Pongkor
BAB II
BAHAN BAKU DAN PRODUK
Bahan baku merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses
produksi, apabila bahan baku yang digunakan tidak sesuai dengan standar maka,
produk yang dihasilkan tidak memenuhi standar. Pada proses pengolahan emas
digunakan dua macam bahan baku yaitu bahan baku utama dan bahan baku
penunjang.
2.1
dan perak yang dihasilkan dari kegiatan penambangan. Ore didapatkan dari tiga
urat emas yaitu urat Ciguha, urat Kubang Cicau, dan urat Ciurug.
Batuan bijih ditambang dengan menggunakan metode cut and fill yaitu
metode penambangan dengan cara mengambil bijih dengan potongan yang sejajar
kemudian setiap potongan yang telah diambil dilakukan pengisian kembali (back
fill) dengan waste fill hasil pengolahan material limbah yang telah bersih dari
unsur-unsur berbahaya.
Bijih yang diolah memiliki spesifikasi kadar emas sekitar 5-6 gram/ton
batuan dan specific gravity 2,5. Kandungan emas di dalam batuan dibagi ke dalam
dua jenis yaitu endapan primer dan endapan sekunder.
2.1.2 Endapan Primer
Umumnya endapan primer terdapat dalam urat batuan kuarsa atau batuan
asam seperti riolit dan ripalit. Dalam batuan tersebut emas ditemukan dalam
bentuk beberapa mineral, diantaranya :
a. Native Gold, yaitu mineral emas berupa partikel kecil bebas (logam Au tidak
bersenyawa dengan logam lain). Kadar emas dalam Native Gold lebih besar
b.
dari 75%.
Elektrum, yaitu mineral paduan emas dan perak disamping tembaga dan besi.
Kadar emas dalam Elektrum adalah 50 - 75%.
c.
d.
Bijih emas sekunder ini merupakan endapan alluvial, yaitu endapan pasir
yang mengandung butiran emas. Endapan ini berasal dari endapan primer akibat
proses pelapukan terhadap batuan yang mengandung bijih emas. Pengambilan
atau pengolahan dari endapan alluvial tersebut cukup dengan pendulangan
(panning). Endapan emas Pongkor sebagian besar terjadi dalam bentuk electrum.
2.2 Bahan Baku Penunjang
2.2.1 Natrium Sianida (NaCN)
Natrium sianida digunakan sebagai pelarut (solvent) pada proses leaching
dan elution (tahap pretreatment). Banyaknya NaCN yang digunakan pada proses
leaching adalah 2,2 kg/ton ore pada proses leaching dan 3 % pada proses elution
untuk satu run (42 kg NaCN/ton karbon).
NaCN berbentuk kristal kubus atau serbuk berwarna putih dalam keadaan
kering tidak berbau dan higroskopis, stabil pada suhu dan tekanan normal (25 oC
dan 1 atm), tidak mudah terbakar. Batas paparan NaCN menurut ACGIH
(American Conference of Govermental Industrial Hygienist) adalah 5 mg
(CN)/m3. Penyimpanannya pada drum di tempat sejuk, kering dan berventilasi.
2.2.2 Ekstrak kayu pionera biopolymer L-800
Pionera merupakan bahan yang digunakan untuk membantu mengurangi
kekentalan batuan (ore) pada proses milling. Penambahan dilakukan pada ball
mill dan tangki leaching dengan konsentrasi masing-masing sebesar 200 ppm.
Bahan ini berbentuk serbuk kayu halus berwarna kecoklatan.
2.2.3 Asam Klorida (HCl)
Asam klorida digunakan pada tahap pertama proses elution (acid wash )
digunakan sebanyak 950 1000 kg pada setiap run (167 kg HCl/ton karbon) .
Pada proses ini HCl dengan konsentrasi 3 % berfungsi mencuci karbon agar bebas
dari pengotor berupa kalsium karbonat maupun magnesium karbonat yang
terbawa bersama karbon.
Asam klorida merupakan salah satu bahan kimia yang bersifat korosif,
berbentuk cairan tidak berwarna sampai dengan warna kuning pucat. Asam
klorida pekat akan membentuk kabut asap, dan bersifat korosif bagi jaringan
tubuh manusia bila terhirup. Asam klorida disimpan pada rubber-lined tank
karena bahan ini dapat melarutkan logam.
2.2.4 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida adalah bahan berwarna putih dengan bentuk pelet atau
serpihan. NaOH sangat larut dalam air dan bersifat eksotermis saat dilarutkan.
Disimpan di tempat kering dan tertutup rapat karena bahan ini bersifat lembab
cair dan secara spontan bereaksi dengan karbon dioksida dari udara luar. NaOH
digunakan saat proses elution (tahap pretreatment) bersamaan dengan NaCN
sehingga membentuk larutan caustic cyanide, konsentrasi NaOH yang digunakan
pada proses pretreatment sebesar 3% atau sekitar 42 kg NaOH/ton karbon.
2.2.5 Boraks (Na2Br4O7)
Boraks digunakan sebagai reagen dalam proses peleburan (smelting).
Boraks berfungsi untuk mengikat pengotor yang terdapat dalam cake hasil proses
elektowinning, sehingga pengotor yang terikat (slag) akan terapung dipermukaan
lelehan cake. Selain itu boraks juga digunakan untuk menurunkan titik leleh emas
dan perak.
Boraks berbentuk kristal keras berwarna putih dan memiliki titik leleh
743oC dan titik didih 1575oC.
2.2.6 Dorslag
Dorslag merupakan flux atau bahan pengikat pengotor pada proses
peleburan. Bahan ini biasanya digunakan pada peleburan kecil (monarch) dan
berfungsi untuk mengikat pengotor.
2.2.7 Sodium Metabisulfit (Na2S2O5)
Sodium Metabisulfit atau yang lebih sering disebut SMSB merupakan
padatan berbentuk serbuk putih dan larut dalam air. Disimpan pada tempat sejuk,
kering dan berventilasi. Batas paparan untuk SMBS menurut ACGIH adalah 5
mg/m3.
Bahan ini digunakan pada unit pengolahan limbah proses destruksi sianida
sebanyak 2,5 kg/ton ore, fungsinya untuk menghasilkan SO2 yang dimanfaatkan
untuk mengubah CN- menjadi CNO- yang stabil di lingkungan.
2.2.8 Tembaga Sulfat (CuSO4)
Tembaga sulfat merupakan katalis yang digunakan pada unit pengolahan
limbah untuk membantu proses destruksi sianida, sehingga proses pada tangki
detoksifikasi dapat berlangsung lebih cepat. Bahan ini ditambahkan bersamaan
dengan SMBS.
Tembaga sulfat merupakan kristal berwarna biru terang dengan titik leleh
110oC dan titik didih 150oC.
2.2.9 Koagulan dan Flokulan
Koagulan dan flokulan digunakan pada proses thickening treatment dan
effluent tank selain itu penambahan koagulan dan flokulan terjadi pada proses
GCC (Gravity Circle Circuit). Koagulan berfungsi untuk destabilisasi suspensi
koloid sedangkan flokulan berfungsi untuk menggabungkan flok-flok kecil
menjadi flok-flok berukuran besar sehingga partikel pengotornya akan
mengendap.
Jenis koagulan yang digunakan yaitu Al2SO4 dan flokulan yaitu anionic
flokulan. Merk dagang yang digunakan disesuaikan dengan kriteria yang
dibutuhkan perusahaan.
2.2.10 Hidrogen Peroksida (H2O2)
Hidrogen peroksida digunakan sebagai bahan dalam unit pengolahan
limbah di cikaret dan tambang. Penambahan H2O2 dilakukan dalam backfill silo
dan effluent tank. Bahan ini berfungsi sama seperti SMBS, yaitu untuk
mendestruksi sianida dengan bantuan udara dan katalis CuSO4 tetapi untuk sianida
dengan kadar yang kecil ( kurang lebih 2 ppm), sehingga tidak digunakan pada
detoksifikasi tank.
Hidrogen Peroksida merupakan cairan tak berwarna, berbau dan
mempunyai sifat yang reaktif, tidak stabil, mudah mengurai dan membebaskan
energi (mengurai secara eksotermis).
2.2.11 Oksigen
Oksigen merupakan gas tak berwarna dan tak berbau yang memiliki kadar
kurang lebih 21 % di udara. Kelarutan yang jenuh dalam air sebesar 8 mgO 2/L
pada tekanan atmosfer (760 mmHg) dan temperatur kamar (25oC).
Oksigen didapatkan melalui
leaching agar proses berlangsung dengan optimal, dengan kebutuhan sebesar 6-8
mgO2/L. Oksigen juga digunakan pada tangki detoksifikasi, untuk membantu SO 2
dalam proses destruksi sianida.
2.2.12 Karbon aktif
Karbon aktif terdapat pada setiap tangki CIL (Carbon In Leach) digunakan
sebagai adsorber yang dapat menyerap senyawa komples Au dan Ag. Penggunaan
karbon aktif sebanyak 32-36 ton dan dilakukan make up kurang lebih 1 ton
karbon setiap dua kali proses elution selesai.
Penjelasan secara singkat dari spesifikasi bahan baku penunjang dapat
dilihat pada Tabel 2.1
2.3
Produk
Produk utama yang dihasilkan berupa dore bullion yaitu campuran emas
(Au) dan perak (Ag) dengan kadar emas 7-15 %, perak 80-90 %, dan 2%
pengotor. Dore bullion dikirim ke Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam
Mulia (UBPPLM) milik PT. ANTAM UPBE Pongkor yang berada di Pulogadung
Jakarta untuk dilakukan pemurnian menjadi emas dan perak murni. Dalam satu
tahun rata-rata dore bullion yang dihasilkan sekitar 1800 ton.
No.
Nama Bahan
Rumus Kimia
1.
Natrium Sianida
2.
Pioneera
Asam Klorida
Natrium
ball mill
Pencuci karbon pada proses elution
Pembentuk larutan kaustik sianid
3.
4.
NaCN
Fungsi Bahan
HCl
NaOH
Hidroksida
5.
Boraks
elution
Reagen
dalam
proses
peleburan
Dorslag
(smelting)
Bahan pengikat pengotor pada proses
7.
Sodium
SMBS
peleburan.
Reagen dalam proses destruksi sianida
8.
9.
Metabisulfit
Tembaga Sulfat CuSO4
Koagulan dan
Flokulan
proses
10.
Hidrogen
H2O2
effluent tank
Mendestruksi sianida dengan bantuan
11.
Peroksida
Oksigen
O2
udara
Digunakan pada tangki detoksifikasi,
6.
thickening
treatment
dan
Karbon aktif
destruksi sianida.
Absorber yang
dapat
menyerap