Chapter II Logam
Chapter II Logam
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pelapisan Logam
Pelapisan logam adalah suatu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat
tertentu pada suatu permukaan benda kerja, dimana diharapkan benda tersebut akan
mengalami perbaikan baik dalam hal struktur mikro maupun ketahanannya, dan tidak
menutup kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap sifat fisiknya. Pelapisan logam
merupakan bagian akhir dari proses produksi dari suatu produk. Proses tersebut
dilakukan setelah benda kerja mencapai bentuk akhir atau setelah proses pengerjaan
mesin serta penghalusan terhadap permukaan benda kerja yang dilakukan. Dengan
demikian, proses pelapisan termasuk dalam kategori pekerjaan finishing atau sering
juga disebut tahap penyelesaian dari suatu produksi benda kerja.
2.1.3 Elektroplating
2.1.3.1 Defenisi Elektroplating
Pada dasarnya teknik pelapisan logam, elektroplating, atau biasa juga disebut
krom oleh masyarakat umum, bertujuan untuk melapisi logam agar tahan terhadap
karat dan juga untuk menambah nilai keindahannya. Pelapisan logam dapat berupa
lapis seng, galfanis, perak, emas, brass, tembaga, nikel dan krom.
Dalam hal ini kita akan mempelajari teknik krom. Lapis krom berguna sebagai
penahan karat dan menambah keindahan dengan warna putih mengkilapnya. Setiap
jenis logam memerlukan perlakuan yang berbeda dalam proses krom. Namun
demikian agar lebih sederhana dan mudah dipahami, krom logam dibagi menjadi dua
jenis logamnya, yaitu :
1. Logam penghantar listrik
Contoh : besi, tembaga, kuningan ,besi baja.
2. Logam yang kurang atau tidak penghantar listrik
Contoh : aluminium murni dan campuran. (7)
Elektroplating ialah elektrodeposisi pelapis (coating) logam melekat ke
elektroda untuk menjaga substrat dengan memberikan permukaan dengan sifat dan
dimensi berbeda daripada logam basisnya tersebut.
Beberapa proses, misalnya anodisasi krom, elektroda yang dimaksud ialah
anoda. Akan tetapi kebanyakan, yang disebut elektroda dalam perumusan di atas ialah
katoda. Jadi sistem plating terdiri atas: sirkit luar, elektroda negatif (katoda) yakni
barang yang digarap, larutan plating, elektroda negatif (anoda).
Maksud elektroplating ialah demi tujuan penampilan (bagus, kilap, cemerlang),
perlindungan (terhadap korosi), sifat khas permukaan, sifat teknis atau sifat mekanis
tertentu.(5)
Lapis listrik (Elektroplating) adalah suatu proses pengendapan logam pada permukaan
suatu logam atau non logam (benda kerja) secara elektrolisa. Endapan yang terjadi
bersifat adhesif terhadap logam dasar.(11)
2.2
Baja
Baja dapat didefenisikan suatu campuran dari besi dan karbon, di mana unsur
karbon (C) menjadi dasar campurannya. Di samping itu, mengandung unsur campuran
lainnya seperti sulfur (S), fosfor (P), silikon (Si), dan mangan (Mn) yang jumlahnya
dibatasi.
Kandungan karbon di dalam baja sekitar 0,1 1,7%, sedangkan unsur lainnya
dibatasi persentasenya. Unsur paduan yang bercampur di dalam lapisan baja, untuk
membuat baja bereaksi terhadap pengerjaan panas atau menghasilkan sifat-sifat yang
khusus.
2.2.2 Jenis jenis baja karbon
Baja karbon dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah kandungan karbonnya.
Baja karbon terdiri atas tiga macam, yaitu baja karbon rendah, baja karbon sedang,
dan baja karbon tinggi.
a. Baja Karbon Rendah
Baja ini disebut baja ringan (mild steel) atau baja perkakas, baja karbon rendah
bukan baja yang keras, karena kandungan karbonnya rendah kurang dari 0,3%. Baja
ini dapat dijadikan mur, baut, ulir sekrup, peralatan senjata, alat pengangkat presisi,
batang tarik, perkakas silinder, dan penggunaan yang hampir sama.
Penggilingan dan penyesuaian ukuran baja dapat dilakukan dalam panas. Hal
itu dapat ditandai dengan melihat lapisan oksida besinya di bagian permukaan yang
berwarna hitam. Baja juga dapat diselesaikan dengan pengerjaan dingin dengan cara
merendam atau mencelupkan baja ke dalam larutan asam yang berguna untuk
mengeluarkan lapisan oksidanya. Setelah itu, baja diangkat dan digiling sampai
ukuran yang dikehendaki, selanjutnya didinginkan. Proses ini menghasilkan baja yang
lebih licin, sehingga lebih baik sifatnya dan bagus untuk dibuat mesin perkakas.
Krom
: 52,01 amu
Nomor atom
: 24
Struktur Atom
: BCC
Berat jenis
: 7,91 gr/cm3
Titik cair
: 1920 0C
Valensi
: 2; 3; 6;
Titik didih
: 2260 0C
: 6,20 in/0C
Reflektivitas
: cukup baik
Sifat lain yang sangat mennonjol adalah mudah teroksidasi dengan udara
membentuk lapisan kromium oksida pada permukaan . Lapisan tersebut bersifat kaku,
tahan korosi, tidak berubah warna terhadap pengaruh cuaca. Tetapi larut dalam asam
klorida, sedikit larut dalam asam sulfat dan tidak larut dalam asam nitrat.
Karena sifat-sifat tersebut, maka dalam pemakaiannya banyak digunakan
sebagai bahan paduan untuk meningkatkan ketahanan korosi sebagai bahan pelapis.
Proses pelapisan krom dikenal secara luas pada industri-industri logam sebagai
pengerjaan akhir (final finishing) sejak tahun 1930, karena ketahanan korosi dan
tampak rupa lapisannya yang baik.
2.4
Karakterisasi Material
I .t .B
Z .F
(2.1)
Dengan:
W : Berat endapan (gram)
I : Arus (ampere)
t : Waktu (detik)
B : Berat atom
Z : Valensi
F : Bilangan Faraday 96.500 Couloumb
V=
(2.2)
S=
V
A
S=
I .t.B
Z .F . A.
(2.3)
I .60.B
Z .F . A.
(2.4)
(1)
2.4.1.2 Korosi
Salah satu tujuan plating ialah upaya mencegah korosi. Secara sederhana,
peristiwa korosi disebabkan oleh reaksi logam dengan unsur bukan logam
dari
lingkungannya. Produknya biasanya oksida atau garamnya, yang pada gilirannya turut
mempengaruhi jalannya reaksi lanjut. Mengendalikan korosi logam dapat ditempuh
dengan berbagai cara.
Reaksi korosi dapat dikelompokkan atas berbagai jenis, akan tetapi secara
umum ada dua macam (sesuai peristiwanya) yakni : penggabungan langsung logam
atau ion logam dengan unsur-unsur bukan logam, serta reaksi pelarutan logam
(biasanya di lingkungan berair) lalu bergabung dengan bukan logam mambentuk
produk korosi (reaksi penggantian). Reaksi langsung disebut juga korosi kering, reaksi
penggantian disebut korosi basah.
Reaksi langsung (korosi kering) termasuk oksida di udara, reaksi dengan uap
belerang, hydrogen sulfide dan kandungan udara kering lainnya, juga reaksi dengan
logam cair misalnya natrium. Reaksi demikian nyata dan lazim pada suhu relatif
tinggi.
Oksidasi logam sekilas tak tampak melibatkan mekanisme elektrokimia, akan
tetapi sebenarnya bentuk korosi itupun tergantung pada mekanisme pertukaran
elektron dengan gejala arus listrik pula. Secara sederhana, oksigen molekul terserap ke
permukaan logam. Lalu mengurai menjadi atom dan mengion. Logamnya juga
mengion. Ion logam dan oksida bergabung, membentuk lapisan awal oksidanya. Ion
logam terus terbentuk dipermukaan, elektron berdifusi lewat lapisan oksida,
mengionkan oksigen di permukaan. Ion oksida berdifusi ke lapisan oksida dan
bereaksi dengan ion logam. Lapisan oksida makin tebal. Dapat pula logam yang
mengion dan berdifusi
ke
permukaan,
hasilnya
berlangsungnya tergantung pada sifat oksida logam, seberapa permeabel dan kuat
ikatannya ke permukaan logam.(5)
Korosi adalah reaksi antar logam dan lingkungannya, karena itu upaya
pengubahan lingkungan yang menjadikannya kurang agresif akan bermanfaat untuk
membatasi serangannya terhadap logam. Dalam hal ini ada tiga situasi :
1. Lingkungan berwujud gas. Biasanya yang dimaksudkan disini adalah udara
dengan rentang temperatur -100C hingga +300C. Beberapa metode yang
digunakan untuk mengurangi laju korosi di udara bebas adalah :
i.
ii.
Menghilangkan
komponen-komponen
mudah
menguap
yang
Mengubah temperatur;
iv.
ii.
Mengubah pH;
iii.
iv.
Mengubah temperatur.
(2.5)
Dengan :
W
(2.6)
(2.7)
Dengan :
r
Pengujian
(mm/tahun)
0,05
Tahan korosi
Dapat digunakan
1,5
VHN =
Dengan :
2 P sin( / 2) 1,854 P
=
d2
d2
(2.8)
dari jangkauan yang luas dari macam-macam struktur bahan itu yang dapat dilihat dari
mata telanjang yang menuju pada jarak antar atomdi dalam kisi kristal bahan itu.
Struktur Mikro (microstructure) meliputi skala dari fenomena struktural yang
banyak terdapat dari keikutsertaan ahli scientist bahan dan insinyur teknik material
dan metalurgi bahan ialah ukuran butiran-butiran dan partikel-partikel, kerusakan
kerapatan bahan dan pemisahaan-pemisahaan partikel bahan, pemutusan ikatan skala
mikro, dan pelubangan-pelubangan secara skala mikro.(9)