Anda di halaman 1dari 8

KULIAH ELS

KESEHATAN JIWA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Untuk Mahasiswa Kedokteran UMY


Blok Kedokteran Jiwa

Oleh:
dr. Warih Andan Puspitosari, MSc, SpKJ
Lama kuliah : 1 jam pertemuan

Learning Objectif :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Kriteria Sehat Mental Menurut WHO
2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Kriteria sehat mental menurut
perseptif Islam dengan dalil-dalil naqlinya

Pribadi yang sehat secara holistik menurut WHO (1984) meliputi sehat fisik,
sehat jiwa, sehat sosial dan sehat spiritual. Berkembang sangat luas konsep sehat jiwa
oleh berbagai ahli. WHO (1959) menawarkan konsep sehat jiwa dengan 8 kriteria
sedangkan alquran menawarkan lebih dari itu. Wahai sekalian manusia, telah
datang kepadamu alquran sebagai pelajaran dari TuhanMu dan obat apa yang ada
dalam dada (jiwa) serta hidayah dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS.
Yunus : 57).
World Health Organization (Maramis, 1990) mengungkapkan criteria sehat
mental sebagai berikut :
1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu
buruk
2. Merasa lebih puas untuk memberi daripada menerima
3. Merasa relatif bebas dari ketergantungan dan kecemasan
4. Berhubungan tolong-menolong dan saling memuaskan dengan orang lain
5. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran di kemudian hari
6. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif
7. Mempunyai daya kasih sayang yang besar

Kriteria sehat jiwa menurut WHO tersebut sejalan dengan kriteria sehat
menurut AlQuran dan Hadist.
1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan
itu buruk.
Kesulitan hidup yang dialami seseorang akan menguatkan pertumbuhan jiwanya
menuju ke arah kematangan. Berbagai stressor psikososial (masalah keluarga,
masalah sekolah, masalah lingkungan sosial, dll) yang dihadapi akan membuat
seseorang makin matang dan makin tangguh dalam menghadapi berbagai persoalan
hidup. Sehingga tidak mudah terguncang karena kesusahan, kehilangan, kegagalan
atau musibah yang menimpa. Juga tidak mudah terlenakan oleh prestasi, kesenangan
dan kesuksesan.
Seorang muslim ikhlas dalam menerima kenyataan hidup sebagai takdir dari
Allah. Seringkali kenyataan itu terasa pahit, namun seorang mukmin yakin ada
hikmah yang besar di dalamnya. Selalu berpikir positif terhadap apa yang diberikan
Allah kepadanya.

William James mengatakan bahwa penemuan terbesar yang dicapai generasinya


adalah, manusia dapat mengubah hidup mereka dengan mengubah pikiran mereka.
Melalui proses ini, kita dapat benar-benar membentuk dan membangun kembali hidup
kita. Dalam sebuah Hadist Qudsi Allah mengatakan bahwa Allah sesuai dengan
persangkaan hambaNya. Maka seorang mukmin senantiasa akan Positive thingking
terhadap kenyataan yang dihadapiNya. Hati-hati kita dengan peringatan Allah dalam
Al Quran (QS 70: 19-22) manusia diciptakan dalam kondisi keluh kesah.. Jangan
sampai kita terjebak dalam keluh kesah.
Firman Allah :
Allah tidak menguji seseorang di luar kesanggupan hambaNya. (QS. Al Baqarah :
185).
Tiada satu bencana pun menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah dari Allah. (Kami jelaskan yang
demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu
dan kamu jangan terlalu gembira (menjadi sombong dan lupa pada Allah) terhadap
apa yang diberikan padamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong
lagi membanggakan diri (QS. Al Hadid : 22-23)

2. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya


Allah berfirman:
Dan ( ingatlah juga ), takala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu
bersyukur , pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari ( nikmat-Ku ), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS.
Ibrahim [14]:7 )
Allah telah memberi nikmat yang teramat banyak kepada manusia, namun
banyak orang yang tidak mensyukuri nikmat-nikmat tersebut. Jika kita mau berhitung
secara matematis, nikmat Allah tidak akan pernah bisa dihitung karena begitu
banyaknya. Sebagai contoh :
Nikmat sehat sangat mahal dan kita sering mengkufurinya. Misal Seseorang
dengan kasus PPOM (Penyakit Paru Obstruktif menahun) yang membutuhkan
Pemakaian Oksigen tiap hari. Coba kita hitung berapa uang harus dikeluarkan untuk
membeli oksigen. Sewa tabung besar per bulan 50.000, isi oksigen 70.000/3 hari jadi
untuk 1 bulan saja perlu 750.000 rupiah. Itu baru untuk oksigen saja.

Padahal kita memperoleh Oksigen secara gratis, selama bertahun-tahun dalam


keadaan sehat, bahagia. Belum lagi tentang fungsi jantung kita, berapa harga alat pacu
jantung, operasi, maitenance, dll, ginjal kita, hepar kita, mata kita, telinga kita dan
seluruh anggota badan kita. Padahal masih banyak nikma-nikmat lain yang tak bisa
kita rinci satu persatu.
Manusia yang tidak bersyukur akan terus-menerus merasa kurang dan ambisi
untuk mendapatkan sesuatu yang di luar jangkauannya. Sehingga akan tegang, tidak
puas, menyesal sehingga jiwanya tidak tentram. Namun orang yang syukur maka akan
selalu mensyukuri apa yang ada pada dirinya, merasa puas atas segala hasil jerih
payahnya dan rileks jika belum bisa mewujudkan mimpi dan harapannya. Seorang
mukmin akan senantiasa bekerja keras, berusaha semaksimal mungkin, berikhtiar
sesuai dengan kemampuannya dan kemudian bertawakal terhadap hasilnya.Karena
sesungguhnya kita mendapatkan pahala dari usaha kita, sedangkan hasil adlah
ketetapan Allah SWT.
Dalam berbagai fenomena kehidupan, baik yang sempit mengenai diri seseorang
manusia maupun yang universal dalam fenomena semesta, tak ada yang terlepas dari
kerangka nikmat Tuhan. Sehingga orang beriman harus bersyukur pada Allah swt.

3. Merasa lebih puas dengan memberi daripada menerima


Segala nikmat yang diberikan Allah swt kepada kita, rezeki yang dititipkan
kepeda kita, karunia-karunia Allah; kesehatan,kemampuan,ilmu,umur,dan sebagainya,
tidak untuk dinikmati sendiri dan bukan untuk dimonopoli sendiri.Harus ada kemauan
(dan kesadaran) untuk berbagi dan peduli.
Hadist Nabi menyatakan:
Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba-Nya mau menolong saudaranya.
Nabi bersabda ;
Orang yang demawan itu dekat dengan manusia, dekat dengan Allah, dekat dengan
syurga, dan jauh dari neraka.Sebaliknya,orang yang bakhil(pelit) itu jauh dari
manusia,jauh dari Allah,jauh dari syurga,dan dekat dengan neraka.
Dalam jiwa yang sehat wawasan memberi itu diberi makna yang luas.Bukan
sesempit (hanya) memberi uang, tapi bisa juga memberi tenaga, waktu, ilmu,
perhatian, kasih sayang, dan setidak-tidaknya senyuman.
Nabi bersabda ;
Senyummu pada saudaramu adalah sedekah.

Senyum banyak manfaatnya bagi kesehatan jiwa. Otot otot wajah akan berkontraksi,
sehingga ketegangan-ketegangan akan mengendur, aliran darah ke pembuluh darah
terdekat menjadi lancar, sehingga orang menjadi dalm keadan homeostasis, tenang
dan emosi terkendali. Senyum pun sangat efektif dalam menurunkun temperatur
batang otak dan memicu produksi serotonin-suatu senyawa yang terpenting
memproduksi perasaan tenang, yang jika terjadi kekurangan dapat menyebabkan
stres.
Bersedekah merupakan anjuran bagi seorang mukmin dalam keadaan apapun.
Dalam QS. Ali Imran [3]: 135, Allah swt. Berfirman:
(Salah

satu

tanda

orang

bertakwa

adalah)

orang-orang

yang

menafkahkan/memberikan baik diwaktu luang maupun sempit.


(Orang-orang yang bertakwa yaitu) orang-orang yang menginfakkan hartanya
diwaktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan kesalahan sesamanya.Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.(QS. Al Imran [3]:134).
Nabi bersabda.:
Tangan yang di atas itu lebih baik dari pada tangan yang di bawah.
Banyak sekali ayat dan hadist yang memotivasi kita untuk banyak berbuat bagi orang
lain, karena orang yang banyak membawa manfaat bagi orang lain baik karena
sumbangan materi, tenaga paupun pikirannya akan menjadi hamba yang dicintai
Allah. Firman Allah dalam (QS Al Anam [6]: 160)
Barang siapa membawa kebajikan maka bagi dia dibalas dengan sepuluh
kebajikan.Dan barang siapa membawa kejahatan maka dia tidak dibalas kecuali
hanya setara dan mereka tidak di zalimi (tidak dibalas berlebihan).

4. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan atau kecemasan


Zikrullah sebagai proses berpikir (dibanding zikir tanpa proses berpikir, atau
hanya lisan saja) mempunyai nilai yang utama, karena bukan hanya diucapkan dengan
lisan, tetapi juga dijiwai dengan kalbu dan diresapi dengan akal pikiran. Zikrullah
dapat mengantarkan jiwa menuju ketenteraman dan ketenangan. Ketegangan dan
kecemasan dapat diturunkan dengan dzikrullah.
Aktivitas Dzikrullah biasanya dilakukan dalam suasana tenang sehingga akan
terjadi relaksasi pada seseorang. Banyak penelitian menyimpulkan bahwa relaksasi
dapat menurunkan tingkat kecemasan maupun ketegangan seseorang. Sebuah teori

dikemukakan oleh Herbert Benson, cardiologist dan peneliti dari Harvard Medical
School bahwa seseorang yang mempunyai keyakinan mendalam terhadap sesuatu
akan lebih mudah mendapatkan respon relaksasi sehingga Faktor keyakinan yang
dimiliki seseorang mampu membawa pada keadaan yang sehat dan sejahtera. Dengan
demikian dengan dzikrullah seseorang menjadi tenang dan sehat.
Allah berfirman:
Orang-orang yang beriman dan menentramkan hatinya dengan zikrullah.Ingatlah,
bahwa zikrullah iti dapat menenteremkan hati.(QS. Ar Rad [13]:28).
Dzikrullah bentuknya bermacam-macam, baik dengan membaca kalimat kalimat
tasbih, tahmid, takbir, istigfar, membaca/tilawah Al Quran. Sholat Tahajud
merupakan salah satu bentuk dzikrullah yang sangat disukai oleh Allah dan
mendapatkan balasan yang sangat besar. Sholat Tahajud memiliki aspek meditasi dan
relaksasi sehingga dapat digunakan sebagai pereda stres yang dapat meningkatkan
ketahanan tubuh seseorang secara alami. Shalat Tahajud yang dilakukan disepertiga
malam terakhir yang sunyi, bisa mendatangkan ketenangan. Ketenangan itu sendiri
terbukti mampu meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko
terkena penyakit jantung dan meningkatkan usia harapan hidup. Penelitian,
menunjukkan bahwa tahajjud yang dijalankan dengan tepat, rutin dan ikhlas, dapat
meningkatkan kekebalan tubuh.

5. Dapat menerima kekecewaan untuk dipakai pelajaran di kemudian hari


Seorang yang sehat mental akan bisa menerima keadaan kecewa dan yakin bahwa
akan ada hikmah di dalamnya. Sehingga keadaan tersebut bisa dijadikan pelajaran di
kemudian hari, dan tidak hanya disesali secara berkepanjangan yang justru akan
membuat munculnya gejala-gejala gangguan jiwa seperti depresi, kecemasan, dll.
Allah berfirman:
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al Insyirah [94]:5-6).
Adakalanya kamu tidak suka terhadap suatu hal padahal itu bermanfaat bagimu.
(QS Al Baqoroh [2]:216).
Dari dua ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah SWT menetapkan: 1)
bahwa bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan (termasuk: sesudah ujian pasti ada
ijazah), 2) Semestinya kita tidak menyikapi ujian hidup secara subjektif-emosional

karena sikap ini dapat mengantarkan kita pada kecemasan, kekecewaan, dan
kesedihan yang kadang-kadang berkepanjangan dan menyesakkan alam bawah sadar.
Sebaliknya ujian dan problematika hidup itu perlu disikapi secara objektif-rasional
dan realistis sehingga kita dapat mengambil manfaat dan hasilnya. Hal itu bisa dicapai
melalui latihan dan pembiasaan melalui hal-hal kecil, yang mudah dan yang ditemui
setiap hari.Bila menghadapi ujian akademik hampir pasti akan disikapi secara
objektif-rasional dan realistis (karena sudah terbiasa dari SD), maka menghadapi ujian
hidup masih harus berlatih membiasakan diri agar menyikapinya secara objektifrasional dan realistis.

6. Dapat mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif &


konstruktif
Salah satu indiktor sehat jiwa menurut WHO adalah mengarahkan rasa
permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif. Seorang muslim diberi
sarana yang banyak oleh Allah untuk melatih dirinya mewujudkan hal tersebut.
Misalnya saat seorang berpuasa dan mendapati orang lain yang nyata-nyata
menantang maka dianjurkan untuk tetap bershabar dan membuat sebuah pernyataan :
Sesungguhnya aku dalam keadaan puasa! (innii shoimun).
Rosul mencontohkan bagaimana beliau selalu memberi reaksi yang positif walaupun
terhadap aksi yang negative. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Al Hakim, yang artinya sebagai berikut, ''Puasa itu bukanlah
hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa
itu ialah mencegah diri dari segala perbuatan yang sia-sia serta menjauhi perbuatanperbuatan yang kotor dan keji.''(HR Al Hakim)
Dalam menjalankan puasa Ramadhan ini kita harus bisa mengontrol perilaku dan
ucapan kita dan berusaha meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk agar puasa kita
tidak

sia-sia.

Rosul

bersabda

Banyak

orang

yang

berpuasa

yang

tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan haus" (HR.
An-Nasai dan Ibnu Majah).
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orangorang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka
akan kembali kepada-Nya". (Al-Baqarah: 45-46).

7. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar


Salah satu indiktor sehat jiwa menurut WHO adalah memiliki rasa kasih sayang
yang besar. Puasa bagi seorang mukmin juga dapat melatih untuk melahirkan
perasaan kesatuan, menumbuhkan rasa kasing sayang, solidaritas, simpati, dan empati
terhadap sesama.
Rosul bersabda : orang-orang yang penuh kasih saying akan dikasihi oleh yang
Maha Pengasih. Sayangilah mereka yang di bumi , kalian akan diasayangi oleh yang
di langit.
Rosulullah adalah orang yang sangat penyayang kepada siapapun, orang tua, pemuda,
anak-anak bahkan dengan orang yang memusuhi pun, Rosulullah masih menunjukkan
rasa sayangnya.
Peristiwa ketika Rosulullah di Thaif telah membuktikan. Ketika itu Rosulullah
dikejar, dilempari, dicaci maki dan disakiti oleh penduduk Thaif hingga malaikat
menyarankan pada Muhammad agar meminta pada Allah agar Allah memerintahkan
kepada malaikat untuk mengangkat bukit uhud agar ditimpakan kepada penduduk
Thaif yang telah berbuat dhalim kepada Rosulullah. Namun Rosul malah mengatakan
bahwa penduduk Thaif melakukan itu kkarena tidk tahu dan berdoa pada Allahagar
suatu ketika kelak, mereka akan mengikuti ajaran beliau. Subkhanallah, dalam
keadaan didhalimi pun, rasa kasih sayang nya terhadapumatnya sangat besar. Itu lah
tauladan bagi kita semua sebagai seorang mukmin. Di banyak kesempatan, rasa
sayang Rosulullah itulah yang membuat seseorang masuk Islam dengan ikhlas tanpa
Rosul harus mengajaknya secara verbal. Dawah bil hal (dengan akhlak karimah
beliau) terbukti sangat efektif dalam syiar Islam. Bagaimana dengan kita?

Sehat fisik, sehat jiwa menuju kebahagiaan abadi dunia akhirat.


Fastabiqul Khairat! Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai