Anda di halaman 1dari 9

81

PERBEDAAN POTENSI PEMBERIAN BAHAN SUBTITUSI TEPUNG


LIMBAH UDANG DAN CANGKANG KEPITING TERHADAP
BERAT TELUR DAN KERABANG TELUR ITIK
1)

Dian Permana P. 1), Mirni Lamid 2), Sri Mulyati 3)


Mahasiswa, 2) Departemen Peternakan Veteriner, 3) Departemen Reproduksi
Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

ABSTRAK
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
pengaruh
penggunaan tepung limbah udang dan cangkang kepiting dalam
ransum terhadap berat telur dan kerabang telur itik. Penelitian ini
menggunakan 18 ekor itik mojosari betina umur 24 minggu dengan
tiga macam perlakuan terdiri dari enam ulangan tiap perlakuannya.
Perlakuan yang diberikan yaitu subtitusi pakan itik dengan tepung
limbah udang dan kepiting, dengan masing-masing perlakuan adalah
ransum mengandung 0% tepung limbah udang atau cangkang kepiting
(P0), 10% tepung limbah udang (P1) dan 10% tepung cangkang
kepiting (P2). Penelitian dilakukan selama 28 hari. Uji berat telur dan
kerabang telur itik dilakukan pada minggu terakhir penelitian. Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis variansi dengan
Rancangan Acak Lengkap pola searah dan dilanjutkan dengan uji
Duncan untuk hasil yang berbeda nyata. Hasil analisis variansi
menunjukkan bahwa penggunaan tepung limbah udang dan cangkang
kepiting sebanyak 10% dalam ransum dapat memberikan pernedaan
yang nyata (P<0,05) pada berat telur dan kerabang telur itik, skor
berat telur itik tiap perlakuan secara berurut yaitu 62,51g; 64,09g dan
58,13g. skor berat kerabang telur itik tiap perlakuan secara berurut
yaitu 6,71g; 8,13g dan 7,63g.
Kata kunci : itik mojosari, ransum, limbah udang, cangkang kepiting,
berat telur, berat kerabang telur
Pendahuluan
Telur merupakan bahan
pangan yang sempurna, karena
mengandung zat-zat gizi yang
lengkap
bagi
pertumbuhan
anak-anak.
Protein
telur
mempunyai mutu yang tinggi
karena memiliki susunan asam
amino esensial yang lengkap,
sehingga
dijadikan
patokan
untuk menentukan mutu protein
dari bahan pangan yang lain.
Beberapa
hewan
dapat

AGROVETERINER

menghasilkan
telur,
tetapi
hanya jenis telur tertentu yang
bisa
diperdagangkan
dan
dikonsumsi manusia yaitu telur
ayam, telur itik, telur puyuh dan
telur ikan. Pada kenyataannya
telur ayam dan itik yang paling
terkenal di kalangan konsumen.
Ternak
itik
di
Indonesia
merupakan
ternak
unggas
penghasil telur yang cukup
potensial
selain
ayam.
Kelebihan dari itik adalah lebih
tahan penyakit dibandingkan

Vol.2, No.2 Juni 2014

82

dengan ayam ras sehingga


pemeliharaannya mudah dan
tidak
banyak
resiko
(Mauluddyah, 2010).
Meningkatnya
ekonomi
serta kesadaran masyarakat
tentang
kebutuhan
protein
hewani
mengakibatkan
peningkatan kebutuhan telur
dan daging. Salah satu upaya
untuk memenuhi kebutuhan
protein
hewani
pada
masyarakat
adalah
usaha
peternakan. Usaha peternakan
yang memiliki nilai strategis di
Indonesia
khususnya
dalam
penyediaan
protein
hewani
untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri adalah usaha
perunggasan (Abidin, 2003).
Biaya
terbesar
pada
usaha peternakan adalah biaya
untuk pakan. Pakan memegang
porsi sekitar 60-70 % dari total
biaya produksi. Untuk menekan
biaya
pakan
yang
besar
tersebut
perlu
dilakukan
beberapa upaya yaitu efisiensi
penggunaan
pakan,
penggunaan bahan pakan yang
murah, tidak bersaing dengan
kebutuhan manusia, merupakan
limbah dan masih mempunyai
nilai nutrisi yang baik serta
merupakan bahan pakan yang
non konvensional (Rahardjo,
2006).
Pemanfaatan
limbah
udang sebagai campuran pakan
ternak sudah umum dilakukan
oleh peternak itik yang terletak

AGROVETERINER

di lingkungan tambak udang.


Limbah udang menghasilkan
pakan ternak dengan nilai gizi
yang tinggi dan harganya lebih
murah dibandingkan tepung
ikan yang digunakan sebagai
sumber protein. Penggunaan
limbah udang sebagai pakan
ternak dengan demikian dapat
membantu
optimalisasi
pemanfaatan
limbah
udang
yang jumlahnya di Indonesia
diperkirakan mencapai 119.880
ton per tahun. Limbah udang
mengandung konstituen utama
yang
terdiri
dari
protein,
kalsium
karbonat,
khitin,
pigmen,
abu
dan
lain-lain
(Prasetiyo 2004).
Cangkang dari kepiting
mempunyai kandungan khitin
dan khitosan, yaitu biopolymer
yang
secara
komersial
berpotensi
dalam
berbagai
bidang industri. Manfaat khitin
dan khitosan di berbagai bidang
industri moderen cukup banyak,
diantaranya
dalam
industri
farmasi, biokimia, bioteknologi,
biomedikal, pangan, gizi, kertas,
tekstil,
pertanian,
kosmetik,
membran dan kesehatan. Selain
itu, khitin dan khitosan serta
turunannya mempunyai sifat
sebagai
bahan
pengemulsi
koagulasi dan penebal emulsi.
Cangkang kepiting mengandung
protein, kalsium karbonat dan
khitin (Marganov, 2003).
Faktor
yang
mempengaruhi
berat
telur
diantaranya adalah besarnya

Vol.2, No.2 Juni 2014

83

kandungan protein dan kalsium


dalam ransum yang dikonsumsi.
Berat telur ditentukan oleh
banyak
faktor
antara
lain
genetik, dewasa kelamin, umur,
beberapa
obat-obatan
dan
beberapa zat makanan dalam
ransum. Semakin berat telur
yang diproduksi maka para
peternak akan mendapatkan
untung yang besar (Wahju,
1997).
Kualitas telur dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu
konsumsi
pakan,
konsumsi
protein,
serta
pengaturan
cahaya. Kualitas kerabang telur
ditentukan
oleh
berat,
ketebalan
dan
struktur
kerabang.
Semakin
tinggi
kalsium semakin tinggi pula
berat maupun tebal kerabang
telur. Berat dan ketebalan
kerabang telur berfungsi agar
telur tidak mudah pecah pada
saat proses pengiriman (Clunies
et al., 1992).
Materi dan Metode
Penelitian ini dilakukan di
Desa Sumberpucung Malang
dan eks Laboratorium Makanan
Ternak Departtemen Peternakan
FKH Unair. Penelitian ini dimulai
pada bulan April-Mei 2014.
Pada
penelitian
ini
menggunakan hewan coba yaitu
18 ekor itik petelur Mojosari
betina umur 24 minggu. Bahan
yang digunakan antara lain:
pakan itik yang didapat dari

AGROVETERINER

peternakan
itik
Desa
Sumberpucung Malang, tepung
limbah udang didapat dari Desa
Kebonsari
Sidoarjo
dan
cangkang kepiting didapat dari
restoran
seafood
Surabaya.
Peralatan
yang
digunakan
dalam penelitian ini antara lain:
ayakan,
penggiling,
pisau,
ember, oven, pengaduk dan
nampan besar, kandang sekat
dengan ukuran 50x50x60cm
lengkap dengan pakan dan
minum,
timbangan
digital,
pengaduk dan plastik.
Rancangan
percobaan
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan tiga
perlakuan dan enam ulangan
seperti berikut ini :
1. Perlakuan kontrol (P0) itik
periode layer yang terdiri
dari pakan komersiil itik
100%.
2. Perlakuan satu (P1) itik
periode layer yang terdiri
dari pakan komersiil itik
90% dan tepung limbah
udang 10%.
3. Perlakuan dua (P2) itik
periode layer yang terdiri
dari pakan komersiil itik
90%
dan
tepung
cangkang kepiting 10%.
Pengamatan
dan
pengolahan data menggunakan
Analisis of Variance (ANOVA)
untuk mengetahui ada atau
tidak adanya perbedaan di
antara
perlakuan
yang
diberikan.
Apabila
terdapat

Vol.2, No.2 Juni 2014

84

perbedaan
perlakuan
yang
nyata, maka uji dilanjutkan
dengan uji Jarak Berganda
Duncan
(Duncans
Multiple
Range Test) dengan derajat
Hasil dan Pembahasan

kepercayaan
95%
(Kusriningrum, 2008).
statistika
dilakukan
menggunakan program
Windows 21.0.

(=5%)
Analisis
dengan
SPSS for

Berat Telur Itik


Minggu
keempat
masing-masing
perlakuan
penelitian
diperoleh
hasil
disajikan pada tabel 4.1
perbedaan pemberian tepung
limbah udang dan cangkang
kepiting terhadap berat telur
itik. Rerata berat telur itik pada
Tabel 4.1. Rerata Nilai Berat Telur Itik pada Masing-Masing Perlakuan di
Minggu ke Empat.
Perlakuan
X SD
P0
58,34a 1,373
P1
64,09b 2,272
P2
62,13b 2,806
ab)
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan ada
perbedaan yang nyata (p<0,05)
Hasil
analisis
data
menggunakan Uji Anova yang
dilanjutkan dengan Uji Jarak
Berganda Duncan menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang
nyata (p<0,05). Berat telur P1
berbeda nyata dengan P0 tapi
tidak berbeda nyata dengan P2.
Berat telur P2 berbeda nyata
dengan P0. Hasil tersebut
menunjukkan
bahwa
pemanfaatan tepung limbah
udang dan cangkang kepiting
sebagai
subtitusi
pakan
komersiil
itik
petelur
berpengaruh terhadap berat
telur
itik.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa P1 dan P2
lebih
tinggi
apabila
dibandingkan dengan P0.

AGROVETERINER

Peningkatan kandungan
kalsium dalam pakan sangat
efektif
untuk
meningkatkan
konsumsi
pakan
sehingga
mengoptimalkan produksi telur
dan
berat
telur
(Oderkirk,
2001). Kalsium dalam usus
halus
merangsang
kelenjar
paratiroid untuk mengeluarkan
hormon
paratiroid.
Hormon
paratiroid
juga
merangsang
sintesis hidrosilase pada ginjal
untuk menghasilkan hormon
dihidroksilkholekalsiferol.
Hormon
tersebut
yang
menyebabkan
membukanya
saluran kalsium pada usus
sehinga penyerapan kalsium
dapat
dilakukan.
Hasil
penyerapan kalsium di dalam
usus halus akan dideposisikan

Vol.2, No.2 Juni 2014

85

ke tulang dan kerabang melalui


aliran darah. Hal ini dapat
menyebabkan
terbentuknya
kerabang yang maksimal dan
berat
kerabang
meningkat,
sehingga
berat
telur
juga
meningkat (Pelicia et al, 2009).
Hasil penelitian Clunies
et al. (1992) menyatakan bahwa
pakan
yang
mengandung
kalsium
sebesar
3,5-4,1%
memberikan pengaruh berat
telur antara 56,5-57g. Pakan
yang
mengandung
kalsium
sebesar 2,25-6% memberikan
pengaruh berat telur antara
60,8-61,3g (Harms, 1980). Hasil
penelitian Ahmad et al. (2003)
menunjukkan bahwa kandungan
kalsium sebesar 2,5-5% dalam
pakan memberikan pengaruh
berat telur antara 64,1-64,16g.

Berat
telur
juga
ditentukan oleh banyak faktor
antara lain genetik, dewasa
kelamin, umur, beberapa obatobatan
dan
beberapa
zat
makanan dalam ransum (Wahju,
1997). Etches (1996) bahwa
umur merupakan faktor yang
mempengaruhi berat telur pada
semua unggas.
Berat Kerabang Telur Itik
Minggu
keempat
penelitian
diperoleh
hasil
perbedaan pemberian tepung
limbah udang dan cangkang
kepiting
terhadap
berat
kerabang telur itik. Rerata berat
kerabang telur itik pada masingmasing
perlakuan
disajikan
seperti pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Rerata Nilai Berat Kerabang Telur Itik pada Masing-Masing
Perlakuan di Minggu ke Empat.
Perlakuan
X SD
P0
6,71a 0,340
P1
8,13b 0,482
P2
7,63b 0,586
ab)
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan ada
perbedaan yang nyata (p<0,05)
Hasil
analisis
data
menggunakkan Uji Anova yang
dilanjutkan dengan Uji Jarak
Berganda Duncan menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang
nyata (p<0,05). Berat kerabang
P1 berbeda nyata dengan P0
tapi
tidak
berbeda
nyata
dengan P2. Berat kerabang P2
berbeda nyata dengan P0. Hasil

AGROVETERINER

tersebut menunjukkan bahwa


pemanfaatan tepung limbah
udang dan cangkang kepiting
sebagai
subtitusi
pakan
komersiil
itik
petelur
berpengaruh terhadap berat
kerabang
telur
itik.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
P1 dan P2 lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan P0.

Vol.2, No.2 Juni 2014

86

Kalsium dibutuhkan untuk


proses pembentukan kerabang
telur, jika kebutuhan kalsium
dalam telur tidak terpenuhi
akan menyebabkan kerabang
telur menjadi tipis, akibatnya
telur akan mudah retak dan
pecah. Mineral yang sangat
berperan
dalam
proses
pembentukan kerabang telur
adalah kalsium dan fosfor.
Apabila asupan mineral yang
dibutuhkan
kurang
maka
deposisi mineral (kalsium dan
fosfor) secara langsung akan
mengambil cadangan mineral
pada tulang tibia untuk proses
pembentukan kerabang telur
(Suprapto dkk, 2012).

meningkatkan
kekuatan
kerabang telur dapat dilakukan
dengan meningkatkan kadar
kalsium dalam pakan (Roland,
1986). Menurut Yuwanta (1992),
kualitas telur dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu konsumsi
pakan dan pengaturan cahaya.

Amrullah
(2003)
menyatakan
bahwa
berat
kerabang
telur
secara
kuantitatif adalah 10-13% dari
total berat telurnya. Lebih lanjut
dijelaskan
bahwa
berat
kerabang
telur
sangat
dipengaruhi oleh pakan yang
dikonsumsi, berat telur, dan
umur ternak. Ensminger (1992)
menjelaskan bahwa kandungan
kalsium dan fosfor dalam pakan
berperan
terhadap
kualitas
kerabang
telur,
seperti
ketebalan, berat dan struktur
kerabang telur.

Berdasarkan
Penelitian
yang telah dilaksanakan, dapat
diperoleh kesimpulan bahwa
penggunaan
tepung
limbah
udang dan cangkang kepiting
dengan
persentase
10%
sebagai
subtitusi
pakan
komersiil itik petelur dapat
meningkatkan berat telur dan
kerabang telur itik.

Kualitas kerabang telur


tergantung dari kemampuan
unggas dalam mengabsorbsi
kalsium yang ada dalam pakan,
kualitas
kerabang
telur
ditentukan oleh tebal, berat dan
struktur kerabang telur. Untuk

AGROVETERINER

Menurut Clunies et al.


(1992) semakin tinggi kalsium
semakin
tinggi
pula
berat
maupun tebal kerabang telur.
Berat dan ketebalan kerabang
telur berfungsi agar telur tidak
mudah pecah pada saat proses
pengiriman.
Kesimpulan

Daftar Pustaka
Abidin, Z. 2003. Meningkatkan
Produktifitas Ayam Ras
Pedaging. PT. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Ahmad, H. A., S. S. Yadalam and
D. A. Roland, 2003.
Calcium Requirements of
Bovanes
Hens.
International Journal of
Poult. Sci. 2: 417-420.

Vol.2, No.2 Juni 2014

87

Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi


Ayam Petelur. Lembaga
Satu Gunungbudi: Bogor.
Clunies. M., D. Parks and S.
Lesson, 1992. Calcium
and
Phosphorus
Metabolism and Egg Shell
Formation of Hens Fed
Different
Amounts
of
Calcium. Poultry Science.
71: 482- 489.
Ensminger, M. E. 1992. Poultry
Science.
Interstate
Publisher Inc, Danville,
Illinois.
Etches, R. J. 1996. Reproduction
in
Poultry.
CAB
International.
Harms, R. H. and B. L. Damron.
1980.
Interaction
of
Dietary Salt, Calcium, and
Phosphorus Levels for
Laying Hens. Poult. Sci.
59: 82 85.
Kusriningrum
R.S.
2008.
Perancangan Percobaan.
Airlangga
University
Press. Surabaya.
Marganov,
2003,
Potensi
Limbah
Udang
dan
Kepiting
sebagai
Penyerap Logam Berat
(Timbal, Kadmium, dan
Tembaga) di Perairan,
http://rudyct.topcities.co
m/pps702_71034/margan
of.htm. 25 Oktober 2013.
Mauluddyah,
I.
2010.
Pemanfaatan
Bakteri
Selulitik
Untuk
Fermentasi
Limbah
Tempe Sebagai Subtitusi
Jagung pada Itik Petelur

AGROVETERINER

Terhadap Haugh Unit dan


Kecerahan Kuning Telur.
Universitas
Airlangga.
Surabaya.
Oderkirk, A. 2001. The Role of
Calcium Phosphorus and
Vitamin D3 in Egg Shell
and
Bone
Formation.
Nova Scotia Department
of
Agriculture
and
Marketing.
www.poultrynet.com.
Diakses
tanggal
11
Februari 2013.
Pelicia, K., E. A Gracia, A. B. G.
Faitrone, A. P. Silva, D. A.
Berto, A. B. Molino and F.
Vercese. 2009. Calcium
and
Available
PhosporusLevels
For
Laying Hens in Second
Production Cycle. Poult.
Sci. 11 : 39 49.
Prasetiyo
KW.
2004.
Pemanfaatan
Limbah
Cangkang Udang Sebagai
Bahan Pengawet Kayu
ramah
Lingkungan.
http://Geogle.com/Cangk
ang. 25 Oktober 2013
Rahardjo, L. 2006. Pemanfaatan
Campuran Gamblong dan
Isi
Rumen
dalam
Complete Feed Terhadap
Pemeliharaan
Kambing.
Vol 13 No.I tahun 2006.
Fakultas
Peternakan,
Universitas Islam Malang.
Roland, D.A.M., C. Farmer and D.
Marple. 1985. Calsium
and Its Relationship to
Excess Feed Consumtion,
Body Weight, Egg Size,
Fat
Deposition,
Shell
Quality and Fatty Lever

Vol.2, No.2 Juni 2014

88

Hemorraghic Syndrome.
Poult. Sci. 42:2341-2350.

Suprapto, W. S. Kismiyati dan E.


Suprijatna. 2005. Ilmu
Dasar Ternak Unggas.
Jakarta: Penebar Swadaya

.
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi
Unggas. Gadjah Mada
University
Press.
Yogyakarta.
Yuwanta, T. 1992. Performan dan
Mineralisasi Tibia Ayam
Broiler
Breeder
yang
Diberi Pakan dengan Dua
Macam Sumber Kalsium
serta
Pengaruhnya
terhadap Keturunannya.
Buletin Peternakan. 16:
22-29

AGROVETERINER

Vol.2, No.2 Juni 2014

Anda mungkin juga menyukai