TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimal. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain
mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak
(kandang), dan sebagainya.3
Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau
mengoptimalkan lingkungan hidup manusia agar terwujudnya kesehatan yang optimal
bagi manusia yang hidup di dalamnya.Integrasi upaya kesehatan lingkungan dan upaya
pemberantasan penyakit berbasis lingkungan semakin relevan dengan diterapkannya
Paradigma Sehat. Dengan paradigma ini, maka pembangunan kesehatan lebih
ditekankan pada upaya promotif-preventif, dibanding upaya kuratif-rehabilitatif. Melalui
Klinik Sanitasi ke tiga unsur pelayanan kesehatan yaitu promotif, preventif, dan kuratif
dilaksanakan secara integratif melalui pelayanan kesehatan program pemberantasan
penyakit berbasis lingkungan di luar maupun di dalam gedung.3
B. Pembuangan Tinja
Yang dimaksud tinja adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh
dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan karbon dioksida (CO2) sebagai
hasil dari proses pernapasan.3
Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman,
masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan
masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok untuk
sedini mungkin diatasi, karena kotoran manusia (faeces) adalah sumber penyebaran
penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada faeces dapat
melalui berbagai macam jalan atau cara antara lain lewat air, tangan, lalat, dan tanah.
Beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh tinja manusia antara lain : tifus, disentri,
kolera, cacingan (cacing gelang, kremi, pita, dan tambang) serta schistosomiasis.
5
dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari
Gambar 1. Jarak
bersih
Tidak buang air besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat
Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap
minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam
berdarah.
Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi
sarang nyamuk.
6
Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang dapat menjadi
Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai
digunakan.
Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup
NO
DIAGNOSA
1 Apakah penampungan akhir kotoran/jamban berjarak kurang dari 10
meter dengan sumber air?
Nilai Ya = 3,
Tidak = 0
7
tidak
kedap
air?
Nilai Ya = 3, Tidak = 0
Apakah konstruksi jamban memungkinkan binatang penyebar
Nilai
Ya = 3, Tidak = 0
Apakah jamban menimbulkan bau?
Nilai Ya = 1,
Tidak = 0
Apakah jamban tidak selalu terjaga kebersihannya?
Nilai Ya = 2,
Tidak = 0
Tingkat resiko untuk mencemari lingungan:
Nilai Ya =
0-2
Ringan (R)
Nilai Ya =
3-4
Sedang (S)
Nilai Ya =
5-8
Tinggi (T)
Nilai Ya =
9-11
Rumah kakus : Syarat syarat rumah kakus antara lain; Sirkulasi udara cukup,
Bangunan mampu menghindarkan pengguna terlihat dari luar, Bangunan dapat
meminimalkan gangguan cuaca (baik musim panas maupun musim hujan),
Kemudahan akses di malam hari, Ketersediaan fasilitas penampungan air dan
tempat sabun untuk cuci tangan.
Slab : Berfungsi sebagai penutup sumur tinja (pit) dan dilengkapi dengan tempat
berpijak. Pada jamban cemplung, slab dilengkapi dengan penutup, sedangkan
pada kondisi jamban berbentuk bowl (leher angsa) fungsi penutup ini digantikan
oleh keberadaan air yang secara otomatis tertinggal di didalamnya. Slab dibuat
dari bahan yang cukup kuat untuk menopang penggunanya. Bahan-bahan yang
digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan seperti kayu, beton, bambu
dengan tanah liat, pasangan bata, dan sebagainya.
d. Closet
e.
Pit
f.
Bidang resapan.
8
3.
Gambar 3.
Jamban
Cemplung
Cara dan
syarat
beberapa
pembuatan
Bila tanahnya terlalu longgar dan mudah runtuh, lubang bagian dalam perlu
diberi penahan atau penguat dari beton, batu-batu, kaleng atau drum, anyaman
bambu atau bahan lainnya.
Pondasi disekitar atas lubang dibuat dari beton, batu bata bersemen, atau balok
kayu.
Di sekitar lantai dan pondasi ditimbun tanah agar jamban tetap kering.
Ditutup yang layak dan memenuhi syarat kesehatan.
b. Jamban cemplung berventilasi (Ventilation Improved Pit Latrine)
Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap, yakni
menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat
dengan bambu.
10
Latrin jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan, oleh sebab
itu, cara pembuangan tinja semacam ini dianjurkan. Septic tank terdiri dari tangki
sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air buangan masuk dan mengalami
dekomposisi.
Didalam tangki ini, tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja
akan mengalami 2 proses, yakni :
a. Proses kimiawi
Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70 %) zat-zat padat
akan mengendap didalam tangki sebagai sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur
bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang
menutup permukaan air dalam tanki tersebut. Lapisan ini disebut scum yang berfungsi
mempertahankan suasana anaerob dari cairan dibawahnya, yang memungkinkan
bakteri-bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang akan
berfungsi pada proses berikutnya.
a. Proses biologis
Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif
anaerob yang memakan zat-zat organik alam, sludge dan scum. Hasilnya, selain
terbentuk gas dan zat cair lainnya, adalah juga mengurangi volume sludge sehingga
memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan enfluent sudah tidak
mengandung bagian-bagian tinja. Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan keluar
melalui pipa dan masuk ke dalam tempat perembesan.
Penggunaan Jamban :
lain.
Mengurangi timbul dan tersebarnya bau
Dapat dipakai dengan aman oleh anak-anak
Kebersihan mudah dijaga
Dapat dipasang di luar maupun di dalam rumah
Mudah dibuat dan hemat
Leher angsa dapat rusak atau pecah, memerlukan perbaikan, perlu waktu,
biaya dan tenaga
2.
Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl langsung
diatas lubang galian penampungan kotoran
Tempat jongkok dan leher angsa tidak berada langsung diatas lubang galian
penampungan kotoran atau pemasangan slab dan bowl tapi dibangun terpisah
dan dihubungkan oleh satu saluran yang miring ke dalam lubang galian
penampungan kotoran.3,5
Pemilihan jenis jamban :
1. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air
2. Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan
daerah padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu
lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu
lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban).
12
D. Pemeliharaan Jamban
Jamban hendaknya dipelihara baik dengan cara :
Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering. 1x seminggu bersihkan lantai
dan tempat jongkok dengan air dan sabun, sapu lidi dan sikat ijuk.
Tidak ada sampah berserakan dan tersedia alat pembersih
Tidak ada genangan air di sekitar jamban
Rumah jamban dalam keadaan baik dan tidak ada lalat dan kecoa
Tempat duduk selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
Tersedia air bersih dan alat pembersih di dekat jamban
Bila ada bagian yang rusak harus segera diperbaiki.3
Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada
tujuh kriteria yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Tidak mencemari air.
Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang
kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan
terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat
atau diplester.
Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang kurangnya 10 meter.
Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari
lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang,
danau, sungai dan laut.
2. Tidak mencemari tanah permukaan.
Tidak buang air besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat
sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.
Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya,
kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.
3. Bebas dari serangga.
Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap
minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam
berdarah.
Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi
sarang nyamuk.
Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah celah yang dapat
menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya.
Lantai jamban harus selalu bersih dan kering.
Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup.
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan.
Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap
selesai digunakan.
Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup
rapat oleh air.
Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk
membuang bau dari dalam lubang kotoran.
Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus
dilakukan secara teratur.
5. Aman digunakan oleh pemakainya.
14
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang
kotoran dengan pasangan bata atau selongsong anyaman bambu atau bahan
penguat lain yang terdapat di daerah setempat.
6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya.
Lantai jamban rata dan miring dari saluran lubang kotoran.
Jangan membuang sampah, rokok atau benda lain ke saluran kotoran karena
dapat menyumbat saluran.
Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban
akan cepat penuh.
Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa
berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100.
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan.
Jamban harus berdinding dan berpintu.
Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari
kehujanan dan kepanasan.
Indikator penilaian jamban sehat :
NO
DIAGNOSA
1 Apakah penampungan akhir kotoran/jamban berjarak kurang dari 10
meter dengan sumber air?
2
Nilai Ya = 3, Tidak = 0
Apakah penutup sumur resapan jamban (penampungan akhir
kotoran) tidak kedap air?
Nilai Ya = 3, Tidak = 0
Apakah konstruksi jamban memungkinkan binatang penyebar
penyakit menjamah kotoran dalam jamban?
Nilai Ya = 3, Tidak = 0
Apakah jamban menimbulkan bau?
Nilai Ya = 1, Tidak = 0
Apakah jamban tidak selalu terjaga kebersihannya?
Nilai Ya = 2, Tidak = 0
Tabel 2. Kriteria tingkat jamban yang dapat mencemari lingkungan
0-2
Ringan (R)
Nilai Ya =
3-4
Sedang (S)
Nilai Ya =
5-8
Tinggi (T)
Nilai Ya =
9-11
Fungsi:
16
Ikut serta dalam puskesling dan kegiatan terpaut yang terkait dengan
hidup sehat
17
1. Identifikasi Masalah
6. Monitoring
dan evaluasi
2. Penentuan
Penyebab Masalah
5. Penyusunan
rencana penerapan
3. Menentukan
alternatif
pemecahan
masalah
4. Penetapan
pemecahan
masalah terpilih
18
2.
3.
4.
pemecahan masalah.
Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan
pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan metode
5.
6.
2. Efisiensi Program
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost). Kriteria cost (c)
diberi nilai 1 5. Bila cost-nya makin kecil maka nilainya mendekati 1.
Tabel 3. Kriteria Matriks
MAGNITUDE
1 = Tidak magnitude
2 = Kurang magnitude
3 = Cukup magnitude
4 = Magnitude
5 = Sangat magnitude
IMPORTANCY
1 = Tidak penting
2 = Kurang penting
3 = Cukup penting
4 = Penting
5 = Sangat penting
VULNERABILITY
1 = Tidak sensitif
2 = Kurang sensitif
3 = Cukup sensitif
4 = Sensitif
5 = Sangat sensitif
COST
1 = Sangat murah
2 = Murah
3 = Cukup murah
4 = Mahal
5 = Sangat mahal
21