SK 1
SK 1
1102009076
Skenario 1
I.
Dimulai dari esophagus pars abdominalis pada foramen esophagicum pada diaphragma setinggi
T X.
Dapat dibedakan :
Curvatura minor (lengkung kecil), sebelah mdial.
Curvatura major(lengkung besar)
Paries ventralis (anterior)
Paries dorsalis (posterior)
Makanan bercampur dengan cairan lambung yang mengandung enzim, mucin, asam
lambung dan air, berubah menjadi setengah cair (chymus)
Chymus diteruskan sedikit-sedikit kedalam usus halus dengan kecepatan yang sesuai
dengan kapasitas pencernaan dan absorbsi usus halus.
Fungsi :
1. Tempat menyimpan makanan
2. Tempat mencampur makanan dg getah lambung chyme
3. Tempat mengosongkan makanan
4. Mencegah masuknya sebagian kuman
5. Tempat absorbsi alkohol + obat-obatan
Terdapat 4 daerah:
Cardia: merupakan daerah sempit melingkari orificium cardia, dekat dengan peralihan esofagusgaster
Fundus: berbentuk kubah, diatas bidang horizontal melalui orificium cardia
Corpus/badan: 2/3 bagian lambung dari fundus hingga pilorus. Batas yang cekung disebut
kurvatura minor, sedangkan yang cembung disebut kurvatura mayor. Struktur histologis fundus
dan corpus sama. Kurvatura minor mempunyai lengkungan yang tajam yaitu incissura angularis
yang memisahkan korrpus dan pilorus
Pylorus: bagian terbawah, berbentuk cerobong. Bagian permulaan yang lebih lebar disebut
sebagai antrum pilorikum. Pangkal cerobong disebut kanal pilorikum dan berakhir sempit sebagai
sfingter pilorikum. Kanal pilorikum berakhir pada duodenum
Mikroskopik
Tunika Mukosa Lambung
Membran mukosa tebal, pada keadaan kosong mengkerut, mukosa terdorong menjadi sejumlah
lipatan: rugae, menghilang jika lambung terisi
Permukaan mukosa terbagi-bagi oleh daerah cekungan dangkal, disebut foveola gastica, pada
tiap foveola terdapat gastric pit, lubang yang berbentuk sumuran menuju ke bawah.
Epitel permukaan pada foveola dan gastric pit adalah epitel selapis torak tinggi, mensekresi
lendir, tampak pucat pada sediaan.
Seluruh mukosa gaster diisi oleh kelenjar tubulosa simplex, yang bermuara ke dasar gastric pit.
dua (bifurcatio).
2. Sel argentaffin
Sel Pariental/Oksintik
Acid (HCl) secreting cells.
Terdapat pada setengah bagian atas kelenjar, jarang pada basis.
Tersisip antara sel-sel mukus leher, berbentuk piramid, inti sferis ditengah, berwarna eosinofil .
Menghasilkan ; HCl , Gastric intrinsic factor, penting untuk absorbsi vit B 12 defisiensi menimbulkan
anemia pernisiosa.
Sel Mukosa Leher
Pada leher kelenjar, berupa kelompokan sel maupun tunggal diantara sel parietal.
Mensekresi mukus asam, kaya glikosaminoglikans, berbeda dengan mukus permukaan yang netral.
Bentuk tidak teratur, inti pada basis sel, granula ovoid/sferis pada apikal sel.
Terwarna kuat dengan PAS atau mucicarmine
Sel Zymogenic
Sel serosa, berwarna basofil, terdapat granula zymogen pada daerah apikal sel
Pada manusia menghasilkan ; pepsin (proteolitik aktiv) dan lipase (enzim lipolitik)
Sel APUD
Mensintesa polipeptida.
Dengan mikroskop elektron: granula sekresi sangat halus (100-200 nm), retikulun endoplasmik
jarang dan apparatus Golgi sedikit.
Sel APUD gastro intestinal terdapat pada fundus, antrum pilorikum, duodenum, yeyunum, ileum
dan colon.
Pylorus
Antara sel mukus terdapat sel gastrin, yang merangsang pengeluaran asam pada kelenjar
lambung
II.
Secara umum gaster memiliki fungsi motorik dan fungsi pencernaan & sekresi, berikut fungsi Lambung:
1. Fungsi motorik
Fungsi reservoir
Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicernakan dan bergerak ke saluran
pencernaan. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan dengan relaksasi reseptif
otot polos yang diperantarai oleh saraf vagus dan dirangsang oelh gastrin.
Fungsi mencampur
Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui
kontraksi otot yang mengelilingi lambung.
Diatur oleh pembukaan sfingter pylorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman, aktivitas
osmotis, keadaan fisisk, emosi, obat-obatan dan kerja. Pengosongan lambung di atur oleh saraf dan
hormonal
2. Fungsi pencernaan dan sekresi
Sekresi factor intrinsik. Memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari usus halus bagian distal.
Sekresi mucus. Membentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai
pelumas sehingga makanan lebih mudah untuk diangkut.
menuju ke duodenum (bagian pertama dari usus halus). Rennin tidak terdapat pada sekresi lambung
pada orang dewasa.
meningkatkan
8. meningkatkan tonus istirahat SEB, mencegah refluks lambung waktu pencampuran dan
pangadukan
9. menghambat pengosongan lambung, memungkinkan pencampuran seluruh isi lambung sebelum
diteruskan ke usus
2. Enzim pepsin: mengubah protein menjadi pepton
3. Enzim rennin: mengendapkan kasein dalam susu
4. Enzim lipase: memecah lemak menjadi asam lemak
5. HCl: mmbunuh kuman dan mengasamkan makanan
III.
N. Vagus
Mekanis & Kimia dari makanan di dalam lambung
h. gastrin ke drh sekresi g. Lamb Lemak hambat sekresi g.lamb dg rangsangan
sekresi h. enterogastron dari mukosa duodenum senyawa-senyawa : histamin, extract daging,
alk, coffein, insulin, pilokarpin, nikotin.
I.Guna HCl Lambung
Protein + HCl Lambung denaturasi : struktur tersier protein hilang
krn penghancuran ikatan hidrogen lipatan rantai polipeptida terbuka enzim proteolitik dapat
bekerja menghancurkan sebagian besar mikroorganisme yang masuk gastrointestinal.
II.Pepsin
Sel chief proenzim (zimogen) pepsinogen +Hcl prot Proteosa +pepton Pepsin = endopeptidase,
spesifik utk ikatan peptida yg dibentuk oleh A.A. aromatik atau A.A. dikarboksilat Eksopeptidase =
menghidrolisis ikatan peptida yang dekat dg residu N /C terminal
III. Renin (kimosin)
Hanya ada pd lambung bayi. Koagulasi susu, cegah aliran cepat dari lambung. Kasein susu + Ca renin
Ca parakaseinat atau dengan Pepsin pecah kembali
Untuk buat keju IV.Lipase
Hidrolisis tri-asilgliserol rantai pendek & sedang.
Fungsi lipolitiknya tdk penting krn ph opt 7,5 (tdk sesuai dg pH lambung)
Analisa Getah lambung :
Klinik: u/ mengetahui kelainan sekresi getah lambung (HCl), darah.
Cara pemeriksaan: puasa = lambung kosong, post stimulan: alk., caffein, insulin , Test meal=
makanan khusus. Yg diukur: keasaman bebas/ total
Keasaman kombinasi =
Keasaman Total Keasaman bebas
Keasaman dinyatakan sebagai 7 ml 0.1 N NaOH yg dibthkan mentitrasi 100 ml gth.lamb smp pH
3,6 (HCl bebas) dan smp pH 7 (keasaman total).
IV.
Definisi
Tukak lambung ialah suatu gambaran bulat atau semi bulat/oval, ukuran >5mm kedalaman sub mukosal
pada mukosa lambung akibat terputusnya kontinuitas/integritas mukosa lambung. Tukak lambung
merupakan luka terbuka dengan pinggir edema disertai indurasi dengan dasar tukak ditutupi debris, dapat
ditemukan pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung,
duodenum, dan setelah gastroduodenal, juga jejunum.
Dispepsia ialah suatu keadaan dimana berkurangnya daya atau fungsi pencernaan, biasanya ditunjukkan
dengan perasaan tak nyaman pada epigastrium setelah makan.
Klasifikasi
A. Dispepsia Idiopatik / DNU (non organik)
Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bila tidak jelas
penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ
berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluran
pencernaan).
B. Dispepsia Organik
Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya. Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata
terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari,
radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.
Tukak Lambung
Epidemiologi
Umumnya banyak menyerang pria pada usia lanjut dan ekonomi rendah. Frekuensi paling besar pada
individu antara usia 40 dan 60 tahun. Setelah menopause, insiden ulkus peptikum pada wanita hampir
sama dengan pria. Sejak ditemukannya kuman Helicobacter Pylori sebagai penyebab dan dilakukan
eradikasi, jumlah insiden penyakit ini dapat ditekan.
Etiologi
Dispepsia tipe refluks adanya rasa terbakar pada epigastrium, dada atau regurgitasi dengan
gejala perasaan asam di mulut.
Dispepsia tipe dismotilitas yaitu nyeri epigastrium yang bertambah sakit setelah makan, disertai
kembung, cepat kenyang , rasa penuh setelah makan, mual atau muntah, bersendawa dan
banyak flatus.
Dispepsia tipe ulkus yaitu nyeri epigastrium yang mereda bila makan atau minum antasid dan
nyeri biasanya terjadi sebelum makan dan tengah malam.
Dispepsia non-spesifik yaitu dispepsia yang tidak bisa digolongkan dalam satu kategori di atas.
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux. Jika anda memiliki
penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus (saluran muskulo membranosa
yang membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obatobatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia
belum dapat ditemukan.
Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
Kanker lambung.
Alkohol, OAINS.
Penyakit hati.
Merokok
Alkoholik
Stres
Patofisologi
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam
lambung pencernaan(asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan
konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa.
Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam
klorida.
Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
1.Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa makanan yang bekerja
pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang
tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang
menyebabkan makanan sering secara konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat
ini banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet saring mempunyai efek signifikan pada
keasaman lambung atau penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam hari saat
lambung kosong adalah iritan yang signifikan.
2.Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap
reseptor dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap
distensi lambung oleh makanan.
3.Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon(dianggap menjadi gastrin) yang pada
waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.
Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan mukoprotein yang disekresikan
secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa
terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena
mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila asam
hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar mukosa tidak memberikan
perlindungan asam hidroklorida bersama dengan pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida
kontak hanya dengan sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan
lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier ini adalah pertahanan
untama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Faktor lain yang
mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah, keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa, dan
regenerasi epitel. Oleh karena itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua
factor ini :
1. hipersekresi asam pepsin
2. kelemahan barier mukosa lambung
Apapun yang menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak mukosa lambung adalah
ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam
kategori ini.
Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien datang dengan ulkus peptikum berat atau
ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar. Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan berikut :
hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor
ditemukan dalam gastric triangle yang mengenai kista dan duktus koledokus, bagian kedua dan tiga dari
duodenum, dan leher korpus pancreas. Kira-kira dari gastrinoma adalah ganas(maligna).
Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui. Pasien ini dapat mengalami
adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan karenanya dapat menunjukkan tanda
hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama adalah nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah istilah yang
diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian
penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma dengan
organ multiple dapat menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam setelah cedera
menunjukkan erosi dangkal pada lambung, setelah 72 jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila kondisi
stress berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas pada ulserasi stress.
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya ulserasi mukosa
dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa lambung. Selain itu jumlah besar pepsin
dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam dan pepsin menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan
ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari ulkus
lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak. Ulkus ini dapat terjadi pada
esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus
stress. Ulkus curling sering terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.
Manifestasi Klinis
Manifestasi Sindrom Dispepsia
Ada 3 tipe
Pengamatan klinis, dispepsia (sakit dan tidak nyaman), kelainan fisik yang dijumpai, sugesti
pasien tukak.
Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat
dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan
berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita
makan.
Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus kecil dan untuk
mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung. Contoh tersebut kemudian
diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter
pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik sekaligus
terapeutik.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:
a. CLO (rapid urea test)
b. Patologi anatomi (PA)
c. Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan
d. PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yaitu OMD dengan
kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum tersedia
di Indonesia).
Pemeriksaan radiologis dilakukan terhadap saluran makan bagian atas dan sebaiknya dengan
kontras ganda. Pada refluks gastroesofageal akan tampak peristaltik di esofagusnyang menurun
terutama di bagian distal, tampak anti-peristaltik di antrum yang meninggi serta sering
menutupnya pilorus, sehingga sedikit barium yang masuk ke intestin.
Pada tukak baik di lambung, maupun di duodenum akan terlihat gambar yang
disebut niche, yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk
niche dari tukak yang jinak umumnya reguler, semisirkuler, dengan dasar licin. Kanker di
lambung secara radiologis, akan tampak massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di daerah
kanker, bentuk dari lambung berubah. Pankreatitis akut perlu dibuat foto polos abdomen, yang
akan terlihat tanda seperti terpotongnya usus besar (colon cut off
sign), atau tampak dilatasi dari intestin terutama di jejunum yang disebutsentinal loops.
Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi kerongkongan atau respon
kerongkongan terhadap asam.
Diagnosa banding
Dispepsia fungsional
Penyakit vascular
V.
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin bekerja
sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%.
Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.
3.
Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial seperti tukak
peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H 2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin,
dan famotidin.
4.
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam
lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
5.
Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE 1) dan enprostil (PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga
menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi
prostoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan
meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective), yang
bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).
6.
Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid. Golongan ini cukup
efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan
memperbaiki bersihan asam lambung.
7. Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti- depresi dan cemas) pada
pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan
faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi.
Terapi non-farmakologi
Semua pasien dispepsia disarankan menghentikan merokok dan, bila kondisi kesehatan memungkinkan,
berhenti memakai obat ulserogenik. Juga harus dihindari makanan dan
faktor lain yang mencetuskan keluhan. Perlu juga disarankan aktivitas mengurangi stres seperti olah raga
dan ralaksasi oleh karena stres, depresi atau kecemasan juga dapat memperberat keluhan dispepsia.
modifikasi gaya hidup & menghindari obat penyebab ulcer (aspirin & NSAIDs lain, bisphosphonat
oral, KCl, pengobatan imunosupresan)
Menghindari stress
Stop merokok & alkohol
Stop kafein (stimulan asam lambung)
Menghindari makanan dan minuman soda
Menghindari makan malam
Farmakologi ulcus pepticum
Salah satu segi pengobatan ulkus duodenalis atau ulkus gastrikum adalah menetralkan atau mengurangi
keasaman lambung. Proses ini dimulai dengan menghilangkan iritan lambung (misalnya obat anti
peradangan non-steroid, alkohol dan nikotin). Makanan cair tidak mempercepat penyembuhan maupun
mencegah kambuhnya ulkus. Tetapi penderita hendaknya menghindari makanan yang tampaknya
menyebabkan semakin memburuknya nyeri dan perut kembung.
Antasid.
Antasid mengurangi gejala, mempercepat penyembuhan dan mengurangi jumlah angka kekambuhan
dari ulkus. Sebagian besar antasid bisa diperoleh tanpa resep dokter. Kemampuan antasid dalam
menetralisir asam lambung bervariasi berdasarkan jumlah antasid yang diminum, penderita dan waktu
yang berlainan pada penderita yang sama. Pemilihan antasid biasanya berdasarkan kepada rasa, efek
terhadap saluran pencernaan, harga dan efektivitasnya. Tablet mungkin lebih disukai, tetapi tidak
seefektif obat sirup.
1.
Obat ini dengan segera akan menetralkan seluruh asam lambung. Yang paling kuat adalah natrium
bikarbonat dan kalsium karbonat, yang efeknya dirasakan segera setelah obat diminum. Obat ini diserap
oleh aliran darah, sehingga pemakaian terus menerus bisa menyebabkan perubahan dalam
keseimbangan asam-basa darah dan menyebabkan terjadinya alkalosis (sindroma alkali-susu). Karena
itu obat ini biasanya tidak digunakan dalam jumlah besar selama lebih dari beberapa hari.
2.
Obat ini lebih disukai karena efek sampingnya lebih sedikit, tidak menyebabkan alkalosis. Obat ini
berikatan dengan asam lambung membentuk bahan yang bertahan di dalam lambung, mengurangi
aktivitas cairan-cairan pencernaan dan mengurangi gejala ulkus tanpa menyebabkan alkalosis. Tetapi
antasid ini mempengaruhi penyerapan obat lainnya (misalnya tetracycllin, digoxin dan zat besi) ke dalam
darah.
3.
Alumunium Hdroksida.
Merupakan antasid yang relatif aman dan banyak digunakan. Tetapi alumunium dapat berikatan
dengan fosfat di dalam saluran pencernaan, sehingga mengurangi kadar fosfat darah dan
mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan lemas. Resiko timbulnya efek samping ini lebih besar pada
penderita yang juga alkoholik dan penderita penyakit ginjal (termasuk yang menjalani hemodialisa). Obat
ini juga bisa menyebabkan sembelit.
4.
Magnesium Hidroksida.
Merupakan antasid yang lebih efektif daripada alumunium hidroksida. Dosis 4 kali 1-2 sendok
makan/hari biasanya tidak akan mempengaruhi kebiasaan buang air besar; tetapi bila lebih dari 4 kali
bisa menyebabkan diare. Sejumla kecil magnesium diserap ke dalam darah, sehingga obat ini harus
diberikan dalam dosis kecil kepada penderita yang mengalami kerusakan ginjal. Banyak antasid yang
mengandung magnesium dan alumunium hidroksida.
OBAT-OBAT ULKUS.
Ulkus biasanya diobati minimal selama 6 minggu dengan obat-obatan yang mengurangi jumlah asam
di dalam lambung dan duodenum. Obat ulkus bisa menetralkan atau mengurangi asam lambung dan
meringankan gejala, biasanya dalam beberapa hari.
1.
Sucralfate.
Cara kerjanya adalah dengan membentuk selaput pelindung di dasar ulkus untuk mempercepat
penyembuhan. Sangat efektif untuk mengobati ulkus peptikum dan merupakan pilihan kedua dari
antasid. Sucralfate diminum 3-4 kali/hari dan tidak diserap ke dalam darah, sehingga efek
sampingnya sedikit, tetapi bisa menyebabkan sembelit.
2.
Antagonis H2.
Contohnya adalah cimetidine, ranitidine, famotidine dan nizatidine. Obat ini mempercepat
penyembuhan ulkus dengan mengurangi jumlah asam dan enzim pencernaan di dalam lambung dan
duodenum. Diminum 1 kali/hari dan beberapa diantaranya bisa diperoleh tanpa resep dokter. Pada
pria cimetidine bisa menyebabkan pembesaran payudara yang bersifat sementara dan jika diminum
dalam waktu lama dengan dosis yang tinggi bisa menyebabkan impotensi. Perubahan mental
(terutama pada penderita usia lanjut), diare, ruam, demam dan nyeri otot telah dilaporkan terjadi pada
1% penderita yang mengkonsumsi cimetidine. Jika penderita mengalami salah satu dari efek samping
tersebut diatas, maka sebaiknya cimetidine diganti dengan antagonis H2 lainnya. Cimetidine bisa
mempengaruhi pembuangan obat tertentu dari tubuh (misalnya teofilin untuk asma, warfarin untuk
pembekuan darah dan phenytoin untuk kejang).
3. Omeprazole dan Iansoprazole. Merupakan obat yang sangat kuat menghambat pembentukan
enzim yang diperlukan lambung untuk membuat asam. Obat ini dapat secara total menghambat
pelepasan asam dan efeknya berlangsung lama. Terutama efektif diberikan kepada penderita
esofagitis dengan atau tanpa ulkus esofageal dan penderita penyakit lainnya yang
mempengaruhi pembentukan asam lambung (misalnya sindroma Zollinger-Ellison).
4. Antibiotik.
Digunakan bila penyebab utama terjadinya ulkus adalah Helicobacter pylori. Pengobatan terdiri
dari satu macam atau lebih antibiotik dan obat untuk mengurangi atau menetralilsir asam
lambung. Yang paling banyak digunakan adalah kombinasi bismut subsalisilat (sejenis
sucralfate) dengan tetracyclin dan metronidazole atau amoxycillin. Kombinasi efektif lainnya
adalah omeprazole dan antibiotik. Pengobatan ini bisa mengurangi gejala ulkus, bahkan jika
ulkus tidak memberikan respon terhadap pengobatan sebelumnya atau jika ulkus sering
mengalami kekambuhan.
5. Misoprostol.
Digunakan untuk mencegah ulkus gastrikum yang disebabkan oleh obat-obat anti peradangan
non-steroid. Obat ini diberikan kepada penderita artritis yang mengkonsumsi obat anti
peradangan non-steroid dosis tinggi. Tetapi obat ini tidak digunakan pada semua penderita
artritis tersebut karena menyebabkan diare (pada 30% penderita).
Memberikan makanan dan cairan secukupnya tanpa memberatkan lambung
Mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan
Porsi kecil
Lemak rendah
Rendah serat
Cairan cukup
Tidak mengandung bumbu yang tajam
Bahan makanan yang tidak dianjurkan seperti ; beras ketan, jagung, ubi, talas, singkong, kacang merah,
sayuran mentah (lalapn), daun singkong, kol, sawi, nanas, durian, nangka, santan kental, minuman
bersoda, minuman beralkohol, kopi, cabe, merica, dan cuka.
Biasakan makan dengan teratur
Kunyah makanan dengan baik supaya enzim ptialin dalam kelenjar ludah dapat melakukan
fungsinya dengan sempurna
Jangan makan terlalu banyak
Jangan berbaring setelah makan
Hindari waktu makan yang terlalu ber-dekatan supaya proses mencerna tidak terganggu (interval
2-3 jam)
Jangan makan sambil minum (setiap cairan yang dikonsumsi dengan makanan padat akan
mengurangi aktivitas cairan pencernaan yang terlibat dalam proses pencernaan)
Tingkatkan konsumsi makanan sumber serat
Konsumsi makanan probiotik
Kurangi konsumsi makanan pembentuk asam (protein hewani dan karbohidrat sederhana)
Jangan makan makanan yang terlalu panas atau dingin (dapat mengiritasi lapisan dinding
lambung)
Kurangi stres
Tindakan Operasi
Jarang diperlukan pembedahan untuk mengatasi ulkus karena pemberian obat sudah efektif.
Pembedahan terutama dilakukan untuk:
mengatasi komplikasi dari ulkus peptikum (misalnya prforasi, penyumbatan yang tidak memberikan
respon terhadap pemberian obat atau mengalami kekambuhan).
2 kali atau lebih perdarahan karena ulkus.
ulkus gastrikum yang dicurigai akan menjadi ganas.
Tukak gaster dengan sangkaan keganasan (corpus dan fundus 70% keganasan)
Tindakan operasi pada tukak lambung ditentukan berdasarkan adanya tukak duodenum
Prosedur yang dilakukan pada tukak lambung dutentukan adanya penyertaan tukak duodenum :
Tukak gaster dekat EG junction tindakan operasi dilakukan lebih radikal/sub total gastrektomi
dengan Toux-en-Y/esofagostro jejunustomi. Jika keadaan pasien kurang baik lokasi tukak
proksimal dilakkukan prosedur Kelling Madlener termasuk anterektomi, biopsi tukak intra opratif
dan vagotomi, rekuransi tukak 30%.
Komplikasi oprasi
Semakin radikal tindakan operasi semakin berkurang kekambuhan tukak tapi semakin
meningkat komplikasi pasca operasi.
Tukak rekurensi/kambuh
Sindrom dumping
Adenokarsinoma lambung
5. Pencegahan
Modifikasi gaya hidup sangat berperan dalam mencegah terjadinya dispepsia bahkan memperbaiki
kondisi lambung secara tidak langsung. Berikut ini adalah modifikasi gaya hidup yang dianjurkan untuk
mengelola dan mencegah timbulnya gangguan akibat dispepsia :
1.
Perforasi.
Ulkus di permukaan depan duodenum atau (lebih jarang) di lambung bisa menembus dindingnya dan
membentuk lubang terbuka ke rongga perut. Nyeri dirasakan secara tiba-tiba, sangat hebat dan terus
menerus, dan dengan segera menyebar ke seluruh perut. Penderita juga bisa merasakan nyeri pada
salah satu atau kedua bahu, yang akan bertambah berat jika penderita menghela nafas dalam.
Perubahan posisi akan memperburuk nyeri sehingga penderita seringkali mencoba untuk berbaring
mematung. Bila ditekan, perut terasa nyeri. Demam menunjukkan adanya infeksi di dalam perut. Jika
tidak segera diatasi bisa terjadi syok. Keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan segera dan
pemberian antibiotik intravena.
Perdarahan.
Perdarahan adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Gejala dari perdarahan karena ulkus adalah:
Muntah darah segar atau gumpalan coklat kemerahan yang berasal dari makanan yang sebagian telah
dicerna, yang menyerupai endapan kopi
Tinja berwarna kehitaman atau tinja berdarah. Dengan endoskopi dilakukan kauterisasi ulkus.
Bila sumber perdarahan tidak dapat ditemukan dan perdarahan tidak hebat, diberikan pengobatan
dengan antagonis-H2 dan antasid. Penderita juga dipuasakan dan diinfus, agar saluran pencernaan
dapat beristirahat. Bila perdarahan hebat atau menetap, dengan endoskopi dapat disuntikkan bahan
yang bisa menyebabkan pembekuan. Jika hal ini gagal, diperlukan pembedahan.
Penyumbatan.
Pembengkakan atau jaringan yang meradang di sekitar ulkus atau jaringan parut karena ulkus
sebelumnya, bisa mempersempit lubang di ujung lambung atau mempersempit duodenum. Penderita
akan mengalami muntah berulang, dan seringkali memuntahkan sejumlah besar makanan yang dimakan
beberapa jam sebelumnya. Gejala lainnya adalah rasa penuh di perut, perut kembung dan berkurangnya
nafsu makan. Lama-lama muntah bisa menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi dan
ketidakseimbangan mineral tubuh. Mengatasi ulkus bisa mengurangi penyumbatan, tetapi penyumbatan
yang berat memerlukan tindakan endoskopik atau pembedahan.
Prognosis
Lambung kronis, peritonitis, hinga kematian.
Sumber :
Mansjoer, Arif et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi Ketiga. Jakarta.:
488-491
Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung : 156,159
Bazaldua, O.V. et al. 2006. Dyspepsia: What It Is and What to Do About It
PDSPI. 2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam