1
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang
4
Luka terbuka yang sulit sembuh akibat dari trauma paling sering
Luka terbagi menjadi dua yaitu luka tertutup dan luka terbuka.
Derajat luka terbuka dari ringan hingga berat, mulai dari eksoriasi, luka robek,
hingga luka patah tulang terbuka sedangkan berdasaran waktu dibagi menjadi
luka akut dan kronik. Luka terbuka disebut akut apabila luka tersebut sembuh
dalam waktu kurang dari 3 minggu. Sedangkan luka yang tidak sembuh lebih
dari 3 minggu disebut luka kronik.
6
antara lain faktor sistemik ( usia, nutrisi, trauma, penyakit metabolik, immuno
suppresan, merokok ) dan faktor lokal ( trauma, infeksi, iskemik, agen topical,
tekanan oksigen ). Pada pasien diabetes yang tidak terkontrol terjadi hambatan
proses inflamasi, angiogenesis, dan sintesa kolagen.2
7
dari kegagalan penyembuhan luka pada pasien dengan diabetes adalah bukan
hanya penyakit mikro vascular, tetapi akibat dari didapatkannya Sorbitol yaitu
toksik bioproduk hasil dari metabolisme glukosa dan peningkatan permeabilitas
vaskular dari kulit mengakibatkan penumpukan albumin pada perikapiler. Pada
beberapa penelitian yang menggunakan hewan dengan diabetes, menunjukkan
ketika proses penyembuhan luka terdapat penurunan granulasi dan kolagen serta
kegagalan maturasi kolagen. 3
8
Berbagai
penelitian
epidemiologi
menunjukkan
adanya
lain yang
12
1.2 Rumusan Masalah
13 Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
14 Apakah perawatan luka terbuka akut pada pasien diabetes dengan
menggunakan ekstrak daun Ageratum dapat mempercepat penyembuhan luka
terbuka
15
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
16
granulasi tikus pada perawatan dengan ekstrak daun Ageratum secara topikal.
18
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1
Secara Teoritis
19
Ageratum terhadap proses penyembuhan luka akut terbuka pada pasien diabetes
melalui penilaian jaringan granulasi.
20
21
22
1.4.2
Secara Praktis
23
33
34
35
36
37
38 BAB II
39 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, PREMIS DAN
HIPOTESIS
40
41 2.1 Kajian Pustaka
42 2.1.1 Anatomi Kulit
43
44
46 Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai
yang terdalam):
47 1. Stratum Korneum
48 Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
49 2. Stratum Lusidum
50 Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki
dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
51 3. Stratum Granulosum
52 Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan
sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel
Langerhans.
53 4. Stratum Spinosum
54 Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap
filament
filamen
tersebut
memegang
peranan
penting
untuk
subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar
3 mm.
61 Dermis terdiri dari dua lapisan :
62 Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
63 Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
64 Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
10
76 dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis
tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis
melalui membran epidermis
77 2.1.3 Fisiologi Kulit
78 Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi
lingkungan,
sebagai
barrier
infeksi,
mengontrol
suhu
tubuh
10
11
80
81
a. Fase inflamasi
82
dan Transforming
84
kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Keadaan
ini disebut fase inflamasi. Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan
akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN). Agregat trombosit akan
mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGF
11
12
86
Fase ini disebut fibroplasi karena pada masa ini fibroblas sangat
88
93
yang banyak ditemukan di pinggir jalan, hutan, ladang, dan tanah terbuka.
Tanaman ini dikenal sebagai tanaman hias dari Amerika, banyak ditemukan di
Pasifik Selatan, dan negara beriklim hangat lainnya (Prasad 2011, p. 8). Di
12
13
97
Gamb
ar 1.2 Daun
Ageratum
(Badan POM
RI - Direktorat
Obat Asli
Indonesia 2008)
98
99
13
100
14
2.2.1.1 Klasifikasi
101
102
103
Kingdom
: Plantae
104
Subkingdom
: Tracheobionta
105
Superdivisi
: Spermatophyta
106
Divisi
: Magnoliophyta
107
Kelas
: Magnoliopsida
108
Subkelas
: Asteridae
109
Order
: Asterales
110Family
: Asteraceae
111 Genus
: Ageratum Linn
112Spesies
113
114
1152.2.1.2 Morfologi Tanaman Bandotan
116
ciri daun yang mempunyai bulu berwarna putih halus. Bunga berukuran kecil,
berwarna putih agak keunguan pucat, berukuran seperti bunga matahari kecil
dengan diameter 5-8 mm. Batang dan daun ditutup oleh bulu halus berwarna
putih, dan daunnya bisa mencapai panjang 7.5 cm. Buahnya mudah tersebar,
sedangkan bijinya ringan dan mudah terhembus angin (Prasad 2011, p. 8).
14
15
117
1182.2.1.3 Manfaat Daun Bandotan
119
120
15
16
123
124
125
126
adanya senyawa sebagai berikut: steroid, terpenoid, fenol, saponin, asam lemak,
dan alkaloid (Kamboj & Saluja 2010, p. 94). Dalam studi fitokimia yang lain,
yang dilakukan oleh Dash & Murthy (2011, p. 376), ekstrak daun bandotan
menunjukkan beberapa kandungan antara lain: steroid, sterol, triterpenoid,
alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, fenolik, karbohidrat, dan protein. Namun
perlu diketahui juga menurut Ndip et al. (2009, p. 590) bahwa tanaman bandotan
mempunyai kandungan fitokimia yang berbeda-beda tergantung dari kondisi
iklim tempat tanaman ini tumbuh.
1. Flavonoid
127
16
17
ditemukan di alam. Senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan
biru, dan sebagian zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuhtumbuhan. Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri
dari 15 atom karbon. Dua cincin benzena (C6) terikat pada suatu rantai
propan (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini
dapat menghasilkan tiga jenis struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau
flavonoid, 1,2-diarilpropan atau isoflavonoid, dan 1,1-diarilpropan atau
neoflavonoid (Okunade 2002, pp. 5,)
2. Tannin
128
17
18
3. Saponin
129
saponin
menunjukkan
antibakteri,
18
19
industri makanan. CMC Na mudah larut dalam air panas atau dingin, jadi
sangat mudah digunakan sehingga sering digunakan sebagai stabilisator,
selain itu harganya juga terjangkau (Khoswanto,2010, p. 33). Gel ekstrak
daun bandotan diaplikasikan langsung luka eksisional pada tikus sprague
dawley (Rattus norvegicus L. ). Bentuk sediaan gel dipilih karena mudah
diaplikasikan, tidak mempengaruhi zat yang dikentalkan, sehingga tidak
berpengaruh terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Pembuatan gel
dalampenelitian ini menggunakan bahan dasar CMC Na 0.5%, karena
berdasarkan standar farmakope, konsentrasi 0.5% paling sering
digunakan. Penggunaan konsentrasi gel ekstrak daun bandotan dalam
penelitian ini adalah 2% dan 4%. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Prasad (2011, p. 8), bahwa aktivitas penyembuhan luka dilihat
dari penggunaan ekstrak daun bandotan dengan mencampurkannya
dalam bahan dasar salep dengan konsentrasi 2% dan 4%. Sedangkan
dalam penelitian ini ekstrak daun bandotan akan dicampurkan dengan
CMC Na 0.5% untuk dibuat dalam bentuk sediaan gel.
137
138
139
140
19
20
2.4 Hipotesis
143
20
147
146
BAB III
OBYEK DAN METODE PENELITIAN
148
149
150
151
dengan mengunakan tikus jantan Sprague Dawley (Rattus norvegicus L.) model
Diabetes Mellitus type II sebagai obyek penelitian. Daun Ageratum yang diperoleh
dari Kebun Tanaman Obat Departemen Biologi ITB, Indonesia
152
153
3.1.1. Obyek Penelitian
154
Tikus yang digunakan adalah tikus jantan bergalur Wistar Sprague
Dawley (Rattus norvegicus L.) model Diabetes Mellitus type II dengan Berat Badan
antara 150 200 gram yang didapat dari PT Bio Farma Bandung. Perawatan tikus
selama penelitian dilakukan di Bagian Farmakologi FK UNPAD. Binatang yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tikus Wistar, karena tikus Wistar merupakan
salah satu model binatang percobaan yang paling umum digunakan untuk penelitian
yang berkaitan dengan penyembuhan luka (Gal et al. 2006, p. 109). Tikus Wistar
jantan dipilih dalam penelitian ini untuk menghindari adanya kemungkinan variasi
hormonal yang dapat terjadi pada tikus Wistar jenis kelamin betina.
155
156
157
3.1.2. Besar Sampel
158
Rumus yang digunakan berdasarkan Ferderer : RAL = (t-1) (n-1) > 15.
159
t = Jumlah perlakuan
160
n = Jumlah sampel
161
(n-1) > 15 n = 16
162
Jumlah sampel selanjutnya ditambah 20% dengan tujuan sebagai
cadangan sampel bila terjadi drop-out.
163
n1 = n/1-y
5
6
7
8
164
n = Jumlah sampel
165
n1 = Jumlah sampel kontrol dengan drop out
166
y = prosentase drop out
167
n1 = 16/ 1-0.2
168
n1 = 20 (jumlah sampel untuk kontrol)
169
n2 = 20 (jumlah sampel untuk perlakuan)
170
3.1.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
171
Kriteria pemilihan sampel sebagai berikut :
1) Kriteria Inklusi :
a. Tikus bergalur Wistar Sprague Dawley (Rattus norvegicus L.) umur
12-16 minggu
b. Jenis kelamin jantan.
c. Berat badan 150 -200 gram.
d. Kondisi sehat dan tidak ada kelainan anatomik Sehat, ditandai dengan
gerakan yang aktif dan memungkinkan untuk dijadikan sampel
penelitian
e. Tikus memiliki kadar gula darah >250 mg/dl
2) Kriteria Ekslusi :
a. Tikus gagal menjadi tikus Diabetes Mellitus type II setelah dinduksi
STZ
b. Memiliki luka atau infeksi ditempat yang akan dibuat eksisi
3) Kriteria drop out
172
Tikus sakit atau mati. Dapat dinilai dengan menilai tikus yang
tampak kurang aktif dan memisahkan diri dari kelompoknya
173
174
3.1.4 Alat dan Bahan
175
Penelitian ini memerlukan beberapa bahan dan alat seperti
yang disebutkan berikut ini :
1. Alat
176
60x50x50 cm dan di
5
6
7
8
177
kawat serta
178
179
180
3. Gunting bedah
181
4. Pinset anatomi
182
183
7. Needle holder
184
185
9. Syringe
186
187
188
189
190
191
192
193 17. Pola luka menggunakan karton dengan lubang di tengahnya berukuran
2,5
x 2,5 cm.
194 18. Zat anestesi : ketamin (150 mg/kgBB), Phenobarbital (100 mg/kgBB
Analgetik: Tramadol 1- 4 mg/kgBB dibagi 2 dosis.
5
6
7
8
195
198
199
200
2. Bahan
201
1. Ekstrak daun bandotan dengan konsentrasi 2% dan 4%
202
2. Gel CMC Na (Carboxyl Methyl Selulose Natrium) 0.5%
203
3. Methanol, sebagai pelarut
204
4. Makanan tikus Wistar (berbahan dasar jagung)
205
5. Air putih untuk minum tikus Wistar setiap harinya
206
6. Obat general anestesi (ether 10%)
207
7. Larutan Formalin 10% untuk fiksasi jaringan
208
8. Larutan HNO3 5%, 10%, 15%, untuk dekalsifikasi
209
9. Alkohol 70%, 95%, 100% untuk dehidrasi
210
10. Larutan xylol
211
11. Parafin
212
12. Larutan Haematoxylin dan Eosin untuk pengecatan
213
13. Air
214
14. Kapas
215
15. Streptozotocin cat.#572201 dari Calbiochem
216
217
218
219
3.2.2 Identifikasi Variabel
220
Variabel penelitian ini terdiri dari variable :
1) Variabel Bebas
221
Ekstrak daun Ageratum dengan konsentrasi 2%-4%
2) Variabel Tergantung ( dependen )
222
Variabel Dependen dari penelitian ini adalah:
223
Gambaran Klinis pada obyek penelitian meliputi: keadaan umum
tikus, ,kemerahan pada luka tikus, ketebalan jaringan granulasi luka pada tikus
5
6
7
8
224
238
ini adalah 2% dan 4%. Pembuatan gel ekstrak daun bandotan diperoleh dari
pembuatan ekstrak di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
239
3. Teknik pemberian ekstrak daun bandotan dengan cara topikal pada
soket pasca pencabutan gigi tikus Wistar dengan menggunakan syringe
sampai soket penuh, yaitu 0.1 ml.
240
4. Jumlah sel fibroblas adalah banyaknya sel fibroblas pada hari ke-3
melalui pemeriksaan HPA, yang ditandai dengan peningkatan jumlah sel
fibroblas yang tampak pada lapang pandang dengan menggunakan mikroskop
cahaya dengan pembesaran 100x kemudian ditingkatkan 1000x.
241
5. Luka eksisional adalah luka buataan untuk penelitian dengan
melakukan pembuangan jaringan lunak yang signifikan untuk simulasi
kondisi luka yang diinginkan.31
242
243
3.3.1. Cara Kerja dan Pengumpulan Data
244
3.3.1 Pembuatan gel dari ekstrak daun bandotan
245
Pembuatan gel dari ekstrak daun bandotan, terdiri dari 3 tahap yaitu:
246
1. Persiapan Sampel
247
Sampel berupa daun bandotan, dikumpulkan, dicuci, dan dikeringkan
dengan temperatur ruang selama 7 hari. Pengeringan bertujuan agar mendapatkan
berat tetap dari daun bandotan sesuai berat yang digunakan untuk ekstrak. Sampel
yang sudah kering dibuat menjadi potongan kecil kemudian dihaluskan dengan
electric blender (Prasad 2011, p. 9).
248
2. Proses Ekstraksi Daun Bandotan
249
Sebanyak 25 gram serbuk kering daun bandotan, diekstraksi dengan
methanol dengan soxhlet extractor selama 8 jam. Ekstrak tersebut dipekatkan
dalam pelarut dengan rotary flash evaporator (rotavapour) selama 24 jam. Ekstrak
5
6
7
8
5
6
7
8
258
berikut:
1.
Tikus dipelihara dalam ruangan yang berventilasi cukup, dikandangkan secara
261
263
tikus.
262
4.
Kesehatan tikus, setiap hari dilakukan pembersihan kandang.
5.
Penerangan diatur dengan siklus 12 jam terang dan 12 jam gelap (siklus
terang dimulai jam 06.00 pagi s/d 18.00 petang.)
264
265
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
5
6
7
8
288
307
Celupkan dalam alkohol 70%, 80%, 90%, etanol pada tempat yang
5
6
7
8
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
333
334
332
Gambar 3.1
3.4 Metode Analisis
Data-data tersebut diuji dengan uji parametrik Mann Whitney dan
335
336
337
349
b.
Staf
Laboratorium
FKUP/RSHS
350
c. Konsultan
Patologi
Hewan,
Anatomi,
FKUP/RSHS
351
352
353
5
6
7
8
Bagian
Bagian
Farmakologi
Patologi
Klinik
Anatomi