Anda di halaman 1dari 36

1.

Memahami & menjelaskan saluran napas atas


1.1. Anatomi makroskopis
A. Hidung

buah
=

=
nasi
depan
muara
Pada
yang

Mempunyai 2
nares anterior
aperture
nasalis
anterior =
lubang hidung
nostril
Vestibulum
adalah bagian
rongga
hidung, tempat
nares anterior.
mucusa
hidung,
terdapat silia
kasar untuk
penyaring

udara
Rangka hidung terdiri dari bagian luar dibentuk oleh tulang-tulang : os nasal,
processus frontalis os maxillaris
Bagian dalam rongga hidung yang berbentuk terowongan disebut dengan
cavum nasi (mulai dari nares anterior sampai ke nares posterior, yang dikenal
dengan choanae)
Cavum nasi (rongga hidung) mempunyai : dasar, atap, dinding lateral dan
medial
Dasar = dibentuk oleh processus palatinus os maxilla dan lamina horizontal
os palatinus
Atap = dibentuk oleh os frontale dan os nasal, bagian tengah oleh lamina
cribrosa os ethmoidalis
Dinding = bagian lateral oleh tonjolan tulang conchae nasalis (superior,
media, inferior). Diantaranya ada saluran yang dinamakan meatus nasalis
(superior, media, inferior)
Sekat Antara kedua rongga hidung dibatasi oleh dinding yang berasal dari
tulang dan mucusa disebut septum nasi, yang dibentuk oleh tulang-tulang :
cartilage septi nasi, os vomer, lamina perpendicularis os ethmoidalis
Persarafan hidung
o Persarafan sensorik dan sekremotorik hidung :
a. Bagian depan dan atas cavum nasi mendapat persarafan sensoris dari
N.nasalis, N.ethmoidalis anterior semuanya cabang N.opthalmicus
(N.V1)

b. Bagian bawah belakang termasuk mucusa conchae nasalis depan


dipersarafi oleh rami nasalis posterior (cabang dari
N.maxillaris/N.V2)
c. Daerah nasopharynx dan conchae nasalis belakang mendapat
persarafan sensorik dari cabang ganglion pterygolapatinum
o Nervus olfactorius (N.I)
Perdarahan hidung
o Berasal dari a.carotis interna dan a. carotis externa
o Carotis interna mempercabangkan arteria opthalmica, selanjutnya
bercabang lagi menjadi :
a. Arteria ethmoidalis anterior dengan cabang-cabang : a.nasalis externa,
lateralis, a.septalis anterior
b. Arteria athmoidalis posterior, selanjutnya bercabang lagi menjadi
a.nasalis posterios, a. nasalis posterior, lateral dan septal, a.palatinus
majus
o A.carotis externa mempercabangkan dari a.maxillaris ke
A.spenopalatinum
o Ketika pembuluh darah diatas pada mukosa hidungmembentuk anyaman
kapiler pembuluh darah yang dinamakan plexis kisselbach (mudah pecah
oleh trauma/infeksi sehingga sering menjadi sumber epitaxis (perdarahan
hidung terutama pada anak
B. Sinus Paranasalis

Adalah sinus-sinus atau rongga-rongga yang berhubungan dengan


cavum nasi. Ada 4 macam, yaitu :
o
Sinus sphenoidalis (2 buah) : mengeluarkan sekresinya melalu
recessus sphenoethmoidalis keluar pada meatus superior
o
Sinus frontalis : ke meatus media
o
Sinus ethmoidalis : ke meatus superior dan media
o
Sinus Maxillaris : ke meatus media, berbentuk pyramid terapat
dalam corpus maxillare di belakang pipi (os zygomaticum),
dasar sinus berhubungan dengan akar gigi premolar dan molar
Sinus-sinus di atas dilapisi oleh mucoperiosteum dan terisi udara yang
berfungsi sebagai resonator suara dan sekresi sinus dialirkan pada
cavum nasi dan bila aliran tersumbat maka sinus berisi cairan dapat
merubah kualitas suara

Pada sudut mata medial terdapat hubungan hidung dan mata melalui
ductus nasolacrimalis tempat keluarnya air mata ke hidung melalui
meatus inferior
Pada nasofaring terdapat hubungan hidung dengan rongga telinga
melalui OPTA

C. Faring
Pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya
dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan Krikoid. Maka letaknya di
belakang larinx (larinx-faringeal). Faring terbagi menjadi 3, yaitu
Nasofaring terdapat Pharyngeal Tonsil dan Tuba Eustachius ,
Orofaring merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring, terdapat
pangkal lidah, gabungan sistem respirasi dan pencernaan
Laringofaring terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan.

D. Laring
Daerah yang dimulai dari aditus laryngis sampai batas bawah cartilago
cricoid.
Rangka laring
terbentuk dari
tulang rawan
dan tulang.
Laring adalah
bagian
terbawah dari
saluran napas
atas.
1. Berbentuk
tulang adalah
os hyoid
2. Berbentuk
tulang rawan
adalah : tyroid
1 buah,
arytenoid 2
buah,
epiglotis 1
buah. Pada
arytenoid
bagian ujung ada tulang rawan kecil cartilago cornuculata dan cuneiforme.
3. Tulang rawan dan ototnya berasal dari mesenkim lengkung faring ke 4
dan ke 6. Mesenkin berproliferasi dengan cepat, aditus laringis berubah
bentuk dari celah sagital menjadi lubang bentuk T. mesenkin kedua lengkung
faring menjadi kartilago tiroidea, krikoidea serta antenoidea. Epitel laring
berproliferasi dengan cepat. Vakuolisasi dan rekanalisasi terbentuk sepasang
resesus lateral, berdiferensiasi menjadi pita suara palsu dan sejati.
Os hyoid
Mempunyai 2 buah cornu, cornu majus dan minus. Berfungsi untuk
perlekatan otot mulut dan cartilago thyroid
Cartilago thyroid

Terletak di bagian depan dan dapat diraba tonjolan yang disebut prominess
laryngis atau lebih disebut jakun pada laki-laki. Jaringan ikatnya adalah
membrana thyrohyoid. Mempunyai cornu superior dan inferior. Pendarahan
dari a. Thyroidea superior dan inferior.
Cartilago arytenoid
Mempunyai bentuk seperti burung penguin. Ada cartilago corniculata dan
cuneiforme. Kedua arytenoid dihubungkan m.arytenoideus transversus.
Epiglotis
Tulang rawan berbentuk sendok. Melekat di antara cartilago arytenoid.
Berfungsi untuk membuka dan menutup aditus laryngis. Saat menelan
epiglotis menutup aditus laryngis supaya makanan tidak masuk ke laring.
Cartilago cricoid
Batas bawah adalah cincin pertama trakea. Berhubungan dengan thyroid
dengan ligamentum cricothyroid dan m.cricothyroid medial lateral.
Otot-otot laring :
a. Otot extrinsik laring
M.cricothyroid
M. thyroepigloticus
b. Otot intrinsik laring
M.cricoarytenoid posterior yang membuka plica vocalis. Jika terdapat
gangguan pada otot ini maka bisa menyebabkan orang tercekik dan
meninggal karena rima glottidis tertutup. Otot ini disebut juga safety
muscle of larynx.
M. cricoarytenoid lateralis yang menutup plica vocalis dan menutup
rima glottdis
M. arytenoid transversus dan obliq
M.vocalis
M. aryepiglotica
M. thyroarytenoid
Dalam cavum laryngis terdapat :
Plica vocalis, yaitu pita suara asli sedangkan plica vestibularis adalah pita
suara palsu. Antara plica vocalis kiri dan kanan terdapat rima glottidis
sedangkan antara plica vestibularis terdapat rima vestibuli. Persyarafan
daerah laring adalah serabut nervus vagus dengan cabang ke laring sebagai
n.laryngis superior dan n. recurrent.
1.2. Anatomi Mikroskopis
A. Hidung
Vestibulum : Pada permukaan dalam nares, terdapat Kelenjar sebasea,
kelenjar keringat dan rambut tebal pendek / vibrissa
Fosa Nasal
o
Konka media dan konka inferior ditutupi oleh epitel respirasi
o
Konka superior epitel olfaktorius (bertingkat silindris)

Epitel olfaktorius disusun oleh :


a. sel penyokong
b. sel basal
c. sel olfaktorius
o Di dalam lamina propria konka terdapat pleksus venosa besar yang
dikenal sebagai badan pengembang (Swell Bodies). Reaksi alergi dan
inflamasi dapat menyebabkan pengembangan badan-badan pengembang
secara abnormal dalam kedua fosa dan berakibat sangat menghambat
aliran udara

Sinus Paranasalis
Sinus paranasal adalah rongga buntu dalam tulang frontal, maksila, etmoid
dan sfenoid
Mereka dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel
goblet (sedikit)
Mukus yang dihasilkan mengalir ke dalam saluran nasal sebagai akibat
aktivitas sel2 epitel bersilia
Sinusitis adalah proses radang dari sinus dalam waktu lama terutama pada
sumbatan lubang keluarnya. Sinusitis menahun /kronik adalah komponen
sindrom silia imotil yang ditandai oleh gangguan kerja dari silia
B. Nasofaring
Dilapisi oleh epitel jenis respirasi (bagian yang kontak dengan palatum
mole)
C. Laring
Tulang rawan pada laring tsbt diikat oleh ligamen, kebanyakan berartikulasi
oleh otot intrinsik laring, yang merupakan otot rangka
Tulang-tulang rawan tsbt berfungsi :
1. sebagai penyokong (menjaga agar jalan nafas tetap terbuka)
2. sebagai katup (untuk mencegah makanan atau cairan yg ditelan
memasuki trakea
3. Sebagai alat penghasil nada untuk fonasi
D. Epiglotis
Menjulur keluar dari tepian laring, meluas ke dlm faring
Memiliki permukaan lingual dan laringeal
Seluruh permukaan laringeal ditutupi oleh epitel berlapis gepeng, mendekati
basis epiglotis pada sisi laringeal, epitel ini mengalami peralihan mjd epitel
bertingkat silindris bersilia
Pasangan atas membentuk pita suara palsu ( plika vestibularis) yg ditutupi
oleh epitel respirasi biasa dan dibawahnya tdp banyak kelenjar serosa di L.
propria

2. Memahami & menjelaskan fungsi dan fisiologi pernapasan


Fungsi Pernapasan.
Fungsi pokok sistim pernapasan adalah mendapatkan O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel
tubuh dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) dari yang dihasilkan oleh sel tubuh yang
merupakan limbah metabolisme energi. Fungsi pernapasan lainnya adalah
Mengeluarkan air dan panas dari tubuh
Proses pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 dalam paru
Meningkatkan aliran balik vena
Mengeluarkan dan memodifikasikan prostaglandin
Mekanisme Pernafasan
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis,
yaitu pernapasan luar (eksternal) dan pernapasan dalam (internal)
1. Pernafasan Eksternal
Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam
paru-paru. Udara masuk yang mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat
difusi. Pada saat yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan.
Proses pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam
paru-paru dinamakan pernapasan eksternal
Saat sel darah merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru, sebagian besar
karbondioksida yang diangkut berbentuk ion bikarbonat. Dengan bantuan enzim
karbonat anhidrase, karbondioksida (CO2) dan air (H2O) yang tinggal sedikit dalam
darah akan segera berdifusi keluar.
Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi melepaskan ion-ion hidrogen (H+) sehingga
hemoglobinnya juga ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin akan terikat dengan oksigen
(O2) menjadi oksihemoglobin (HbO2)
Proses difusi dapat terjadi pada alveolus, karena ada perbedaan tekanan parsial antara
udara dan darah dalam alveolus. Tekanan parsial membuat konsentrasi oksigen dan

karbondioksida pada darah dan udara berbeda.


Tekanan parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan tekanan parsial
oksigen pada alveolus paru-paru. Dengan kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih
tinggi daripada konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari udara akan
berdifusi menuju darah pada alveolus paru-paru.
Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih besar dibandingkan
tekanan parsial karbondioksida pada udara. Sehingga, konsentrasi karbondioksida pada
darah akan lebih kecil di bandingkan konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya,
karbondioksida pada darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa keluar tubuh lewat
hidung.
2. Pernafasan Internal
Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas pada pernapasan
internal berlangsung di dalam jaringan tubuh. Proses pertukaran oksigen dalam darah
dan karbondioksida tersebut berlangsung dalam respirasi seluler.
Setelah oksihemoglobin (HbO2) dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan
selanjutnya menuju cairan jaringan tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam
proses metabolisme sel, dan merupakan oksidasi bahan makanan yang terjadi di dalam
mitokondria dan menghasilkan energi dalam bentuk ATP.
Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui proses difusi.
Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial oksigen dan
karbondioksida antara darah dan cairan jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam cairan
jaringan, lebih rendah dibandingkan oksigen yang berada dalam darah. Artinya
konsentrasi oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah. Oleh karena itu, oksigen dalam
darah mengalir menuju cairan jaringan.
Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah daripada cairan jaringan.
Akibatnya, karbondioksida yang terkandung dalam sel-sel tubuh berdifusi ke dalam
darah. Karbondioksida yang diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan berikatan
bersama hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2).
Namun, sebagian besar karbondioksida tersebut masuk ke dalam plasma darah dan
bergabung dengan air menjadi asam karbonat (H2CO3). Oleh enzim anhidrase, asam
karbonat akan segera terurai menjadi dua ion, yakni ion hidrogen (H+) dan ion
bikarbonat. CO2 yang diangkut darah ini tidak semuanya dibebaskan ke luar tubuh oleh
paru-paru, akan tetapi hanya 10%-nya saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat yang
tetap berada dalam darah. Ion-ion bikarbonat di dalam darah berfungsi sebagai bufer
atau larutan penyangga. Lebih tepatnya, ion tersebut berperan penting dalam menjaga
stabilitas pH (derajat keasaman) darah.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam,
yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.

3. Pernafasan Dada
Apabila kita menghirup dan menghempaskan udara menggunakan pernapasan dada, otot
yang digunakan yaitu otot antartulang rusuk. Otot ini terbagi dalam dua bentuk, yakni
otot antartulang rusuk luar dan otot antartulang rusuk dalam.
Saat terjadi inspirasi atau disebut juga sebagai proses pernafasan aktif, otot antartulang
rusuk luar berkontraksi, sehingga tulang rusuk menjadi terangkat.
Akibatnya, volume rongga dada membesar. Membesarnya volume rongga dada
menjadikan tekanan udara dalam rongga dada menjadi kecil/berkurang, padahal tekanan
udara bebas tetap. Dengan demikian, udara bebas akan mengalir menuju paru-paru
melewati saluran pernapasan.
Sementara saat terjadi ekspirasi atau disebut juga sebagai proses pernafasan pasif, otot
antartulang rusuk dalam berkontraksi (mengkerut/mengendur), sehingga tulang rusuk
dan tulang dada ke posisi semula. Akibatnya, rongga dada mengecil. Oleh karena rongga
dada mengecil, tekanan dalam rongga dada menjadi meningkat, sedangkan tekanan
udara di luar tetap. Dengan demikian, udara yang berada dalam rongga paru-paru
menjadi terdorong keluar.

4. Pernafasan Perut
Pada proses pernapasan ini, fase inspirasi terjadi apabila otot diafragma (sekat rongga
dada) mendatar dan volume rongga dada membesar, sehingga tekanan udara di dalam
rongga dada lebih kecil daripada udara di luar, akibatnya udara masuk. Adapun fase
ekspirasi terjadi apabila otot-otot diafragma mengkerut (berkontraksi) dan volume
rongga dada mengecil, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih besar
daripada udara di luar. Akibatnya udara dari dalam terdorong ke luar
3. Memahami & menjelaskan Rhinitis alergi
3.1. Definisi
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang disebabkan oleh reaksi alergi pada
pasien-pasien yang memiliki atopi, yang sebelumnya sudah tersensitisasi atau
terpapar dengan allergen (zat/materi yang menyebabkan timbulnya alergi) yang
sama serta meliputi mekanisme pelepasan mediator kimia ketika terjadi paparan
ulangan dengan allergen yang serupa (Von Pirquet, 1986). Rhinitis alergi adalah
kelainan pada hidung dengan gejala-gejala bersin-bersin, keluarnya cairan dari
hidung, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar dengan allergen
yang mekanisme ini diperantarai oleh IgE (WHO ARIA tahun 2001).
3.2. Etiologi
Rhinitis alergi disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap alergen
seolah-olah itu berbahaya. Sistem kekebalan tubuh adalah pertahanan alami tubuh
terhadap infeksi dan penyakit. Jika sistem kekebalan tubuh Anda sensitif, maka akan
bereaksi dengan menyerang alergen dengan cara yang sama menyerang virus dan
infeksi. Dikenal alergen termasuk serbuk sari (jenis rhinitis alergi dikenal sebagai
hay fever), tungau debu rumah dan hewan tertentu.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:
Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu
rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.
Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu,
telur, coklat, ikan dan udang
Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin
atau sengatan lebah.
Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan
mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan (Kaplan, 2003).
3.3. Klasifikasi
Berdasarkan ARIA (Allergic Rhinitis and Its Imoact on Asthma) tahun 2001
Berdasarkan lamanya terjadi gejala
Klasifikasi
Gejala dialami selama
Intermitten
Kurang dari 4 hari seminggu, atau kurang dari 4 minggu setiap
saat kambuh.
Persisten
Lebih dari 4 hari seminggu, atau lebih dari 4 minggu setiap
saat kambuh.

Berdasarkan keparahan dan kualitas hidup


Ringan
Tidak mengganggu tidur, aktivitas harian, olahraga, sekolah
atau pekerjaan. Tidak ada gejala yang mengganggu.
Sedang sampai berat
Terjadi satu atau lebih kejadian di bawah ini:
1.
Gangguan tidur
2.
gangguan aktivitas harian, kesenangan, atau olah raga
3.
gangguan pada sekolah atau pekerjaan
4.
gejala yang mengganggu

Rhinitis berdasarkan penyebab:


Rhinitis alergi
Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan
dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran hidung
yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap, serbuk/tepung sari
yang ada di udara. Meskipun bukan penyakit berbahaya yang mematikan, rinitis
alergi harus dianggap penyakit yang serius karena karena dapat mempengaruhi
kualitas hidup penderitanya. Tak hanya aktivitas sehari-hari yang menjadi terganggu,
biaya yang akan dikeluarkan untuk mengobatinya pun akan semakin mahal apabila
penyakit ini tidak segera diatasi karena telah menjadi kronis. Rhinitis alergi Adalah
istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap reaksi alergi mukosa
hidung, dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman.
Berdasarkan waktunya, Rhinitis Alergi dapat di golongkan menjadi:
1. Rinitis alergi musiman (Hay Fever)
Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak dengan allergen
dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk
penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.
2. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
Disebabkan bukan karena musim tertentu (serangan yang terjadi sepanjang masa
(tahunan) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah
misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang
menyengat
Pada awalnya rhinitis alergi diklasifikasikan menjadi seasonal allergic rhinitis dan
perennial allergic rhinitis. Namun penggolongan ini tidak dapat diandalkan karena tidak
semua rhinitis alergi pada pasien dapat dimasukkan ke dalam salah satu golongan
tersebut. Sebagai contoh, pollen penyebab allergic rhinitis pada seorang pasien mungkin
muncul secara musiman pada wilayah dengan iklim yang dingin, namun mungkin
muncul sepanjang tahun pada daerah beriklim hangat. Atau mungkin seorang pasien
memiliki lebih dari satu pemicu alergi yang muncul pada lebih dari satu musim sehingga
alergi bisa terlihat seperti alergi perennial (berlangsung sepanjang tahun)
Karena itu, sekarang dibuat beberapa klasifikasi baru
Berdasarkan durasi gejala
A. Intermittent: Jika total durasi inflamasi kurang dari 6 minggu
B. Persistent: Jika gejala berlangsung sepanjang tahun

Keparahan gejala
A. Mild: jika tidur pasien tidak terganggu dan aktivitas sehari-hari tidak
terganggu. Gejala biasanya muncul secara intermittent
B. Severe: Mengganggu aktivitas pasien
Rhinitis Non Alergi
Rhinitis non allergi disebabkan oleh infeksi saluran napas (rhinitis viral dan rhinitis
bakterial, masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma,
dan massa, penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral,
kokain dan anti hipertensif.
Berdasarkan penyebabnya, rhinitis non alergi di golongkan sebagai berikut:
Tipe-tipe rinitis non alergi adalah:
1. Rinitis Infeksiosa
Rinitis infeksiosa biasanya disebabkan oleh infeksi pada saluran pernafasan
Bagian atas, baik oleh bakteri maupun virus. Ciri khas dari rinitis infeksiosa adalah
lendir hidung yang bernanah, yang disertai dengan nyeri dan tekanan pada wajah,
penurunan fungsi indera penciuman serta batuk.
2. Rinitis Non-Alergika Dengan Sindroma Eosinofilia
Penyakit ini diduga berhubungan dengan kelainan metabolisme prostaglandin.
Pada hasil pemeriksaan apus hidung penderitanya, ditemukan eosinofil sebanyak 1020%. Gejalanya berupa hidung tersumbat, bersin, hidung meler, hidung terasa
gatal dan penurunan fungsi indera penciuman (hiposmia).
3. Rinitis Okupasional
Gejala-gejala rinitis hanya timbul di tempat penderita bekerja. Gejala-gejala
rinitis biasanya terjadi akibat menghirup bahan-bahan iritan (misalnya debu
kayu, bahan kimia). Penderita juga sering mengalami asma karena pekerjaan.
4. Rinitis Hormonal
Beberapa penderita mengalami gejala rinitis pada saat terjadi gangguan
keseimbangan hormon (misalnya selama kehamilan, hipotiroid, pubertas,
pemakaian pil KB). Estrogen diduga menyebabkan peningkatan kadar asam
hialuronat di selaput hidung. Gejala rinitis pada kehamilan biasanya
mulai timbul pada bulan kedua, terus berlangsung selama kehamilan dan
akan menghilang pada saat persalinan tiba. Gejala utamanya adalah hidung
tersumbat dan hidung berair.
5. Rinitis Karena Obat-obatan (rinitis medikamentosa)
Obat-obatan yang berhubungan dengan terjadinya rinitis adalah
dekongestan topikal, ACE inhibitor, reserpin, guanetidin, fentolamin, metildopa,
beta-bloker, klorpromazin, gabapentin, penisilamin, aspirin, NSAID, kokain,
estrogen eksogen, pil KB.

6. Rinitis Gustatorius
Rinitis gustatorius terjadi setelah mengkonsumsi makanan tertentu, terutama
makanan yang panas dan pedas.
7. Rinitis Vasomotor
Rinitis vasomotor diyakini merupakan akibat dari terganggunya keseimbangan
sistem parasimpatis dan simpatis. Parasimpatis menjadi lebih dominan sehingga
terjadi pelebaran dan pembengkakan pembuluh darah di hidung.
Gejala yang timbul berupa hidung tersumbat, bersin-bersin dan hidung berair.
Gangguan vasomotor hidung adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan
mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis.
Rinitis vasomotor adalah gangguan pada mukosa hidung yang ditandai dengan
adanya edema yang persisten dan hipersekresi kelenjar pada mukosa hidung apabila
terpapar oleh iritan spesifik
Etiologi yang pasti belum diketahui, tetapi diduga sebagai akibat gangguan
keseimbangan fungsi vasomotor dimana sistem saraf parasimpatis relatif lebih
dominan. Keseimbangan vasomotor ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
berlangsung temporer, seperti emosi, posisi tubuh, kelembaban udara, perubahan
suhu luar, latihan jasmani dan sebagainya, yang pada keadaan normal faktor-faktor
tadi tidak dirasakan sebagai gangguan oleh individu tersebut. Merupakan respon non
spesifik terhadap perubahan perubahan lingkungannya, berbeda dengan rinitis alergi
yang mana merupakan respon terhadap protein spesifik pada zat allergennya.
Faktor pemicunya antara lain alkohol, perubahan temperatur/kelembapan, makanan
yang panas dan pedas, bau bauan yang menyengat (strong odor), asap rokok atau
polusi udara lainnya, faktor faktor psikis seperti : stress, ansietas, penyakit
penyakit endokrin, obat-obatan seperti anti hipertensi, kontrasepsi oral.
3.4. Epidemiologi
Rinitis tersebar di seluruh dunia, baik bersifat endemis maupun muncul sebagai
KLB. Di daerah beriklim sedang, insidensi penyakit ini meningkat di musim gugur,
musim dingin, dan musim semi. Di daerah tropis, insidensi penyakit tinggi pada
musim hujan. Sebagian besar orang, kecuali mereka yang tinggal di daerah dengan
jumlah penduduk sedikit dan terisolasi, bisa terserang satu hingga 6 kali setiap
tahunnya. Insidensi penyakit tinggi pada anak-anak di bawah 5 tahun dan akan
menurun secara bertahap sesuai dengan bertambahnya umur.7
Rinitis merupakan salah satu penyakit paling umum yang terdapat di amerika
Serikat, mempengaruhi lebih dari 50 juta orang. Keadaan ini sering berhubungan
dengan kelainan pernapasan lainnya, seperti asma. Rhinitis memberikan pengaruh
yang signifikan pada kualitas hidup.
Pada beberapa kasus, dapat menyebabkan kondisi lainnya seperti masalah pada
sinus, masalah pada telinga, gangguan tidur, dan gangguan untuk belajar. Pada
pasien dengan asma, rinitis yang tidak terkontrol dapat memperburuk kondisi
asmanya

3.5. Patofisiologi

Pertama allergen yang masuk akan ditangkap oleh dendritic cell atau disebut juga
sebagai APC (Antigen Presenting Cell). Selanjutnya allergen tersebut akan dipecah
menjadi fragmen-fragmen yang akan dipresentasikan dengan bantuan MHC2. Saat
sudah terpresentasi, APC akan mengeluarkan sitokin, yaitu IL-1, IL-3, dan IL-4. IL1 akan memanggil sel T. Sel T akan langsung menyerang allergen. Sedangkan IL-3
dan IL-4 akan merangsang sel B untuk mengeluarkan IgE. IgE selanjutnya akan
menempel pada sel mast dan mengaktifkan sel mast sehingga saat allergen kembali
menyerang sel mast akan pecah dan mengeluarkan mediator. Diantara mediator
tersebut ada histamine yang menimbulkan rasa gatal, bersin-bersin, dan manifestasi
klinis lainnya
Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu immediate phase allergic reaction atau reaksi
alergi fase cepat (RAFC) yang berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1
jam setelahnya dan late phase allergic reaction atau reaksi alergi fase lambat (RAFL)
yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktivitas) setelah
pemaparan dan dapat berlangsung 24-48 jam.

3.6. Manifestasi Klinis


Gejala klinik rinitis alergi, yaitu :
1. Bersin patologis. Bersin yang berulang lebih 5 kali setiap serangan bersin.
2. Rinore. Ingus yang keluar.
3. Gangguan hidung. Hidung gatal dan rasa tersumbat. Hidung rasa tersumbat
merupakan gejala rinitis alergi yang paling sering kita temukan pada pasien
anak-anak.
4. Gangguan mata. Mata gatal dan mengeluarkan air mata (lakrimasi).
5. Allergic shiner yaitu bayangan gelap di daerah bawah mata akibat stasis vena
sekunder. Stasis vena ini disebabkan obstruksi hidung
6. Allergic salute. Perilaku anak yang suka menggosok-gosok hidungnya akibat
rasa gatal.

7. Allergic crease. Tanda garis melintang di dorsum nasi pada 1/3 bagian bawah
akibat kebiasaan menggosok hidung.

8. Tanda pada telinga termasuk retraksi membran timpani atau otitis media serosa
sebagai hasil dari hambatan tuba eustachii.
9. Tanda faringeal termasuk faringitis granuler akibat hiperplasia submukosa
jaringan limfoid. Seorang anak dengan rinitis alergi perenial dapat
memperlihatkan semua ciri-ciri bernafas mellaui mulut yang lama yang terlihat
sebagai hiperplasia adenoid. Tanda laringeal termasuk suara serak dan edema pita
suara.
Gejala lain yang tidak khas dapat berupa: batuk, sakit kepala, masalah penciuman,
mengi, penekanan pada sinus dan nyeri wajah, post nasal drip (cairan yang mengalir di
bagian belakang mulut). Beberapa orang juga mengalami lemah dan lesu, mudah marah,
kehilangan nafsu makan dan sulit tidur.
Dr Jennifer Shu dari Childrens Medical Group mengungkapkan perbedaan ingus
biasa dan ingus yang terinfeksi yaitu:
1 Jika ingus yang muncul akibat alergi, trauma (benturan), iritasi atau terpapar
polusi udara, penggunaan obat semprot atau masalah anatomi hidung, maka tidak
mengandung infeksi bakteri, virus atau mikroorganisme lainnya.
2 Ingus yang muncul tidak berwarna atau bening adalah bukan jenis ingus infeksi.
3 Jika lendir di hidung berwarna kuning, hijau atau cokelat, hal ini bisa menjadi
tanda adanya infeksi di saluran pernapasan bagian atas.
4 Debit atau volume ingus yang keluar bisa menjadi tanda infeksi sinus yang
disebabkan oleh bakteri. Kalau jumlahnya banyak dan sering itu pertanada ada
infeksi.
5 Ingus yang mengandung bakteri biasanya disertai dengan sakit kepala, nyeri di
bagian wajah terutama ketika sedang membungkuk, demam, bau mulut, tidak bisa
mencium bau-bauan, gangguan telinga atau batuk yang terus menerus.
3.7. Diagnosis dan Diagnosis banding
Diagnosis
1. Anamnesis
Berikut ini yang harus ditanyakan pada saat anamnesis:

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus fokus pada hidung, tetapi pemeriksaan fitur wajah,
mata, telinga, orofaring, leher, paru-paru, dan kulit juga penting. Carilah temuan
fisik yang mungkin konsisten dengan penyakit sistemik yang berhubungan
dengan rhinitis.
Fitur wajah umum
shiners alergi adalah lingkaran hitam di sekitar mata dan terkait dengan
vasodilatasi atau hidung tersumbat. Lipatan hidung lipatan horizontal di bagian
bawah jembatan hidung yang disebabkan oleh diulang menggosok ke atas dari
ujung hidung dengan telapak tangan (yaitu salut alergi).
Hidung
Pemeriksaan hidung paling baik dilakukan dengan spekulum hidung atau
otoscope dengan adaptor hidung. Di kantor spesialis, alat rhinolaryngoscope
kaku atau fleksibel dapat digunakan.
Mukosa turbinat hidung dapat bengkak (berawa) dan memiliki pucat, warna abuabu kebiruan. Beberapa pasien mungkin memiliki eritema dominan mukosa,
yang juga dapat diamati dengan rhinitis medicamentosa, infeksi, atau vasomotor

rhinitis. Sementara pucat, berawa, mukosa biru-abu-abu khas untuk rhinitis


alergi, temuan pemeriksaan mukosa tidak dapat secara definitif membedakan
antara penyebab alergi dan nonallergic rhinitis.
Menilai karakter dan kuantitas lendir hidung. Sekresi tipis dan berair ini sering
berhubungan dengan rhinitis alergi, sedangkan sekret yang kental dan purulen
biasanya berhubungan dengan sinusitis, namun, lebih tebal, purulen, berwarna
lendir juga dapat terjadi dengan rhinitis alergi.
Periksa septum hidung untuk mencari penyimpangan atau septum perforasi,
yang mungkin ada karena rinitis kronis, penyakit granulomatosa,
penyalahgunaan kokain, operasi sebelumnya, penyalahgunaan dekongestan
topikal, atau, jarang, terlalu sering menggunakan steroid topikal.
Periksa rongga hidung untuk massa lainnya seperti polip atau tumor. Polip
adalah massa abu-abu perusahaan yang sering dipasang tangkai, yang mungkin
tidak terlihat. Setelah penyemprotan dekongestan topikal, polip tidak menyusut,
sedangkan mukosa hidung sekitarnya tidak menyusut.
Telinga, Mata dan Orofaring
Lakukan otoscopy untuk mencari membran timpani retraksi, tingkat udaracairan, atau gelembung. Pertunjukan otoscopy pneumatik dapat dipertimbangkan
untuk mencari mobilitas membran timpani abnormal. Temuan ini dapat dikaitkan
dengan rhinitis alergi, terutama jika disfungsi tuba eustachius atau otitis media
sekunder hadir.
Pemeriksaan mata dapat mengungkapkan temuan injeksi dan pembengkakan
konjungtiva palpebral, dengan produksi air mata berlebih. Garis Dennie-Morgan
(lipatan yang menonjol di bawah kelopak mata inferior) berhubungan dengan
rhinitis alergi.
Cobblestoning istilah digunakan untuk menjelaskan garis-garis dari jaringan
limfoid pada faring posterior, yang umumnya diamati dengan rhinitis alergi.
Hipertrofi tonsil juga dapat diamati. Maloklusi (overbite) dan langit-langit tinggi
melengkung dapat diamati pada pasien yang bernapas dari mulut mereka
berlebihan.
Leher
Cari tanda adanya penyakit linfadenopati atau thyroid
Paru
Cari karakteristik asthma
Kulit
Evaluasi kemungkinan dermatitis atopik
Lainnya
Cari tanda penyakit sistemik yang dapat menyebabkan rhinitis (contoh :
sarcoidosis, hypothyroidisme, immunodefisiensi, sindrom diskinesia silia dan
penyakit jaringan penyambung lainnya)
3. Pemeriksaan Penunjang
a. In vitro

Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. Demikian
pula pemeriksaan IgE total (prist-paper radio imunosorbent test) sering kali
menunjukkan nilai normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu
macam penyakit, misalnya selain rinitis alergi juga menderita asma bronkial atau
urtikaria. Lebih bermakna adalah dengan RAST (Radio Immuno Sorbent Test)
atau ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay Test). Pemeriksaan sitologi
hidung, walaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai
pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya eosinofil dalam jumlah banyak
menunjukkan kemungkinan alergi inhalan. Jika basofil (5 sel/lap) mungkin
disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan sel PMN menunjukkan
adanya infeksi bakteri (Irawati, 2002).
Tabel 2. Nilai normal IgE serum berdasarkan usia (McPherson & Pincus, 2011)

b. In vivo
Alergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji
intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End-point
Titration/SET). SET dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan
alergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat kepekatannya. Keuntungan
SET, selain alergen penyebab juga derajat alergi serta dosis inisial untuk
desensitisasi dapat diketahui (Sumarman, 2000). Untuk alergi makanan, uji kulit
seperti tersebut diatas kurang dapat diandalkan. Diagnosis biasanya ditegakkan
dengan diet eliminasi dan provokasi (Challenge Test). Alergen ingestan secara
tuntas lenyap dari tubuh dalam waktu lima hari. Karena itu pada Challenge Test,
makanan yang dicurigai diberikan pada pasien setelah berpantang selama 5 hari,
selanjutnya diamati reaksinya. Pada diet eliminasi, jenis makanan setiap kali
dihilangkan dari menu makanan sampai suatu ketika gejala menghilang dengan
meniadakan suatu jenis makanan (Irawati, 2002).

Pengujian untuk reaksi terhadap alergen tertentu dapat membantu untuk


mengkonfirmasi diagnosis rhinitis alergi dan untuk menentukan pemicu alergi
tertentu. Jika pemicu alergi tertentu diketahui, langkah-langkah menghindari
kemudian tepat dapat direkomendasikan. Hal ini penting untuk mengetahui alergen
pasien sensitif terhadap untuk melakukan imunoterapi alergen (perlakuan
desensitisasi). Ke mana, tes alergi memberikan pengetahuan tingkat kepekaan
terhadap alergen tertentu. Metode yang paling umum digunakan untuk menentukan
alergi terhadap zat tertentu adalah tes kulit alergi (pengujian untuk reaksi
hipersensitif) dan in vitro tes diagnostik, seperti tes radioallergosorbent (RAST),
yang secara tidak langsung mengukur jumlah IgE spesifik terhadap antigen tertentu .
Tes alergi kulit (pengujian hipersensitif) merupakan metode vivo dalam
penentuan langsung (IgE-mediated) hipersensitivitas terhadap alergen tertentu.
Sensitivitas terhadap hampir semua alergen yang menyebabkan rhinitis alergi dapat
ditentukan dengan tes kulit.
Dengan memperkenalkan ekstrak alergen yang dicurigai secara perkutan,
(awal-fase) reaksi langsung inflamasi (merah dan panas) dapat diproduksi. Pengantar
perkutan dapat dicapai dengan menempatkan setetes ekstrak pada kulit dan
menggaruk atau menusuk jarum melalui epidermis bawah drop. Tergantung pada
teknik yang tepat digunakan, pengujian ini disebut sebagai awal, tusukan, atau
pengujian tusukan. Antigen dalam ekstrak mengikat IgE pada sel mast kulit,
menyebabkan awal-fase (tipe langsung) reaksi, yang menghasilkan pelepasan
mediator seperti histamin (lihat Patofisiologi). Hal ini umumnya terjadi dalam waktu
15-20 menit. Histamin yang dilepaskan menyebabkan reaksi merah dan panas (A
wheal sentral diproduksi oleh infiltrasi cairan, dan eritema sekitarnya dihasilkan
karena vasodilatasi, dengan gatal bersamaan.). Ukuran dari reaksi merah kasar
berkorelasi dengan tingkat kepekaan terhadap alergen.
Dalam tes alergi vitro, yaitu, RAST, memungkinkan pengukuran jumlah IgE
spesifik untuk alergen individual dalam sampel darah. Jumlah IgE spesifik
diproduksi untuk alergen tertentu sekitar berkorelasi dengan sensitivitas alergi
terhadap zat tersebut. Tes ini memungkinkan penentuan IgE spesifik untuk sejumlah
alergen yang berbeda dari satu sampel darah, tetapi sensitivitas dan spesifisitas tidak
selalu sebagus tes kulit yang akurat (tergantung pada laboratorium dan uji yang
digunakan untuk RAST). Seperti dengan tes kulit, hampir semua alergen yang
menyebabkan rhinitis alergi (lihat Penyebab) dapat ditentukan dengan menggunakan
RAST, meskipun pengujian untuk beberapa alergen kurang mapan dibandingkan
dengan orang lain.
1. Total serum IgE
Ini adalah pengukuran tingkat total IgE dalam darah (terlepas dari
spesifisitas). Sementara pasien dengan rhinitis alergi lebih cenderung
memiliki kadar total IgE tinggi daripada populasi normal, tes ini tidak
sensitif maupun spesifik untuk rhinitis alergi. Sebanyak 50% pasien dengan
rhinitis alergi memiliki tingkat normal IgE total, sedangkan 20% dari
individu nonaffected dapat mengalami peningkatan kadar IgE total. Oleh
karena itu, tes ini umumnya tidak digunakan sendiri untuk menegakkan
diagnosis rinitis alergi, tetapi hasilnya dapat membantu dalam beberapa
kasus bila dikombinasikan dengan faktor-faktor lain.

2. Total jumlah eosinofil dalam darah


Seperti dengan total serum IgE, suatu jumlah eosinofil tinggi ini mendukung
diagnosis rinitis alergi, tetapi tidak sensitif maupun spesifik untuk diagnosis.
Hasil kadang-kadang bisa membantu ketika dikombinasikan dengan faktorfaktor lain.
3. Sitologi hidung:
Pap hidung kadang-kadang dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
rinitis alergi. Sampel sekresi dan sel-sel dikorek dari permukaan mukosa
hidung menggunakan probe khusus sampling. Sekresi yang ditiup dari
hidung yang tidak memadai. Kehadiran eosinofil konsisten dengan rhinitis
alergi tetapi juga dapat diamati dengan Nares. Hasil yang tidak sensitif
maupun spesifik untuk rhinitis alergi dan tidak boleh digunakan secara
eksklusif untuk menegakkan diagnosis.
(Medscape.com)
Diagnosis banding
Rinitis alergika harus dibedakan dengan :
1. Rhinitis vasomotorik
2. Rhinitis medikamentosa
3. Rhinitis virus
4. Rhinitis iritan ( Irritant Contact Rhinitis)
1. Rhinitis vasomotorik
Pasien-pasien dengan rhintis vasomotorik datang dengan gejala sumbatan
hidung dan sekret nasal yang jernih.gejala-gejalanya sering berhubungan
dengan temperatur, makan, paparan terhadap bau dan zat-zat kimia atau
konsumsi alkohol. Beberapa klinisi mengusulkan bahwa regulasi otonom
yang abnormal dari fungsi hidung adalah penyebabnya.
Pada rhinitis vasomotor tidak ditemukan adanya skin tes yang(+) dan tes
alergen yang (+), sedangkan pada yang alergika murni mempunyai skin tes
yang (+) dan laergen yang jelas.
Rinitis alergika sering ditemukan pada pasien dengan usia < 20
tahun,sedangkan pada rinitis vasomotor lebih banyak dijumpai pada
usia > 20 tahun danpaling sering diderita oleh perempuan.

2. Rinitis medikamentosa ( Drug induced rhinitis)


Karena penggunaan tetes hidung dalam jangkalama, reserpin, klonidin, alfa
metildopa, guanetidin, klorpromasin, dan fenotiasin yang lain.
3. RhinitisV irus
Rhinitis virus sangat umum terjadi dan sering berhubungan dengan
manisfestasi lain dari penyakit virus seperti sakit kepala, malaise, tabuh pegal,
dan batuk. Sekret nasal yang dihasilkan pada rhinitis viral biasanya jernih atau
berwarna putih dan bisa disertai kingesti hidung dan berisn-bersin.
4. Rhinitis iritan (irritant contact rhinitis)
Karena merokok, iritasi gas, bahan kimia, debu pabrik, bahan kimia pada
makanan. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis yang cermat,pemeriksaan
alergi yang negatif.
Faktor yg berhubungan dengan diagnosis rinusitis
Mayor : Muka nyeri ,Rasa tersumbat, Secret purulen, Hiposmia, Demam
Minor :Sakit kepala, demam, lesu, batuk, sakit gigi, telinga sakit.
3.8. Penatalaksanaan
1. Menghindari allergen
Untuk menghindari allergen yang berasal dari tungau debu, menghindari
allergen bisa dengan cara membuang karpet, boneka, atau benda lain yang bisa
menjadi sarang tungau, menggunakan bedcover yang impermeable terhadap
allergen, menggunakan vacuum cleaner dengan HEPA filter, dan mencuci seprai
kasue dengan air panas (60 C)
Untuk menghindari allergen yang berasal dari binatang, maka binatang
peliharaan harus dibuang, Berdasarkan penelitian, meletakkan hewan diluar
rumah saja tidak mengurangi resiko rhinitis alergi. Kucing dan anjing memiliki
zat allergen mayor yang sering ditemukan di rumah yang disebut Fel d1 dan Can
f 1. Meletakkan kucing diluar rumah tidak mengurangi kadar Fel d 1, sedangkan
anehnya untuk anjing kadar Can f 1 di bisa berkurang.
Untuk membasmi kecoa bisa dilakukan denga menggunakan pestisida atau tidak
meninggalkan makanan sisa sembarangan. Untuk kecoa dapat memakan waktu
pembersihan hingga 6 bulan sampai residu nya benar-benar hilang.
2. Antihistamin
Antihistamin bekerja menghambat efek histamine dengan cara memblok
receptor histamine. Ada beberapa jenis antihistamin, yaitu antihistamin
klasik/generasi pertama, antihistamin non-sedatif/generasi kedua, dan
antihistamin topical
Indikasi

AH1 berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan


mencegah atau mengobati mabuk perjalanan.
Penyakit alergi. AH1 berguna untuk mengobati alergi tipe eksudatif akut
misalnya pada polinosis dan urtikaria. Efeknya bersifat paliatif, membatasi
dan menghambat efek histamin yang dilepaskan sewaktu reaksi alergenantibodi terjadi. AH1 dapat juga menghilangkan bersin,rinore, dan gatal pada
mata,hidung dan tenggorokan pada pasien seasonal hay fever.
Mabuk perjalan dan keadaan lain. AH1 efektif untuk dua pertiga kasus
vertigo,mual dan muntah. AH1 efektif sebagai antimuntah, pascabedah, mual
dan muntah waktu hamil dan setelah radiasi. AH1 juga dapat digunakan untuk
mengobati penyakit Meniere dan gangguan Vestibular lain
Antihistamin Generasi Pertama/Klasik
Cara kerja: memblok reseptor H1, kurang selektif, dapat menembus bloodbrain barrier dan berpengaruh juga pada resptor muscarinic sehingga
menimbulkan efek samping yang cukup parah. Memiliki waktu paruh 4-12
jam
ES: gangguan SSP seperti rasa kantuk, depresi, dan cadiotoxicity. Karena
dapat mempengaruhi reseptor muscarinic, obat ini meniimbulkan efek
samping kolinergik seperti mulut kering, retensi urin, konstipasi, dan
takikardi,.
Contoh: diphenhydramine, chlorpheniramine, brompheniramine, hydroxizybe
Antihistamin Generasi Kedua/Non-sedatif
Cara kerja sama dengan AH1 tapi selektivitas resptor histaminnya lebih baik
dan waktu paruh nya lebih panjang (12-24 jam). Onset lebih cepat dan durasi
kerja lebih lama. Karena selektivitasnya yang bagus obat ini tidak
menimbulkan rasa kantuk. Namun pada dosis yang tinggi selektivitas bisa
hilang sehingga dapat menimbulkan efek samping yang sama seperti AH1
generasi pertama
Antihistamin generasi kedua efektif untuk mengatasi semua symtopms
rhinitis alergi keculai obstruksi
Contoh: Fexofenadine (pengecualian, tidak ada efek sedative sama sekali),
Loratidin, Desloratidin, Cetirizine, Levocetirizine.
Antihistamin topical
Cara kerja sama. Memiliki onset paling cepat (15 menit) dan efikasinya pun
bagus. Namun Kerja obat jenis ini hanya bersifat lokal dan membutuhkan
penggunaan berulang-ulang untuk mempertahankan efeknya. Meskipun
begitu, berdasarkan penelitian perbandingan antara Azelastine nasal spray dan
cetirizin, azelastine memiliki efek yang lebih signifikan dalam mengatasi
bersin-bersin dan kongresti.

3. Dekongestan
Dekongestan nasal adalah alfa agonis yang banyak digunakan pada pasien rhinitis
alergika atau rinitis vasomotor dan pada pasien ISPA dengan rinitisakut. Obat ini
menyebabkan venokonstriksi dalam mukosa hidung melaluireseptor alfa 1
sehingga mengurangi volume mukosa dan dengan demikian mengurangi
penyumbatan hidung. Obat golongan ini disebut obat adrenergik atau obat
simptomimetik, karena obat ini merangsang saraf simpatis.
Kerja obat ini digolongkan 7 jenis :
1. Perangsangan organ perifer : otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa,
misal : vasokontriksi mukosa hidung sehingga menghilangkanpembengkakan
mukosa pada conchae.
2. Penghambatan organ perifer : otot polos usus dan bronkus, misal
:bronkodilatasi.
3. Perangsangan jantung : peningkatan denyut jantung dan kekuatankontraksi.

4. Perangsangan Sistem Saraf Pusat : perangsangan pernapasan dan


aktivitaspsikomotor.
5. Efek metabolik : peningkatan glikogenolisis dan lipolisis.
6. Efek endokrin : modulasi sekresi insulin, renin, dan hormon hipofisis.
7. Efek prasipnatik : peningkatan pelepasan neurotransmiter.

Gambar 16. Efek beberapa direct adrenergic agonist pada reseptor


adrenoreceptor, dan adrenoreceptor (Harvey, 2011)
-adrenoreceptor menunjukkan respon yang lemah terhadap agonist sinteteik
isoproterenol, namun responsif terhadap beberapa catecholamine seperti
epinephrine dan norephinephrine. -adrenoreceptor dibagi menjadi dua subgroup,
yaitu 1 dan 2, berdasarkan afinitasnya terhadap agonist dan
blocker.Misalnya, reseptor 1 memiliki afinitias yang lebih tinggi pada
penylephrine daripada 2. Kebalikannya, clonidine secara selektif berikatan
dengan 2, dan sedikit efeknya pada reseptor 1.

Reseptor 1
Reseptor ini terdapat pada membran postsinaptik dari organ efektor dan memediasi
berbagai macam efek, yang umumnya melibatan konstriksi dari otot polos.
Aktivasi dari reseptor 1 dapat menginisiasi serangkaian aktivasi protein G.
Reseptor 2
Reseptor ini terdapat pada presinaptik dari ujung saraf, misalnya pada sel beta di
pankreas dan beberapa sel otot polos vaskular.

Reseptor
Reseptor ini memiliki respon yang berbeda dengan reseptor alpha. Hal ini
ditunjukkan dengan respon yang sangat kuat terhadap isoproterenol, dan dengan
sensitivitas yang lebih kecil pada epniephrine serta norepinephrine. Reseptor
terbagi lagi menjadi 3 subdivisi, yaitu 1, 2, dan 3
Karakteristik Respon pada Stimulasi Reseptor Adrenergic
Penting untuk mengetahui respon fisiologis yang dihasilkan reseptor adrenergic
ketika distimulasi. Secara general, stimulasi dari reseptor 1 menyebabkan
vasokonstriksi (terutama pada kulit dan visceral abdominalis), dan peningkatan
dari resistensi perifer serta peningkatan tekanan darah. Sebaliknya, stimulasi dari
reseptor menyebabkan stimulasi jantung, sedangkan stimulasi 2 menyebabkan
vasodilatasi dan relaksasi otot polos.
(Harvey, 2011)

Gambar 17. Efek stimulasi adrenoreseptor (Harvey, 2011)


Obat Dekongestan Oral

Efedrin
Adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan efedra. Efektif pada pemberian
oral, masa kerja panjang, efek sentralnya kuat. Bekerja pada reseptor alfa, beta
1 dan beta 2. Efek kardiovaskular : tekanan sistolik dan diastolik meningkat,
tekanan nadi membesar. Terjadi peningkatan tekanan darah karena
vasokontriksi dan stimulasi jantung. Terjadi bronkorelaksasi yang relatif
lama.Efek sentral : insomnia, sering terjadi pada pengobatan kronik yang dapat
diatasi dengan pemberian sedatif.
Dosis
Dewasa : 60 mg/4-6 jam
Anak-anak 6-12 tahun : 30 mg/4-6 jam
Anak-anak 2-5 tahun : 15 mg/4-6 jam

Phenylpropanolamine
Dekongestan nasal yang efektif pada pemberian oral. Selain menimbulkan
konstriksi pembuluh darah mukosa hidung, juga menimbulkan
konstriksipembuluh dara h lain sehingga dapat meningkatkan tekanan darah
dan menimbulkan stimulasi jantung. Efek farmakodinamiknya menyerupai
efedrin tapi kurang menimbulkan efek SSP. Harus digunakan sangat hati-hati
pada pasien hipertensi dan pada pria dengan hipertrofi prostat. Kombinasi obat
ini dengan penghambat MAO adalah kontraindikasi. Obat ini jika digunakan
dalam dosis besar (>75 mg/hari) pada orang yang obesitas akan meningkatkan
kejadian stroke, sehingga hanya bolehdigunakan dalam dosis maksimal 75
mg/hari sebagai dekongestan.
Dosis
Dewasa : 25 mg/4 jam
Anak-anak 6-12 tahun : 12,5 mg/4 jam
Anak-anak 2-5 tahun : 6,25 mg/4 jam3.

Phenylephrine
Phenylephrine adalah agonis selektif reseptor alfa 1 dan hanya sedikit
mempengaruhi reseptor beta. Hanya sedikit mempengaruhi jantung secara
langsung dan tidak merelaksasi bronkus. Menyebabkan konstriksi pembuluh
darah kulit dan daerah splanknikus sehingga menaikkan tekanan darah.

Kortikosteroid Inhalasi & Oral


Preparat kortikosteroid dipilih bila gejala terutama sumbatan hidungakibat respon
fase lambat tidak berhasil diatasi dengan obat lain. Yang sering dipakai adalah
kortikosteroid topikal (beklometason, budesonid, flunisolid,flutikason,
mometason, furoat dan triamsinolon). Kortikosteroid topikal bekerja untuk
mengurangi jumlah sel mastosit pada mukosa hidung, mencegah pengeluaran
protein sitotoksik dari eosinofil, mengurangi aktifitas limfosit, mencegah bocornya
plasma. Hal ini menyebabkan epitel hidung tidak hiperresponsif terhadap
rangsangan allergen (bekerja pada respon cepat danlambat). Preparat sodium
kromoglikat topikal bekerja menstabilkan mastosit (mungkin menghambat ion
kalsium) sehingga pelepasan mediator dihambat. Pada respons fase lambat, obat
ini juga menghambat proses inflamasi dengan menghambat aktifasi sel netrofil,
eosinofil dan monosit. Hasil terbaik dapat dicapai bila diberikan sebagai
profilaksis.
Cromolyn Intranasal
Penggunaan intranasal cromolyn (misalnya Nasalcrom) hanya efektif apabila
diberikan sebelum terjadinya onset gejala. Obat ini tergolong aman digunakan,
dengan dosis empat kali sehari.
(Lalwani, 2008)
Imunoterapi

Imunoterapi bertujuan untuk meningkatkan tingkat toleransi individu terhadap


paparan aeroallergen. Mekanisme bagaimana cara kerja imunoterapi saat ini masih
belum bisa dijelaskan; beberapa pendapat mengatakan bahwa imunoterapi dapat
menginduksi produksi antibodi pemblokir, dan juga regulasi terhadap
serangkaian respon imun yang menyebabkan reaksi alergi.
Indikasi imunoterapi adalah apabila adanya farmakoterapi yang harus dilakukan
dalam jangka waktu yang sangat panjang, atau terapi yang inadekuat (ataupun
intoleransi terhadap obat), dan juga sensitivitas terhadap alergen yang signifikan.
Sebelum melakukan imunoterapi, klnisi harus memastikan bahwa pasien
mengalami atopic, yaitu dengan cara memeriksakan IgE pasien terhadap spesifik
alergen.
Cara tatalaksana imunoterapi (di Amerika Serikat) adalah dengan meningkatkan
dosis paparan antigen secara bertahap, hingga gejala berkurang. Pada beberapa
klinik, imunoterapi sublingual menjadi pilihan. Imunoterapi lebih umum dilakukan
di Eropa dan cenderung lebih aman dan mudah untuk dilakukan mandiri di rumah .

Tabel 4. Farmakoterapi untuk rhinitis alergi (Lalwani, 2008)


3.9. Komplikasi
a. Polip hidung yang memiliki tanda patognomonis:
inspisited mucous glands,akumulasi sel-sel inflamasi yang luar biasa banyaknya
(lebih eosinofil dan limfosit TCD4+), hiperplasia epitel, hiperplasia goblet,
dan metaplasia skuamosa. Poliphidung, terdapat tumbuhan benigna yang lembut
terjadi pada lapisan hidung atausinus disebabkan radangan kronik. Polyps yang
kecil tidak menyebabkan masalahtetapi yang besar akan menyekat peredaran
udara melalui hidung dan susah untukbernafas
b.Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.
c. Sinusitis paranasal merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih sinus para
nasal.Terjadi akibat edema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa
yangmenyebabkan sumbatan ostia sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan
tekananudara rongga sinus. Hal tersebut akan menyuburkan pertumbuhan bakteri
terutamabakteri anaerob dan akan menyebabkan rusaknya fungsi barier epitel

antara lainakibat dekstruksi mukosa oleh mediator protein basa yang dilepas sel
eosinofil (MBP)dengan akibat sinusitis akan semakin parah (Durham, 2006).
d. Disfungsi tuba, dalam derajat yang bervariasi merupakan komplikasi yang
tersering.Disfungsi tuba pada rhinitis alergi disebabkan oleh terjadinya sumbatan
tuba.Sumbatan inilah yang menyebabkan proteksi, drainase dan ventilasi/aeresi
telingatengah (kavum timpani) terganggu. Gangguan ini akan menimbulkan
berbagaibentuk kelainan telinga tengah, baik anatomis maupun fisiologig, dari
ringan hinggayang berat, tergantung dari waktu/lama dan beratnya rhinitis alergi
serta factor-faktor lain.
3.10. Pencegahan
Pada dasarnya penyakit alergi dapat dicegah dan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
a. Pencegahan primer
Untuk mencegah sensitisasi atau proses pengenalan dini terhadap alergen.
Tindakan pertama adalah mengidentifikasi bayi yang mempunyai risiko atopi.
Pada ibu hamil diberikan diet restriksi (tanpa susu, ikan laut, dan kacang) mulai
trimester 3 dan selama menyusui, dan bayi mendapat ASI eksklusif selama 5-6
bulan. Selain itu kontrol lingkungan dilakukan untuk mencegah pajanan terhadap
alergen dan polutan.
b. Pencegahan sekunder
Untuk mencegah manifestasi klinis alergi pada anak berupa asma dan pilek alergi
yang sudah tersensitisasi dengan gejala alergi tahap awal berupaalergi makanan
dan kulit.Tindakan yang dilakukan dengan penghindaran terhadap pajanan alergen
inhalan dan makanan yang dapat diketahui dengan uji kulit.
c. Pencegahan tersier
Untuk mengurangi gejala klinis dan derajat beratnya penyakitalergi dengan
penghindaran alergen dan pengobatan.
3.11. Prognosis
Meskipun rhinitis alergi bukan kondisi yang serius, dapat mengganggu kehidupan
Anda. Tergantung pada seberapa parah gejala Anda, rhinitis alergi dapat
menyebabkan Anda kehilangan sekolah atau bekerja. Obat dapat menyebabkan
mengantuk atau efek samping lainnya. Alergi Anda juga bisa memicu kondisi lain,
seperti eksim, asma, sinusitis, dan infeksi telinga (disebut otitis media). Alergi
musiman dapat menjadi lebih baik seiring bertambahnya usia.

4. Memahami dan menjelaskan pernafasan menurut pandangan islam

Hukum Istinsyak dan Istinshar


Wudhu Sebagai Syarat Sah Shalat
Wudhu adalah syarat sahnya shalat yang dilakukan oleh orang berhadats. Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda:


"Tidak akan diterima shalat salah seorang dari kalian apabila ia berhadats, hingga ia
berwudhu." (Muttafaq 'alaih dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)
Diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma, ia berkata, sesungguhnya aku
mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:




"Tidak diterima shalat (seorang hamba) tanpa bersuci dan tidak pula diterima shadaqah
yang dari hasil ghulul (menilep/mencuri ghanimah)." (HR. Muslim)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma, Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda: "Sesungguhnya aku diperintahkan berwudhu apabila akan mengerjakan
shalat." (HR. al-Tirmidzi, Abu Dawud, dan al-Nasai. Lihat Shahih al-Jami' no. 2333)
Diriwayatkan dari Abu Sa'id, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Kunci shalat
adalah bersuci, pembukanya adalah takbir, dan penutupnya adalah salam." (Dishahihkan oleh
Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami': 5761)
Juga didapatkan ijma' para ulama, mereka telah sepakat bahwa tidak sah shalat tanpa bersuci.
Yaitu jika ia mampu mengerjakannya. (Lihat: Al-Ausath, Ibnul Mundzir: 1/107)
Membasuh wajah
Satu-satunya ayat yang menerangkan tentang tata cara wudhu terdapat dalam QS. Al-Maidah:
6. Darinya para ulama menyimpulkan rukun-rukun wudhu. Yaitu hal-hal yang menjadi
susunan wudhu, yang mana apabila salah satu darinya ditinggalkan, maka batallah wudhunya
dan tidak sah menurut syariah. Dan di antara rukun wudhu yang disebutkan dalam ayat
tersebut- adalah membasuh muka (wajah).
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,


"Wahai orang-orang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu." (QS. Al-Maidah: 6)
Mengenai membasuh wajah, semua ulama yang meriwayatkan sifat wudhu Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam menetapkan tentang membasuh wajah dan bahkan semua ulama telah
bersepakat tentang hal ini. (Lihat: Shahih Fiqih Sunnah edisi Indonesia-, Abu Malik Kamal:
1/149)
Wajibnya Berkumur-kumur dan Istinsyaq
Berkumur-kumur yang dalam bahasa arabnya Madhmadhah, adalah memasukkan air ke
dalam mulut lalu menggerak-gerakkannya di dalam.
Sedangkan istinsyaq adalah memasukkan air ke dalam lubang hidung dan menghirupnya
hingga ke pangkal hidung. Sementara istinsyar, adalah mengeluarkan air dari dalam hidung
setelah beristinsyar.
Berkumur-kumur dan beristinsyar adalah bagian dari membasuk wajah yang diperintahkan
dalam ayat di atas. Sedangkan membasuh wajah adalah wajib, maka berkumur-kumur dan
beristinsyaq juga wajib menurut pendapat yang lebih shahih. (Shahih Fiqih Sunnah: 1/150)
Syaikh Abdurahman bin Nashir al-Sa'di dalam tafsirnya, Taisir al-Kariim al-Rahmaan fii
Tafsiir Kalaam al-Mannaan, mengeluarkan dari ayat di atas beberapa faidah hukum yang
banyak. Pada urutan ke tujuh, beliau mengatakan: Perintah membasuh wajah. Yaitu yang

didapatkan dari bagian muka, dimulai secara memanjang (meninggi) dari tempat tumbuhnya
rambut normal hingga tulang rahang dan dagu, melebarnya dari telinga satu sampai telinga
yang lain. Masuk di dalamnya, berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam
hidung lalu mengeluarkannya) yang dijelaskan oleh sunnah. Juga masuk dalam bagiannya,
rambut-rambut yang tumbuh padanya. Tapi jika tipis harus menyampaikan air ke kulit, dan
jika lebat maka cukup yang nampak saja.
Lebih jelasnya, kami uraikan empat alasan yang mewajibkannya dalam rincian sebagai
berikut:
1. Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan untuk mencuci wajah, sedangkan mulut dan
hidung adalah bagian dari wajah yang bagian dalam. Tidak ada alasan menghususkan wajah
bagian luarnya saja, tidak bagian dalamnya. Padahal semua bagian tersebut termasuk wajah,
sebagaimana mata, alis, pipi, jidad dan lainnya.
2. Allah memerintah untuk mencuci wajah secara mutlak, sementara Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam menjelaskan dengan perbuatan dan penyampaian. Beliau berkumur-kumur
dan memasukkan air ke dalam hidung setiap kali berwudhu. Tidak pernah didapatkan
nukilan, beliau meninggalkannya walau pada saat beliau membasuh bagian yang pentingpenting saja. Jika perbuatan tersebut untuk melaksanakan suatu perintah, maka hukumnya
sama dengan hukum perintah tersebut, yaitu menunjukkan wajibnya. (Lihat: Syarah alUmdah, Ibnu Taimiyah: 1/178; dan al-Tamhid, Ibnu Abdil Barr: 4/36).
3. Perintah berkumur-kumur disebutkan dalam sejumlah hadits, di antaranya dalam hadits
Luqaith bin Shabrah:


"Apabila kamu berwudhu, maka berkumur-kumurlah." (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Nasai,
dan Ibnu Majah. Dinukil dari Shahih Fiqih Sunnah: 1/151. Hadits ini dishahihkan oleh
Syaikh Al-Albani.)
4. Tentang istinsyaq dan istintsar telah diriwayatkan secara shahih dari sabda
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam:


"Siapa yang berwudhu hendaknya ia beristintsar." (HR. Bukhari, Muslim, dan selain
keduanya)


"Dan apabila salah seorang kamu berwudhu, maka hendaknya ia memasukkan air ke dalam
hidungnya lalu ia keluarkan kembali." (HR. al-Bukhari, Muslim, dan selain keduanya)


"Apabila seorang kamu berwudhu hendaknya dia beristinsyaq." (HR. Muslim)


"Sempurnakan wudhu dan sela-sela di antara jari-jemari serta bersungguh-sungguhlah


dalam memasukkan air ke hidung (istinsyaq) kecuali saat engkau sedang berpuasa." (HR.
Ashabus Sunan dan dishahihkan Syaikh Al-Albani)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, "Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam menghususkan istinsyaq dengan perintah, bukan karena hidung lebih penting untuk
dibersihkan daripada mulut. Bagaimana mungkin, padahal mulut lebih mulia karena
digunakan untuk berdzikir dan membaca Al-Qur'an, serta mulut lebih sering berubah baunya?
Namun wallahu a'lam- karena syariat telah memerintahkan untuk membersihkan mulut
dengan siwak dan menegaskan perihalnya. Mencuci mulut sesudah dan sebelum makan
disyariatkan menurut sebuah pendapat. Telah diketahui perhatian syariat untuk

membersihkan mulut, berbeda dengan hidung. Jadi, membersihkan hidung di sini untuk
menjelaskan hukumnya, karena dikhawatirkan perkara ini akan diabaikan." (Syarh
al-'Umdah: 1/179-180)
Catatan:
Perlu sama-sama diperhatikan dan disadari, masalah ini sudah dibicarakan ulama sejak
dahulu dan terdapat perbedaan tentang status berkumur-kumur dan beristinsyaq saat
berwudhu. Ada yang menyatakannya mandub/sunnah, berargumen dengan hadits Rifa'ah bin
Rafi' tentang kisah orang yang buruk shalatnya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda kepadanya:
"Sesungguhnya tidak akan sempurna shalat salah seorang kalian hingga ia berwudhu
dengan sempurna sebagaimana diperintahkan Allah, yaitu ia membasuh wajahnya, kedua
tangannya hingga siku,mengusap kepalanya dan mencuci kedua kakinya hingga mata
kaki . . ." (HR. Ashabus Sunan dan selain mereka)
Pada hadits tersebut, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak menyebutkan tentang
berkumur-kumur dan istinsyaq mengenai apa yang diperintahkan Allah. Hal ini selaras
dengan QS. Al-Maidah: 6 di atas. Penyebutan wajah di sini bukan perkara mujmal (global)
yang membutuhkan perinciannya dari sunnah. Ini juga merupakan pendapat yang tidak bisa
dibatilkan. Wallahu Ta'ala a'lam.
Hanya saja menjaga kumur-kumur dan istinsyaq serta intintsar dalam wudhu adalah jelas
dilaksanakan dan diperintahkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagai bagian
pelaksanaan bersuci untuk shalat. Bahkan bagian dari pelaksanaan perintah Allah dalam
membasuh wajah saat berwudhu. Dan sebaik-baik keputusan dalam ibadah adalah ittiba'
kepada sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

"Maka sampaikanlah kabar gembira kepada hamba-hamba-Ku. Yaitu mereka yang
mendengarkan perkataan, lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya." (QS. AlZumar: 17-18)(Badrul Tamam)
II. ADAP BERSIN DALAM ISLAM
Bersin adalah sesuatu yang disukai Allah Taala, dan bahkan bersin itu adalah pemberian dari
Allah.
Sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
Bersin itu dari Allah dan menguap itu dari syaithon. Jika salah seorang diantara kalian
menguap, hendaknya dia menutup dengan tangannya. Jika ia mengatakan, aah berarti
syaithon sedang tertawa di dalam perutnya. Sesungguhnya Allah menyukai perbuatan bersin
dan membenci menguap. (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2746; al-Hakim, IV/264; Ibnu
Khuzaimah, no. 921 dan Ibnu Sunni dalam kitab Amalul Yaum wal Lailah, no. 2666. Hadits
ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam Shohiih al-Jaami, no. 4009).
Agar bersin yang kita lakukan bisa mendatang pahala di sisi Allah Taala, maka hendaklah
kita memperhatikan adab-adab yang diajarkan oleh Nabi kita, Muhammad shallallahu alaihi
wa sallam, tatkala kita sedang bersin.Berikut ini adalah adab-adab yang harus kita perhatikan
ketika bersin. Semoga Allah Taala memberikan pertolongan kepada kita untuk
mengamalkannya.
Pertama : Meletakkan Tangan Atau Baju ke Mulut Ketika Bersin
Salah satu akhlaq mulia yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika
bersin adalah menutup mulut dengan tangan atau baju. Hal ini sebagaimana yang biasa
dilakukan oleh Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam tatkala beliau bersin.

Abu Hurairah radhiyallahu anhu menceritakan,






Tatkala Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersin, beliau meletakkan tangan atau
bajunya ke mulut dan mengecilkan suaranya. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 5029; atTirmidzi, no. 2745 dan beliau menshohihkannya. Diriwayatkan pula oleh al-Hakim, IV/293,
beliau menshohikannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi).
Di antara hikmahnya, kadangkala ketika seseorang itu bersin, keluarlah air liur dari mulutnya
sehingga dapat menggangu orang yang ada disebelahnya, atau menjadi sebab tersebarnya
penyakit dengan ijin Allah Taala. Maka tidak layak bagi seorang muslim menyakiti
saudaranya atau membuat mereka lari. Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Kedua : Mengecilkan Suara Ketika Bersin
Hal ini sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits
di atas.
Dalam redaksi yang lainnya disebutkan,



Apabila salah seorang dari kalian bersin hendaklah ia meletakkan tangannya ke wajahnya
dan mengecilkan suaranya. (Diriwayatkan oleh al-Hakim, IV/264 dan beliau
menshohihkannya. Disepakati pula oleh adz-Dzahabi, dan al-Baihaqi dalam asy-Syuab, no.
9353. Hadits ini dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shohiih al-Jaami, no. 685)
Betapa banyaknya orang yang terganggu atau terkejut dengan kerasnya suara bersin. Maka
sudah selayaknya setiap muslim mengecilkan suaranya ketika bersin sehingga tidak
mengganggu atau mengejutkan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Ketiga : Memuji Allah Taala Ketika Bersin
Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk mengucapkan tahmid
tatkala bersin. Beliaushallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Jika salah seorang di antara kalian bersin, hendaklah ia mengucapkan Alhamdulillah, jika
ia mengatakannya maka hendaklah saudaranya atau temannya membalas: yarhamukalloh
(semoga Allah merahmatimu). Dan jika temannya berkata yarhamukallah, maka
ucapkanlah: yahdikumulloh wa yushlihu baalakum (semoga Allah memberimu petunjuk dan
memperbaiki keadaanmu). (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhori, no. 6224 dari
Abu Hurairah radhiyallahu anhu)
Dalam redaksi lainnya disebutkan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Jika salah seorang dari
kalian bersin dan memuji Allah, maka wajib atas setiap muslim yang mendengarnya untuk
mengucapkan tasymit (yarhamukalloh) (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari,
no. 6226 dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu)
Keempat : Mengingatkan Orang Yang Bersin Agar Mengcapkan Tahmid Jika Ia Lupa
Jika kita mendapati orang yang bersin namun tidak memuji Allah Taala, hendaklah kita
mengingatkannya. Ini termasuk bagian dari nasihat.
Abdullah bin al-Mubarak melihat orang lain bersin tapi tidak
mengucapkan Alhamdulillah, maka beliau berkata kepadanya, Apa yang seharusnya
diucapkan seseorang jika ia bersin? Orang itu mengatakan, Alhamdulillah. Maka Ibnul
Mubarak menjawab, Yarhamukalloh.
Kelima : Tidak Perlu Mendoakan Orang Yang Sudah Bersin Tiga Kali Berturut-Turut

Demikianlah sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alihi wa sallam. Beliau
bersabda:
Jika salah seorang dari kalian bersin, hendaklah orang yang ada di dekatnya
mendoakannya. Dan jika (ia bersin) lebih dari tiga kali berarti ia sakit. Janganlah kalian
men-tasymit bersinnya setelah tiga kali. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 5034; Ibnus
Sunni, no. 251; dan Ibnu Asakir, 8/257. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani
dalamShohiih al-Jaami, no. 684)
Dalam redaksi lainnya disebutkan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Doakanlah saudaramu yang bersin tiga kali dan bila lebih dari itu berarti ia sedang
sakit. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 5034 dan al-Baihaqi dalam Syuabul Iiman, 7/32.
Hadits ini dinilai hasan oleh al-Albani dalam al-Misykah, no. 4743)
Ada seorang laki-laki bersin di hadapan Nabi shallallahu alaihi wa salla. Maka
Nabi shallallahu alaihi wa sallamberkata, Yarhamukalloh. Kemudian ia bersin lagi, maka
Rasulullah shallallahu alihi wa sallam bersabda:
Laki-laki ini sedang sakit. (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2993)
Keenam : Tidak Mengucapkan Tasymit Terhadap Orang Kafir Yang Bersin Meskipun
Ia MengucapkanAlhamdulillah
Diriwayatkan dari Abu Musa radhiyallahu anhu, ia mengatakan,
Dahulu orang Yahudi sengaja bersin di dekat Nabi shallallahu alaihi wa sallam dengan
harapan Nabi mengatakan, yarhamukumulloh (semoga Allah merahmatimu) tetapi Nabi
shallallahu alaihi wa sallam mengatakan: Yahdikumulloh wa yushlihu baalakum (semoga
Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).(Diriwayatkan oleh Abu Dawud,
no. 5038 dan At-Tirmidzi, no. 2739. Imam at-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan
shohih).

DAFTAR PUSTAKA
Nguyen P Tran, John Vickery, Michael S Blaiss.Management of Rhinitis: Allergic and Nonallergic. 2011
http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-andrina.pdf
Gleadle, J. (2005). At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Penerbit
Erlangga
http://emedicine.medscape.com/article/134825
http://www.cigna.com/healthwellness/hw/medical-topics/allergic-rhinitis-hw33436
http://www.healthcentral.com/encyclopedia/408/208.html
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hay-fever/basics/
Leeson dan Paparo. 1996. BukuAjarHistologi, ed. 5.Jakarta : EGC
Raden, Inmar. Anatomi Kedokteran Sistem Respiratorius. Jakarta : Universitas Yarsi
ww.nhs.uk/Conditions/Rhinitis---allergic
Baratawidjaja, Kamen G, Iris Rengganis (2010). Imunologi Dasar. Edisi 9. Jakarta :Balai
Penerbit FKUI
Kumala, Poppy [et.al] (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta : EGC
Leeson CR, Leeson TS, Paparo AA (1996). Buku Ajar Histologi. Edisi 5. Jakarta : EGC
Raden, Inmar (2011). Anatomi Kedokteran Sistem Kardiovaskular dan Sistem Respiratorius.
Jakarta : Balai Penerbit FKUY
Sherwood, Lauralee (2001). Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC
Seopardi, Efiaty Arsyad, Iskandar, Nurbaiti, Bashiruddin, [et.al] (2007). Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi 6. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Al-Atsary, Abu Ihsan. dan Chairiyah, Ummu Ihsan . Panduan Amal Sehari Semalam .
cetakan ke-3, hal. 277 280. Dari : http://remajaislam.com/islam-dasar/amalan/192-adabketika-bersin.html.
Betu,Sin . and Alkis, Togias (2011). Pathophysiology of Allergic and Nonallergic Rhinitis.
Journal of Am Thorac Soc. Vol 8. pp 106114, DOI: 10.1513/pats.201008 057RN. from:
www.atsjournals.org

Dr.H.Inmar Raden, Ms,PA. 2013. Anatomi Kedokteran.Pearce, Evelyn C.2009.Anatomi dan


Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Small, Peter. dan Kim ,Harold (2011). Allergy, Asthma & Clinical Immunology, 7(Suppl
1):S3. From : http://www.aacijournal.com/content/7/S1/S3
Tamam, Badrul . dari: http://www.voa-islam.com/read/ibadah/2011/04/19/14231/wajibnyaberkumurkumur-dan-istinsyaq-dalam-wudhu/#sthash.7b4LCNxT.dpuf

Anda mungkin juga menyukai