bagi
setiap
individu
guru
tetap
dibutuhkan
guna
peningkatan
profesionalisme mereka.
Guru sebagai manusia biasa, walaupun sudah didik dan dibekali ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan profesinya, tetap memiliki kecenderungan untuk
tidak bertanggung jawab atas amanah yang diberikan kepadanya apalagi mengingat
bahwa manusia adalah tempat bermukimnya salah dan khilaf (Arman Aroisi,
1986, hlm. 55). Oleh karena itu, manusia dalam hal ini guru, menurut Bahri (2002:
62), perlu mendapatkan pengawasan.
Permasalahan
Dari uraian pendahulkuan diatas, maka ada dua masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan supervisi Kepala Madrasah itu ?
2. Bagaimana pelaksanaannya oleh Kepala Madrasah
2
Pembahasan
Fungsi Supervisi Kepala Madrasah (tinjauan teoritis)
Secara terminologis, supervisi adalah kegiatan yang dijalankan terhadap
orang dewasa dan alat-alat dalam rangka mempertahankan atau mengubah
pengelolaan sekolah untuk mempengaruhi langsung pencapaian tujuan instruksional
sekolah (Baharuddin, 1983:3).
masyarakat.
inspeksi,
tetapi
merupakan
kegiatan
yang
kontinu
dan
mengajar atau seperti kata Soetopo (1988, hlm. 40) agar situasi belajar mengajar
dapat berkembang dengan baik.
Tujuan supervisi kepala madrasah
Menurut Soetopo (1988, hlm. 40-41) tujuan operasional dari supervisi
pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan;
b. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid;
c. Membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern, metode-metode dan
sumber pengalaman belajar;
d. Membantu guru dalam menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru
itu sendiri;
pengertian melihat dengan sangat teliti pekerjaan secara keseluruham. Orang yang
melakukan supervisi disebut supervisor.
Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam (2003, hlm. 32)
menyimpulkan pengertiaan supervisi sebagai Upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran di sekolah. Ia berintikan program pengajaran dengan
ditunjang oleh unsur-unsur lain seperti guru, sarana prasarana, kurikulum, sistem
pengajaran dan penilaian.
Dalam buku II D Kurikulum 1975 dinyatakan bahwa, Supervisi adalah
pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat
meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang
lebih baik.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Purwanto,
aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif (Ngalim
purwanto, 1991, h. 76).
Jadi supervisi mempunyai pengertian yang luas. Supervisi adalah segala
bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan
kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuantujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi
pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan
pelaksanaan
pembaharuan-pembaharuan
dalam
pendidikan
dan
pengajaran,
pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode mengajar yang lebih baik, cara-cara
penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran.
Supervisi dalam
Sedangkan yang
beradaptasi, berhubungan yang harmonis baik dengan guru, karyawan, wali murid
dan murid itu sendiri. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah ia mampu
berkomunikasi (kumunikatif) dengan baik dengan lawan bicaranya.
Supervisi tidak akan berhasil jika kepala madrasah secara professional tidak
mampu menjadi contoh, secara personal tidak simpatik dan secara sosial tidak
mampu berkomunikasi dengan baik atau tidak mampu menjalin hubungan yang baik
dengan staf dan guru.
Seorang kepala madrasah harus mampu menarik bawahan sehingga
bawahan akan menjadi pengikutnya yang setia yang bersedia dengan rela
melaksanakan tugasnya dengan baik, dengan cara yang telah ditetapkan oleh
pimpinannya. Sebaliknya, seorang pemimpin dalam mempengaruhi dan membina
sikap bawahan harus pula memperhatikan sikapnya sendiri agar selalu dapat
10
Seorang pimpinan
timbulkan kepada pihak lain. Lebih jauh seorang pemimpin harus dapat menyadari
dan mengetahui bagaimana penampilan dirinya di mata orang lain atau bawahannya.
Seorang pemimpin mungkin merasa bahwa dirinya cukup objektif dan berlaku adil,
namun bawahan sendiri mungkin melihatnya berbeda bila mereka membandingkan
antara apa yang dilakukan pemimpin tersebut dengan latar belakang pendidikan
pimpinan sendiri yang diharapkannya akan dapat berbuat yang lebih baik.
Kualitas kepemimpinan yang sungguh penting dalam memimpin, menurut
Newmen (1963, h. 496) adalah objektivitas dalam mengadakan hubungan secara
pribadi atau man to man. Sesuatu rangsangan atau keadaan akan menyebabkan
seseorang bertingkah laku tertentu.
sesuatu itu yang mempengaruhi tindakan seseorang, maka kita telah memulai
suatu langkah penting ke arah pembimbingan dan pembinaan tingkah laku seseorang.
11
Misalnya, dari pada seorang pimpinan memarahi anak buahnya yang bertindak tidak
sesuai dengan yang telah digariskannya, lebih baik mengenal dulu mengapa terjadi
suatu reaksi, dan apa penyebabnya. Dengan demikian masalahnya yang paling
dasar dapat diatasinya.
Menurut Stoop and Johnson (dalam Mulyasa, 2003, h. 90), ada beberapa
harapan yang diinginkan guru mengenai kompetensi ideal yang dimiliki kepala
madrasah, dalam konteks kemampuan dalam mengembangkan empathy,
self
dengan tugas guru sebagai pengajar, pendidikan, pelatih dan Pembina siswa di
Madrasah.
Penutup
Seorang kepala madrasah harus dapat melihat sesuatu secara objektif dan
analitis. Bereaksi bukan karena tanggapan orang lain atau dengan emosi. Emosi akan
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Sekolah, Jakarta, Rieneka
Cipta, 1990.
--------, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, Bina Aksara, 1990.
Azhari, Ahmad, Supervisi Rencana Program Pembelajaran, Jakarta, Rian Putra,
2004.
Batten, Joe D, Tough Minded Leadership, New York: United States of America,
1989.
Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,
Jakarta, Bumi Aksara, 1994.
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Intraksi Edukatif, Jakarta,
Rineka Cipta, 2002.
Hadari, Nawawi dan M. Martini, Kepemimpinan Yang Efektif, Yogyakarta, Gajah
Mada University Press, 2000.
Hamid, Abdul dan A. Kadir Djaelani, Profesionalisme Pengawas Pendais, Jakarta,
Departemen Agama R.I., Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,
2003.
13
Henry, Fayol, General and Industrial Administration, New York: Issac Pitmans and
Sons, 1949.
Maccoby, Nathan and Nancy C. More, Productivity, Suvervision, and Morale In
Office Situation, University of Michigan, 1989.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002.
Nata, Abudin, Paradigma Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Gramedia, 2002.
Pidarta, Made, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Malang, Sarana Press,
1986.
Sahertian, Pied dan F. Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi, Surabaya, Nasional,
1991.
Salim, Prospek Lembaga Pendidikan Islam, Majalah Ilmu Pengetahuan Agama
Universitas Sriwijaya, Tahun XV. No. 4. Juli. 2004.
Sastrodiningrat, Soebagio, Kapita Selekta Manajemen dan Kepemimpinan, Jakarta,
IND-HILL-CO, 1999.
Suryosubroto, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, Jakarta, Bina
Aksara, 1994.
Sutisna, Oteng, Administrasi Pendidikan; Dasar Teoritis Untuk Praktek Prfesional,
Bandung, Angkasa, 1999.
14
15