Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Angka kematian maternal, neonatal dan perinatal ditemukan cukup tinggi pada
hampir semua negara berkembang. Kematian umumnya terjadi pada masa rawan yang
berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran. Oleh karena itu, perlunya menjaga
kehamilan sejak dini sangat penting. Salah satu program yang terkait adalah melakukan
antenatal care. Antenatal Care merupakan suatu program berupa observasi, edukasi
dan penanganan medik pada ibu hamil. Tujuan dari program ini adalah menjadikan
kehamilan dan persalinan sebagai suatu pengalaman yang aman (Lisnawati, 2011).
Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO),
kematian akibat infeksi tetanus di negara berkembang 135 kali lebih tinggi dibanding
dengan negara maju. Hal ini merupakan masalah besar di 57 negara berkembang
termasuk Indonesia (Hasselquist, 2006).
Program imunisasi dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1956. Kementerian
Kesehatan melaksanakan Program Pengembangan Imunisasi (PPI) pada anak dalam
upaya menurunkan kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I),
yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B. Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1611/MENKES/SK/XI/2005, program
pengembangan imunisasi mencakup satu kali HB-0, satu kali imunisasi BCG, tiga kali
imunisasi DPT-HB, empat kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak.
Imunisasi BCG diberikan pada bayi umur kurang dari tiga bulan; imunisasi polio pada
bayi baru lahir, dan tiga dosis berikutnya diberikan dengan jarak paling cepat empat
minggu; imunisasi DPT-HB pada bayi umur dua bulan, tiga bulan empat bulan dengan

interval minimal empat minggu; dan imunisasi campak paling dini umur sembilan
bulan. (Riskesdas, 2013)
Program imunisasi merupakan salah satu program penting di sektor kesehatan.
Program imunisasi ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan
kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen
lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit
tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika
vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin
tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika
nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka
antibodi akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya
(Atikah,2010).

Jenis Imunisasi Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak


menimbulkan efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu imunisasi aktif
Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar
nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap
antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan merespon.
imunisasi pasif Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara
pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi
yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui
placenta) atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk
dalam tubuh yang terinfeksi (Atikah,2010,pp.10-11).

Di indonesia terdapat macam imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah (imunisasi


dasar) dan ada juga yang hanya dianjurkan. Imunisasi wajib di indonesia sebagaimana
telah diwajibkan oleh WHO ditambah dengan hepatitis B, sedang imunisasi yang hanya
dianjurkan oleh pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian yang luar
biasa atau penyakit endemik atau untuk kepentingan tertentu (bepergian) misalnya
jemaah haji yang disuntikkan imunisasi meningitis. Beberapa imunisasi dasar yang
diwajibkan oleh pemerintah (program imunisasi PPI) adalah imunisasi BCG, Polio,
hepatitis B, DPT, Campak. Adapun imunisasi yang yang dianjurkan (non PPI) yaitu
imunisasi MMR, Haemophilus in uenzae tipe B (Hib), demam tifoid, varisela, hepatitis
A, rabies, in uenza, pnemokokus, rotavirus, kolera + ETEC, yellow fever,
meningokokus, Human Papilloma Virus (HPV).
Penyakit Tetanus adalah merupakan penyakit yang di sebabkan oleh kuman bakteri
Clostridium Tetani. Kejadian tetanus yang dijumpai di negara yang telah berkembang
tetapi masih seringnya kejadian tetanus pada bayi baru lahir (tetanus neonatorum).
Penyakit terjadi karena kuman Clostridium tetani memasuki tubuh bayi melalui tali pusat
yang kurang terawat. Kejadian seperti ini sering kali ditemukan pada persalinan yang
dilakukan oleh dukun kampung akibat memotong tali pusat memakai pisau atau sembilah
bambu yang tidak steril. Tali pusat mungkin pula dirawat dengan berbagai ramuan, abu,
daun-daun dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk mencegah kejadian tetanus
neonatorum ini adalah dengan pemberian imunisasi (Depkes RI, 2008).
Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) yang merupakan proses untuk membangun
kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Imunisasi TT ini bisa
diberikan pada ibu hamil trimester I sampai dengan trimester III (Depkes RI, 2008).

Dalam pelayanan ibu hamil (antenatal) baik pada K1 atau K4, ibu hamil akan
diberikan imunisasi TT sebagai upaya perlindungan ibu dan bayinya dari kemungkinan
terjadi tetanus pada waktu persalinan. Oleh karena itu pemberian imunisasi TT
merupakan suatu keharusan pada setiap ibu hamil. Namun sampai saat ini masih ada ibu
hamil yang kurang memperhatikan faktor dan hal yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin diantaranya adalah masih ada ibu hamil yang
belum mengikuti program imunisasi Tetanus Toxoid (TT) yang seharusnya didapatkan 2
kali pada masa kehamilan (Depkes RI, 2008).
Target sasaran cakupan imunisasi TT dirasa masih minimal dengan terlihat masih
banyaknya ibu hamil yang tidak melakukan imunisasi TT. Salah satu faktor penyebabnya
adalah terbatasnya pengetahuan tentang manfaat atau pentingnya imunisasi TT. Oleh
karena itu upaya untuk membuat pelayanan imunisasi dapat berjalan optimal dan timbul
rasa memiliki dari masyarakat terhadap pelayanan imunisasi TT pada ibu hamil maka
perlu kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak misalnya: tokoh masyarakat,
tokoh agama dan lintas sektoral (Depkes RI, 2008).
Bersadarkan Profil kesehatan Indonesia tahun 2011 cakupan TT2 selama tahun
2003-2007 yang cenderung menurun, namun selama empat tahun terakhir terjadi
peningkatan cakupan TT2 dari 26% pada tahun 2007 menjadi 70% pada tahun 2011 dan
merupakan cakupan tertinggi semenjak lima tahun terakhir. (Depkes RI, 2011).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, ditanyakan juga pada responden perempuan pernah
kawin berapa kali diberi imunisasi TT sebelum dan sesudah menikah. Pada perempuan
hamil diketahui sekitar 31 persen mendapat imunisasi TT hanya 1 kali (Depkes RI,
2011).

Berdasarkan hasil laporan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012
cangkupan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) di Kabupaten atau kota di jawa barat adalah
jumlah ibu hamil di jawa barat 1.042.832 jiwa. Yang menerima TT-1 sekitar 824,640 jiwa
(79,1 %), yang menerima TT-2 yaitu 757.348 (72,6 %) , yang menerima TT-3 126.931
(12,2%), yang menerima TT-4 83.196 (8 %), yang menerima TT-5 68.517 (6,6 %).
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui
panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo,2011).
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang
sudah melibatkan faktor-faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoatmodjo,2011).
Pengetahuan dan sikap adalah domain dari terbentuknya perilaku seseorang, perilaku yang
didasari dengan pengetahuan dan sikap yang positif maka perilaku tersebut bersifat adaptif
(Rogers,1974 dalam Notoatmojo, 2011).
Dari faktor-faktor di atas, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemberian
imunisasi TT pada ibu hamil yaitu diperlukannya pengetahuan dan kesadaran ibu tentang
manfaat imunisasi TT, karena imunisasi TT baik untuk kekebalan tubuh terhadap infeksi
tetanus karena ibu tahu bahwa imunisasi TT akan memberikan kekebalan pada ibu sendiri
dan janinnya. Dimana tingkat pengetahuan akan mempengaruhi sikap individu. Semakin
banyak pengetahuan ibu tentang pentingnya kesehatan maka akan makin tinggi tingkat
kesadaran ibu untuk berperan serta dalam kegiatan posyandu atau imunisasi (Depkes RI,
2007). Program imunisasi TT juga dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh-sungguh dari

orang yang memiliki pegetahuan dan komitmen yang tinggi terhadap imunisasi (Muhammad,
2002).
Dari studi pendahuluan yang di lakukan di Puskesmas Merdeka , pada bulan Oktober
2014 dari 3 kelurahan yang terdapat di Puskesmas Merdeka cakupan yang terendah dari 3
kelurahan tersebut adalah kelurahan Tegallega yaitu sasaran ibu hamil sebesar 428 yang
mendapatkan TT-1 hanya 159 atau 37,1%.
Oleh karena itu berdasarkan pada masalah diatas dan di wilayah Puskesmas Merdeka
Kecamatan Bogor Timur termasuk daerah dengan angka cakupan imunisasi TT yang kurang
dari target sasaran yaitu minimal 70% dan juga belum ada yang melakukan penelitian di
wilayah Puskesmas Merdeka maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Terhadap Imunisasi TT dengan Pemberian Imunisasi TT
Pada ibu hamil di Puskesmas Merdeka.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka peneliti membuat rumusan masalah
sebagai berikut Bagaimana Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap
Imunisasi Tetanus Toxoid?"
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil
Terhadap Imunisasi Tetanus Toxoid di Poliklinik Kesehatan Ibu & Anak di Puskesmas
Merdeka

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya karakteristik ibu hamil dalam pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (usia,
pendidikan , pekerjaan, gravida, dan ekonomi).
Diketahuinya Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Imunisasi Tetanus Toxoid di
Poliklinik Kesehatan Ibu & Anak di Puskesmas Merdeka
C. Manfaat
1. Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan, pengalaman dan meningkatkan pengetahuan tentang proses dan
cara-cara penelitian deskriptif.
b. Mendapatkan informasi mengenai Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap
Imunisasi Tetanus Toxoid di Poliklinik Kesehatan Ibu & Anak di Puskesmas Merdeka
2. Bagi Institusi Program Studi Keperawatan Bogor
a. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa kesehatan, khususnya mahasiswa keperawatan
tentang keperawatan maternitas mengenai senam hamil.
b. Sebagai data dasar penelitian selanjutnya.
3. Bagi Instansi Terkait (Puskesmas Merdeka)
c. Memberikan bahan masukan mengenai Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil
Terhadap Imunisasi Tetanus Toxoid di Poliklinik Kesehatan Ibu & Anak di Puskesmas
Merdeka
Bagi Responden

d. Sebagai bahan evaluasi terkait Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap
Imunisasi Tetanus Toxoid

Anda mungkin juga menyukai