Anda di halaman 1dari 28

PENGGUNAAN BAHASA

INDONESIA
YANG BAIK DAN BENAR
Oleh
Drs. Parmono, M.Pd.

LATAR BELAKANG BAHASA


INDONESIA

Salah satu dari kebijakan pemerintah


yang
telah
direncakan
Presiden
Suharto. Pada tanggal 20 Mei 1995
yang lalu, ialah Disiplin Penggunaan
Bahasa Indonesia yang Baik dan
Benar.
Tentu
saja
kebijakan
pemerintah
tersebut
harus
kita
laksanakan dalam wujud nyata, yaitu
dalam penggunaannya sehari-hari
baik dalam suasana biasa maupun
dalam suasana resmi.

Tujuan Bahasa
Indonesia

1. Tujuan Umum
Agar pemakai bahasa Indonesia, dapat menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari, baik
lisan maupun tertulis. Baik, dalam arti bisa dipahami oleh orang yang
diajak bicara (komunikatif). Benar, dalam arti pemakain bahasa
Indonesia harus sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah
dibakukan.
2. Tujuan Khusus
Agar bahasa Indonesia dapat :
Menjalaskan asal mula tujuan bahasa Indonesia dipilih sebagai bahasa
resmi.
Menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan fungsinya
Membendakan penggunaan bahasa yang benar dengan yang salah
Menjelaskan terjadinya gejala bahasa dalam pemakaian bahasa
Indonesi.
Menggunakan bahasa gejala bahasa dalam pemakaian bahasa
Indonesi.
Menggunakan ejaan bahasa Indonesia dengan benar.

PENGERTIAN BAHASA
BAHASA
1. FILSAFAT
Bahasa adalah ucapan pikiran dan
perasaan manusia sebagai alat komunikasi
antar anggota masyarakat.
2. ILMU BAHASA
Bahasa adalah ucapan pikiran dan
perasaan manusia menggunakan alat ucap
manusia (mulut) sebagai alat komunikasi
antar anggota masyarakat.

Asal Mula Bahasa


Indonesia
Asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melayu, dan
dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melayu yang
dalam perkembangan
sebagai lingua Fanca
disesuaikan dengan pertumbuhannya dalam
masyarakat Indonesia sekarang, misalnya dengan
diperkaya oleh bahasa daerah yang tumbuh dan
berkembang
dari
setiap
daerah
yang
mengembangkan bahasa daerahnya masingmasing.

Fungsi Bahasa Indonesia


Pada bagian ini, yang perlu diketahui bahwa alat
komunikasi yang dilakukan manusia pada kehidupan
sehari-hari. Alat komunikasi itu ada dua macam, yaitu
isyarat dan bahasa. Alat komunikasi yang berupa
isyarat misalnya: isyrat / tanda-tanda, bunyi-bunyian
(lonceng/pluit), benda-benda lain, dan sebagainya.
Bahasa ialah alat komunikasi yang khusus.

Fungsi Bahasa
Secara umum fungsi bahasa dapat dibedakan
antara lain sebagai berikut

KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA


INDONESIA

Penggunaan Bahasa Indonesia


yang Baik dan Benar, dan
Penggunaan yang Salah
Bentuk kompleks (kata
Betul
Salah
berimbuhan) yang betul

Joang
Lobang
Lomba
Silahka
n
Obah
Liwat

Juang
Lubang
Lumba
Silakan
Ubah
Lewat

Berjuangan - memperjuangkan
Berlubang melubangi
Berlumba perlumbaan
Memper - dipersilakan
Berubah mengubah
Melewati, dan seterusnya

Salah karena pengaruh bahasa


daerah
Salah
Agar supaya
Bilang saja sama
dia
Jalanan
Hatur periksa
Dikasihkan
Dibikin Betul
Agar, atau supaya, karena agar=supaya
Katakan kepadanya (pengaruh bahasa Jakarta)
Jalan (s.d.a)
Memberitahukan, memaklumkan
Diberikan (s.d.a)
Dibuat, dan sebagainya

Salah karena pengaruh bahasa


asing
Salah
Perserikatan
bangsa
Bikin betul
Bikin bersih
Berjalan kaki

bangsa-

Betul
Perserikatan Bangsa, karena
perserikatan sudah mengandung
arti banyak
Membetulkan
Membersihkan
Berjalan, dan sebagainya

Salah karena kurang memahami


tatabahasa Indonesia
Salah
Pemberian tahu
Pertanggung jawaban
Pemberhentian bis
Dikelok
kemudian
hari
Dan lainsebagainya Betul
Pemberitahuan
Mengajar IPA

Pertanggungjawaban
Pemberhentian bus
Kelak, atau kemudian
Dan lain-lain (dan sebagainya)
Mengajarkan IPA, dan sebagainya

Gejala Bahasa
Gejala bahasa ialah peristiwa yang menyangkut bentukanbentukan kata atau kalimat dengan segala macam proses
pembentukannya. Gejala bahasa dapat dibedakan atas

Gejala Analogi
Analgoi adalah suatu bentukan bahasa/kata yang
baru, berdasarkan bahasa atau kata dari contohcontoh yang sudah ada.
Bentuk analoginya
Contoh : kata yang telah ada
Muda
Dewa = dewa laki-laki
Mudi
Dewi = dewa perempuan
Siswa/mahasiswa
Putra = anak raja laki-laki
Siswi/mahasiswi, dsb
Putri = anak raja perempuan
Olahragawan
Hartawan = orang berharta
Sukarelawan
Dermawan = orang bersifat derma
Seniman, dsb
Budiman = orang berbudi baik
Setiawati, olahragawati,
Dang Merduwati (Ibunya Hang Tuah) wartawati, dsb

Analogi dari bahasa Indonesia asli


Kata yang sudah ada
Dikemukakan= diajukan, diusulkan
Diketengahkan = ditampikkan

Bentuk analoginya
Dikedepankan = dibawa
ke depan
Disampaikan,
dikebelakangkan

Bantuk analogi hasil swadaya


bahasa
Dalam bahasa Belanda ada kata
onrechtvaardig
artinya
tidak
adil
onrechtvaadigheid artinya ketidakadilan.
Dari bentuk kata itu muncullah bentukbentuk lain yang berpola ketidak-an
seperti : ketidakberesan, ketidakbecusan,
ketidakhadiran, dan sebagainya.

Analogi yang salah


Analogi yang
wajar
Olahragawan
Muda-mudi
Ilmuan
Sukarelawan

Analogi yang salah


Pirsawan, yang betul pemirsa
Saudara-saudari, kata
saudara berasal dari kata
sa-udara = satu perut, dan
tidak ada kata udari
Geologiwan, - geolog
Pancasila,-pancasila, dsb

Gejala Kontaminasi
Kontaminasi artinya keracunan/kekacauan,
baik dalam susunan, perserangkaian,
penggabungan. Gejala kontaminasi dapat
dibedakan atas tiga (3) macam, yaitu :
1. Kontaminasi kalimat atau susunan kalimat;

2. Kontaminasi susunan kata;


3. Kontaminasi imbuhan

Kontaminasi Kalimat
Gejala kontaminasi terjadi karena dua kemungkinan :
Orang kurang menguasai bagaimana penggunaan bahasa
yang tepat, baik dalam menyusun kalimat, menyusun katakata dalam suatu frase (kelompok kata) atau menggunakan
gabungan beberapa imbuhan pada sebuah kata.
Kontaminasi terjadi tidak dengan sengaja, karena ketika
seorang akan
menuliskan atau mengucapkan sesuatu, dua pengertian
yang sejajar atau berdekatan artinya timbul sekaligus
dalam pikirannya, sehingga yang dilahirkannya sebagian
diambil dari yang pertama dan sebagian lagi dari yang
kedua. Gabungan ini menimbulkan pengertian yang kacau.
Kalimat yang rancu itu dapat dikembalikan kepada dua
kalimat asalnya.

Kalimat rancu
kepada yang merasa kehilangan pulpen, harap datang
di kantor tata usah
Kalimat asal
Yang merasa kehilangan pulpen, harap datang ke
kantor tatausaha
Yang merasa kehilangan pulpen, harap datang
mengambilnya di kantor tatausaha
Kalimat rancu
Di sekolah murid-murd dilarang tidak boleh merokok.
Kalimat asa
Di sekolah murid-murid dilarang merokok
Di sekolah muri-murid tidak boleh merokok

Kontaminasi Susunan Kata


Contoh dalam kalimat:
Telah berulangkali kunasehati, tetapi kelakuannya
tidak berubah.
Kalimat semula:
Telah berulang-ulang kunasihati tetapi kelakuannya
tidak berubah.
Telah berkali-kali kunasehati, tetapi kelakuannya
tidak berubah..
(coba cari contoh lain !)

Kontaminasi Imbuhan
Contoh

Bentuk rancu
dipertinggikan

Jalan

itu

sedang

Bentuk asal :
- Jalan itu sedang ditinggikan = dijadikan tinggi
- Jalan itu sedang dipertinggi =
tinggi
( cari contoh lain ! )

dijadikan lebih

Gejala Pleonasme
Pleonasme, ialah gejala penggunaan kata yang berlebihlebihan.
1. Si pembicara tak sadar, bahwa yang diucapkannya itu
menunjukkan gejala berlebih-lebihan, jadi tidak dengan
sengaja.
Misalnya dalam satu ungkapan terdapat dua atau lebih
kata yang sama
Contoh : hanya ini saja yang dapat kuberikan
kepadamu. (hanya = saja)
Perhatiannya kepada pelajaran sangat
sedikit
sekali (sangat = sekali)

2. Dibuat bukan karena tak sengaja, melainkan karena tidak


tahu bahwa kata-kata yang diucapkan itu mengungkapkan
pengertian yang berlebihan.
Kata kedua sebetulnya tidak usah diucapkan lagi, karena
pengertiannya sama dengan kata yang pertama.
Contoh
- Naik ke atas. Naik pasti ke atas
- Maju ke depan, maju pasti ke depan, dan seterusnya.
3. Dibuat dengan sengaja sebagai sesuatu gaya bahasa untuk
mengeraskan arti (intensitas) atau untuk memperindah
bahasa
Contoh
- Sampan kecil itu sangat berani menyebrangi lautan luas.
- Sampan = perahu kecil, lautan, sudah pasti luas

4. Bentuk jamak dinyatakan dua kali


Contoh
- Para hadiri : para dan hadirin
sudah sama-sama menyatakan banyak
- Lima orang anak-anak sedang
bermain di
tanah lapang saudara-saudara
sekali yang
saya hormati (dst)

Gejala Hiperkorek
Gejala bahasa hiperkorek sebagai
bentukan kata dari kata yang sudah
betul dibetulkan lagi, akhirnya menjadi
salah.
Gejala bahasa hiperkorek kejadiannya
hampir sama dengan gejala bahasa
lainnya, yaitu mungkin karena tidak
tahu, tidak sengaja, atau disengaja
agar dikatakan lebih hebat.

Contoh
Betul
Sah
Surga
Salat
shad
Pihak

Hiperkorek
Syah syah = raja, atau bangsawan
Syurga Surga berasal dari kata swarga
(sansakerta)
Syalat /s/ pada salat berasal dari
Fihak

Hewan
Ijazah/ijajah
Anggota

Khewan
Izazah
Anggauta

Teladan

Tauladan dan masih banyak

lagi

Nama
Kebangsaan
Agama
Tempat/Tgl. Lahir
Status
Alamat Kantor

: Drs. Parmono, M.Pd.


: Indonesia
: Islam
: Banyumas, 21 Agustus 1963
: Kawin
: SMA Negeri 57 Jakarta Barat
Jln. Raya Kedoya Kebon Jeruk
Telp./Fax (021) 5801665Alamat
Rumah
: Jln. H. Muctar Raya RT 08/01 No. 32
Telp. (021) 5866680 Hp. 085813130066
Pendidikan Terakhir : S2 Magister Pendidikan
Pekerjaan
: Guru SMA Negeri 57 Jakarta

Anda mungkin juga menyukai