Anda di halaman 1dari 8

IDENTITAS PASIEN

Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Agama
Status Perkawinan
Tanggal Pemeriksaan

: Tn. S
: 45 Tahun
: Laki-Laki
: Jl. Tg. Dako No. 11
: Pegawai Negeri Sipil
: Islam
: Sudah Menikah
: 30 Juli 2014

I. DESKRIPSI KASUS
Anamnesis (Autoanamnesis):
a. Keluhan Utama
: panik dan cemas
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang sendiri ke Poli Jiwa RSUD Undata Tondo dengan
keluhan panik dan cemas yang terjadi secara tiba-tiba yang penyebabnya tidak
diketahui. Perasaan panik dan cemas datang kapan saja dan dalam keadaan
apa saja. Ketika perasaan panik dan cemas datang, pasien merasa takut,
jantung berdebar-debar, pusing dan keringat dingin. Pasien sering merasa
panik dan cemas ketika mendengar pengumuman orang meninggal di masjid
dekat rumahnya, ketika memikirkan pekerjaan karyawannya yang tidak
terlaksanakan dengan baik, ketika menonton tv olahraga, ketika mendengar
berita buruk dan ketika seorang temannya tertimpah masalah. Pasien sering
melawan rasa cemas dan panik dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan
dengan cara mengaji dan berdzikir. Ketika serangan datang, pasien mengaku
berusaha melawan rasa cemas dan paniknya tapi ketika tidak berhasil
melawan rasa cemas dan paniknya pasien langsung meminum obat. Setelah
minum obat, dalam jangka 15 menit kemudian pasien merasa kondisinya
membaik kembali. Serangan biasanya berlangsung selama 1 jam jika tidak
minum obat dan biasanya pasien meminta orang terdekatnya untuk memijat
punggungnya karena dengan cara itu pasien agak sedikit merasa membaik.
Pada saat pasien selesai diwawancarai, pasien di lakukan pemeriksaan
internikus dan dengan tiba-tiba pasien cemas dan jantungnya berdebar-debar,

Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa

Page 1

ia mulai merasa panik. Setelah tekanan darah diperiksa, hasil tekanan darah
pasien 160/80 mmHg dan pasien dipersilahkan keluar dan saat di panggil
kembali pasien mengaku bahwa setelah di periksa tekanan darahnya pasien
mulai merasakan serangan cemas dan panik ia pun langsung minum obat.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Riwayat Gangguan Psikiatrik
Rasa panik dan cemas awalnya dirasakan sejak 3 tahun yang lalu
ketika melihat temannya meninggal di lapangan tenis. Sejak saat itu pasien
tidak pernah lagi bermain tenis karena dia merasa ketika bermain tenis dia
akan meninggal sama seperti temannya. Pasien kemudian sering berpikiran
negatif terhadap apa yang akan dihadapinya. Rasa panik dan cemas juga
dirasakan ketika menonton tv tentang olahraga, dia merasa jika berolahraga
itu akan menyebabkan kecapean dan ketika capek orang yang berolahraga
tersebut akan meninggal. Pasien juga mengeluh sering merasakan panik ketika
mendengar pengumuman dari masjid dekat rumahnya yang mengumumkan
orang meninggal.
Ketika masih SD, pasien takut terhadap kuburan dan situasi rumah
sakit yang ramai dan takut melihat orang berpakaian putih. Tapi hal tersebut
menghilang ketika SMP.
Riwayat Gangguan Medik
Tidak ada riwayat gangguan medik
Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Tidak ada riwayat penggunaan zat-zat psikoaktif.
d. Riwayat Hidup
Prenatal
Tidak didapatkan informasi mengenai riwayat prenatal.
Masa Kanak-Kanak
Ketika masih SD, pasien takut terhadap kuburan dan situasi rumah
sakit yang ramai dan takut melihat orang berpakaian putih. Tapi hal tersebut
menghilang ketika SMP.
Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa

Page 2

Ketika masih SD, pasien taat terhadap peraturan di sekolah. Orang tua
pasien tidak menekan-nekan pasien, dan pola asuh terhadap pasien tegas dan
disiplin tapi tidak menuntut pasien.
Masa Remaja
Tidak ada riwayat psikiatrik saat masa remaja, pasien mengaku tidak
lagi takut terhadap kuburan dan situasi rumah sakit. Pasien mengaku suka
bergaul dengan teman sebayanya dan punya banyak teman.
Masa Dewasa
Tidak ada masalah dalam pernikahan selama menikah. Setelah
menikah pasien dikarunia 5 orang anak, anak pertama, kedua dan ketiga telah
menyelesaikan program sarjana dan sudah bekerja, anak keempat dan kelima
sedang menjalankan studi di jenjang SMA.
Setelah lulus di universitas, pasien bekerja sebagai pegawai negeri
sipil di kantor bupati. Tidak ada konflik antara pasien dan teman
karyawannya.

II. PEMERIKSAAN FISIK


Internikus
Suhu
: 36,5oC
Nadi
: 102 x/menit
Pernapasan : 26 x/menit
Tekanan Darah: 160/80 mmHg
Neurologis
Kesadaran Composmentis dengan GCS E4 V5 M6 = 15, fungsi sensorik
dan motorik keempat ekstremitas dalam batas normal serta nervus cranialis dalam
batas normal.
III.PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa

Page 3

a. Deskripsi Umum
- Penampilan: tampak sesuai umur, memakai kemeja dan celana kain
-

panjang, rapi, tubuh berisi dan tinggi


Kesadaran: compos mentis
Perilaku dan aktivitas psikomotor: Normal
Pembicaraan: kooperatif (suara dapat didengar, bicara spontan dan dapat

dimengerti).
Sikap terhadap pemeriksa: terbuka, bersahabat dan jujur

b. Keadaan Afektif
- Mood: cemas
- Afek: normal dan serasi
c. Pikiran
- Proses pikir: normal, kontinuitas relevan dan koheren.
- Isi pikir: delusion of passivity (-), obsesi (-), kompulsi (-), fobia(-), waham
(-)
d. Persepsi
- Halusinasi (-)
- Ilusi (-)
- Depersonalisasi (-)
- Derealisasi (-)
e. Fungsi Intelektual
- Pengetahuan umum sesuai dengan tingkat pendidikannya
- Daya ingat jangka panjang baik, menengah dan pendek baik
- Orientasi waktu, tempat, dan orang baik
- Konsentrasi dan perhatian mudah teralihkan
f. Pengendalian Impuls: Baik selama wawancara
g. Daya Nilai
- Norma sosial: baik
- Uji daya nilai: baik
h. Tilikan
- Tilikan: mengetahui bahwa dirinya sakit dan mengetahui penyebabnya
- Taraf dapat dipercaya: dapat dipercaya
- Derajat tilikan: 6
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan penunjang

Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa

Page 4

V. ANALISIS:
Diagnosis multiaxial :
a. Axis I
Dari riwayat penyakit sekarang pasien memiliki keluhan panik dan
cemas, nafsu makan baik, gangguan tidur, jantung berdebar-debar, sering
tegang, keringat dingin dan pusing. Keluhannya tersebut sering dirasakan
ketika serangannya datang dan memberat ketika tidak mengkonsumsi obat.
Diagnosis yang diajukan untuk kasus ini adalah gangguan panik
(F41.0).
- Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak
-

ditemukan adanya gangguan anxietas fobik (F 40,-)


Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan
anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira
1 bulan:
a) Pada keadaan-keadaan di mana sebenarnya secara objektif tidak
ada bahaya
b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat
diduga sebelumnya (unpredictable situations)
c) Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas
pada periode di antara serangan-serangan panik (meskipun
demikian, umumnya dapat terjadi juga anxietas antisipatorik yaitu
anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang
mengkhawatirkan akan terjadi).

b. Axis II
Dari hasil wawancara, sebelum sakit pasien merupakan seorang yang
aktif, rajin bekerja, rajin beribadah, suka berolahraga (tenis), suka mengikuti
pertandingan tingkat nasional. Namun setelah sakit, pasien lebih banyak
tinggal di rumah baca buku, buka internet mengenai penyakitnya, cemas,
panik dan tegang, rajin beribadah. Berdasarkan hasil wawancara, pasien
mengalami sedikit perubahan kepribadian.

Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa

Page 5

c. Axis III
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
d. Axis IV
Pasien tidak memiliki masalah
e. Axis V
GAF Scale 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
VI. DIAGNOSIS MULTIAXIAL:
Axis I
: Diagnosis yang diajukan untuk kasus ini adalah gangguan panik(F
41.0)
Axis II
: Ciri kepribadian:
Aktif, rajin bekerja, rajin beribadah, suka berolahraga (tenis), dan suka
mengikuti pertandingan tingkat nasional.
Axis III : tidak ada
Axis IV : tidak ada
Axis V
: GAF Scale 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
VII. MANAJEMEN:
a. Farmakoterapi
Manajemen gangguan panik dapat diberikan SSRI (Serotonin selective
reuptake inhibitors) terdiri atas beberapa macam, dapat dipilih salah satu dari
sertalin, fluoksetin, fluvoksamin, escitalopram, dll. Obat diberikan dalam 3-6
bulan atau lebih, tergantung kondisi individu, agar kadarnya stabil dalam darah
sehingga dapat mencegah kekambuhan. Dapat pula diberikan alprazolam yang
awitan kerjanya cepat, dikonsumsi biasanya antara 4-6 minggu, setelah itu
secara perlahan-lahan diturunkan dosisnya sampai akhirnya dihentikan. Jadi
setelah itu dan seterusnya pasien hanya minum golongan SSRI.
b. Psikoterapi
1. Terapi Relaksasi
Diberikan pada hampir semua individu yang mengalami gangguan
panik, kecuali pasien menolak. Terapi ini bermanfaat meredakan secara
relative cepat serangan panik dan menenangkan individu, namun itu dapat
dicapai bagi yang telah terlatih setiap hari. Prinsipnya adalah melatih

Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa

Page 6

pernafasan (menarik nafas dalam dan lambat lalu mengeluarkannya dengan


lambat pula), mengendurkan seluruh otot tubuh yang mensugesti pikiran
kea rah konstruktif atau yang diinginkan akan dicapai. Dalam proses
relaksasi biasanya berlangsung 20-30 menit atau lebih lama lagi, setelah itu
pasien diminta untuk melakukannya sendiri dirumah setiap hari sehingga
bila serangan panik muncul kembali, tubuh sudah siap untuk relaksasi
2. Terapi kognitif perilaku
Pasien diajak untuk bersama-sama melakukan restrukturisasi kognitif
yaitu membentuk kembali pola perilaku dan pikiran irasional dan
menggantinya dengan pikiran yang rasional. Terapi biasanya berlangsung
selama 30-45 menit. Pasien kemudian diberi pekerjaan rumah yang harus
dibuat setiap hari, seperti membuat daftar pengalaman harian dalam
menyikapi peristiwa yang dialami pasien kemudian ketika kunjungan
konsultasi selanjutnya, dokter membahas pekerjaan rumah psien tersebut.
Terapi ini memerlukan 10-15 kali pertemuan tergantung pada kondisi
individu yang mengalaminya.
3. Psikodinamik
Pasien diajak untuk lebih memahami diri dan kepribadiannya, bukan
sekedar menghilangkan gejalanya semata. Pada psikoterapi ini, biasanya
pasien lebih banyak berbicara, sedangkan dokter lebih banyak mendengar,
kecuali pada pasien yang benar-benar pendiam, maka dokter yang harus
lebih aktif. Terapi ini memerlukan waktu panjang, dapat berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun. Hal ini tentu memerlukan kerjasama yang baik
antara pasien dengan dokter serta kesabaran dari keduanya.
VIII. PROGNOSIS
Walaupun gangguan panik merupakan penyakit kronis, namun
penderita dengan fungsi premorbid yang baik serta durasi serangan yang singkat
bertendensi untuk prognosis yang lebih baik.
IX. FOLLOW UP
Tidak dilakukan follow up

Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa

Page 7

DAFTAR PUSTAKA

Elvira SD, Hadisukanto G, 2010, Buku Ajar Psikiatri, Badan Penerbit FKUI, Jakarta.
Maslim R, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta.
Harold I, K, 1998, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Widya medika, Jakarta.
Yosep, I, 2010, Keperawatan Jiwa, Refika Aditama, Bandung.

Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa

Page 8

Anda mungkin juga menyukai