Tugas Mandiri Rhinitis
Tugas Mandiri Rhinitis
1102013101
SASARAN BELAJAR
Makroskopis
Saluran Nafas Bagian Atas, pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh
dihangatkan, disarung dan dilembabkan.
Saluran Nafas Bagian Bawah, bagian ini menghantarkan udara
yang masuk dari saluran bagian atas ke alveoli.
1. Hidung
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagian dari atas ke
bawah : pangkal hidung, (bridge), dorsumnasi, puncak hidung, ala nasi,
kolumela, dan lubang hidung.
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang
dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi
untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang
terdiri dari tulang hidung (os nasalis), prosesus frontalis os maksila dan
prosesus nasalis os frontal, sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari
beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah
hidung,yaitu sepasang kartilago nasalis lateralis superior, sepasang
kartilago nasalis inferior yang disebut juga sebagai kartilago ala mayor,
beberapa pasang kartilago ala minor dan tepi anterior kartilago septum.
d. sinus sphenoidalis
Fungsi hidung yaitu :
a. Menyalurkan udara
b.
Menyaring udara dari benda asing
c.
Menghangatkan udara pernafasan
d.
Melembabkan udara pernafasan
e.
Alat pembau
2. Faring
Faring merupakan suatu tempat diantara rongga mulut dan
esofagus.Bagian bawah faring berfungsi sebagai saluran udara dan
makanan. Faring terbagi menjadi 3 yaitu :
o Nasofaring
o Orofaring
o Laringofaring
3. Laring
Laring Merupakan saluran yang menghubungkan faring dengan trakea.
Peranan penting dalam pembentukkan suara.
1.2.
Mikroskopis
Hidung
Merupakan organ berongga yang terdiri atas tulang, tulang rawan
hyalin otot bercorak dan jaringan ikat
Bagian luar terdapat epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk
dengan bagian bawahnya banyak kelenjar Sebacea
Cavum nasi dipisahkan oleh septum nasi, yang berhubungan
dengan nasofaring melalui choana (nares posterior)
Cavum Nasi
Epitel Olfaktorius
Corniculata
Ujung arytenoid
Mekanisme Batuk
Seluruh saluran nafas dari hidung sampai bronkiolus terminalis,
dipertahankan agar tetap lembab oleh selapis mukosa yang melapisi
seluruh permukaan. Mukus ini disekresikan sebagian oleh sel goblet
dalam epitel saluran nafas, dan sebagian lagi oleh kelenjar submukosa
yang kecil. Batuk yang tidak efektif dapat menimbulkan penumpukan
sekret yang berlebihan, atelektasis, gangguan pertukaran gas dan lainlain.
Mekanisme batuk dibagi menjadi 3 fase:
o Fase 1 (Inspirasi)
Paru2 memasukan kurang lebih 2,5 liter udara, oesofagus dan pita
suara menutup, sehingga udara terjerat dalam paru2
o Fase 2 (Kompresi)
Otot perut berkontraksi, diafragma naik dan menekan paru2, diikuti
pula dengan kontraksi intercosta internus. Pada akhirnya akan
menyebabkan tekanan pada paru2 meningkat hingga 100mm/hg.
o Fase 3 (Ekspirasi)
Mekanisme Bersin
Reflek bersin mirip dengan reflek batuk kecuali bahwa refleks ini
berlangsung pada saluran hidung, bukan pada saluran pernapasan
bagian bawah. Rangsangan awal menimbulkan refleks bersin adalah
iritasi dalam saluran hidung, impuls saraf aferen berjalan dalam nervus
ke lima menuju medulla tempat refleks ini dicetuskan. Terjadi
serangkaian reaksi yang mirip dengan refleks batuk tetapi uvula
ditekan, sehingga sejumlah besar udara dengan cepat melalui hidung,
dengan demikian membantu membersihkan saluran hidung dari benda
asing.
Definisi
Etiologi
3.3.
Klasifikasi
Keparahan gejala
A. Mild: jika tidur pasien tidak terganggu dan aktivitas seharihari tidak terganggu. Gejala biasanya muncul secara
intermittent
B. Severe: Mengganggu aktivitas pasien
3.4.
Epidemiologi
3.5.
Patofisiologi
2.
Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL)
yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase
hiperreaktifitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung
sampai 24-48 jam. Muncul dalam 2-8 jam setelah terpapar alergen
tanpa pemaparan tambahan. Hal ini berhubungan dengan infiltrasi
sel-sel peradangan, eosinofil, neutrofil, basofil, monosit dan CD4 +
sel T pada tempat deposisi antigen yang menyebabkan
pembengkakan, kongesti dan sekret kental.
3.6.
Manifestasi klinis
Diagnosa dan DD
b. Riwayat keluarga
Alergi
Asma: karena berdasarkan penelitian 95 persen
penderita rhinitis adalah pasien dengan asma atau
riwayat asma
c. Lingkungan sekitar
Binatang peliharaan
Tobacco exposure: rokok dapat mengakibatkan
gangguan pernafasan
Humidity
Mould
Flooring/upholstery
Pollens
d. Medication/Drug use
Beta-blocker
ASA
NSAIDs
ACE Inhibitor
Hormone therapy
Recreational cocaine use
e. Kualitas hidup: memberikan pasien kuisioner seputar
rhinitis alergi
f. Comorbidities
Asma
Mouth breathing
Snoring
Sinus involvement
Otitis media
Nasal polyps
Conjunctivitis
g. Response to previous medication
Second generation antihistamines
Intranasal corticosteroids
2. Pemeriksaan Fisik
Tata laksana
Menghindari allergen
Untuk menghindari allergen yang berasal dari tungau debu,
menghindari allergen bisa dengan cara membuang karpet,
boneka, atau benda lain yang bisa menjadi sarang tungau,
menggunakan bedcover yang impermeable terhadap allergen,
menggunakan vacuum cleaner dengan HEPA filter, dan mencuci
seprai kasue dengan air panas (60 C)
Untuk menghindari allergen yang berasal dari binatang, maka
binatang peliharaan harus dibuang, Berdasarkan penelitian,
meletakkan hewan diluar rumah saja tidak mengurangi resiko
rhinitis alergi. Kucing dan anjing memiliki zat allergen mayor
yang sering ditemukan di rumah yang disebut Fel d1 dan Can f 1.
Meletakkan kucing diluar rumah tidak mengurangi kadar Fel d 1,
sedangkan anehnya untuk anjing kadar Can f 1 di bisa
berkurang.
Untuk membasmi kecoa bisa dilakukan denga menggunakan
pestisida atau tidak meninggalkan makanan sisa sembarangan.
Untuk kecoa dapat memakan waktu pembersihan hingga 6 bulan
sampai residu nya benar-benar hilang.
Antihistamin
Antihistamin bekerja menghambat efek histamine dengan cara
memblok receptor histamine. Ada beberapa jenis antihistamin,
yaitu antihistamin klasik/generasi pertama, antihistamin nonsedatif/generasi kedua, dan antihistamin topical
Indikasi
o AH1 berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai
penyakit alergi dan mencegah atau mengobati mabuk
perjalanan.
Antihistamin topical
Cara kerja sama. Memiliki onset paling cepat (15 menit) dan
efikasinya pun bagus. Namun Kerja obat jenis ini hanya bersifat
lokal dan membutuhkan penggunaan berulang-ulang untuk
mempertahankan efeknya. Meskipun begitu, berdasarkan
penelitian perbandingan antara Azelastine nasal spray dan
cetirizin, azelastine memiliki efek yang lebih signifikan dalam
mengatasi bersin-bersin dan kongresti.
Dekongestan
obat ini golongan simpatomimetik yang beraksi pada reseptor
alfa-adregenik pada mukosa hidung untuk menyebabkan
vasokonstriksi, menciutkan mukosa yang membengkak dan
memperbaiki pernafasan, contohnya pseudofedrin, efedrin sulfat
dan fenilpropanolamin. Penggunaan agen topikal yang lama
dapat menyebabkan rhinitis medikamentosa, dimana hidung
kembali tersumbat akibat vasodilatasi perifer. Dekongestan oral
secara umum tidak dianjurkan karena efek klinisnya masih
meragukan dan memiliki banyak efek samping. Dari keempat
obat dekongestan yang banyak dipakai, fenilopropanolamin dan
efedrin memiliki indeks terapi yang sempit. Keduanya dapat
menyebabkan hipertensi pada dosis mendekati terapetiknya.
Kortikosteroid Nasal
merupakan obat yang paling efektif untuk mengatasi rhinitis
alergi hingga saat ini. Efek utama steroid topikal pada mukosa
hidung antara lain mengurangi inflamasi dengan memblok
pelepasan mediator, menekan kemotaksis neutrofil, mengurangi
edema intrasel, dan menghambat reaksi fase lambat yang
Lainnya
Sodium Kromolin, bekerja dengan mencegah degranulasi sel
mast dan pelepasan mediator, termasuk histamin. Efek
sampingnya paling sering adalah iritasi lokal.
Ipratropium Bromida, bermanfaat pada rhintis alergi perennial
atau rhinitis alergi yang persisten, obat ini memiliki sifat
antisekretori jika digunakan secara lokal dan bermanfaat untuk
mengurangi hidung berair. Efek sampingnya tingan, meliputi
sakit kepala, epistaksis, dan hidung terasa kering.
Operatif
Tindakan konkotomi (pemotongan konka inferior) bila konka
hipertrofi berat dan tidak dapat dikecilkan dengan cara
kauterisasi memakai AgNO325% atau troklor asetat.
Imunoterapi
Desensitasi, hiposensitasi dan netralisasi. Desensitasi dan
hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk
Komplikasi
Menguap
Di hadits lain:
Menguap ketika sholat adalah dari setan, jika salah seorang dari kalian
menguap, maka tahanlah semampunya. (HR Tirmidzi)
Dengan kata lain, Islam MENYARANKAN kita untuk menahan (tidak)
menguap. Jika tidak kuat, maka hendaknya menguap dengan menutup
mulut dan tidak mengeluarkan bunyi.
Sendawa
Sendawa atau teurab (bahasa Sunda) atau gelegekan (bahasa Jawa) atau
burp (bahasa Inggris) adalah aktivitas ketika ada angin yg keluar dari
tubuh kita. Penyebabnya bermacam-macam. Usai minum minuman
bersoda (carbonat), usai makan/minum, atau usai badan kita dikerok
(pijat), dan aktivitas2 lain.
Untuk sendawa, terus terang saya belum pernah menemukan dalil, entah
hadits ataupun sunnah dari Rasululloh SAW mengenai hal ini. Usai
bersendawa hendaklah mengucapkan hamdalah (Alhamdulillah).
Alasan yang didapatkan mengapa mesti mengucapkan hamdalah adalah
bersendawa itu pada hakikatnya mengeluarkan hal (angin) yg buruk dan
akan membuat tubuh kita menjadi lebih sehat. Dengan kian sehatnya
tubuh kita, maka kita mesti mensyukuri nikmat sehat yg didapat.