aksara; 1997; 17-31.
5. Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ, Direktorat
Jenderal Pelayan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995;
181-182.
6. Kaplan HI, Sadock BJ. 2010. Gangguan Ansietas. Dalam : Kapal HI,
Sadock BJ. Psikiatri Klinis Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta: 230-233.

12

13

Anda mungkin juga menyukai

  • Polip Recti
    Polip Recti
    Dokumen23 halaman
    Polip Recti
    Rivo Dian Putra
    Belum ada peringkat
  • Jtptunimus GDL Wiwikdurro 6400 3 Babii
    Jtptunimus GDL Wiwikdurro 6400 3 Babii
    Dokumen13 halaman
    Jtptunimus GDL Wiwikdurro 6400 3 Babii
    Alam S
    Belum ada peringkat
  • Dengue Shock Syndrome
    Dengue Shock Syndrome
    Dokumen29 halaman
    Dengue Shock Syndrome
    Rivo Dian Putra
    Belum ada peringkat
  • Morbili Cov
    Morbili Cov
    Dokumen1 halaman
    Morbili Cov
    Rivo Dian Putra
    Belum ada peringkat
  • DSS
    DSS
    Dokumen40 halaman
    DSS
    Rivo Dian Putra
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Neuro
    Lapkas Neuro
    Dokumen16 halaman
    Lapkas Neuro
    Rivo Dian Putra
    Belum ada peringkat
  • DSS Cov
    DSS Cov
    Dokumen1 halaman
    DSS Cov
    Rivo Dian Putra
    Belum ada peringkat
  • Morbili
    Morbili
    Dokumen20 halaman
    Morbili
    Rivo Dian Putra
    Belum ada peringkat
  • PAPER Neuro
    PAPER Neuro
    Dokumen15 halaman
    PAPER Neuro
    Rivo Dian Putra
    Belum ada peringkat
  • Paper Neuro
    Paper Neuro
    Dokumen14 halaman
    Paper Neuro
    Rivo Dian Putra
    Belum ada peringkat
  • Herpes Zoster: Rivo Dian Putra
    Herpes Zoster: Rivo Dian Putra
    Dokumen19 halaman
    Herpes Zoster: Rivo Dian Putra
    Rivo Dian Putra
    Belum ada peringkat
  • Edema Paru
    Edema Paru
    Dokumen23 halaman
    Edema Paru
    Rivo Dian Putra
    Belum ada peringkat
  • Hordeolum
    Hordeolum
    Dokumen14 halaman
    Hordeolum
    Rivo Dian Putra
    33% (3)
  • Pneumonitis Kimiawi
    Pneumonitis Kimiawi
    Dokumen24 halaman
    Pneumonitis Kimiawi
    Rivo Dian Putra
    Belum ada peringkat
  • Dari Everand
    Belum ada peringkat
  • Dari Everand
    Belum ada peringkat