Dia ganteng dan kaya raya. Ah, semua yang perempuan seusiaku cari ada di dalam diri
seorang Adi.
Semuanya ada, kecuali cinta.
Selama berpacaran dengan Adi, aku kerap menangis dengan pipi lebam.
Ketika aku berstatus mahasiswi, aku tak lagi pacaran dengan Adi. Aku memutuskannya
gara-gara dia kepergok selingkuh dengan seorang siswi baru di sekolah. Bagiku kini
tidak ada satupun lelaki baik di dunia ini, terutama dua: Papah, dan Adi. Ah, aku benci
laki-laki.
******
Kamar hotel 1104, 21.00
Laras sayang
bentar ya om Laras mau bersih-bersih dulu
Sepuluh menit kemudian Laras muncul dengan lingerie berwarna pink. Warna
kesukaannya. Tangannya memegang segelas wine. Bibirnya tersenyum memamerkan
deretan giginya yang putih rapi. Di balik punggung, tangan satunya memegang pisau.
Entah untuk apa.
Tarifmu terlalu mahal sayang but worth it lah, buat gadis secantik kamu
I`m all yours, honey
Laras menyahut, manja.
Kamar hotel 1104, 23.00
Mulut lelaki tua gendut itu memuntahkan busa. Jantungnya tidak lagi berdetak. Ususnya
memburai. Bau darah segar menguar dari sana. Di sampingnya, Laras duduk tenang dan
sesekali tertawa terbahak menyaksikan sebuah acara komedi di channel luar negeri.
Kepingan cerita Maya
Pada setiap waktu kehidupan terus berdenyut. Tak pernah mundur, tak pernah berhenti.
Selalu maju tanpa bisa kau henti. Dan pada setiap waktu itu, amanah dititipkan.
Aku selalu percaya setiap orang dilahirkan dengan sebuah misi kebaikan. Setiap orang
berkewajiban untuk membuat dunia ini menjadi jauh lebih baik. Setidaknya itulah
amanah paling mendasar yang kita punya. Tidak ada satupun orang yang terlahir untuk
keburukan.
Belakangan ini aku tengah terlarut membaca buku harian seseorang bernama Larasati.
Orang yang terlahir baik, namun lingkungan telah mewarnainya dengan warna yang
keliru. Di ujung akhirnya ia kembali menjadi baik, bahkan jauh lebih baik dari sebelumsebelumnya. Perempuan yang luar biasa. Aku tak bisa menahan kekagumanku padanya
Keping cerita Laras
Mimpi-mimpi itu mulai membuatku gila. Aku masih muda, tak mungkin akan mati
begitu saja.
Ini mimpi yang ketiga, mimpi yang sama dan seakan berkaitan. Dalam mimpi yang
pertama, seseorang bertopeng badut mendatangiku. Tanpa bicara, ia menggorok leherku.
Aku tidak mati seketika itu juga, dan aku bisa melihat tubuhku menggelepar-gelepar
sambil menguik mirip babi yang dicekik.
Mimpi yang kedua, badanku serasa seringan kapas. Aku gembira luar biasa karena bisa
melayang kemana-mana kemanapun aku suka. Aku terus saja bergembira, hingga
akhirnya aku melihat sesosok tubuh yang dibalut kafan di tengah ruangan. Tubuh yang
teramat sangat aku kenal. Jasadku tengah diyasini dan ditangisi orang-orang.
Mimpi yang ketiga, aku berada di sebuah ruangan pengap dan gelap. Segalanya serasa
menghimpit, hingga tiba-tiba ada dua makhluk mendatangiku. Makhluk yang aku tak
berani memandang mukanya karena sebuah kengerian yang sukar untuk digambarkan.
Suara makhluk ini mirip petir menggelegar ketika memanggil namaku. Dan ketika aku
terbangun, tanganku masih menggeletar serta telingaku masih berdenyar-denyar.
Tiba-tiba aku takut mati.
Keping cerita Maya
Catatan dalam buku harian ini benar-benar menyedot perhatianku. Kadang aku ingin
menangisi keadaannya, namun selebihnya aku sering menahan kengerian. Sudah aku
ceritakan di awal, bahwa sedari lahir hidupku benar-benar datar dan lurus. Aku baru saja
menemukan realitas hidup yang berbeda ketika menjalani kuliah. Tapi catatan dalam
buku harian ini menawarkan suatu realitas hidup yang jelas amat lain dari biasa. Jauh
dari jangkauan pikiranku. Teramat sangat jauh.
Pada setiap orang, ada ukuran kapasitas dalam menanggung masalahnya sendiri-sendiri.
Satu sama lain akan berbeda. Dan jelas, aku bukan salah satu diantaranya yang akan
sanggup menjalani hidup yang sama dengan yang ada dalam catatan buku harian ini.
Keping cerita Laras
Aku sadar hidup itu punya tanggal kadaluwarsa. Setelah rangkaian mimpi yang aku
ceritakan kemarin, ditambah beberapa mimpi lanjutan yang terlalu mengerikan untuk
aku ceritakan dan ingat-ingat kembali, aku merasa terus dihantui mati, aku benar-benar
ingin berubah. Aku ingin bertobat sebelum terlambat.
Aku ingin belajar memulai shalat, memulai melaksanakan apa yang menjadi
kewajibanku, memulai segalanya dari nol, mencoba menekan tombol reset jika memang
itu ada.
Aku sadar begitu banyak perintah Allah yang aku lalaikan. Termasuk shalat, juga
menutup aurat. Pertama-tama aku memulai memperbaiki shalat, tapi lama kelamaan
setelah banyak membaca buku-buku agama rupanya perintah Allah itu sedemikian
banyak. Jadi mengapa juga harus aku beda-bedakan?
Dari situlah awal mula aku berhijab. Hingga kini, dan nanti jika aku mati.
Dan demi Allah, sejak saat ini aku bertekad. Aku tidak akan membiarkan diriku menjadi
keledai bodoh yang terperosok kedua kali di dalam lubang yang sama. Aku bertekad
untuk benar-benar bertobat dan tidak akan kembali ke lembah yang sama.
Dan dalam kedalaman hati, aku bersumpah. Jikalau kelak diberi keturunan maka aku
akan mendidiknya sebaik-baiknya agar ia lebih awal dariku dalam mengenal dan
menaati Tuhannya.
Keping cerita Maya
Pada setiap pagi yang dingin waktu serasa melambat. Kuncup-kuncup bunga yang mulai
bermekaran di pekarangan selalu menahan langkahku untuk tidak berjalan cepat-cepat.
Andai waktu bisa aku tunggangi, mungkin akan selalu ada saat dimana aku ingin diam
saja sejenak di sini. Membaui bunga, membaui harum pagi.
May?
Nama
Maman Abdurohman
Tanggal Lahir
21 September 1987
allawimandan@gmail.com
No. KTP
3210102109870001
Nomor HP
081377186126 / 082365434138