Anda di halaman 1dari 8

Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari

jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian
organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok.
Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil
faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil terletak
dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi
hipoblas di tempat ini. Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang
disebabkan oleh infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam
tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/penyaring
menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini
akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi
yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri
atau virus tersebut maka akan timbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus ditemukan 3
macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis
kronis.1,2,3,7

1. TONSILITIS AKUT

ETIOLOGI
Tonsillitis akut ini lebih disebabkan oleh kuman grup A Streptokokus beta
hemolitikus, pneumokokus, Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes. Virus
terkadang juga menjadi penyebab penyakit ini. Tonsillitis ini seringkali terjadi
mendadak pada anak-anak dengan peningkatan suhu 1-4 derajat celcius. 5,6

PATOFISIOLOGI
Penularan penyakit ini terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel,
kemudian bila kuman ini terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi, terjadi
pembendunagn radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.6

MANIFESTASI KLINIK
Tonsillitis Streotokokus grup A harus dibedakan dri difteri, faringitis non bacterial,
faringitis bakteri bentuk lain dan mononucleosis infeksiosa. Gejala dan tanda-tanda
yang ditemukan dalam tonsillitis akut ini meliputi suhu tubuh naik hingga 40o celcius,
nyeri tenggorok dan nyeri sewaktu menelan, nafas yang berbau, suara akan menjadi
serak, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di persendian,
tidak nafsu makan, dan rasa nyeri di telinga. Pada pemeriksaan juga akan nampak
tonsil membengkak, hiperemis, dan terdapat detritus berbentuk folikel, lacuna akan

tertutup oleh membrane semu. Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri


tekan. 4,5,6

KOMPLIKASI
Otitis media akut (pada anak-anak), abses peritonsil, abses parafaring, toksemia,
septicemia, bronchitis, nefritis akut, miokarditis, dan arthritis. 6

PEMERIKSAAN
1) Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam
tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam
renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.4
2) Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan. 6
3) Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan
obat kumur yang mengandung desinfektan.5

PERAWATAN
Perawatan yang dilakukan pada penderita tonsillitis biasanya dengan perawatan
sendiri dan dengan menggunakan antibiotic. Tindakan operasi hanya dilakukan jika
sudah mencapai tonsillitis yang tidak dapat ditangani sendiri.
1) Perawatan sendiri
Apabila penderita tonsillitis diserang karena virus sebaiknya biarkan virus itu hilang
dengan sendirinya. Selma satu atau dua minggu sebaiknya penderita banyak
istirahat, minum minuman hangat juga mengkonsumsi cairan menyejukkan. 1
2) Antibiotik
Jika tonsillitis disebabkan oleh bakteri maka antibiotic yang akan berperan dalam
proses penyembuhan. Antibiotic oral perlu dimakan selama setidaknya 10 hari. 1
3) Tindakan operasi
Tonsillectomy biasanya dilakukan pada anak-anak jika ank mengalami tonsillitis
selama tujuh kali atau lebih dalam setahun, anak mengalami tonsillitis lima kali atau
lebih dalam dua tahun, amandel membengkak dan berakibat sulit bernafas, adanya
abses. 1,8

2. TONSILITIS MEMBRANOSA
Ada beberapa macam penyakit yang termasuk dalam tonsillitis membranosa
beberapa diantaranya yaitu Tonsilitis difteri, Tonsilitis septic, serta Angina Plaut
Vincent. 5

TONSILITIS DIFTERI

ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphteriae yaitu suatu bakteri gram
positis pleomorfik5penghuni saluran pernapasan atas yang dapat menimbulkan
abnormalitas toksik yang dapat mematikan bila terinfeksi bakteriofag.

PATOFISIOLOGI
Bakteri masuk melalui mukosa lalu melekat serta berkembang biak pada permukaan
mukosa saluran pernapasan atas dan mulai memproduksi toksin yang merembes ke
sekeliling lalu selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalu pembuluh darah dan
limfe. Toksin ini merupakan suatu protein yang mempunyai 2 fragmen yaitu
aminoterminal sebagai fragmen A dan fragmen B, carboxyterminal yang disatukan
melalui ikatan disulfide.3

MANIFESTASI KLINIS
Tonsillitis difteri ini lebih sering terjadi pada anak-anak pada usia 2-5 tahun.
Penularan melalui udara, benda atau makanan uang terkontaminasai dengan masa
in kubasi 2-7 hari. Gejala umum dari penyaki ini adalah terjadi kenaikan suhu
subfebril, nyeri tnggorok, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, dan nadi
lambat. Gejala local berupa nyeri tenggorok, tonsil membengkak ditutupi bercak
putih kotor makin lama makin meluas dan menyatu membentuk membran semu.
Membran ini melekat erat pada dasar dan bila diangkat akan timbul pendarahan.
Jika menutupi laring akan menimbulkan serak dan stridor inspirasi, bila menghebat
akan terjadi sesak nafas. Bila infeksi tidak terbendung kelenjar limfa leher akan
membengkak menyerupai leher sapi. Gejala eksotoksin akan menimbulkan
kerusakan pada jantung berupa miokarditis sampai decompensation cordis . 5,6

KOMPLIKASI

Laryngitis difteri, miokarditis, kelumpuhan otot palatum mole, kelumpuhan otot mata,
otot faring laring sehingga suara parau, kelumpuhan otot pernapasan, dan
albuminuria. 6

DIAGNOSIS
Diagnosis tonsillitis difteri harus dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis karena
penundaan pengobatan akan membahayakan jiwa penderita. Pemeriksaan preparat
langsung diidentifikasi secara fluorescent antibody technique yang memerlukan
seorang ahli. Diagnosis pasti dengan isolasi C, diphteriae dengan pembiakan pada
media Loffler dilanjutkan tes toksinogenesitas secara vivo dan vitro. Cara PCR
(Polymerase Chain Reaction) dapat membantu menegakkan diagnosis tapi
pemeriksaan ini mahal dan masih memerlukan penjagn lebih lanjut untuk
menggunakan secara luas. 3

PEMERIKSAAN
1) Tes Laboratorium
Dilakukan dengan cara preparat langsung kuman(dari permukaan bawah membrane
semu). Medium transport yang dapat dipaki adalah agar Mac conkey atauLoffler. 3
2) Tes Schick (tes kerentnan terhapad dihteria)

3) Terapi
Anti difteri serum diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur dengan dosis
20.000-100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya penyakit itu. 6

PENGOBATAN
Tujuan dari pengobatan penderita diphtheria adalah menginaktivasi toksin yang
belum terikat secepatnya, mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang terjadi
minimal, mengeliminasi C.diphteria untuk mencegah penularan serta mengobati
infeksi penyerta dan penyulit diphtheria. Secara umum dapat dilakukan dengan cara
istirahat selama kurang lebih 2 minggu serta pemberian cairan.
Secara khusus dapat dilakukakan dengan pemberian 3:
1) Antitoksin : serum anti diphtheria (ADS)
2) Anti microbial : untuk menghentikan produksi toksin, yaitu penisilin prokain 50.000100.000 KI/BB/hariselama 7-10 hari, bila alergi diberikan eritromisin 40 mg/kg/hari.
3) Kortikosteroid : diberikan kepada penderita dengan gejala obstruksi saluran nafas
bagian atas dan bila terdapat penyulit miokardiopati toksik.

4) Pengobatan penyulit : untuk menjaga agar hemodinamika penderita tetap baik oleh
karena penyulit yang disebabkan oleh toksin umumnya reversible.
5) Pengobatan carrier : ditujukan bagi penderita yang tidak mempunyai keluhan.

PENCEGAHAN
Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan pada diri
anak serta memberikan penyuluhan tentang penyakit ini pada anak-anak. Selain itu
juga diberikan imunisasi yang terdiri dari imunisasi DPT dan pengobatan carrier. 3

TES KEKEBALAN
1) Kekebalan aktif diperoleh dengan cara inapparent infection dan imunisasi dengan
toksoid diphtheria. 3
2) Kekebalan pasif diperoleh secara transplasental dari ibu yang kebal terhadap
diphtheria (sampai 6 bulan) dan suntikan antitoksin (2-3 minggu). 3

TONSILITIS SEPTIK
Penyebab dari tonsillitis ini adalah Streptokokus hemolitiku yang terdapat dala susu
sapi sehingga dapat timbul epidemic. Oleh karena itu perlu adanya pasteurisasi
sebelum mengkonsumsi susu sapi tersebut. 5

ANGINA PLAUT VINCENT

ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan karena kurangnya hygiene mulut, defisiensi vitamin C serta
kuman spirilum dan basil fusi form. 5

MANIFSTASI KLINIS
Penyakit ini biasanya ditandai dengan demam sampai 39 o celcius, nuyeri kepala,
badan lemah, dan terkadang terdapat gangguan pencernaan. Rasa nyeri di mulut,
hipersalivasi, gigi, dan gusi berdarah. 5,6

PEMERIKSAAN
Mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membrane putih keabuan di atas tonsil,
uvula, dinding faring, gusi serta prosesus alveolaris, mulut berbau dan kelenjar
submanibula membesar. 5

PENGOBATAN
Memperbaiki hygiene mulut, antibiotika spectrum lebar selama 1 minggu, juga
pemberian vitamin C dan B kompleks. 5

3. TONSILITIS KRONIS

ETIOLOGI
bakteri penyebab tonsillitis kronis sama halnya dengan tonsillitis akut , namun
terkadang bakteri berubah menjadi bakteri golongan Gram negatif. 6

FAKTOR PREDISPOSISI
Mulut yang tidak hygiene, pengobatan rdang akut yang tidak adekuat, rangsangan
kronik karena rokok maupun makanan. 6

PATOFISIOLOGI
Karena proses rang berulang maka epitel mukosa dan jarinagn limfoid terkikis,
sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan parut.
Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar yang akan
diisi oleh detritus, proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul
perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. 6

MANIFESTASI KLINIS
Adanya keluhan pasien di tenggookan seperti ada penghalang, tenggorokan terasa
kering, pernapasan berbau. Sat pemeriksaan ditemukan tonsil membesar dengan
permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi detritus. 6

KOMPLIKASI

Timbul rhinitis kronis, sinusitis atau optitis media secara perkontinuitatum,


endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitus, dermatitis, pruritus,
urtikaria, dan furunkulosis.6

PEMERIKSAAN
1) Terapi 6
Terapi mulut (terapi lokal) ditujukan kepada hygiene mulut dengan berkumur atau
obat isap.
Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa tidak berhasil.
2)

Faktor penunjang 6
Kultur dan uji resistensi kuman dari sedian apus tonsil.

INDIKASI TONSILEKTOMI 5,8


1) Sumbatan
1.1)

Hiperplasia tonsil dengan sumbatan jalan nafas

1.2)

Gangguan menelan

1.3)

Gangguan berbicara

2) Infeksi
2.1)

Infeksi telinga tengah berulang

2.2)

Rinitis dan sinusitis yang kronis

2.3)

Peritonsiler abses

2.4)

Tonsilitis kronis dengan gejala nyeri tenggorok yang menetap

3) Kecurigaan adanya tumor jinak atau ganas

TONSILEKTOMI

DAFTAR PUSTAKA

1) http://cybermed.cbn,net,id/detil.asp?kategori=Hembing&newsno=64
2) htt://www.depkes,go,id/index.php?
option=articles&task=viewarticle&artid=23&Itemid=3
3) http://www.pediatrik.com/isi.03.php?
page=htal&ktegori=ePDT&direktori=pdt&filepdf=o&pdf=&html+0711a0_vwmz278.ht
m
4) Cody, D. Thane R, et all. 1991.
Tenggorokan. Jakarta : EGC. 292-302

Penyakit

Telinga,

Hidung,

dan

5) Soepardi, Efiaty Arsyad. 2001. Beku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala Leher. ed. 5. Jakarta : Gaya Baru. 181-3
6) Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta. Ed. 3, jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius. 11820
7) http//aslimtaslim.blogspot.com/2007/07/beberapa-tahun-terakhir-ini-penegakan.html
8) Darro DH.Siemens C. 2002. Indication For Tonsillectomy and Andenoidectomy.
Laryngoscope, 112 (8 Pt Suppl 100) : 6-10

Anda mungkin juga menyukai