Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan kesehatan
dibidang

kesehatan,

adalah sebagai

keterampilan

suatu

hubungan

lapangan

antar

khusus

manusia

dan

keteerampilan organisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi kepada


keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada tenaga social
demi untuk memelihara kesehatan masyarakat (Ruth B. Freeman,1961).
Komunitas dipandang sebagai target pelayanan kesehatan yang bertujuan
mencapai kesehatan komunitas sebagai suatu peningkatan kesehatan dan
kerjasama sebagai suatu mekanisme untuk mempermudah pencapaian
tujuan yang berarti masyarakat atau komunitas dilibatkan secara aktif
untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam

pelaksanaan

perawatan

kesehatan

dibutuhkan

system

pelayanan kesehatan yang maksimal guna menunjang keberhasilan


perawatan kesehatan. Salah satu usaha untuk mencapai pelayanan
kesehatan

yang

maksimal

dibutuhkan

usaha

untuk

pembangunan

nasional, yang bertujuan untuk peningkatan kualitas sumber daya


manusia

yang

dilakukan

secara

berkelanjutan.

Berdasarkan

visi

pembangunan nasional melalui pembangunan kesehatan yang ingin


dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan tujuan dari pelayanan kesehatan?
2. Bagaimana sistem pelayanan kesehatanyang ada di Indonesia?
3. Apa saja masalah-masalah kesehatan komunitas yang ada
Indonesia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum

di

Mengidentifikasi tentang system pelayanan kesehatan dan masalah


apa saja yang ada mengenai kesehatan komunitas/masyarakat di
indonesia.
1.3.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan pengertian dan tujuan dari pelayanan kesehatan?
b. Menjelaskan sistem pelayanan kesehatanyang ada di Indonesia?
c. Memahami masalah-masalah kesehatan komunitas yang ada di
Indonesia?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Menurut Azwar (1996)
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara

dan

menyembuhkan

meningkatkan
penyakit

serta

kesehatan,
memulihkan

mencegah

dan

perseorangan,

keluarga kelompok, dan ataupun masyarakat.


Menurut Depkes RI (2009)
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara

dan

meningkatkan

kesehatan,

mencegah

dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,


keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
Tujuan Pelayanan Kesehatan:
1. Promotif

(memelihara

dan

meningkatkan

kesehatan),

hal

ini

diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, perbaikan sanitasi


lingkungan.
2. Preventif (pencegahan terhadap orang yang berisiko terhadap
penyakit), terdiri dari :
a) Preventif primer

Terdiri dari program pendidikan, seperti imunisasi,penyediaan


nutrisi yang baik, dan kesegaran fisik.
b) Preventif sekunder
Terdiri dari pengobatan penyakit pada tahap dini untuk
membatasi kecacatan dengan cara mengindari akibat yang
timbul dari perkembangan penyakit tersebut.
c) Preventif tersier
Pembuatan diagnosa ditunjukan untuk melaksanakan tindakan
rehabilitasi, pembuatan diagnosa dan pengobatan.
3. Kuratif (penyembuhan penyakit)
4. Rehabilitasi (pemulihan), usaha pemulihan seseorang

untuk

mencapai fungsi normal atau mendekati normal setelah mengalami


sakit fisik atau mental , cedera atau penyalahgunaan.

2.2 Bentuk dan Jenis Pelayanan Kesehatan


Bentuk pelayanan kesehatan adalah:
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer)
Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat
dasar dan dilakukan bersama masyarakat dan dimotori oleh:
a. Dokter Umum (Tenaga Medis)
b. Perawat Mantri (Tenaga Paramedis)
Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau
pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan
yang paling depan, yang pertama kali diperlukan masyarakat
pada

saat

mereka

mengalami

gangguan

kesehatan

atau

kecelakaan. Primary health care pada pokoknya ditunjukan


kepada

masyarakat

yang

sebagian

besarnya

bermukim

di

pedesaan, serta masyarakat yang berpenghasilan rendah di


perkotaan.

Pelayanan

kesehatan

ini

sifatnya

(Ambulatory Services).
Contohnya : Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder)

berobat

jalan

Pelayanan kesehatan sekunder adalah pelayanan yang lebih


bersifat spesialis dan bahkan kadang kala pelayanan subspesialis,
tetapi masih terbatas. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier
(secondary and tertiary health care), adalah rumah sakit, tempat
masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut (rujukan). Di
Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah
sakit tipe D sampai dengan rumah sakit kelas A.
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh:
a. Dokter Spesialis
b. Dokter Subspesialis terbatas
Pelayanan kesehatan ini sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan
rawat

(inpantient

services).

Diperlukan

untuk

kelompok

masyarakat yang memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak


dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.
Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tersier)
Pelayanan kesehatan tersier adalah pelayanan yang lebih
mengutamakan pelayanan subspesialis serta subspesialis luas.
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh:
a. Dokter Subspesialis
b. Dokter Subspesialis Luas
Pelayanan kesehatan ini sifatnya dapat merupakan pelayanan
jalan atau pelayanan rawat inap (rehabilitasi).Diperlukan untuk
kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat
ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.
Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.
2.3 Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia
Sistem pelayanan kesehatan di indonesia meliputi pelayanan
rujukan yang berupa:
1. Pelayanan kesehatan dasar

Pada umumnya pelayanan dasar dilaksanakan di puskesmas,


Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan Pelayanan lainnya di
wilayah kerja puskesmas selain rumah sakit.
2. Pelayanan kesehatan rujukan
Pada umumnya dilaksanakan di rumah

sakit.

Pelayanan

keperawatan diperlukan, baik dalam pelayanan kesehatan dasar


maupun pelayanan kesehatan rujukan.

Sistem Rujukan (Referal System)


Di negara Indonesia sistem rujukan telah dirumuskan dalam SK.
Menteri

Kesehatan

RI

No.32

tahun

1972,

yaitu

suatu

sistem

penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan


tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah
kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang
kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antara
unit-unit yang setingkat kemampuannya. Macam rujukan yang berlaku di
negara Indonesia telah ditentukan atas dua macam dalam Sistem
Kesehatan Nasional, yaitu:
1. Rujukan kesehatan
Rujukan kesehatan

pada

dasarnya

berlaku

untuk

pelayanan

kesehatan masyarakat (public health services). Rujukan ini dikaitkan


dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat
kesehatan. Macamnya ada tiga, yaitu: rujukan teknologi, rujukan
sarana, dan rujukan operasional.
2. Rujukan medis
Pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical
services).

Rujukan

penyembuhan

ini

penyakit.

terutama

dikaitkan

Macamnya

ada

tiga,

dengan
yaitu:

upaya
rujukan

penderita, rujukan pengetahuan, rujukan bahan-bahan pemeriksaan.

Manfaat sistem rujukan, ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan


kesehatan:
1. Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan (policy maker)
a) Membantu penghematan dana, karena tidak perlu
menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada
setiap sarana kesehatan.
b) Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat
hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang
tersedia.
c) Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek
perencanaan.
2. Dari sudut masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan (health
consumer)
a) Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari
pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang.
b) Mempermudah
masyarakat
dalam
mendapatkan
pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan
wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.
3. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
keseahatan (health provider)
a) Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan
berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kerja,
ketekunan, dan dedikasi.
b) Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan,
yaitu: kerja sama yang terjalin.
c) Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena
setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban
tertentu.
2.4

Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia


Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan
di Indonesia perlu dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain
masalah perilaku kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan
kesehatan yang akan menimbulkan berbagai masalah lanjutan

seperti masalah kesehatan ibu dan anak, masalah gizi dan penyakitpenyakit baik menular maupun tidak menular. Masalah kesehatan
tersebut

dapat

terjadi

pada

masyarakat

secara

umum

atau

komunitas tertentu seperti kelompok rawan (bayi, balita dan ibu),


kelompok lanjut usia dan kelompok pekerja.
1. Masalah Perilaku Kesehatan
Di Indonesia diduga faktor perilaku justru menjadi faktor utama
masalah kesehatn sebagai akibat masih rendah pengetahuan
kesehatan dan faktor kemiskinan. Kondisi tersebut mungkin
terkait tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan
masyarakat untuk berperilaku sehat. Terbentuknya perilaku
diawali respon terhadap stimulus pada domain kognitif berupa
pengetahuan terhadap obyek tersebut, selanjutnya menimbulkan
respon batin (afektif) yaitu sikap terhadap obyek tersebut.
Respon

tindakan

(perilaku)

dapat

timbul

setelah

respon

pengetahuan dan sikap yang searah (sinkron) atau langsung


tanpa didasari kedua respon di atas. Pendidikan kesehatan
merupakan kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan
kepada sasaran sehingga pengetahuan sasaran terhadap sesuatu
masalah meningkat dengan harapan sasaran dapat berperilaku
sehat.
Perilaku menurut Lawrence Green dilatarbelakangi 3 faktor pokok
yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung
(enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing factors). Oleh
sebab tersebut maka perubahan perilaku melalui pendidikan
kesehatan perlu melakukan intervensi terhadap ketiga faktor
tersebut di atas sehingga masyarakat memiliki perilaku yang
sesuai nilai-nilai kesehatan (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
2. Masalah Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya
derajat kesehatan masyarakat yang optimum pula. Masalah
8

kesehatan

lingkungan

meliputi

penyehatan

lingkungan

pemukiman, penyediaan air bersih, pengelolaan limbah dan


sampah serta pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan
makanan.
Penyehatan lingkungan pemukiman
Penyediaan air bersih
Pengelolaan limbah dan sampah
Pengelolaan tempat-tempat umum

dan

pengolahan

makanan
3. Masalah Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang bermutu akan menghasilkan derajat
kesehatan optimal. Tercapainya pelayanan kesehatan yang sesuai
standar membutuhkan syarat ketersediaan sumber daya dan
prosedur pelayanan.
Ketersediaan sumber daya yang akan menunjang perilaku sehat
masyarakat untuk memanfaat pelayanan kesehatan baik negeri
atau swasta membutuhkan prasyarat sumber daya manusia
(petugas kesehatan yang profesional), sumber daya sarana dan
prasarana (bangunan dan sarana pendukung) seta sumber daya
dana (pembiayaan kesehatan).
4. Petugas kesehatan yang profesional
Pelaksana pelayanan kesehatan

meliputi

tenaga

medis,

paramedis keperawatan, paramedis non keperawatan dan non


medis (administrasi). Profesionalitas tenaga kesehatan yang
memberi pelayanan kesehatan ditunjukkan dengan kompetensi
dan taat prosedur.
5. Sarana bangunan dan pendukung
Keterbatasan sarana dan prasarana

pendukung

pelayanan

kesehatan saat ini diatasi dengan konsep Desa Siaga yaitu


konsep

memandirikan

masyarakat untuk

sehat.

Sayangnya

kondisi tersebut tidak didukung sepenuhnya oleh masyarakat


karena lebih dominannya perilaku sakit. Pemerintah sendiri selain
dana APBN dan APBD, melalui program Bantuan Operasional

Kegiatan (BOK) Puskesmas dan program pengembangan sarana


pelayanan kesehatan rujukan telah banyak meningkatkan mutu
sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di Indonesia.
6. Pembiayaan kesehatan
Faktor pembiayaan seringkali menjadi penghambat masyarakat
mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Faktor yang merupakan faktor pendukung (enabling factors)
masyarakat untuk berperilaku sehat telah dilakukan di Indonesia
melalui asuransi kesehatan maupun dana pendamping. Namun
tetap saja masalah pembiayaan kesehatan menjadi kendala
dalam mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu terkait
kesadaran masyarakat berperilaku sehat. Perilaku sakit masih
dominan sehingga upaya kuratif yang membutuhkan biaya besar
cenderung menyebabkan dana tidak tercukupi atau habis di
tengah jalan.
7. Masalah Genetik
Beberapa masalah kesehatan dan penyakit yang disebabkan oleh
faktor

genetik

tidak

hanya

penyakit

keturunan

seperti

hemophilia, Diabetes Mellitus, infertilitas dan lain-lain tetapi juga


masalah

sosial

perceraian,

seperti

kemiskinan

keretakan
dan

rumah

kejahatan.

tangga

sampai

Intervensi

berupa

pendidikan kesehatan melalui konseling genetik, penyuluhan usia


reproduksi, persiapan pranikah dan pentingnya pemeriksaan
genetik dapat mengurangi resiko munculnya penyakit atau
masalah kesehatan pada keturunannya.
Tantangan dalam perawatan komunitas:
Tantangan yang paling berat dirasakan dalan perawatan komunias
adalah menurunkan morbilitas dan mortalitas penyakit kronis yang terjadi
di masyarakat. Dengan adanya spesialisasi medis mempermudah perawat
untuk membantu menganganinya. Perawat di harapkan cepat tanggap
terhadap kemajuan tekhnlogi kedokteran karna harus dapat mengimbangi

10

pekerjaan koleganya. Melalui pengalaman, perawat menjadi terampil


sesuai dengan bidang pekejaannya yaitu perawat spesialis. Alasan ini
jugalah yang memicu perawat untuk segera mempersiapkan diri untuk
mempersiapkan

pendidikan

dalam

spesialisasi

klinis

melalui

jalur

pendidikan formal. Contoh, jumlah dari perawat terdidik yang memilih


mendalami keahlian klinis daripada mendalami administrasi, pendidikan
dan supervisi meningkat dari 59% di tahun 1976 menjadi 69% pada ahun
1984 dan 1985 (ANA, 1987). Proporsi keahlian yang dipersiapkan dan
dipilih oleh perawat spesialis diatas, pada tahun 1992 adalah 42% jadi ada
penurunan peminat jika dibandingkan pada tahun 1985. Jumlah perawat
yang bekerja pada tatanan pelayanan komunitas sekitar 11% pada tahun
1988 dan meningkat menjadi 15% pada tahun 1990-1994, sekitar 8%
bekerja pada pelayanan ambulasi seperti praktik dokter dan praktik
perawat bersama.
Menurut survey tentang perawat yang bekerja di tatanan komunitas,
ternyata 28% adalah perawat yang memiliki pendidikan diploma, 27,5%
adalah asociate degre,35,4% sarjana dan 8,9% pendidikan pasca sarjana.
Untuk selanjutny perawat yang bekerja ditatana komunitas sebaiknya
diawali dengan pendidikan sarjana/S1 sebagai entry level. Khusus di
Indonesia di masa yang akan datang, tenaga keshatan termasuk perwat
yang akan dikembangkan adalah tenaga kesehatan tingkat madya dan
tingkat sarjana mengingat makin meningkatnya mutu tenaga yang
dibutuhkan

termasuk

kebutuhan

tenaga

pelayanan

di

komunitas.

Kebutuhan pada pelayanan yang berfokus pada prefensi dan promosi


kesehatan serta perawatan di rumah bagi individu yang tidak dirawat di
rumah

sakit,

merupkakan

kegiatan

yang

cukup

membutuhkan pola pengelolaan yang lebih baik.


Krisis
ekonomi
yang
melanda
indonesia

kompleks

karna

menyebabkan

permasalahan yang menyebabkan permasalahan dibidang kesehatan


menjadi lebih kompleks dan sulit diatasi. Apabila kondisi sosial ekonomi
indonesia membaik, maka proses transformasi ke araha perbaikan akan
11

berlanjut dan akan mengalami permasalahan kesehatan seperti negaranegara yang sudah maju sosial ekonominya. Urbanisasi dan pencemaran
lingkungan serta masalah kesehatan perkotaan akan muncul. Oleh karena
itu dibutuhkan tenaga kesehatan masyarakat termasuk perawat utnuk
dapat bekerjasama, cepat tanggap serta mempunyai kompetensi yang
baik dibidangnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem pelayanan
pelayanan

rujukan.

yang
Di

ada

di

negara

Indonesia

Indonesia

merupakan

sistem

rujukan

sistem
telah

dirumuskan dalam SK. Menteri Kesehatan RI No.32 tahun 1972, yaitu


suatu

sistem

penyelenggaraan

pelayanan

kesehatan

yang

melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu


kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari
unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau
secara

horizontal

dalam

arti

antara

unit-unit

yang

setingkat

kemampuannya. Macam rujukan yang berlaku di negara Indonesia


telah ditentukan atas dua macam dalam Sistem Kesehatan Nasional.
Sementara itu uga terdapat masalah dalam kesehatan komunitas/
masyarakat, yaitu berupa:
a) Masalah Perilaku Kesehatan
b) Masalah Kesehatan lingkungan
c) Masalah Pelayanan Kesehatan
d) Petugas kesehatan yang profesional
e) Sarana bangunan dan pendukung
f) Pembiayaan kesehatan
g) Masalah Genetik

12

3.2
Saran
1. Bagi perawat komunitas
Bagi perawat komunitas, perlu memahami tentang konsep pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan aturan pelayanan kesehatan sehingga dapat melakukan pelayanan
kesehatan yang baik dan bermutu.
2. Bagi klien
Untuk klien serta keluarga agar dapat secara mandiri berpartisipasi, meningkatkan dan
memelihara kesehatan dan perilaku, agar tujuan dari program pembangunan kesehatan
bisa berjalan dengan semestinya.
3. Bagi institusi pendidikan
Pendidikan terhadap pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu ditingkatkan baik
secara formal dan informal khususnya pengetahuan yang berhubungan dengan
komunitas, dengan harapan institusi pendidikan mampu mengajarkan cara memberikan
pelayanan asuhan keperawatan komunitas sesuai standart asuhan keperawatan dan
kode etik

13

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T.2007. Keperawatan Komunitas Teori Dan Praktik,edisi 3.

Jakarta: EGC.
Mubarak, Wahid Iqbal,dkk.2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.

.2005. Pengantar Ilmu Komunitas 1. Jakarta: Sagung Seto.


Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta:

Rineka Cipta.
Sumijatun, dkk. 2006. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC.
http://aaknasional.wordpress.com/2012/03/12/masalah-kesehatanmasyarakat-di-indonesia/: di akses tanggal 11 Maret 2014, pukul
20.00.

14

Anda mungkin juga menyukai