Anda di halaman 1dari 2

1.

Fungsi Infrastruktur Politik

a) Sebagai pendidikan politik, untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka
dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya.
b) Mempertemukan kepentingan yang beranekaragam dan nyata-nyata hidup dalam
masyarakat.
c) Sebagai agresi kepentingan, yaitu menyalurkan segala hasrat/ aspirasi dan pendapat
masyarakat kepada pemegang kekuasaan atau pemegang kekuasaan yang berwenang agar
tuntutan atau dukungan menjadi perhatian dan menjadi bagian dari keputusan politik.
d) Menyeleksi kepemimpinan dengan menyelenggarakan pemilihan pemimpin atau calon
pemimpin bagi masyarakat.
e) Sebagai komunikasi politik dengan menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam
masyarakat, baik pikiran intra golongan, institusi, asosiasi, ataupun sektor kehidupan politik
masyarakat dengan sektor pemerintahan

Fungsi Suprastruktur Politik

Rule making (membuat undang-undang) : Menurut teori kedaulatan rakyat, maka


rakyatlah yang berdaulat. Rakyat yang berdaulat ini mempunyai kemauan (Rousseau
menyebutnya dengan Volonte Generale atau Generale Will).

Rule application (melaksanakan undang-undang) : Di negara-negara demokratis, secara


sempit lembaga eksekutif diartikan sebagai kekuasaan yang dipegang oleh raja atau presiden,
beserta menteri-menterinya (kabinetnya)

Rule adjudication (mengadili pelaksanaan undang-undang) : menafsirkan isi undangundang maupun memberi sanksi atas setiap pelanggaran atasnya

2.

Macam-macam kapabilitas sistem politik

a. Kapabilitas Ekstraktif : Kemampuan ekstraktif adalah kemampuan sistem politik untuk


menampakan dirinya dengan mendayagunakan sumber-sumber daya material ataupun manusia
baik yang berasal dari lingkungan domestik (dalam negeri) maupun internasiona
b. Kapabilitas Distributuf : Kemampuan distributif adalah kemampuan sistem politik dalam
mengalokasikan barang, jasa, penghargaan, status, serta nilai-nilai (misalnya seperti nilai yang
dimaksud Lasswell) ke seluruh warganegaranya

c. Kapabilitas Regulatif : Kemampuan regulatif adalah kemampuan sistem politik dalam


mengendalikan perilaku serta hubungan antar individu ataupun kelompok yang ada di dalam
sistem politik
d. Kapabilitas Simbolik : Kemampuan simbolik adalah kemampuan sistem politik untuk secara
efektif memanfaatkan simbol-simbol yang dimilikinya untuk dipenetrasi ke dalam masyarakat
maupun lingkungan internasional
e. Kapabilitas Responsif : Kemampuan responsif adalah kemampuan sistem politik untuk
menyinkronisasi tuntutan yang masuk melalui input dengan keputusan dan tindakan yang
diambil otoritas politik di lini output

3) Patologi birokrasi dalam implementasi otonomi daerah


Patologi politik dalam pelaksanaan otonomi daerah memberi pengertian keterlibatan birokrasi
daerah dalam membentuk afiliasi politik yang ada di daerah, (Partai dan elit politik daerah), baik
itu secara etika politik dan etika kepegawaian negeri sipil itu tidak bisa dibenarkan. Birokrasi
yang seharunys netral, tidak terpengaruh oleh sebuah konstelasi politik, terseret dalam ranah
yang akan memasung independensi birokrasi daerah. Pengertian patologi disini mengandung
pengertian sebab akibat yang satu sama lain saling berakitan, patologi politik akan menyebabkan
patologi birokrasi.
Bila merujuk pada UU Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 2004 Bab V Pasal 130 ayat1 dan 2
dimana pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dari dan dalam Eselon II pada
pemerintahan daerah sepenunya merupakan domain kepala daerah (Gubernur, Walikota dan
Bupati), ini memberikan legitimasi hukum yang kuat menyangkut kewenangan daerah dalam
mengelola kepegawaian daerah.

Anda mungkin juga menyukai