ANDIKA HIDAYAT
8335139112
Memasuki
tahun
2013,
beberapa
indikator
ekonomi
makro
seperti
pertumbuhan ekonomi, inflasi, harga minyak mentah Indonesia (ICP), dan nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bergerak ke arah yang berbeda dari asumsi
yang telah ditetapkan dalam UU APBN 2013. Perkembangan realisasi berbagai
indikator ekonomi makro yang berbeda dari asumsi dasar ekonomi makro tersebut
menyebabkan kurang realistisnya asumsi dasar ekonomi makro dan postur APBN
tahun 2013 yang telah ditetapkan. Sejalan dengan itu, dalam rangka menjaga
ketahanan fiskal (fiscal sustainability) dan stabilitas perekonomian, Pemerintah juga
memandang perlu dilakukannya perubahan kebijakan fiskal. Faktor-faktor tersebut
telah mendorong Pemerintah untuk mengajukan Perubahan APBN tahun 2013
keDPR lebih cepat dari jadwal normal, yaitu pada bulan Mei 2013, sedangkan
biasanya dilakukan setelah penyampaian Laporan Pelaksanaan APBN Semester I
sekitar bulan Juli.
Sebagai ilustrasi dari kondisi di atas, dapat disampaikan bahwa pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2013 diperkirakan masih dipengaruhi dampak dari
terhambatnya pertumbuhan ekonomi dunia sehingga mengalami tekanan dan
perlambatan. Meskipun kinerja perekonomian Asia seperti Jepang, China dan Korea
Selatan relatif membaik, akan tetapi prospek perekonomian global sepanjang tahun
2013 diperkirakan masih dihadapkan pada krisis Eropa yang perbaikannya masih
mengalami kendala, dan kondisi perekonomian AS yang belum stabil karena
Indonesia lebih didorong oleh stimulus ekonomi di negara maju dan kawasan Eropa
yang berkontribusi terhadap peningkatan permintaan minyak dunia. Dengan
perkembangan tersebut, realisasi harga minyak mentah Indonesia diperkirakan akan
sama dengan asumsinya dalam APBNP tahun 2013. Di lain pihak, produksi dan
lifting minyak juga membawa persoalan yang tidak kalah rumit, terkait dengan
pencapaiannya yang masih rendah dalam beberapa tahun terakhir.
Dinamika indikator ekonomi makro dalam Semester I tahun 2013 berdampak
terhadap postur APBNP semester I tahun 2013. Dalam semester I tahun 2013,
kinerja pendapatan negara secara keseluruhan mencapai 41,5 persen dari target,
lebih rendah dari pencapaian realisasi pada priode yang sama tahun anggaran
sebelumnya sebesar 43,7 persen dari target.
Dari sisi belanja negara yang terdiri dari belanja pemerintah pusat dan
transfer ke daerah, dalam semester I tahun 2013 secara nominal dan persentase
penyerapan
belanja
pemerintah
pusat
mengalami
sedikit
penurunan
jika
dibandingkan dengan kondisinya dalam periode yang sama tahun 2012. Sementara
itu, dalam semester I tahun 2013, transfer ke daerah mengalami peningkatan
penyerapan secara nominal walaupun secara persentase mengalami penurunan dari
49,2 persen terhadap pagunya dalam APBNP tahun 2012 menjadi 48,5 persen
terhadap pagunya dalam APBNP tahun 2013.
Sebagai konsekuensi dari realisasi pendapatan negara dan belanja negara
dalam semester I tahun 2013, maka realisasi defisit anggaran semester I tahun 2013
mencapai 0,58 persen terhadap PDB. Realisasi defisit terhadap PDB tersebut lebih
tinggi jika dibandingkan dengan realisasi defisit terhadap PDB dalam semester I
tahun 2012 yang mencapai 0,44 persen terhadap PDB.
Ralisasi
Dalam UU APBNP tahun 2013, asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan
sebagai basis perhitungan postur APBN adalah sebagai berikut: (1)pertumbuhan
ekonomi 6,3 persen; (2) inflasi 7,2 persen; (3) nilai tukar Rp9.600,0/US$; (4)
suku bunga SPN 3 bulan 5,0 persen; (5) harga minyak mentah Indonesia US$108,0
per barel; dan (6) lifting minyak mentah 840 ribu barel per hari; dan (g) lifting gas
1.240 ribu barel setara minyak per hari.
Dalam semester I tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan
mencapai 6,1 persen dan dalam keseluruhan tahun 2013 diperkirakan mencapai 6,3
persen atau sama dengan asumsi yang ditetapkan dalam APBNP tahun 2013. Dari
sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor
penentu permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga dan investasi.
Terkait investasi, walaupun beberapa faktor penentu seperti pasar domestik yang
potensial, kebijakan Pemerintah untuk mendorong daya beli, terjaganya stabilitas
ekonomi makro, perbaikan iklim investasi, dan status investment grade merupakan
faktor pendorong tingkat pertumbuhan investasi di tahun 2013, namun faktor-faktor
tersebut belum dapat mengkompensasi perlambatan pertumbuhan investasi pada
semester I tahun 2013. Sementara itu, sumber pertumbuhan eksternal cenderung
membaik seiring dengan perbaikan kinerja ekspor yang disertai dengan perlambatan
impor karena melambatnya konsumsi dan investasi. Dari sisi penawaran,
pertumbuhan ekonomi terutama didukung oleh pertumbuhan sektor pengangkutan
dan komunikasi, sektor jasa keuangan, jasa perusahaan, dan real estate, dan sektor
konstruksi. Pertumbuhan ekonomi semester I tahun 2013 ini relatif melambat apabila
pasar, diduga merupakan salah satu pemicu meningkatnya suku bunga SPN 3 bulan
tersebut. Realisasi tingkat suku bunga rata-rata SPN 3 bulan semester I tahun 2013
tersebut relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi tingkat suku bunga
rata-rata SPN 3 bulan semester I tahun 2012 yang mencapai 2,9 persen.
Selanjutnya, realisasi harga ICP dalam semester I tahun 2013 rata-rata
mencapai US$105,0 per barel atau lebih rendah bila dibandingkan dengan harga
rata-ratanya pada periode yang sama dalam tahun 2012 sebesar US$117,3 per
barel. Penurunan harga minyak tersebut,antara lain, disebabkan oleh masih
terbatasnya pemulihan ekonomi dunia yang dibarengi dengan pasokan minyak
terutama dari negara-negara OPEC yang masih cukup besar. Faktor lain yang turut
mendorong penurunan harga minyak mentah dunia adalah meredanya ketegangan
politik di Timur Tengah yang meredam aksi spekulasi di pasar komoditas. Hal ini
berbeda dengan kondisi semester I tahun 2012 yang mengalami peningkatan
permintaan minyak khususnya jenis heating oil di kawasan Eropa akibat musim
dingin yang ekstrem karena gangguan pasokan gas dari Rusia, penurunan pasokan
minyak mentah dari negara-negara non-OPEC menurun serta diperparah dengan
adanya gangguan pasokan minyak mentah dari Sudan, Suriah, dan Yaman akibat
konflik politik.
Di sisi lain, realisasi liftingminyak dalam semester I tahun 2013 mencapai
rata-rata 827 ribu barel per hari, yang berarti menurun bila dibandingkan dengan
realisasinya pada semester I 2012 yang mencapai rata-rata sebesar 868,0 ribu barel
per hari. Penurunan tersebut terkait dengan adanya penurunan kapasitas produksi
sumur-sumur migas, serta beberapa permasalahan lain meliputi cuaca buruk,
kurangnya ketersediaan kapal pengangkut, adanya pemunduran jadwal produksi,
dan permasalahan perijinan lahan. Realisasi asumsi dasar ekonomi makro semester
I tahun 20122013 disajikan pada Tabel 1
TABEL 1
ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO, 2012 - 2013
Uraian
2012
Realisasi
APBNP
Semester 1
6,
6,
5
3
6,
4,
8
5
5,
2,
0
9
9.00
9.20
0
3
105,
117,
0
3
930,
868,
0
0
n.a
n.a
2013
Realisasi
APBNP
Semester 1
6,
3
6,1 *)
7,
5,
2
9
5,
3,
0
8
9.60
9.74
0
2
108,
105,
0
0
840,
827,
0
0
1.240,
1.205,
0
0
Sumber :
-
Jurnal
LAPORAN
PEMERINTAH
tentang
Pelaksanaan
Anggaran