Depression
Oxford Psychiatry
Library
RAYMOND W. LAM
HIRAM MOK
4.
5.
tidak naik
Insomnia atau hipersomnia hamper setiap hari
Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat oleh orang lain, bukan
6.
7.
8.
9.
4.2.3Distimia
Distimia adalah penyakit kronis, gangguan mood tingkat rendah selama kriteria pada episode
depresi mayor tidak ditemukan (Kotak 4.2). Gejala-gejala distimia berkembang perlahan,
seringkali tidak dikenali oleh pasien, dan menetap untuk waktu minimum 2 tahun (median 5
tahun). Individu dengan distimia sering berkembang menjadi episode depresi mayor (dalam
bentuk depresi ganda), dimana hal ini yang akan membuat mereka pergi untuk berobat.
Kotak 4.2 DSM-IV-TR kriteria diagnostic distimia
A. Mood depresi hampir sepanjang hari, untuk beberapa hari lalu tidak, diindikasikan dengan
subjektif atau dilihat oleh orang lain, paling tidak selama 2 tahun. Note : pada anak dan
remaja, mood sgt iritabel dan durasinya minimal 1 tahun
B. Kondisi saat depresi, dua atau lebih :
1. Nafsu makan yang buruk atau berlebihan
2. Insomnia atau hipersomnia
3. Sedikit tenaga atau kelelahan
4. Harga diri yang rendah
5. Sulit berkonsentrasi atau kesulitan dalam membuat suatu keputusan
6. Putus asa
C. Selama 2 tahun (1 tahun untuk anak) terdapat gangguan, tidak pernah tanpa gejala-gejala
pada kriteria A dan B lebih dari 2 bulan pada satu waktu
D. Tidak terdapat episode depresi mayor selama 2 tahun awal gangguan (1 tahun untuk anak
dan dewasa), gangguan ini lebih baik tidak dihitung sebagai gangguan depresi mayor
kronik atau gangguan depresi mayor yang sembuh sebagian
E. Tidak pernah ada episode mania, episode campuran, atau hipomania, dan tidak termasuk
dalam gangguan siklotimik
2
F.
Gangguan tidak terjadi saat terdapatnya gangguan psikotik kronis, seperti skizofrenia atau
gangguan waham
G. Gejala bukan karena efek fisiologis dari suatu zat (penyalahgunaan obat-obatan terlarang,
obat) atau kondisi medis umum (hipotiroid)
H. Gejala menunjukkan dengan jelas distress dan gangguan pada kehidupan sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
Walaupun tidak terientifikasi dengan DSM-IV-TR, depresi cemas dapat terjadi pada pasien
depresi (60-90%) dimana terdapat gejala anxietas (kekhawatiran yang berlebihan, tegang, dan
gejala somatic yang berhubungan dengan kecemasan). Pasien dengan depresi cemas
memperlihatkan kemampuan fungsi yang lebih besar dan disabilitas psikososial dengan resiko
bunuh diri yang lebih besar dan prognosis yang lebih buruk, walaupun hanya dengan tingkat
kecemasan yang rendah.
Tabel 4.2 DSM-IV-TR sub tipe dan spesifikasi MDD
Sub tipe
Spesifikasi DSM-IV-TR
Kunci
Depresi melankolis
Dengan gambaran melankolis Mood nonreaktif, anhedonia,
kehilangan berat badan, rasa
bersalah, agitasi dan retardasi
psikomotorik,
memburuk
Depresi atipikal
mood
pada
pagi
yang
hari,
makan
berlebihan,
Depresi kronik
Gangguan afektif musiman
Gambaran kronis
klinis sehari-hari)
2 tahun atau lebih dengan
Musiman
kriteria MDD
Onset yang seperti biasa dan
kambuh
pada
tertentu
Depresi postpartum
Postpartum
saat
(biasanya
musim
musim
gugur/dingin)
Onset depresi selama 4 minggu
postpartum
4.3.2Keparahan
4
DSM-IV-TR dan ICD-10, keduanya mengkategorikan tingkat keparahan MDD menjadi tiga :
ringan, sedang, dan berat (Tabel 4.3). DSM-IV-TR membaginya tngkat keparahannya
berdasarkan efek yang dihasilakan depresi dalam hal sosial/pekerjaan dan tanggung jawab
individu dan ada atau tidaknya gejala psikotik. ICD-10, sebaliknya, membedakan tingkat
keparahan depresi berdasarkan jumlah dan jenis gejala yang diperlihatkan saat seseorang
menderita depresi. Penggunaan skala depresi sangat dianjurkan untuk menentukan derajat
keparahan.
Keparahan depresi menentukan pemilihan terapi yang diberikan. Sebagai contoh, psikoterapi
adalah terapi yang sama efektifnya dengan farmakoterapi untuk depresi ringan dan sedang, tetapi
depresi berat memperlihatkan respon yang baik terhadap terapi kombinasi. Bukti terbaru
menyatakan bahwa antidepresan akan lebih efektif dibandingkan yang lainnya untuk depresi
berat.
Keparahan depresi
Ringan
Sedang
Berat
Kriteria ICD-10
2 gejala tipikal
2 gejala inti lainnya
2 gejala tipikal
3 atau lebih gejala inti
lainnya
bervariasi
1. Mood depresi atau kehilangan minat + 4 1. 3 gejala tipikal
2. 4 atau lebih gejala inti
atau lebih gejala depresi lainnya
2. Gangguan sosial atau pekerjaan yang
lainnya
Juga dapat dengan atau
berat atau ada gambaran psikotik
tanpa gejala psikotik
dari gejala dan dampaknya pada fungsi sosial dapat membantu dalam menyingkirkan antara
kesedihan yang mendalam dan MDD (Tabel 4.4).
Narcolepsy
Penyakit Parkinson
Supranuclear palsy progresif
Sleep apnea
Penyakit Wilson
Gangguan Sistemik
Gangguan lainnya
AIDS
Kanker
Sindrom klinefelter
Infak miokard
Porphyrias
Sebelum operasi
Penyakit ginjal dan uremia
Neoplasma sistemik
Inflamasi
Rheumatoid arthritis
Sindrom Sjogren
Systemic lupus erythematosis
Arteritis temporal
Alcohol
Amfetamin
Anxiolitik
Kokain
Zat-zat halusinogen
Hipnotik
Inhalant
Opioid
7
Phencycline
Sedative
4.4.4Gangguan Bipolar
Sejarah adanya mania atau hipomania mengidentifikasikan adanya gangguan bipolar, tetapi
semenjak (1) gangguan bipolar sering berawal dengan episode depresi, dan (2) pasien bipolar
mengalami episode depresi lebih lama dibandingkan dengan hipomania/mania, hal ini penting
untuk untuk mengeluarkan diagnosis bipolar ketika sedang mendiagnosis MDD. Pada
kenyataannya, 5-10% individu yang mengalami episode depresi mayor akan memiliki episode
hipomanik atau manik didalam kehidupannya. Gejala depresi yang memperlihatkan suatu
gangguan bipolar termasuk didalamnya pemikiran yang kacau, gejala psikotik, gambaran atipikal
(pipersomnia, makan berlebihan), onset usia dini, dan episode kekambuhan. Gangguan Bipolar II
(dengan hipomania) sulit untuk dikenali karena pasien tidak mengenali hipomania sebagai suatu
kondisi yang abnormal mereka menerima itu sebagai perasaan yang baik. Informasi yang
mendukung dari pasangan hidup, teman terdekat, dan keluarga sering menjadi hal yang penting
untuk dapat mendiagnosis. Pertanyaan-pertanyaan yang valid, seperti kuesioner gangguan
afektif, dapat membantu dalam mengidentifikasi hipomania.
Bab 5
Manajemen Klinis
Pokok bahasan:
1.
2.
pengobatan, memilih pengobatan yang sesuai, pemantauan dan tindak lanjut pengobatan.
Pengobatan depresi memiliki dua fase, fase akut untuk mencapai remisi penuh dari gejala,
3.
5.1
Pendahuluan
Manajemen klinis untuk pasien dengan depresi melibatkan prinsip-prinsip umum berikut
penilaian hati-hati terhadap perawatan yang diberikan, mengembangkan lini terapi, memilih
pengobatan berbasis bukti, memantau hasil pengobatan, dan melaksanakan program tindak lanjut
yang tepat. Memahami bahwa pengobatan depresi memiliki dua fase, akut dan pemeliharaan,
akan membantu memastikan bahwa pasien tidak hanya sembuh, tetapi juga tetap sehat. Bagi
banyak pasien, depresi dapat dianggap sebagai penyakit kambuhan atau kronis, sehingga dengan
mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan penyakit kronis (CDM chronic disease management)
akan membantu meningkatkan keberhasilan pengobatan. CDM, yang secara luas digunakan
untuk kondisi medis seperti diabetes dan artritis, juga meliputi screening, manajemen diri,
pengawasan, perawatan kolaboratif, dan rehabilitasi.
5.2
Penilaian
5.2.1 Screening
Depresi seringkali tidak mudah didiagnosis, terutama pelayanan kesehatan strata pertama, karena
sering bermanifestasi sebagai keluhan fisik (sakit tubuh misalnya, kelelahan, insomnia, dll).
Beberapa orang yang tertekan tidak menyadari adanya suasana sedih, atau merasa kurang
emosional. Dalam hal ini, pertanyaan mengenai adanya kehilangan minat atau kesenangan bisa
membantu penegakan diagnosis. Orang dengan faktor-faktor risiko tinggi harus di-screening
untuk penyakit depresi (Tabel 5.1)
Tabel 5.1 Pasien dengan faktor-faktor berikut berada pada risiko tinggi untuk
Gangguan Depresif Mayor dan harus di-screening
Nyeri kronis
Penyakit kronis (diabetes, penyakit jantung, dsb)
Gejala somatik yang tidak diketahui sebabnya
Doctor shopping
Post-partum
Baru mengalami stresor psikososial
Jika terdapat faktor-faktor risiko di atas, dua pertanyaan dapat digunakan sebagai "alat uji cepat".
Penilaian lebih lanjut diperlukan apabila pasien menjawab "Ya" untuk setiap pertanyaan.
1. Dalam sebulan terakhir, apakah minat atau kesenangan Anda dalam melakukan sesuatu
menurun?
2. Dalam sebulan terakhir, apakah Anda pernah merasa sedih, tertekan atau putus asa?
Interview (MINI, lebih mudah digunakan dan tersedia untuk diunduh gratis di www.medicaloutcomes.com).
11
Manajemen perilaku bunuh diri, termasuk metode untuk meminimalisir metode untuk bunuh diri
(menghindari senjata, meresepkan obat dengan jumlah terbatas), memberikan aktivitas untuk
mengalihkan perhatian (jalan-jalan, melakukan olah raga relaksasi, dll), membuat daftar alasan
mengapa pasien harus hidup, dan membuat rencana darurat (misalnya menghubungi saluran
telepon pengawas darurat, menghubungi teman, pergi ke instalasi gawat darurat). Meskipun
kontrak untuk melawan keinginan bunuh diri (secara lisan maupun tertulis) banyak digunakan
oleh dokter, kesemuanya tidak terbukti efektif dalam pengelolaan pasien dengan risiko bunuh
diri. Dokumentasi rencana bunuh diri dan manajemen yang diberikan, bagaimanapun tetap
penting. Beberapa pasien dengan keinginan bunuh diri yang akut dan parah akan membutuhkan
komitmen sipil untuk masuk ke rumah rumah sakit yang bernaung di bawah wilayah hukum
kesehatan mental.
5.2.4
Hasil akhir terapi diawasi menggunakan skala penilaian gejala yang telah divalidasi. Manfaat
dari skala penilaian ini meliputi penilaian yang komprehensif dari gejala, pengukuran efek
pengobatan yang dapat diandalkan, memastikan telah terjadi remisi penuh, dan mengedukasi
pasien dan membantunya melakukan manajemen diri.
Skala penilaian dapat berbasis klinisi maupun berbasis pasien. Skala penilaian dapat membantu
meningkatkan efisiensi kerja dokter karena dapat dikerjakan di rumah atau di ruang tunggu
klinik dan juga dapat digunakan oleh pasien untuk mengendalikan suasana hati mereka sendiri.
Skala penilaian depresi yang umum digunakan adalah Hamilton Depression Rating (HAM-D)
Montgomery-Asberg Depression Rating Scale (MDARS). Dapat juga digunakan the Beck
Depression Inventory II, the Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS), Patient Health
Quessionnaire (PHQ-9, yang terutama dibuat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan strata
pertama) , Quick Inventory for Depressive Symptomatology (QIDS-SR, yang digunakan dalam
studi STAR*D, lihat Bab 9) dan skala depresi dari Zung Self-rating. Beberapa skala penilaian
tersebut dapat ditemukan dalam lampiran.
Respon klinis sering didefinisikan sebagai terdapatnya 50% atau lebih penurunan berdasarkan
skala penilaian depresi, yang menunjukkan telah terjadi peningkatan yang substansial dan
signifikan. Namun, meskipun telah terjadi perbaikan klinis, pasien tetap dapat memiliki gejala
12
sisa depresi. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa gejala sisa depresi berhubungan
dengan hasil pengobatan yang lebih buruk, termasuk risiko yang lebih tinggi untuk kambuh,
kecenderungan menjadi kronis, bunuh diri dan perburukan dalam fungsi sosial dan pekerjaan.
Target pengobatan harus meliputi perbaikan dalam gejala, yang didefinisikan sebagai skor
penilaian dalam rentang normal tanpa depresi (misalnya nilai MADRS 10, nilai HAM-D 7,
nilai QIDS-SR 5 )
5.3
Tahap-tahap Pengobatan
Pengobatan depresi dapat dibagi menjadi dua fase, akut dan pemeliharaan dan masing-masing
memiliki kegiatan dan tujuan yang berbeda (tabel 5.3). Pada kebanyakan pasien, keberhasilan
pengelolaan depresi memerlukan setidaknya 1 tahun, bahkan untuk beberapa pasien, pengobatan
harus dilanjutkan selama 2 tahun atau lebih. Pada fase akut, remisi gejala sering dianggap
sebagai target pengobatan. Namun, pemulihan fungsi lebih bermakna bagi pasien dan harus
menjadi tujuan utama pengobatan. pemulihan penuh fungsi sosial, bagaimanapun, mungkin akan
lebih lama untuk mencapai, dan tidak bisa terjadi kecuali remisi gejala terjadi.
Tabel 5.3 Tahap Pengobatan Depresi
Fase
Akut
Durasi
8
12
minggu
Tujuan
Aktivitas yang Dilakukan
Remisi dari gejala
Menetapkan
lini
Perbaikan fungsi sosial
pengobatan
Edukasi
dan
promosi
dan pekerjaan
manajemen diri
Memilih pengobatan
Mengatasi efek samping
Tindak
lanjut
dan
pengawasan
Pemeliharaan
6 24 bulan,
atau lebih
sosial
pekerjaannya
dan
seperti
sediakala
Mencegah kekambuhan
pengobatan
Edukasi
dan
hasil
promosi
manajemen diri
Mengatasi efek samping
Rehabilitasi fungsi sosial
dan pekerjaan
13
Mengawasi
kemungkinan
terjadinya kekambuhan
14
1.
Semua pasien harus terus menjalani farmakoterapi setidaknya selama 6 bulan setelah
2.
Tahap pemeliharaan pengobatan sangat penting untuk farmakoterapi, karena kekambuhan sering
terjadi jika obat dihentikan terlalu cepat. Meta-analisis menunjukkan mempertahankan
penggunaan antidepresan dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kekambuhan hingga 1020% atau 50% lebih besar dibandingkan dengan placebo. Untuk episode depresi tanpa
komplikasi, pemeliharaan 6 bulan mungkin cukup, namun pemeliharaan selama 2 tahun atau
lebih dianjurkan jika ada faktor risiko (Tabel 5.3)
5.4
Manajemen Klinis
5.4.1
Pemilihan Terapi
Memilih pengobatan harus mencakup evaluasi seberapa parah episode depresif telah terjadi,
ketersediaan sumber daya pengobatan, dan keinginan pribadi pasien. Untuk depresi ringan
sampai berat, psikoterapi berbasis bukti sama efektifnya dengan farmakoterapi. Terdapat sedikit
bukti bahwa kombinasi antara farmakoterapi dan psikoterapi untuk pengobatan dini lebih unggul
15
daripada pengobatan lainnya untuk depresi tanpa komplikasi. Oleh karena itu, pengobatan
kombinasi harus dipertimbangkan ketika terjadi depresi berat, komorbiditas dengan kondisi lain,
atau tidak adanya respon yang memadai pada monoterapi.
5.4.2
16
seiring waktu
Hubungi dokter sebelum penghentian pengobatan
5.4.3
Penanganan Kolaboratif
Penanganan kolaboratif mengacu pada pasien yang menerima perawatan untuk depresi dari lebih
dari satu disiplin ilmu. Dalam kebanyakan kasus misalnya pasien dirawat oleh dokter yang
memberikannya resep dan profesional lainnya memberikan psikoterapi (perawat, psikolog, dll.).
Pada beberapa pelayanan kesehatan strata pertama, pasien dapat memiliki akses ke perawatan
yang memberikan pendidikan, dukungan dan kadang-kadang psikoterapi singkat. Perawatan
melalui telepon telah terbukti memiliki efek yang mirip dengan tatap muka dan lebih nyaman
serta efisien dalam segi biaya di beberapa tempat. Penelitian telah menunjukkan bahwa program
perawatan kolaboratif termasuk terapi via telepon, menghasilkan hasil akhir yang lebih baik
dengan biaya yang relatif lebih murah.
Dalam situasi di mana terdapat para profesional kesehatan lainnya yang memberikan psikoterapi,
masih penting bagi dokter untuk memantau hasil akhir pengobatan, sehingga perlakuan lain
(farmakoterapi misalnya) dapat diterapkan jika perbaikan tidak terlihat setelah periode
pemberian psikoterapi.
5.4.4
Beberapa penelitian yang dilakukan pada pelayanan kesehatan strata pertama, rata-rata
diperlukan tiga kunjungan pada 6 bulan pertama setelah diagnosis depresi ditegakkan. Hal ini
tidak dianggap memadai sebagai tindak lanjut pengelolaan depresi, dan mungkin menjadi faktor
terkait dengan kurang optimalnya pengobatan depresi. Kunjungan ini terutama penting bagi
pengawasan pengobatan di minggu pertama, karena karena tingginya risiko tinggi bunuh diri,
17
sulitnya mencapai kepatuhan, adanya potensi perburukan secara klinis. Kunjungan selama
follow-up mungkin lebih singkat, tapi disarankan kunjungan dilakukan setiap minggu selama 4
minggu pertama, setiap bulan selama 6 bulan, dan setiap 3 bulan sesuai kebutuhan.
5.4.5
Pengelolaan diri merupakan fokus integral untuk manajemen penyakit kronis. Salah satu
manajemen, yang paling sederhana, termasuk mengedukasi pasien tentang penyakitnya dan
pengobatan yang sedang dijalankan. Pada yang tingkatan yang lebih kompleks, termasuk
keterlibatan aktif pasien dalam pemulihan diri mereka sendiri, menggunakan teknik pada CBT
dan recovery model. Pasien yang secara swadaya menolong dirinya sendiri dan dukungan
kelompok juga menjadi sumber daya penting bagi pengobatan.
18