Anda di halaman 1dari 30

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Empiris


Ada beberapa penelitian terdahulu yang akan penulis uraikan secara
ringkas dalam penelitian ini, karena dalam penelitian ini penulis menggunakan
beberapa acuan pada penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir
sama tetapi karena objek dan periode waktu yang digunakan berbeda maka
terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi
untuk saling melengkapi dalam penelitian ini. Berikut ringksan beberapa
penelitian terdahulu :
1. Yogo Purnomo (1998) mengenai keterkaitan kinerja keuangan dengan harga
saham, dengan tujuan untuk mengukur hubungan antara kinerja keuangan
dangan harga saham Indonesia. Variable independen yang digunakan adalah
EPS, PER, REO, DPS, dan DER dan variable dependen adalah harga saham
penutupan akhir tahun dengan 30 perusahaan yang menyebar menurut sub
sektor usaha periode 1992-1996. Teknik analisis yang digunakan adalah
generalized linear regression model. Hali ini dilakukan karena data yang
digunakan merupakan gabungan dari data cross section dengan times series.
Hasil penelitian menunjukan bahwa DER cenderung tidak dapat digunakan
dalam menentukan proyeksi dan variasi harga saham. Sedangkan PER
menunjukan hubungan yang positif dengan harga saham. Selanjutnya secara

11

12

berurutan harga saham memiliki kepekaan terhadap EPS, PER, REO, dan
DPS.
2. Sparta (2000) dengan judul penelitian Pengaruh Fundamental Terhadap
Harga Saham Di BEJ periode 1997-1999". Variable independen yang
digunakan adalah ROA, DPR, dan DER, sedangkan variable dependen return
saham. Metode penelitian menggunakan regresi sederhana dengan teknik
OLS. Hasil penelitian menunjukan bahwa ROA, DPR, dan DER tidak
signifikan berpengaruh terhadap return saham.
3. Iman Ghozali dan Irwansyah (2002) dengan judul penelitian Analisis
Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Alat Ukur EVA, MVA, dan
ROA Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ periode
1996-2000. Dengan menggunakan metode purposive sampling jumlah
sample yang digunakan adalah 20 perusahaan manufaktur dan alat analisis
yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa
variable bebas MVA yang berpengaruh terhadap return saham perusahaan
manufaktur, sedangkan ROA dan EVA tidak berpengaruh terhadap return
saham perusahaan.
4. Ika Rahayu M (2003) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan LQ-45 Di BEJ. Variable
yang diteliti adalah kinerja keuangan terhadap return saham sebagai variable
independen dan BEI sebagai variable dependen. Alat analisis yang digunakan
adalah teknik analisis regresi autoregressive. Hasil penilitian menunjukan
bahwa semua variable bebas yaitu CR, DER, ROA, dan PER mennunjukan

13

hasil yang konsisten dengan teori pengharapan meskipun dalam tingkat


signifikansi yang marjinal.
2.2 Teori dan Konsep
Dasar teori yang penulis gunakan dalam penelitian dengan judul
Pengaruh PER, EPS, ROA dan DER Terhadap Harga saham Pada Perusahaan
LQ-45 di Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut :
2.2.1 Pasar Modal Indonesia
Pasar modal mempertemukan investor (pembeli/unit surplus) dengan
emiten (penjual/unit defisit) efek yang dilakukan baik secara langsung maupun
melalui wakil-wakilnya (dealer, broker). Husnan

(2002:25) berpendapat

bahwa, Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal
sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun
perusahaan swasta.
Anoraga, (2006:5) mendefinisikan, Pasar modal merupakan jaringan
tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan
financial assets dan hutang serta memungkinkan investor untuk mengubah dan
menyesuaikan portofolio investasi melalui pasar sekunder.
Sedangkan Sunariyah, (2003:5) mendefinisikan, Pasar modal adalah
tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di

14

tempat inilah para pelaku pasar yaitu individuindividu atau badan usaha yang
mempunyai kelebihan dana melakukan investasi surat berharga yang
ditawarkan oleh emiten. Begitu juga sebaliknya perusahaan (entities) yang
membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara daftar (listing)
terlebih dahulu kepada badan otoritas pasar modal sebagai emiten.
Sementara Darmadji (2006:8) mendefinisikan, Pasar modal merupakan
pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang

yang bisa

diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuity (saham), reksadana,


instrumen derivatif maupun instrumen lainnya.
Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan
prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Pasar modal berperan
sebagai fasilitas untuk melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual
dalam menentukan harga saham atau surat-surat berharga yang diperjual
belikan, serta memberikan kemudahan kedua belah pihak untuk melakukan
transaksi.
2.2.2 Sekuritas Pasar Modal
Sekuritas adalah instrumen keuangan (surat-surat berharga) yang
diperdagangkan di pasar modal. Husnan (2002:27) mendefinisikan, Sekuritas
merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal untuk memperoleh
bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas

15

tersebut, dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut


menjalankan haknya.
Apabila sekuritas ini bisa diperjualbelikan dan merupakan instrumen
keuangan berjangka panjang, maka penrbitannya dilakukan di pasar modal,
sedangkan kegiatan perdagangannya dilakukan di bursa efek. Indonesia memiliki
satu bursa efek yaitu Bursa Efek Indonesia. Dalam transaksi jual-beli di bursa
efek, sekuritas yang digunakan adalah saham (share), obligasi (bond), reksadana
(mutual fund), right, warrant.
2.2.2.1 Saham (stock)
Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Anoraga (2006:58) menyatakan,
Pada umumnya saham yang dikenal sehari-hari merupakan

saham biasa

(common stock) yaitu salah satu efek yang paling banyak diperdagangkan di
pasar modal.
Darmadji (2006:7) membagi beberapa sudut pandang untuk menilai dan
membedakan saham, yaitu.
a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim :
1) saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya
pada posisi yang paling junior dalam pembagian deviden dan hak atas
kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuiditas;
2) saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik
gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa mendatangkan hasil
seperti yang dikehendaki investor.
b. Dilihat dari cara peralihannya, saham terbagi atas :

16

1) saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis
nama pemiliknya, tujuannya agar mudah dipindah tangankan dari satu
investor ke investor yang lain;
2) saham atas nama (registered stock), merupakan saham dengan nama
pemilik yang ditulis secara jelas dan cara peralihannya harus melalui
prosedur tertentu.
c. Ditinjau dari kinerja perdagangannya, saham dibedakan atas :
1) saham unggulan (blue chip stock), yaitu saham biasa dari suatu emiten yang
memiliki reputasi tinggi sebagai leader di industry sejenis, memiliki
pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden;
2) saham pendapatan (income stock), yaitu saham dari suatu emiten yang
memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari ratarata
deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya;
3) saham pertumbuhan (growth stock-well known), yaitu saham-saham dari
emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai
pemimpin di industry sejenis yang mempunyai reputasi tinggi, selain itu
terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang
tidak berperan sebagai leader dalam industry, namun memiliki ciri growth
stock;
4) saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham suatu emiten yang tidak
bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun.
meskipun belum dapat dipastikan, namun saham ini memiliki kemampuan
penghasilan yang tinggi di masa mendatang;
5) saham siklikal (cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh
kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.

17

Menurut Darmadji (2006:7) jenisjenis saham yang digolongkan tersebut


di atas, didasarkan pada sudut pandang seorang investor dalam menentukan
saham mana yang menurutnya baik dalam mementukan investasi di masa
mendatang yang dapat menghasilkan profit. Dalam perdagangan saham dikenal
beberapa istilah yang berkaitan dengan harga saham. Istilahistilah tersebut
antara lain :
a. harga nominal (par value), yaitu nilai yang ditetapkan oleh emiten untuk
menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan;
b. harga perdana, yaitu harga sebelum saham tersebut dicatat pada bursa efek;
c. harga pasar, yaitu harga jual dari investasi yang satu dengan investor yang
lain;
d. harga pembukaan, yaitu harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada
saat lama bursa dibuka;
e. harga penutupan, yaitu harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada
akhir hari bursa;
f. harga tertinggi, yaitu harga yang paling tinggi yang terjadi pada hari bursa itu,
tetapi lazim dipakai istilah untuk menentukan harga tertinggi yang terjadi
pada waktu tertentu dalam kurun waktu sebulan/tahun tergantung keperluan;
g. harga terendah, yaitu harga yang paling rendah yang terjadi pada hari bursa
itu, penggunaannya sama denga harga tertinggi. Harga ini juga biasa dicatat
untuk transaksi harian, bulanan maupun tahunan.
Pembelian dan penjualan saham, investor akan membandingkan nilai
intrinsik dengan nilai pasar saham yang bersangkutan. Jika nilai pasar suatu
saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya berarti saham tersebut tergolong

18

expensive (over value). Sebaliknya jika nilai pasar saham di bawah nilai
intrinsiknya berarti saham tersebut tergolong unexpensive (under value). Dengan
demikian investor akan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli
saham tersebut. Pada dasarnya ada dua keuntungan investor dalam kepemilikan
saham, yaitu.
1. Dividen
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
2. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain
terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
Risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya adalah
sebagai berikut.
1. Tidak mendapat dividen
Perusahaan tidak dapat membagikan dividen kepada para pemegang saham
jika perusahaan mengalami kerugian dalam kegiatan operasionalnya.
2. Capital Loss
Untuk menghindari potensi kerugian yang semakin besar dengan terus
menurunnya harga saham, maka investor harus rela menjual sahamnya dengan
harga yang rendah. Dengan demikian pemodal akan mengalami capital lost
atau kerugian.
3. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi
Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, jika suatu
perusahaan dilikuidasi atau bangkrut maka saham perusahaan tersebut akan
dikeluarkan dari bursa atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi

19

maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding dengan
pemegang obligasi.
4. Saham di-delist dari bursa (Delisting)
Suatu perusahaan di-delist karena kinerja yang buruk seperti mengalami
kerugian berturut-turut. Saham yang telah di-delist tidak dapat lagi
diperdagangkan dibursa, tetapi tetap dapat diperdagangkan di luar bursa
dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas.
5. Saham di-suspend
Saham di-suspend atau dihentikan sementara aktivitas perdagangannya oleh
otoritas bursa efek, artinya jika suatu saham mengalami lonjakan harga yang
luar biasa maka otoritas bursa menghentikan sementara perdagangan saham
tersebut,

kemudian

dimintakan

konfirmasi

kepada

perusahaan

yang

bersangkutan.
2.2.2.2 Obligasi (bond)
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara
pemberi dana (investor) dengan yang diberi dana (emiten), dimana kontrak
tersebut menyatakan bahwa pemilik serifikat tersebut telah membeli hutang
perusahaan yang menerbitkan obligasi. Penerbit membayar bunga atas obligasi
tersebut pada tanggaltanggal yang telah ditentukan secara periodik, dan pada
akhirnya menebus nilai hutang tersebut pada saat jatuh tempo dengan
mengembalikan jumlah pokok pinjaman ditambah bunga yang terutang. Bila
suku bunga dalam perekonomian menurun maka nilai obligasi naik, dan
sebaliknya jika suku bunga meningkat maka nilai obligasi turun.

20

Adapun jenis obligasi menurut penerbitnya terdiri atas.


1. Obligasi Negara (government bond)
Obligasi negara adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah. Obligasi
negara yang diperdagangkan di Bursa Efek antara lain : obligasi negara seri
fixed rate, seri variable rate, seri zero coupon dan obligasi negara ritel.
Obligasi negara ini terdiri atas obligasi pemerintah pusat (government bonds)
dan obligasi pemerintah daerah (municipal bonds).
2. Obligasi Perusahaan (corporate bond)
Corporate bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh pihak swasta dan
ditawarkan dalam bentuk mata uang rupiah dan dolar Amerika.
2.2.2.3 Reksadana (mutual fund)
Menurut UU Pasar Modal No. 8/1995, Reksadana (mutual fund) adalah
institusi jasa keuangan yang menerima uang dari para pemodal yang kemudian
menginvestasikan dana tersebut dalam portofolio yang terdiversifikasi pada
efek/sekuritas. Jadi, reksadana adalah wadah investasi secara koletif untuk
ditempatkan dalam portofolio efek berdasarkan kebijakan investasi yang
ditetapkan oleh institusi jasa keuangan. Kegiatan investasi reksadana dapat
ditempatkan pada berbagai instrumen efek, sehingga bersifat fleksibel karena
mampu memberikan berbagai pilihan bagi investor sesuai tujuan dan
kebutuhannya dalam berinvestasi.

21

Reksadana merupakan kumpulan sahamsaham dan obligasiobligasi


atau sekuritas lainnya yang dimiliki oleh sekelompok pemodal dan dikelolah oleh
perusahaan investasi professional. Dana yang diinvestasikan pada reksadana dari
pemodal akan disatukan dengan dana yang berasal dari pemodal lainnya untuk
menciptakan kekuatan investasi yang jauh lebih besar disbanding harus
melakukan investasi sendiri. Berdasarkan bentuk hukumnya, reksadana dibagi
menjadi dua bagian, yaitu.
1. Reksadana berbentuk perseroan.
Perusahaan penerbit reksadana akan menghimpun dana dengan cara menjual
saham yang dapat diperjualbelikan oleh pemodal, dan pemodal yang membeli
adalah pemegang saham perseroan tersebut. Selanjutnya dana dari penjualan
saham tersebut akan dikelolah oleh manajer investasi, yaitu pihak yang
kegiatan usahanya mengelola portofolio efek, dan diinvestasikan pada
berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang.
Berdasarkan proses jual beli saham, reksadana dalam bentuk perseroan
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
a. open-end investment company
Reksadana terbuka adalah reksadana yang dapat menawarkan dan membeli
kembali sahamsahamnya dari pemodal sampai dengan jumlah yang telah
dikeluarkan.
b. close-end investment company

22

Reksadana tertutup yaitu reksadana yang dapat menwarkan saham


sahamnya kepada masyarakat pemodal, tetapi tidak dapat membeli kembali
sahamsaham tersebut. Pemegang saham tidak dapat menjual kembali
sahamsaham tersebut kepada perusahaan reksadana penerbit.
2. Reksadana kontrak investasi kolektif
Reksadana bentuk ini merupakan instrumen penghimpunan dana dengan
menerbitkan unit penyertaan kepada masyarakat pemodal dan selanjutnya
dana tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis investasi baik di pasar uang
maupun pasar modal.
2.2.2.4 Right
Right merupakan penerbitan saham baru yang hanya ditawarkan terbatas
kepada pemegang saham lama dalam jangka waktu tertentu. Penerbitan saham
baru oleh emiten menganut prinsip preemptive right, artinya jika sebuah emiten
menerbitkan saham baru, saham tersebut harus ditawarkan pertama-tama kepada
pemegang saham lama.
Tandelilin (2010:37) menjelaskan, Right merupakan sekuritas yang
memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru
perusahaan pada harga yang telah di tetapkan selama periode tertentu. Dalam
right issue, perseroan menawarkan hak (right) kepada pemegang saham yang ada
untuk mendapatkan saham baru yang tentu saja berarti menyetor modal dengan

23

rasio tertentu. Jika pemegang saham tersebut tidak mengambil haknya, maka ia
dapat menjual hak-nya tersebut kepada investor lain.
Jadi, right adalah hak yang diberikan kepada pemegang saham lama
untuk terlebih dahulu membeli saham yang baru dikeluarkan dengan tujuan agar
para pemegang saham lama diberi kesempatan untuk mempertahankan
persentase kepemilikannya dalam suatu perusahaan.

2.2.2.5 Warrant
Warrant merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada pemegang
saham utuk membeli saham dari perusahaan dengan harga tertentu pada waktu
tertentu. Warrant biasanya diberikan sebagai penglaris/pemanis penerbitan
obligasi dengan coupon rate yang lebih rendah dari tingkat keuntungan yang
berlaku umum. Biasanya warrant dijual bersamaan dengan obligasi atau saham.
Penerbit warrant harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang
warrant.
Warrant diterbitkan dengan tujuan agar pemodal tertarik membeli saham atau
obligasi yang diterbitkan oleh emiten. Pada keadaan tertentu, misalnya pada saat
suku bunga bank tinggi, tentu pemodal lebih suka menginvestasikan dananya ke
bank. Kalau emiten menerbitkan obligasi yang memberikan bunga lebih tinggi
dari suku bunga bank, maka akan memberatkan keuangan emiten. Sebaliknya jika
emiten menerbitkan obligasi dengan bunga

rendah mungkin tidak diminati

24

pemodal. Supaya obligasi berbunga rendah itu menarik minat pemodal, maka
obligasi disertai warrant.

2.2.3 Analisis Fundamental dan Teknikal


Analisis yang digunakan dalam penilaian harga saham adalah sebagai
berikut:
2.2.3.1 Analisis Fundamental
Suatu analisis yang dilakukan berdasarkan data-data ekonomi dan kinerja
perusahaan. Analisis fundamental dilakukan untuk mengidentifikasi prospek
perusahaan (lewat analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya,
seperti aktiva, laba, deviden, prospek manajemen perusahaan), yaitu dengan
mengidentifikasi saham mana saja yang memiliki prospek yang baik di masa
depan atau mengidentifikasi saham mana saja yang mispriced di padar.
Ada beberapa pendapat mengenai analisis fundamental:
a. Menurut Tjiptono (2006, pp. 189) mengatakan bahwa analisis fundamental
merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari
atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi mikro ekonomi dan
kondisi industri suatu perusahaan, termasuk berbagai indikator keuangan dan
manajemen perusahaan.

25

b. Menurut Justarina (1991, pp. 84), analsisi fundamental adalah suatu analisa
yang dilakukan dan ditujukan pada aspek aspek yang fundamental dari suatu
perusahaan yang terjun ke pasar modal.Analisis fundamental adalah analisis
sekuritas yang menggunakan data-data fundamental dan faktor-faktor
eksternal yang berhubungan dengan perusahaan/ badan usaha tersebut. Data
fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus
bisnis, dan sejenisnya.
2.2.3.2 Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan
harga saham dan indikator pasar saham lainnya berdasarkan pada data pasar
historis seperti informasi harga dan volume. Analisis teknikal juga
didefinisikan sebagai studi terhadap suatu sekuritas atau pasar secara
keseluruhan berdasarkan permintaan dan penawaran (Meyer,1989).
Keputusan analis teknikal dalam menjual atau membeli saham
didasari oleh data-data harga dan volume perdagangan saham di masa lalu.
Informasi data masa lalu tersebut akan mendasari prediksi mereka atas pola
perilaku harga saham di masa datang. Levy (1966), mengemukakan beberapa
asumsi yang mendasari pendapat tersebut, yaitu :
a. Nilai pasar barang dan jasa, ditentukan oleh interaksi permintaan dan
penawaran.

26

b. Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan oleh berbagai faktor, baik


faktor rasional maupun faktor yang tidak rasional.
c. Harga-harga sekuritas secara individual dan nilai pasar secara keseluruhan
cenderung bergerak mengikuti suatu trend selama jangka waktu yang relatif
panjang.
d.

Trend perubahan harga dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan
hubungan permintaan dan penawaran, dimana hubungan tersebut akan bisa
dideteksi dengan melihat diagram reaksi pasar yang terjadi.
2.2.3.3 Analisis Rasio
Analisis Rasio adalah alat yang dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara dua macam data finansial. Rasio menggambarkan suatu
hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah
tertentu dengan jumlah yang lain (Munawir, 2000:54). Rasio sebenarnya
hanyalah alat yang dinyatakan dalam aritmathical terms yang dapat
digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial
(Bambang Riyanto, 2001:329). Rasio keuangan merupakan suatu informasi
yang menggambarkan hubungan antara berbagai macam akun (accounts) dari
laporan keuangan yang mencerminkan keadaan keuangan serta hasil
operasional perusahaan.

2.2.4 Kinerja Keuangan

27

Kinerja (performance) menurut kamus bisnis dan manajemen dapat


didefinisikan sebagai hasil nyata yang dicapai, kadang-kadang dipergunakan
untuk menunjukan dicapainya hasil positif (Tunggal, 1995). Kinerja keuangan
pada dasarnya merupakan hasil yang dicapai suatu perusahaan dengan
mengelola sumber daya yang ada dalam perusahaan seefektif dan seefisien
mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen (Harianto
dan Sudomo, 1998), sedangkan Helfert (1994) mengatakan bahwa kinerja
keuangan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara
terus menerus oleh manjemen. Karena itu, untuk menilai kinerja perusahaan
ini perlu dilibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari
keputusan,dan

mempertimbangkannya

dengan

keuangan

bagi

menggunakan

ukuran

komporatif.
Kinerja

perusahaan

calon

pemegang

saham

menggambarkan prospek dari perusahaan yang sahamnya akan dibeli. Fair


price sekuritas (saham) yang berbentuk dari mekanisme pasar dilantai bursa
dapat menggambarkan prospek perusahaan. Pemodal akan membuat
keputusan yang berhubungan dengan keputusan untuk membeli, menahan atau
menjual kembali sahamnya. Para pemodal percaya bahwa kinerja keuangan
perusahaan (emiten) berhubungan positif dengan harga dan return sahamnya.
Berinvestasi pada perusahaan dengan kinerja yang baik lebih memberi
keyakinan bahwa resiko investasi yang mungkin timbul menjadi semakin

28

kecil. Semakin kecil tingkat risiko berarti pula tingkat kepastian akan
memperoleh return saham semakin besar (Payamta & Hanung, 1998).
Penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu
kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan penilaian tersebut dapat
dijadikan sebagai ukuran keberhasilan suatu perusahaan selama satu periode
waktu tertentu. Disamping itu penilaian kinerja keuangan juga dapat dijadikan
pedoman bagi usaha perbaikan atau peningkatan kinerja keuangan tersebut.
Kinerja kuangan dapat diketahui dari laporan keuangan dengan cara
melakukan analisis laporan keuangan melalui perhitungan rasio keuangan.
Penman (1991) mengemukakan bahwa laopran keuangan dalam bentuk dasar
seperti Neraca, Laporan Rugi-Laba, dan Laporan aliran kas masih belum bisa
memberikan manfaat maksimal terhadap user-nyam sebelum pengguna
mengelola lebih lanjut dalam bentuk analisis laporan keuangan seperti rasiorasio keuangan. Hal ini didasarkan dengan pertimbangan bahwa dengan
melakukan analisis rasio keuangan maka investor dapat melakukan prediksi
return saham yang diingin kan sehingga dapat dibuat portofolio yang
menguntungkan dari investasinya.
2.2.5

Penggolongan Rasio
Penggolongan rasio terdiri dari :
2.2.5.1 Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)

29

Rasio ini disebut juga rasio modal kerja. Pengertian rasio likuiditas
menurut Bambang Riyanto (2001:25), adalah: kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban finansilnya yang segera harus dipenuhi.
Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi
kewajibannya yang sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai
alat-alat untuk membayar yang berupa aset-aset lancar yang jumlahnya harus
jauh lebih besar dari pada kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar
berupa kewajiban-kewajiban lancar. (Harahap 2009:301).
2..2.5.2 Rasio Aktivitas (Activity Ratios)
Rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan
dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan
kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan sebagai perbandingan penjualan
dengan berbagai elemen aset. Elemen aset sebagai pengguna dana seharusnya
bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektif
dalam memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana tersebut, karena
rasio aktivitas umunya diukur dari perputaran masing-masing elemen asset.
(Harahap 2009:308)
2.2.5.3 Rasio Rentabilitas/Profitabilitas (Profitability Ratios)

30

Rasio Profitabiliitas/Rentabilitas

menunjukan perbandingan antara

laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan
kata

lain rentabilitas

adalah

kemampuan

suatu perusahaan

untuk

menghasilkan laba selama periode tertentu (Bambang Riyanto, 1997:35).


Menurut

Bambang

Riyanto

(2001:35)

menyatakan

bahwa:

rentabilitas merupakan kemampuan suatu perusahan untuk menghasilkan


laba selama periode tertentu.
Rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan
antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau
jumlah modal yang menghasilkan laba tersebut.
Rasio

Profitabiliitas/Rentabilitas

merupakan

rasio

yang

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatka laba melalui


semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,
modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304).
Menurut Harahap (2009:309), rasio profitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya,
dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah
karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Menurut Agnes Sawir (2001:18-20) ada beberapa cara yang bisa
digunakan untuk menghitung rasio profitabilitas, yaitu :

31

2.2.5.3 Return On Asset (ROA)


Return On Asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas
dalam menganalisa laporan keuangan atas laporan kinerja keuangan
perusahaan. Pengertian ROA menurut beberapa ahli yaitu :
Menurut Hanafi (2000:83) Return on Asset adalah rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan
total asset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan
biaya-biaya untuk menandai asset tersebut,
Menurut Jumingan (2006:141) Ratio Operating Income dengan
operating asset menunjukkan laba yang diperoleh dari investasi modal dalam
aktiva tanpa mengandalkan dari sumber mana modal tersebut berasal
(keseluruhan modal).
Dari definisi-definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Return On Asset merupakan rasio imbalan aktiva dipakai untuk mengevaluasi
apakah manajemen telah mendapat imbalan yang memadai ( reasobable
return ) dari asset yang dikuasainya. Dalam perhitungan rasio ini, hasil

32

biasanya didefinisakan sebagai sebagai laba bersih ( Operating income ).


Rasio ini merupakan ukuran yang berfaedah jika seseorang ingin
mengevaluasi seberapa baik perusahaan telah memakai dananya, tanpa
memperhatikan besarnya relatif sumber dana tersebut. Return On Asset kerap
kali dipakai oleh manajemen puncak untuk mengevaluasi unit-unit bisnis di
dalam suatu perusahaan multidivisional.
2.2.5.4 Rasio Solvabilitas (Solvency Ratios)
Suatu rasio yang menunjukkan
memenuhi segala kewajiban

kemampuan

perusahaan

finansialnya apabila sekiranya

untuk

perusahaan

tersebut pada saat itu dilikuidasikan (Bambang Riyanto, 1995: 32).


Rasio solvabilitas disebut juga rasio leverage menurut Bambang
Riyanto (2001:35) menyatakan bahwa: solvabilitas dimaksudkan sebagai
kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya
(baik jangka pendek maupun jangka panjang).
Solvabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan membandingkan
antara jumlah aktiva di satu pihak dengan jumlah hutang (baik jangka pendek
maupun jangka panjang) di pihak lain.
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk menghitung rasio
profitabilitas, yaitu :

33

2.2.5.5 Debt to Equity Rasio (DER)


Adapun pengertian Debt to equity ratio (DER) akan dijelaskan pada
pembahasan ini. Menurut Charles H.Gibson (2008:260) Debt equity ratio is
another computation thats determines the entitys long-term debt-paying
ability.
Menurut Suad Husnan (2004:70) menjelaskan bahwa debt to equity
ratio menunjukan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri.
Menurut Horne dan Wachoviz (1998:145) Debt to equity is computed
by simply dividing the total debt of the firm (lincluding current liabilities) by
its shareholders equity. Debt to equity ratio merupakan perhitungan
sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal
pemegang saham.
Sedangkan menurut Sawir (2000-13) menjelaskan bahwa debt to
equity ratio adalah Rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan
ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal
sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam
pendanaan

perusahaan

dan

menunjukan

kemampuan

perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.

modal

sendiri

34

Berdasarkan cara perhitungan DER, rasio ini dapat menggambarkan


potensi manfaat dan resiko yang berasal dari penggunaan utang. Apabila DER
tinggi, hal ini menandakan

srtuktur permodalan usaha lebih banyak

memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Semakin tinggi DER


mencerminkan resiko
operasi relatif

perusahaan relatif tinggi karena perusahaan dalam

tergantung terhadap hutang dan perusahaan memiliki

kewajiban untuk membayar bunga hutang akibatnya para investor cenderung


menghindari sahamsaham yang memiliki nilai DER yang tinggi.
2.2.5.5 Rasio Pasar (Market Ratios)
Rasio pasar yaitu rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap
nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor
atau calon investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap
rasio-rasio ini. Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang
diungkapkan dalam basis per saham.
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk menghitung rasio pasar,
yaitu:
a. Earning Per Share ( EPS )
Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M (2001) pengertian laba per
lembar saham atau Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang

35

menunjukkan berapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau


pemegang saham per lembar sahamnya.
Earning per share (EPS) adalah rasio yang menunjukkan berapa besar
kemampuan perlembar saham dalam menghasilkan laba (Syafri, 2008:306).
Earning per share (EPS) merupakan rasio yang menggambarkan
jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa (Syamsuddin,
2009:66). Oleh karena itu pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang
saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan Earning Per
Share (EPS). Earning Per Share (EPS) adalah suatu indikator keberhasilan
perusahaan.
Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu komponen yang
diperhatikan dalam analisis perusahaan. Informasi EPS suatu perusahaan
menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan untuk
semua pemegang saham perusahaan. EPS merupakan rasio yang menunjukkan
berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang
saham per lembar saham.Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang
saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik pada Earning Per
Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh
untuk setiap lembar saham biasa dan menggambarkan prospekearning
perusahaan. di masa depan.
Laba Bersih
EPS =
Jumlah Saham yang Beredar

36

Sumber : (Hanafi, 2010:42)

b. Price Earning Ratio (PER)


Price Earning Ratio (PER) adalah rasio yang membandingkan antara
harga pasar per lembar saham biasa yang beredar dengan laba per lembar
saham (Tjiptono Darmadji,2001:139).
Suatu perusahaan yang memiliki Price Earning Ratio (PER) yang
tinggi, berarti perusahaan tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan yang
tinggi hal ini menunjukan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba
dimasa mendatang, sebaliknya perusahaan dengan

Price Earning Ratio

(PER) rendah akan mempunyai tingkat pertumbuhan yang rendah, semakin


rendah Price Earning Ratio (PER) suatu saham maka semakin baik atau
murah harga untuk diinvestasikan. Price Earning Ratio (PER) menjadi rendah
nilainya bisa karena harga saham cendrung semakin menurun atau karena
meningkatnya laba bersih perusahaan. Jadi, semakin rendah nilai Price
Earning Ratio (PER) maka semkin murah saham tersebut untuk dibeli dan
semakin baik pula kinerja perlembar saham dalam menghasilkan laba bersih

37

perusahaan, semakin baik kinerja perlembar saham akan mempengaruhi


banyak investor untuk membeli saham tersebut (Arifin,2002:87).

2.3 Kerangka Pikiran


Berdasarkan uraian di atas kerangka yang menjadi dasar penelitian
ini adalah sebagai berikut :

Pasar Modal (BEI)

Emiten

Investor
Operasional Usaha
Laba

Modal
Price Earning
Ratio (PER)
X1

Earning Per
share (EPS)
X2
Ratio On
Asset (ROA)
X3

LQ45 (Y)

Fluktuaktif Harga
Saham

38

Debt to
Gambar 2.3.1 Kerangka Pemikiran
Equity Rasio
(DER) X4
Berdasarkan Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran tersebut dapat
dijelaskan bahwa pasar modal (BEI) berperan sebagai pihak yang
memfasilitasi dan menyelenggarakan perdagangan efek antara pihak
perusahaan go public (emiten) dengan pihak investors. Emiten membutuhkan
modal yang banyak untuk membiayai operasional usahanya dengan menjual
efeknya kepada investors. Dalam perdagangan efek di bursa tersebut, harga
efek yang fluktuatif sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor
ekonomi makro. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan PER,EPS, ROA
dan DER sebagai variabel independen dan variabel dependennya LQ45.
2.4 Hipotesis Penelitian.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
harga saham perusahaan LQ-45.
2. Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
harga saham perusahaan LQ-45.
3.

Ratio On Asset (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap harga


saham perusahaan LQ-45.

39

4.

Debt to Equity Ratio (DER)

berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap harga saham perusahaan LQ-45.


5.

Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Ratio On Asset
(ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara bersama-sama berpengaruh
positif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan LQ-45.

2.5 Definisi Konsepsional.


Definisi konsepsional merupakan suatu penjelasan atau pembahasan
mengenai konsep judul penelitian dimana penulisannya disesuaikan dengan
maksud dari penulisan itu sendiri terhadap variabelvariabel yang
bersangkutan, sehingga batasanbatasan penelitian dan penulisan skripsi
menjadi lebih jelas. Dengan adanya batasanbatasan tersebut maka peneliti
merumuskan definisi konsepsional sebagai berikut :
a. Price Earning Ratio (PER) adalah suatu rasio yang menggambarkan bagaimana
keuntungan perusahaan atau emiten saham (company's earnings) terhadap harga
sahamnya (stock price).
b. Earning Per Share (EPS) adalah suatu rasio yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik
perusahaan. Merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (laba)
yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya.
c. Return On Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang dapat mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.

40

d. Debt of Equity Ratio (DER) adalah rasio yang dipergunakan untuk mengukur
tingkat penggunaan utang terhadap total share holders equity yang dimiliki
perusahaan.
e. LQ45 adalah deretan 45 saham yang merupakan saham-saham dengan transaksi
terbanyak di Bursa Efek Indonesia. indeks penggerak pasar di Bursa Efek
Indonesia yang terbentuk dari 45 saham yang memiliki likuiditas dan
kapitalisasi pasar terbesar.
f. BEI adalah menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai
pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai tanggal tertentu.
Biasanya pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari, berdasarkan
harga penutupan di bursa pada hari tersebut.

Anda mungkin juga menyukai