Anda di halaman 1dari 3

Membersamaiku, akan banyak membawamu lebih mengenal negeri.

Jika
selama sekolah mungkin kamu kesulitan mengucap beberapa nama kota di
negeri ini yang terbilang aneh bagi lidah sundamu, maka nanti tidak akan
lagi. Karena bisa jadi kota yang sekadar menyebutkan namanya dengan
benar ini saja telah begitu susah, suatu saat bisa jadi akan kamu tinggali.
Bertahun-tahun,

meski

aku

berharap

itu

tak

pernah

terjadi.

Tapi

kemungkinan untuk kesana tetap tak bisa disebut tidak ada.


Dalam

perjalanan

mengenali

negeri

ini,

kamu

akan

banyak

sekali

menemukan apa yang tak diungkap oleh buku geografi. Dan tentunya tak
ketinggalan hal-hal dalam buku geografi yang mengundangmu penasaran
untuk berkunjung pun menjadi mungkin untuk disinggahi, seperti yang
kualami baru-baru ini.
Surat keputusan mutasi telah membawaku ke kota Langsa. KPPN Langsa
jelasnya. Kota yang secara geografis berada di wilayah provinsi Aceh, namun
terletak berdekatan dengan perbatasan provinsi Sumatera Utara. Letak yang
berdekatan ini memberiku kesempatan untuk mengeksplorasi dua provinsi
ini sekaligus. Sudah berbilang kali aku berkunjung ke Banda Aceh,
menyeberang ke Sabang, dan ke satu tempat yang akan kuceritakan secara
khusus kali ini untukmu, tempat yang pertama kali aku lihat gambarnya di
permainan monopoli. Tempat itu berada di wilayah provinsi Sumatera Utara,
dan merupakan danau vulkanik terbesar di dunia. Tempat itu adalah Danau
Toba.
Kolam raksasa ini ternyata pendiam. Hanya ada riak-riak dan gelombang
kecil yang timbul tenggelam akibat tersibak feri dan boat yang lalu lalang.
Sentuhan angin yang dinginnya sanggup mengupas daging turut juga
menimbulkan riak-riak dan gulungan-gulungan kecil itu di permukaan. Kolam
raksasa ini diam, luas, dalam, dan tenang. Ah, ditambah dengan sedikit
pengetahuan bahwa sejatinya danau ini adalah kaldera raksasa yang di
perutnya masih memeluk magma, mungkin kamu akan sedikit ketakutan.

Pagi masih teramat perawan ketika aku tiba di danau ini. Aku bahkan masih
pulas menuntaskan tidur malam ketika mobil yang mengantarkanku ini
berlabuh di dermaganya. Ya, dermaganya. Karena setelah itu aku tak
berlama-lama di sana, hanya beberapa menit menikmati pemandangan
danau

dari

sisi

Parapat

untuk

selanjutnya

menumpang

sebuah

feri

penyeberangan menuju pulau Samosir.


Di perjalanan menuju Samosir ini, napasmu mungkin akan tertahan melihat
batu-batu

cadas

yang

menggantung

di

sepanjang

sisi

jurang

yang

menghadap danau. Ah, mungkin juga kamu akan merayu memintaku untuk
barang satu dua malam menginap di villa-villa yang bergelantungan di
badan batu-batu cadas. Biar aku beritahu ya kudengar, hantu-hantu yang
menghuni batu cadas ini tak terhitung banyaknya. Dan kamu dipastikan tak
akan sanggup membayangkan bagaimana seramnya rupa hantu Batak itu.
Perjalananpun dilanjut, hingga tak berapa lama feri yang aku tumpangi ini
berlabuh di tujuan. Kamu mungkin tahu tentang tarian Batak yang
diperagakan oleh sebuah patung. Di sini, di sebuah desa yang bernama
Tomok ini aku bisa melihat langsung boneka itu, bahkan menyentuhnya.
Menurut kabar yang aku terima, patung ini sedikit berhantu. Bisa kau
bayangkan bagaimana seramnya hantu Batak kan? Ish, tentu seram kali
kurasa, dan aku sudah buktikan keberanianku ini dengan memegang patung
berhantu itu. Ah, pemberani kali aku ini bukan? Aku yakin, saat membaca ini
mungkin kau akan sedikit menambah rasa kecintaan dan kekagumanmu
padaku.
Tapi di luar itu, em entah kau merasakan keanehan ini atau tidak, aku
sedikit merasa nada bicaraku ini berubah menjadi agak berlogat Batak. Ah,
mungkin aku dikutuk sama patung Batak ini setelah memegangnya. Mungkin
aku mendingan sekalian saja manortor, menarikan tari sigale-gale di depan
rumah bolon di hadapan patung ini biar mirip Batak betulan sekalian, atau
pilihan lainnya aku harus segera meneleponmu saat ini, mendengar satu

atau dua patah logat sundamu yang teramat kental biar aku mampu kembali
normal.
Tempat-tempat tujuan wisata di Tomok ini tidak lah terpaut jarak yang jauh.
Satu sama lain saling berdekatan bahkan ada yang berada dalam satu lokasi.
Maka tak heran dalam seharian ini saja telah rampung daftar kunjungan
wajibku di desa ini. Bale Sigale-gale, rumah Bolon, Museum Batak, Makam
raja-raja Batak sudah tamat semua aku singgahi. Maka setelah dipikir tidak
ada lagi tempat unik yang hendak aku kunjungi, aku pungkas cerita
perjalanan ini dengan meleburkan diri di sebuah pasar yang menjual
pelbagai cinderamata khas Batak dan danau Toba.
Sebenarnya teramat mungkin bahwa aku sudah melewatkan satu, dua, atau
bahkan lebih dari tiga tempat eksotik di pulau ini akibat ketidaktahuan dan
kurangnya riset pendahuluan. Seandainya kamu ikut bersamaku tentu kita
akan menginap saja barang semalam di sebuah villa yang menghadap
danau. Besoknya kita akan susuri keindahan alam yang menakjubkan di
danau dan pulau kecil ini, atau bertanya-tanya ke tourist guide yang
bertebaran di pulau ini untuk bertanya tentang hal apa saja yang telah aku
lewatkan, untuk kemudian mengunjunginya denganmu, bersamaan. Tidaklah
masalah bagiku jikapun dengan itu aku harus melewati malam-malam nan
dramatis lantaran secara tak sengaja melihat patung Sigale-gale yang
tengah menari sendiri.
Masih banyak kisah perjalanan yang menanti di depan. Masih banyak warnawarni negeri yang dalam perjalanannya ini akan kamu temukan, dan
mungkin akan kamu cintai. Aku tak bisa menjamin hanya hal-hal manis saja
yang akan kamu alami. Akan ada rasa lain, akan ada warna lain. Namun jika
hitam pahit getir yang nanti kamu temukan, janganlah pernah khawatir.
Sebab selalu akan ada bahuku yang siap untuk kamu sandari, selalu akan
ada kisah-kisah lucu pelipur lara yang akan aku ceritakan biar tercipta lagi
gelak tawa. Namun ada satu hal yang benar-benar aku pinta darimu, dan
semogalah

permintaan

menemaniku...

ini

tidak

terlalu

tinggi:

jangan

pernah

lelah

Anda mungkin juga menyukai