Anda di halaman 1dari 6

Buku Harian Laras

Keping cerita Maya


Pada setiap kepala, kita menitipkan cerita. Ada yang meminta untuk diselesaikan, ada
yang sekedar ingin untuk didengarkan. Ada cerita yang menggerakan, ada juga yang
mengerikan. Ada yang mengundang simpati, ada yang mengundang iri. Dan dari semua
cerita yang dititipkan orang-orang kepadaku, ada sebuah cerita yang untuk suatu alasan,
mau tak mau aku masuk ke dalamnya. Cerita tentang seseorang bernama Larasati.
Orang-orang biasa memanggilnya Laras.
Ahya, perkenalkan namaku Maya. Aku sulung dari empat bersaudara. Masa kecilku aku
habiskan dari pesantren ke pesantren. Bergumul dengan kitab-kitab berwarna kuning
dan bait-bait hapalan adalah makanan keseharian. Masalah hidup terberatku sejauh ini
hanyalah bagaimana sebanyak-banyaknya mengejar setoran hapalan. Di luar itu
semuanya aku anggap ringan.
Ketika teman-teman di sekolah masing-masing memulai masa pacaran, tak sedikitpun
terbersit sebuah keinginan untuk ikut-ikutan. Aku nyaman dengan diriku sendiri,
rasanya cukup bagiku dengan keberadaan teman-teman. Aku tak ingin siapapun masuk
ke duniaku dan mengusik semua kenyamanan yang saat ini aku rasakan.
Kini aku sudah berkuliah. Semua yang aku lihat perlahan terasa berubah. Hal itu terjadi
semenjak aku ikut-ikutan gerakan tarbiyah. Semua orientasiku dulu yang apapun itu
kini sudah berubah. Semuanya yang kulakukan kini aku niatkan demi dakwah.
Keping cerita Laras
Namaku Larasati. Orang-orang memanggilku Laras. Hidupku berawal dari sebuah
kehamilan tanpa pernikahan. Perempuan yang mengandungku, seseorang yang lantas
aku panggil Mamah, kerap berniat ingin mengugurkanku andai lelaki penanam benih itu
tak kerap mencegah niatnya untuk menggugurkan.
Lelaki penanam benih itu, yang lantas aku panggil Papah, meninggalkan Mamah ketika
usiaku belum genap menggapai angka tiga. Kabur, tergoda perempuan lain. Cuma dua
hal yang ditinggalkan Papah untuk Mamah. Aku, dan rasa dendam akan apapun yang
mengingatkan Mamah akan lelaki itu. Aku termasuk dalam keduanya.
Maka tak heran, jika kemudian aku tumbuh sebagai bulan-bulanan Mamah.
Di usia tujuh belas aku menjelma menjadi gadis remaja yang cantik. Segala kriteria
kecantikan yang didamba perempuan ada padaku. Aku pun punya pacar, namanya Adi.
1

Dia ganteng dan kaya raya. Ah, semua yang perempuan seusiaku cari ada di dalam diri
seorang Adi.
Semuanya ada, kecuali cinta.
Selama berpacaran dengan Adi, aku kerap menangis dengan pipi lebam.
Ketika aku berstatus mahasiswi, aku tak lagi pacaran dengan Adi. Aku memutuskannya
gara-gara dia kepergok selingkuh dengan seorang siswi baru di sekolah. Bagiku kini
tidak ada satupun lelaki baik di dunia ini, terutama dua: Papah, dan Adi. Ah, aku benci
laki-laki.
******
Kamar hotel 1104, 21.00
Laras sayang
bentar ya om Laras mau bersih-bersih dulu
Sepuluh menit kemudian Laras muncul dengan lingerie berwarna pink. Warna
kesukaannya. Tangannya memegang segelas wine. Bibirnya tersenyum memamerkan
deretan giginya yang putih rapi. Di balik punggung, tangan satunya memegang pisau.
Entah untuk apa.
Tarifmu terlalu mahal sayang but worth it lah, buat gadis secantik kamu
I`m all yours, honey
Laras menyahut, manja.
Kamar hotel 1104, 23.00
Mulut lelaki tua gendut itu memuntahkan busa. Jantungnya tidak lagi berdetak. Ususnya
memburai. Bau darah segar menguar dari sana. Di sampingnya, Laras duduk tenang dan
sesekali tertawa terbahak menyaksikan sebuah acara komedi di channel luar negeri.
Kepingan cerita Maya

Pada setiap waktu kehidupan terus berdenyut. Tak pernah mundur, tak pernah berhenti.
Selalu maju tanpa bisa kau henti. Dan pada setiap waktu itu, amanah dititipkan.
Aku selalu percaya setiap orang dilahirkan dengan sebuah misi kebaikan. Setiap orang
berkewajiban untuk membuat dunia ini menjadi jauh lebih baik. Setidaknya itulah
amanah paling mendasar yang kita punya. Tidak ada satupun orang yang terlahir untuk
keburukan.
Belakangan ini aku tengah terlarut membaca buku harian seseorang bernama Larasati.
Orang yang terlahir baik, namun lingkungan telah mewarnainya dengan warna yang
keliru. Di ujung akhirnya ia kembali menjadi baik, bahkan jauh lebih baik dari sebelumsebelumnya. Perempuan yang luar biasa. Aku tak bisa menahan kekagumanku padanya
Keping cerita Laras
Mimpi-mimpi itu mulai membuatku gila. Aku masih muda, tak mungkin akan mati
begitu saja.
Ini mimpi yang ketiga, mimpi yang sama dan seakan berkaitan. Dalam mimpi yang
pertama, seseorang bertopeng badut mendatangiku. Tanpa bicara, ia menggorok leherku.
Aku tidak mati seketika itu juga, dan aku bisa melihat tubuhku menggelepar-gelepar
sambil menguik mirip babi yang dicekik.
Mimpi yang kedua, badanku serasa seringan kapas. Aku gembira luar biasa karena bisa
melayang kemana-mana kemanapun aku suka. Aku terus saja bergembira, hingga
akhirnya aku melihat sesosok tubuh yang dibalut kafan di tengah ruangan. Tubuh yang
teramat sangat aku kenal. Jasadku tengah diyasini dan ditangisi orang-orang.
Mimpi yang ketiga, aku berada di sebuah ruangan pengap dan gelap. Segalanya serasa
menghimpit, hingga tiba-tiba ada dua makhluk mendatangiku. Makhluk yang aku tak
berani memandang mukanya karena sebuah kengerian yang sukar untuk digambarkan.
Suara makhluk ini mirip petir menggelegar ketika memanggil namaku. Dan ketika aku
terbangun, tanganku masih menggeletar serta telingaku masih berdenyar-denyar.
Tiba-tiba aku takut mati.
Keping cerita Maya
Catatan dalam buku harian ini benar-benar menyedot perhatianku. Kadang aku ingin
menangisi keadaannya, namun selebihnya aku sering menahan kengerian. Sudah aku
ceritakan di awal, bahwa sedari lahir hidupku benar-benar datar dan lurus. Aku baru saja
menemukan realitas hidup yang berbeda ketika menjalani kuliah. Tapi catatan dalam

buku harian ini menawarkan suatu realitas hidup yang jelas amat lain dari biasa. Jauh
dari jangkauan pikiranku. Teramat sangat jauh.
Pada setiap orang, ada ukuran kapasitas dalam menanggung masalahnya sendiri-sendiri.
Satu sama lain akan berbeda. Dan jelas, aku bukan salah satu diantaranya yang akan
sanggup menjalani hidup yang sama dengan yang ada dalam catatan buku harian ini.
Keping cerita Laras
Aku sadar hidup itu punya tanggal kadaluwarsa. Setelah rangkaian mimpi yang aku
ceritakan kemarin, ditambah beberapa mimpi lanjutan yang terlalu mengerikan untuk
aku ceritakan dan ingat-ingat kembali, aku merasa terus dihantui mati, aku benar-benar
ingin berubah. Aku ingin bertobat sebelum terlambat.
Aku ingin belajar memulai shalat, memulai melaksanakan apa yang menjadi
kewajibanku, memulai segalanya dari nol, mencoba menekan tombol reset jika memang
itu ada.
Aku sadar begitu banyak perintah Allah yang aku lalaikan. Termasuk shalat, juga
menutup aurat. Pertama-tama aku memulai memperbaiki shalat, tapi lama kelamaan
setelah banyak membaca buku-buku agama rupanya perintah Allah itu sedemikian
banyak. Jadi mengapa juga harus aku beda-bedakan?
Dari situlah awal mula aku berhijab. Hingga kini, dan nanti jika aku mati.
Dan demi Allah, sejak saat ini aku bertekad. Aku tidak akan membiarkan diriku menjadi
keledai bodoh yang terperosok kedua kali di dalam lubang yang sama. Aku bertekad
untuk benar-benar bertobat dan tidak akan kembali ke lembah yang sama.
Dan dalam kedalaman hati, aku bersumpah. Jikalau kelak diberi keturunan maka aku
akan mendidiknya sebaik-baiknya agar ia lebih awal dariku dalam mengenal dan
menaati Tuhannya.
Keping cerita Maya
Pada setiap pagi yang dingin waktu serasa melambat. Kuncup-kuncup bunga yang mulai
bermekaran di pekarangan selalu menahan langkahku untuk tidak berjalan cepat-cepat.
Andai waktu bisa aku tunggangi, mungkin akan selalu ada saat dimana aku ingin diam
saja sejenak di sini. Membaui bunga, membaui harum pagi.
May?

Aku menoleh ke arah sumber suara.


eh, Ummi. Kenapa Mi?
ada yang ketinggalan nih sayang
eh apa emang yang ketinggalan Mi?
pipi Ummi belum dicium nih sayang
Aku tergelak mendengarnya.
idiiiih Ummi genit ih
Ada orang baik, ada orang yang pura-pura baik. Perempuan yang telah mengandungku
ini, yang aku panggil Ummi, jelas termasuk jenis yang pertama. Meski dalam hati aku
merasa teramat bersalah sudah lancang membaca buku harian masa lalunya, namun poin
terbaiknya adalah: aku makin sayang sama Ummi, pemilik buku harian Laras ini.

Nama

Maman Abdurohman

Tanggal Lahir

21 September 1987

Email

allawimandan@gmail.com

No. KTP

3210102109870001

Nomor HP

081377186126 / 082365434138

Anda mungkin juga menyukai