tidak signifikan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bukti dari penelitian
empiris terhadap manfaat dari keuangan mikro, belum dapat disimpulkan (Cull,
Dermiguc-Kunt dan Morduch, 2008).
Untuk mengevaluasi dampak dari pembiayaan terhadap kemiskinan dan
distribusi pendapatan, kita tidak bisa melihat dampak langsungnya terhadap
rumah tangga. Teori-teori yang telah disebutkan sebelumnya menunjukkan
bahwa dampak yang dihasilkan merupakan dampak tidak langsung dari
pengembangan keuangan melalui tenaga kerja dan produk. Dengan demikian,
dampak-dampak ini tidak dapat dianalisis melalui keuangan mikro sehingga
diperlukan pendekatan yang lebih bersifat makro.
Sebagai contoh, Beck, Dermiguc-Kunt dan Levine (2007) melakukan
penelitian mengenai hubungan antara perkembangan keuangan dan perubahan
dalam tingkat kemiskinan absolut serta distribusi pendapatan. Mereka
mengunakan regresi antar negara dengan data dari tahun 1960 sampai dengan
tahun 2005. Mereka menemukan bahwa sistem keuangan yang mendalam tidak
hanya mempercepat pertumbuhan nasional melainkan juga mempercepat
peningkatan bagian pendapatan dari kelompok termiskin. Mereka juga
menemukan hubungan negatif antara pengembangan finansial dan tingkat
pertumbuhan dari koefisien Gini yang berarti bahwa pembiayaan mengurangi
ketimpangan pendapatan. Walaupun penelitian tersebut dapat menangkap efek
secara makro, penelitian tersebut masih memiliki kendala dalam hal yang sama
dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu masalah identifikasi. Namun
demikian, hasil penelitian tersebut sama dengan hasil penelitian yang
menggunakan model general equilibrium yang menyimpulkan bahwa dalam
jangka panjang, pengembangan finansial berhubungan dengan penurunan
tingkat ketimpangan pendapatan.
Pengembangan
finansial
mendorong
tingkat
pertumbuhan
dan
meningkatkan
distribusi
pendapatan,
dengan
demikian
seharusnya
pengembangan finansial juga dapat menurunkan tingkat kemiskinan. Penelitian
Beck, Dermiguc-Kunt, dan Levine (2007) menemukan bahwa pembiayaan
berdampak positif terhadap penurunan angka kemiskinan. Negara-negara
dengan tingkat pengembangan finansial yang lebih tinggi mengalami penurunan
yang lebih cepat dalam angka populasi penduduk yang memiliki pendapatan di
bawah satu dolar per hari selama tahun 1980-an dan 1990-an. Honohan (2004)
juga menemukan bahwa bahkan pada tingkat pendapatan rata-rata yang sama,
ekonomi dengan sistem keuangan yang lebih dalam memiliki lebih sedikit
penduduk miskin.
Selain penelitian-penelitian di atas, Beck, Levine, dan Levkov (2007) juga
melakukan penelitian mengenai dampak perubahan kebijakan dalam sistem
keuangan terhadap ketimpangan pendapatan. Mereka meneliti perubahan
regulasi bank US dan menemukan bahwa terjadi penurunan koefisien Gini yang
kecil namun secara statistik signifikan jika dibandingkan dengan negara bagian
lain serta sebelum adanya regulasi tersebut. Mereka juga menemukan bahwa
penyebab utama penurunan koefisien Gini tersebut bukan disebabkan oleh
meningkatnya kewirausahaan melainkan oleh efek tidak langsung dari kenaikan
permintaan tenaga kerja dan upah yang lebih tinggi. Burgess dan Pande (2005)
juga telah melakukan penelitian serupa mengenai kebijakan penambahan
cabang bank yang dilakukan oleh Pemerintah India. Mereka menemukan bahwa
ekspansi bank-bank tersebut mengurangi 60% kemiskinan di pedesaan,
kebanyakan melalui peningkatan aktivitas non-pertanian khususnya peningkatan
dalam aktivitas manufaktur yang dilakukan secara informal. Namun demikian,
kebijakan tersebut juga mengakibatkan kerugian besar yang ditimbulkan oleh
bank dengan adanya tingkat bunga yang disubsidi dan kerugian terkait pinjaman
yang tinggi yang berdampak pada biaya jangka panjang yang signifikan.
Walaupun sebagian besar bukti menunjukkan bahwa pengembangan
finansial mengurangi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan, kita masih
belum dapat melihat dengan jelas bagaimana proses terjadinya dampak
tersebut. Sebagai contoh seberapa pentingkah penyediaan pinjaman secara
langsung bagi warga miskin? Apakah lebih penting untuk meningkatkan fungsi
sistem keuangan sehingga dapat memperluas akses terhadap perusahaan dan
rumah tangga yang sudah ada atau lebih penting untuk memperluas akses bagi
mereka yang belum tersentuh oleh sistem keuangan tersebut? Pada sebagian
besar negara, peningkatan efisiensi memerlukan akses yang lebih luas melebihi
kebutuhan yang ada saat ini. Penelitian empiris lainnya dengan menggunakan
data mikro dan metodologi yang berbeda diperlukan untuk memahami
mekanisme pengaruh pembiayaan terhadap distribusi pendapatan dan
kemiskinan.
Bukti-bukti empiris yang diuraikan di atas menyatakan bahwa negaranegara dengan pengembangan sistem keuangan yang lebih baik, tumbuh lebih
cepat dan pertumbuhan ini secara tidak proporsional menguntungkan kalangan
miskin. Oleh karena itu, penetapan pengembangan finansial sebagai prioritas
oleh para pengambil kebijakan, merupakan keputusan yang logis. Akan tetapi,
pengembangan finansial berbeda-beda di berbagai negara. Apakah yang
menyebabkan sebagian negara mengembangkan sistem keuangan yang
mendorong pertumbuhan sementara sebagian negara lain tidak dapat
melakukannya? Jika pembiayaan penting bagi pengembangan ekonomi, apa
yang dapat dilakukan pemerintah untuk memastikan adanya sistem keuangan
yang berfungsi dengan baik? Bagian selanjutnya akan membahas pertanyaanpertanyaan tersebut.
Levine, 2005). Di negara-negara dengan sistem hukum yang lebih efektif, sistem
keuangannya lebih efisien dan memiliki tingkat bunga yang lebih rendah
(Demirguc-Kunt, Laeven dan Levine, 2004).
Ketersediaan informasi yang berkualitas dan tepat waktu juga penting
karena hal tersebut membantu mengurangi asimetri informasi antara peminjam
dan pemberi pinjaman. Pemerintah dapat memainkan peran yang penting dalam
proses penyediaan informasi ini. Pengembangan register kredit publik dapat
menurunkan masuknya pihak swasta, namun di sisi lain, hal tersebut justru
mendorong masuknya sektor swasta untuk memberikan pelayanan yang lebih
komprehensif. Pemerintah juga berperan dalam menciptakan dan mendukung
adanya sistem hukum yang diperlukan untuk mengatasi konflik yang timbul,
pelaksanaan
kontrak, serta penguatan
infrastruktur akuntansi
guna
memungkinkan adanya pengembangan finansial.
Penelitian empiris menunjukkan bahwa volume kredit bank, lebih tinggi
secara signifikan pada negara-negara dimana berbagi informasi lebih sering
dilakukan (Jappelli dan Pagano, 2002; dan Djankov, McLeish dan Shleifer, 2007).
Perusahaan-perusahaan juga melaporkan bahwa hambatan pendanaan lebih
rendah dengan adanya informasi kredit yang lebih baik (Love and Mylenko,
2003). Detragiache, Gupta dan Tressel (2005) menemukan bahwa akses
terhadap informasi yang lebih baik dan pelaksanaan kontrak yang lebih cepat
berpengaruh terhadap terciptanya sistem keuangan yang lebih dalam.
Dibandingkan dengan negara-negara dengan tingkat pendapatan tinggi, pada
negara-negara dengan tingkat pendapatan rendah, faktor informasi lebih
berperan daripada penegakan hukum (Djankov et al., 2007).