Anda di halaman 1dari 5

Buletin Veteriner Udayana

ISSN : 2085-2495

Vol.1 No.1. :7-11


Pebruari 2009

MENCIT BALB/C DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI HEWAN MODEL


PENELITIAN VIRUS PENYAKIT JEMBRANA
(The use of Balb/c for the Animal Model to Study of Jembrana Disease Virus)
I Ketut Berata
Laboratorium Patologi FKH Unud
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mempelajari mencit Balb/c sebagai hewan model penelitian
virus penyakit Jembrana. Penelitian menggunakan 32 ekor mencit yang dibagi atas 2
kelompok perlakuan. Kelompok 1 digunakan sebagai kontrol (placebo), sedangkan
kelompok 2 divaksin dengan vaksin limpa (JD.vacc.sp.15). Masing-masing mencit
disuntikkan 0,2 ml vaksin JD secara intraperitoneal, setiap dua minggu sekali sampai 4 kali.
Seminggu pasca vaksinasi ke-4, semua mencit dinekropsi dan limfosit dari limpa diisolasi
untuk uji respon kekebalan seluler dengan uji MTT.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
respon kekebalan seluler akibat divaksin dengan vaksin limpa lebih tinggi (rata-rata =
1,3819) dari pada kontrol (placebo)(rata-rata = 1,2194). Analisis statistik diperoleh bahwa
perbedaan tersebut bermakna (p<0,05). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
mencit BALB/c dapat digunakan sebagai hewan model penelitian virus penyakit Jembrana.
Kata Kunci : Mencit Balb/c, Hewan model, Antigen JDV
ABSTRACT
The presents study axamines the use of Balc/c mice for the animal model to study of
Jembrana disease virus. Thirsty two mice were devided in two group (Treated and control
group).Mice in the treated group were injected0,2 cc spleen vaccine (JD Vacc. sp.15). The
mice were injected by intra peritoneal route, for every two week until 4 time of
treatment.The celluler immune response of treated mice was significantly hygest that the
control mice. The result of the studyindicated that the Balb/c mice is useful for the animals
models to study of Jembrana disease virus.
Key words : BALB/c mice, animal model, JDV-antigen
apabila dapat dilakukan pada hewan

PENDAHULUAN
Penelitian

virus

atau Jembrana
terhambat

Jembrana

model yang kecil, tetapi memiliki efek

virus (JDV)

penyakit yang mirip dengan hospes

penyakit
disease

hambat

karena

definitifnya.

sulitnya

mencari hewan model. Hal ini disebabkan

Penelitian

oleh karakteristik JDV yang dilaporkan

menginokulasikan antigen JDV pada

hanya tumbuh dalam limfosit sapi Bali

mencit BALB/c yang dilakukan oleh

dan tidak membunuh hewan kecil seperti

Mantik

mencit,

kelinci

dipublikasi), menunjukkan adanya respon

(Kertayadnya, et al., 1996). Penelitian

positif dibandingkan pada kelinci. Hasil

suatu agen penyakit dapat lebih intensif

uji ELISA dan Westernimmunoblotting

marmut

dan

pendahuluan

Astawa

(2005,

dengan

belum

Buletin Veteriner Udayana


ISSN : 2085-2495

Vol.1 No.1. :7-11


Pebruari 2009

tampak adanya antibodi akibat inokulasi

Makan berupa pelet dan minum air

JDV

PDAM, diberikan ad libitum.

pada

mencit

BALB/c.

Hasil

penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan

Pembuatan Vaksin Limpa.

teknik-teknik lain. Jika penelitian diatas


Vaksin

digunakan antigen JDV dari limfosit sapi


terinfeksi penyakit
inokulat,

maka

laboratorium

dengan

sp.15)

perlu

Bioteknologi

BBV

Denpasar. Sapi diinokulasi dengan JDV

menggunakan antigen dalam vaksin limpa


(JD Vacc

sesuai standar

pembuatan vaksin yang dilakukan di

Jembrana sebagai
penelitian

limpa dibuat

isolat

dilakukan.

Tabanan-87

(koleksi

BBV

Denpasar). Pada demam hari kedua, sapi

Penelitian respon terhadap bahan vaksin

dinekropsi dan limpa diambil secara

ini perlu dilakukan pada mencit, dalam

aseptis.

upaya pengembangan uji bahan vaksin

Sel

limfosit

dalam

limpa

dikeluarkan dan dicuci dengan PBS (Ph

alternatif terhadap penyakit Jembrana.

7,2-7,4) steril. Sel limfosit asal limpa


Infeksi

Lentivirus

bersifat

tersebut disuspensikan dengan PBS yang

kronis. Tetapi JDV merupakan Lentivirus

mengandung 1% triton-X-100 sampai

yang menyebabkan infeksi akut pada sapi

konsentrasi limfositnya 15%. Triton X-

Bali (Campbell, 1977). Jika fase akut

100 dipakai untuk menginaktifkan JDV

terlewati, biasanya terjadi kesembuhan

yang ada dalam sel limfosit. Setelah

apabila

dihomogenkan

melewati

umumnya

fase

akut.

Proses

dengan

blender,

kesembuhan ini dilaporkan akibat dari

ditambahkan adjuvan minyak mineral

peran respon kekebalanseluler (Dharma,

(produksi Vaksindo, Jakarta). Campuran

1996).

penelitian

suspensi sel limfosit dan adjuvan ini

pemberian vaksin penyakit Jembrana

diemulsikan dengan mesin emulgator.

pada mencit diarahkan pada uji respon

Proses emulsi dilakukan sampai terbentuk

kekebalan seluleryang ditimbulkan.

emulsi yang sempurna antara fase air

MATERI DAN METODE

(suspensi limfosit limpa dalam PBS) dan

Oleh

karena

itu,

fase minyak (adjuvan). Emulsi air dalam

Penyiapan Mencit

minyak yang sempurna ditandai dengan


Mencit yang digunakan sebanyak 32 ekor

tidak pecahnya campuran tersebut bila

dari strain BALB/c, betina, umur 2 bulan


dan berat
diperoleh

diteteskan di permukaan air.

badan 20-30 gr. Mencit


dari

VeterinerDenpasar.

Balai
Mencit

Imunisasi pada Mencit

Besar
dipelihara

Pada penelitian ini 32 ekor mencit dibagi

dalam kandang kawat berukuran 3040

atas 2 kelompok secara acak. Kelompok I

cm. Setiap kandang ditempatkan 4 ekor

terdiri dari 16 ekor mencit, disuntikkan

mencit. Alas kandang adalah sekam padi.

PBS 0,2 ml secara intraperitoneal sebagai


kontrol dan kelompok II terdiri dari 16
8

Buletin Veteriner Udayana


ISSN : 2085-2495

Vol.1 No.1. :7-11


Pebruari 2009

ekor mencit, disuntikkan dengan vaksin

triton X-100 1% dalam PBS, dan inkubasi

limpa. Masing-masing mencit disuntikkan

selama

0,2 ml vaksin secara intraperitoneal,

Campuran kemudian disentrifus 3.000

sebanyak 4 x, yang berselang waktu 2

rpm

minggu. Mencit tetap dipelihara dalam

ditampung ke dalam tabung sentrifus 10

kandang dan diberi makan dan minum ad

ml. Protein dalam cairan supernatan

libitum.

dipresipitasi dengan penambahan alkohol

jam

selama

absolut

Pengukuran Respon Kekebalan Seluler

pada

10

-20OC.

suhu

menit.

(perbandingan

Supernatan

bagian

supernatan, 5 bagian alkohol absolut).


Respon

kekebalan

seluler

diukur

Presipitasi

berdasarkan daya proliferasi sel limfosit


mencit

setelah

diperlakukan

mencit

menggunakan
thiazole-2,y

diukur

reagen
2,5

dalam

supernatan

kemudian disentrifus dengan kecepatan

sesuai

14.000 rpm selama 1 menit. Supernatan

kelompok perlakuan. Daya proliferasi sel


limfosit

protein

dibuang

dengan

dan

dikeringkan

(3-dimethyl

endapan

sampai

kemudian

semua

bagian

alkoholnya menguap. Endapan protein

diphenyltetrazolium

kemudian dilarutkan kembali dalam PBS,

bromide), yang sering disingkat dengan

dan

uji MTT. Mitogen yang digunakan pada

disterilkan

dengan

cara

filtrasi

dengan milipore filter 0,22 m.

uji MTT adalah whole protein virus asal


limpa sapi bali terinfeksi JDV. Whole

Seminggu pasca vaksinasi ke-4, mencit

protein virus disiapkan dari sel limfosit

dinekropsi dan secara aseptis limpa

asal limpa sapi Bali yang terinfeksi JDV.

diambil.

Limpa seberat 0,2 gram ditampung dalam

ditampung dalam cawan petri steril yang

cawan petri yang berisi 1,5 ml PBS.

berisi 1,5 ml media DMEM tanpa serum.

Limpa kemudian dikorek-korek untuk

Sel limfosit kemudian dipisahkan dari

menguraikan

dengan

limpa mencit, menggunakan 2 jarum

jarum suntik 23 G yang ujungnya telah

suntik yang dibengkokkan, dengan jarum

dibengkokkan. Sel limfosit yang keluar

23 G. Satu jarum digunakan untuk

dari limpa sapi ditampung dalam tabung

memegang limpa dan satu jarum lagi

sentrifus, dan dicuci satu kali dalam PBS

digunakan untuk mengorek kontrol limpa.

dengan cara sentrifus 3.000 rpm selama 5

Pengorekan dilakukan sampai semua sel

menit. Cairan supernatan dibuang dan

limfosit

diganti dengan larutan NH4Cl 0,8%

bercampur

(Sigma, USA) sampai semua sel darah

DMEM. Sel limfositnya dihomogenkan

merah mengalami lisis. Setelah sentrifus

dalam media dengan cara penyedotan dan

900 rpm selama 5 menit, sel limfosit

pengeluaran

dilisiskan dengan penambahan 0,5 ml

menggunakan pipet Pasteur steril. Sel

sel

limfositnya

Limpa

dalam

dari

setiap

limpa

homogen

keluar

dengan

secara

mencit

dan
media

berulang

limfosit dalam cawan petri kemudian


9

Buletin Veteriner Udayana


ISSN : 2085-2495

Vol.1 No.1. :7-11


Pebruari 2009

dipindahkan ke dalam tabung steril dan

biru. Nilai ini menunjukkan tingkat daya

dicuci 1 kali dengan 10 ml media DMEM

proliferasi sel limfosit sebagai manifestasi

steril.

dari tingkat respon kekebalan seluler.

kontrol

dihitung

dengan

hemositometer, maka sel limfosit mencit

Analisis Data

disuspensikan dalam media DMEM yang


Data

mengandung 15% FCS. Sel limfosit

respon

kekebalan

seluler

berdasarkan nilai uji MTT dianalisis

mencit kemudian ditumbuhkan dalam

dengan uji oneway anova (SPSS for

mikroplat 96 sumuran, yang telah diisi

Windows)

mitogen dengan tingkat kepadatan sekitar


2106 sel/ ml media.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sel limfosit dari setiap individu mencit,

Uji respon kekebalan seluler berdasarkan

diinkubasikan

daya proliferasi limfosit dengan uji

dalam

mikroplat

yang

berisi antigen JDV (whole protein virus),

MTTdiperoleh nilai rata-rata seperti

dengan konsentrasi akhir masing-masing

tersaji pada Tabel 1.

2 g / ml media. Campuran sel limfosit


mencit

dan

mitogen

Tabel 1. Hasil uji Respon Kekebalan

diinkubasikan

Seluler Berdasarkan nilai MTT

bersama-sama selama 3 hari pada suhu


37OC dalam lingkungan lembab yang
mengandung 5% CO2. kontrol inkubasi
selama 3 hari, ke dalam setiap sumuran
ditambahkan 25 l MTT 5% (Sigma,

Dari Tabel 1 tampak bahwa respon

USA). Sel kembali diinkubasi selama 18

kekebalan seluler akibat divaksin dengan

jam pada suhu 37OC. Sebagian media

vaksin limpa lebih tinggi dari pada

kemudian dibuang dan sel kemudian

kontrol.

dilisiskan dengan lysis buffer dimethyl

menunjukkan bahwa perbedaan tersebut

sulfoxide atau DMSO 5% (Analar, USA)

bermakna (p<0,05) (Tabel 2).

Hasil

analisis

statistik

Tingkat kepekatan warna biru dalam

Tabel 2. Hasil Analisis dengan Oneway

setiap sumuran dibaca dengan multi scan

Anova (SPSS For WINDOWS)

spectrophotometer, dengan = 595 nm.


Nilai absorbannya dari masing-masing
sumuran

kemudian

dicatat.

Tingkat

warna biru merupakan hasil perubahan


sodium MTT menjadi formazan akibat

Analisis data dari hasil penelitian


menunjukkan bahwa mencit BALB/c
memiliki kepekaan respon kekebalan
seluler yang bermakna akibat divaksin
dengan vaksin limpa dari pada tidak

aktivitas oleh enzim mitokondria sel


limfosit yang hidup. Semakin banyak sel
yang hidup, semakin pekat pula warna
10

Buletin Veteriner Udayana


ISSN : 2085-2495

Vol.1 No.1. :7-11


Pebruari 2009

divaksin (placebo). Hal ini berarti mencit


BALB/c dapat digunakan sebagai hewan
model untuk uji vaksin penyakit
Jembrana. Penelitian sebelumnya yang
menguji Lentivirus penyebab HIV
(human
immunodeficiency
virus)
dilaporkan bahwa mencit sangat cocok
digunakan sebagai hewan model.
Walaupun HIV tidak bereplikasi dalam
sel mencit, tetapi mencit yang dibuat
imunodefisiensi kemudian diinokulasi
monosit orang terinfeksi HIV, merupakan
model yang sangat bagus untuk HIV
encephalitis
(HIVE)
(Nesbit
and
Schwartz, 2002). Penelitian lain juga
melaporkan bahwa mencit BALB/c
dikenal
sebagai
hewan
immunokompromis, sangat baik untuk
dipakai model infeksi terhadap virus
penyakit pernafasan (Kong, et al., 2005).
Virus penyakit Jembrana mungkin juga
tidak bereplikasi dalam limfosit mencit,
tetapi respon yang bermakna dari
penelitian ini membuktikan bahwa mencit
BALB/c
dapat
digunakan
dalam
penelitian-penelitian JDV khususnya uji
kandidat vaksin penyakit Jembrana sapi
Bali.

UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih penulis ucapkan kepada
Prof. drh. Nyoman Mantik Astawa, PhD.,
drh.Hartaningsih,
MV.Sc.PhD.,
atas
fasilitas
dan
dukungan
selama
pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, R.S.F. 1996. The Comparative
Pathology of the Lentiviruses. In:
Wilcox, G.E., Soeharsono, S.,
Dharma, D.M.N., Copland, J.W.
Editors. Jembrana Disease and the
Bovine
Lentiviruses.
ACIAR
Proceeding No.75. p.115-123
Dharma, D.M.N. 1996. The Pathology of
Jembrana Disease. In : Wilcox,
G.E., Soeharsono, S., Dharma,
D.M.N., Copland, J.W., Editors.
Jembrana Disease and The Bovine
Lentiviruses. ACIAR Proceedings
No. 75. p. 26-28
Kertayadnya, G., Soeharsono, S.,
Hartaningsih, N., and Wilcox, G.E.
1996.
Physicochemical
Characteristics
of
A
Virus
Associated with Jembrana Disease.
Workshop on Jembrana Disease and
the Bovine Lentivirus. Denpasar
Bali. ACIAR Proceeding No.75.
p.43-48

SIMPULAN DAN SARAN

Kong, X., Hellermann, G.R., Patton, G.,


Kumar, M., Behera, A., Randall, T,
Zhang, J., Lockey, R.F., and
Mohapatra,
S.S.
2005.An
Immunocompromised
BALB/c
Mouse Model for Respiratory
Syncytial Virus Infection. Virology
Journal. Vol.2:3. p.1186-1197

Simpulan
Respon kekebalan seluler pada mencit
BALB/c akibat pemberian vaksin lebih
tinggi dari pada kontrol (placebo). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa mencit
BALB/c dapat digunakan sebagai hewan
model untuk uji respon kekebalan seluler
antigen virus penyakit Jembrana

Nesbit, C.E. and Schwartz, S.A. 2002. In


Vitro and Animal Models of
Human Immunodeficiency Virus
Infection of the Central Nervous
System. Clinical and Diagnostic
Lab.
Immunol.Vol.9.No.3.p.515524

Saran
Perlu dilakukan penelitian serupa dengan
menggunakan hewan model yang lain
seperti marmot dan hewan kecil lainnya,
sehingga diperoleh hewan model yang
paling tepat untuk penelitian kandidat
vaksin penyakit Jembrana.

11

Anda mungkin juga menyukai