Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS PERCOBAAN

1. ANALISIS PROSEDUR
Praktikum modul 9, yang berjudul Spektrofotometri Sinar Tampak, bertujuan
untuk mempelajari metode analisis kuantitatif dengan instrumen spektrofotometer, yaitu
suatu alat yang dapat dipakai untuk mengukur absorbansi suatu larutan yang dikenai
gelombang elektromagnetik.
Praktikum ini dibagi menjadi 3 prosedur, yaitu spektra absorpsi, hukum beer, dan
analisis simultan dua komponen. Pada prosedur spektra absorpsi, pertama-tama praktikan
membuat larutan 0.02M Cr(III) 25 ml dari 10 ml Cr(NO3)3 0.05M dan 0.0752M Co(II)
25 ml dari 0.188M (Co)NO33 10ml pada labu Erlenmeyer. Sampel yang dapat dianalisa
dengan metode ini hanya sampel yang memiliki warna, karena itu Menggunakan Cr(III)
(larutan berwarna biru) dan Co(II) (larutan berwarna pink). Pada prosedur kedua, variasi
konsentrasi dilakukan untung masing2 larutan Cr(No3)3 dan Co(NO3)2 dengan cara
pengenceran. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hubungan konsentrasi dengan
absorbansi. Pada prosedur 3 membuat lar sampel Cr(III) dan Co(II) yang tdk diket
konsentrasinya. Percobaan ini dilakukan untuk mencari konsentrsai sampel dengan
mencari nilai k pada percobaan 2.
Langkah selanjutnya adalah memasukkan larutan dari percobaan 1, 2 ,3 ke dalam
kuvet sampai garis batas yang terlihat pada dinding kuvet. Kuvet merupakan sel untuk
menempatkan cairan di dalam sinar spektrofotometer. Sebelum memasukkan larutan ke
kuvet, kuvet dicuci terlebih dahulu. Setelah dicuci kuvet dipegang dibagian yang agak
buram (di atas garis batas larutan) agar dibagian kuvet yang ada larutan tidak ada sidik
jari, mengeringkan kuvet dengan vacuum agar tidak ada gelembung udara yang tersisa
dalam kuvet. Gelembung udara dan sidik jari dapat menganggu radiasi elektromagnetik
yang melewati kuvet sehingga memengaruhi nilai absorbansi. Selanjutnya adalah
mengukur absorbansi masing2 lar perc 1,2,3 dengan memasukkannya ke
spektrofotometri. Pada pembacaan absorbansi dengan spektrofotometer visible
diperlukan larutan blanko yang berfungsi untuk mengkalibrasikan
spektrofotometer ketika ingin mengganti panjang gelombang yang

digunakan. Larutan blanko yang dipakai adalah aquades. Urutan peletakkannya


yaitu slot pertama adalah kuvet aquades, slot ke 2 dan ke 3 adalah untuk
kuvet yang berisi larutan yang dingin dicari nilai absorbansinya. Pemasangan
kuvet pada spektrofotometer jg harus diperhatikan, kuvet harus dipasang
tegak lurus terhadap sinar untuk meminimalkan pengaruh pantulan radiasi.
Sisi kuvet yang menghadap sinat harus yang ada tanda panahnya, bertujuan
agar sisi yang dilewati sinar radiasi sama pada setiap kuvet. Absorbansi
diukur pada rentang 375-625nm karena rentang panjang gelombang sinar
tampak adalah 350-800nm.

2. ANALISIS HASIL
Setelah melakukan pengenceran pada Cr(NO3)3 dan CO(NO3)2 diperolah bahwa
warna larutannya semakin pekat. Hal ini karena ion Cr3+ dan Co2+ bereaksi dengan ion
OH- dari aquades. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran masing2 larutan dengan
panjang gelombang yang bervariasi adalah nilai absorbansi. Nilai absorbansi diperlukan
untuk menentukan pjg gel maks dari msg2 larutan. Kenapa panjang gelombang
maksimum yang dipilih, hal ini karena di sekitar panjang gelombang maksimum tersebut,
bentuk kurva serapan adalah datar sehingga hukum Lambert-Beer akan terpenuhi dengan
baik dehingga kesalahan yang ditimbulkan panjang gelombang maksimum dapat
diperkecil.
Dari data percobaan 1 dibuat 2 grafik yaitu panjang gelombang vs absorbansi
untuk Cr(III) dan Co(2). Dari grafik dilihat bahwa puncak tertinggi untuk Cr(III) adalah
lamda=425nm begitu pula pada Co(II). Hal ini menunjukkan bahwa larutan Cr(NO3)3
dan Co(NO3)2 melakukan absorbansi maksimum pada lamda = 425nm
Dari data percobaan 2 dibuat grafik absorbansi vs %T pada lamda=5oonm untuk
masing2 Cr(No3)3 dan Co(NO2)2, grafik konsentrasivs%T untuk kedua larutan pada
lamda=500nm, dan grafik absorbansi vs pjg gel untuk masing2 Cr(III) dan Co(II) dengan
konsentrasi yang bervariasi. Terlihat untuk Cr(III) absorbansi maksimum untuk setiap

konsentrasi terjadi pada lamda=425nm. Dan untuk co(II) absorbansi maksimum terjadi
pada lamda = 510 nm untuk tiap konsentrasi.
Dari data percobaan 3 dibuat grafik lamda vs A larutan standard an sampel, A vs
%T lar standar, A vs%T lar sampel, A vs%T pada lamda=500nm
Hasil percobaan ini mungkin saja kurang akurat, yang disebabkan karena
terjadinya kesalahan pada percobaan. Kesalahan yang mungkin terjadi pada
percobaan ini yaitu pertama kekurangtelitian dalam pembuatan larutan /
pengenceran larutan, hal ini dapat memengaruhi warna larutan, apakah berwarna
pekat atau tidak, yang selanjutnya berpengaruh terhadap nilai absorbansi. Kedua
adalah pemegangan kuvet yang tidak benar sehingga meninggalkan sidik jari pada
sisi kuvet , shg mengganggu penyerapan radiasi yang berimbas pada nilai
absorbansinya. Ketiga adalah terdapat gelembung udara dalam kuvet yang dapat
mengganggu penyerapan radiasi. Kesalahan lain yang mungkin terjadi yaitu
praktikan kurang teliti melihat garis saat menge-set panjang gelombang karena skala
yang ada pada alat tidak semuanya sama dengan pjg gel yang ingin dimasukkan, hal
ini tentu berpengaruh terhadap nilai absorbansi yang dihasilkan selanjutnya
memengaruhi hasil perhitungan konsentrasi Cr(III) dan Co(II).

Untuk menentukan konsentrasi nikel dan cobal, praktikan harus menentukan


panjang gelombang maximum pada masing-masing standar, dengan mengamati
nilai absorbansi yang didapatkan pada panjang gelombang tertentu. Pada panjang
gelombang maximum, nilai absorbansi merupakan yang paling besar, yang berarti
kapasitas sinar radiasi yang diserap paling banyak pada panjang gelombang tersebut.
Masing-masing larutan standar diukur absorbansinya pada panjang gelombang
tertentu, untuk menentukan panjang gelombang maximum dari masing-masing
larutan standar tersebut. Larutan standar nikel asetat menunjukkan penjang
gelombang maximum 263 nm dengan absorbansi 0,98701, sedangkan larutan
standar cobal asetat menunjukkan panjang gelombang maximum 301 nm dengan
absorbansi 1,7377. Pada masing-masing panjang gelombang maximum ini
ditentukan absorbansi kedua larutan standar dan absorbansi larutan sampel.
Dimana pada panjang gelombang maximum 263 nm, absorbansi larutan standar

nikel asetat adalah 0,98701, larutan standar cobal asetat 1,1256 dan larutan sampel
1,0429. Pada panjang gelombang maximum 301 nm, absorbansi larutan standar
nikel asetat adalah 0,8728, larutan standar cobal asetat 1,7377 dan larutan sampel
1,2916. Nilai absobansi pada masing-masing panjang gelombang maximum ini
digunakan untuk menentukan konsentrasi nikel dan cobal melalui perhitungan.
Pada hasil percobaan ini, konsentrasi nikel dalam sampel yang didapatkan adalah
1947,886 ppm, dan konsentrasi cobal dalam sampel yaitu 1994,87 ppm.

Larutan standar dibuat dengan maksud untuk me,buat kurva standar atau kurva
kalibrasi sehingga nanti akan diperoleh panjang gelombang maksimum dari larutan
standar tersebut. Kenapa panjang gelombang maksimum yang dipilih, hal ini karena di
sekitar panjang gelombang maksimum tersebut, bentuk kurva serapan adalah datar
sehingga hukum Lambert-Beer akan terpenuhi dengan baik dehingga kesalahan yang
ditimbulkan panjang gelombang maksimum dapat diperkecil. Larutan mengnhasilkan
warna komplementer yang dapat menyerap cahaya. Warna-warna ini ditimbulkan oleh
adanya panjang gelombang yang dimiliki larutan tersebut. Setiap warna memiliki panjang
gelombang yang berbeda-beda dengan interval tertentu.

Anda mungkin juga menyukai