Anda di halaman 1dari 27

BAB I

STATUS PASIEN

I.

IDENTITAS PASIEN

II.

Nama

: Tn. IS

Umur

: 85 tahun

Jenis kelamin

: Laki Laki

Alamat

: Sumpiuh, Banyumas

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Buruh

No CM

: 245231

Tanggal Masuk

: 07 November 2013

ANAMNESIS
Dilakukan anamnesis pada tanggal 07 November 2013

A.

Keluhan utama

: sesak napas sejak 2 hari SMRS

B.

Keluhan tambahan

: Batuk berdahak, demam, mual (+), muntah (-)

C.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSWK dengan keluhan sesak napas sejak 2
hari SMRS. Sesak napas sudah dikeluhkan pasien sejak 1 bulan yang lalu
dan dirasakan hilang timbul dan sesak merasa memberat sejak 2 hari
SMRS. Pasien mengaku perlu usaha bernafas yang lebih untuk bernafas.
Pasien mengeluhkan demam dan batuk berdahak berwarna hijau sejak 2
minggu SMRS yang dirasakan hilang timbul. Akhir-akhir ini batuk dirasa
semakin memberat, batuk timbul pada saat siang maupun malam. Pasien
mengeluhkan mual sejak 1 hari SMRS tanpa disertai muntah.
Pasien mempunyai riwayat kebiasaan merokok dan minum kopi.
Kebiasaan merokok ini sudah dimulai sejak usia 20 tahun setiap harinya
merokok 10 batang. Pasien mengatakan tidak pernah minum obat rutin
selama 6 bulan yang berwarna merah dan yang membuat warna
kencingnya menjadi merah. Pasien juga mengaku tidak punya riwayat

sesak yang dirasakan sejak kecil dan riwayat asma dalam keluarga tidak
ada. Pasien juga mengaku nafsu makan masih baik, BAB dan BAK tidak
ada keluhan
D. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat asma (-)
- Riwayat penyakit hipertensi disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat penyakit paru disangkal
- Riwayat DM disangkal
- Riwayat alergi (-)
E.

Riwayat Penyakit Keluarga


-

Riwayat asma disangkal

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat penyakit paru disangkal

Riwayat DM disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat alergi disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan dilakukam pada tanggal 31 Mei 2013 :
A. Keadaan umum

: Sedang

B. Kesadaran

: Compos mentis

C. Vital sign

: Tekanan darah : 130/80 mmHg


Nadi

: 100 x/menit

Respirasi

: 28 x/menit

Suhu

: 37,6C

Status Generalis
1. Kepala
Bentuk

: Normocephal, simetris

Rambut

: Distribusi merata, tidak mudah dicabut

Venektasi
2. Mata

: Tidak ada
: Konjungtiva pucat (-/-), sclera ikterik (-/-).
3. Hidung

: Secret (-), darah (-), deviasi

septum (-)
4. Mulut

: Bibir tidak sianosis, faring

tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tidak hiperemis


5. Leher

: KGB tidak teraba, kelenjr

tiroid tidak membesar, JVP 5+0 cmH2O


6. Thorax
Cor

: Inspeksi

: Ictus cordis tak tampak.

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba, tidak kuat angkat

Perkusi

: Batas pinggang jantung ICS III parasternal kiri


Batas kiri jantung : ICS V midklavikularis kiri
Batas kanan jantung : ICS V midstrenalis kanan

Auskultasi
Pulmo : Inspeksi

: BJ I-II reguler, murmur(-), gallop (-)


: Dinding dada simetris. retraksi interkostal (-),
tidak ada gerakan napas yang tertinggal

Palpasi

: Vokal fremitus paru kanan = kiri normal

Perkusi

: Hipersonor pada kedua lapang paru

Auskultasi

: Suara dasar

: Vesikuler +/+

Suara tambahan : Ronkhi basah kasar (+/+),


wheezing (+/ +)
7. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi

: Datar, benjolan (-), venektasi (-), pulsasi


epigastrium (-)

Auskultasi

: Bising Usus (+) normal

Palpasi

: Supel, nyeri tekan epigastrium (-), undulasi (-)


Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba

Perkusi

: Tympani, pekak beralih (-), undulasi (-), nyeri


ketok kostovertebre (-/-)

8. Pemeriksaan Extremitas

IV.

Superior

: Edema (-/-)

Inferior

: Edema (-/-)

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (tanggal 08 November 2013)
Jenis Pemeriksaan
Hematologi

08 November 2013
Hasil
Nilai Rujukan

Darah Rutin

Hemoglobin

13,3

14-18 g/dl

Hematokrit

42,8

40-54%

Leukosit

10.200

4.800 10.800 /L

Trombosit

268.000

150.000-400.000/L

LED

75

0-15 mm/jam

68

<37

Kimia Darah

SGPT

62

<41

SGOT

157

<200

Gula Darah Sewaktu

0,64

0,2-1 mg/dl

Bilirubin total

49

10-50 mg/dl

Ureum

1,2

0,9-1,3 mg/dl

Kreatinin

V.

RESUME
Pasien datang ke IGD RSWK dengan keluhan sesak napas sejak 2
hari SMRS. Sesak napas sudah dikeluhkan pasien sejak 1 bulan yang lalu
dan dirasakan hilang timbul dan sesak merasa memberat sejak 2 hari
SMRS. Pasien mengaku perlu usaha bernafas yang lebih untuk bernafas.
Pasien mengeluhkan demam dan batuk berdahak berwarna hijau sejak 2
minggun SMRS yang dirasakan hilang timbul. Akhir-akhir ini batuk dirasa

semakin memberat, batuk timbul pada saat siang maupun malam. Pasien
mengeluhkan mual sejak 1 hari SMRS tanpa disertai muntah.
Pasien mempunyai riwayat kebiasaan merokok dan minum kopi.
Kebiasaan merokok ini sudah dimulai sejak usia 20 tahun setiap harinya
merokok 10 batang.
Pada pemeriksaan fisik tanda tanda vital TD: 130/80 Nadi
100x/menit RR: 28x/menit S: 37,6C dan pada pemeriksaan paru
didapatkan suara napas vesikuler +/+, Ronki Basah Kasar +/+ dan
wheezing +/+, pemeriksaan lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan
laboratorium juga dalam batas normal. Pada pemeriksaan foto thoraks
terdapat gambaran bronkitis
VI.

DIAGNOSIS KERJA
PPOK

VII. DIAGNOSIS BANDING


TB paru
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Spirometri
BTA sputum
Foto Thoraks
ECG
IX.

PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis :
-

Bed rest

Posisi duduk

Farmakologis :
- IVFD RL 20 tpm
- Oksigen 1-3 Liter/menit

- Dumin supp 5mg


- Inj. Ceftriaxon 1 gr iv
X.

XI.

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

Quo d sanationam

: dubia

FOLLOW UP
31 Mei 2013
S : sesak napas (+), batuk berdahak (+), mual (+), muntah (-)
O :KU/Kesadaran : Tampak sakit sedang/compos mentis

TTV

: TD : 110/70 mmHg

RR: 26x/menit

Nadi: 84x/menit

S: 37C

Mata : CA -/- SI -/-

Mulut : mukosa lembab, sianosis (-)

Leher : tidak teraba KGB, JVP normal

Thorax
Cor

: BJ I-II regular, gallop (-), Murmur (-)

Pulmo :simetris sttis-dinamis, retraksi (-), vesikuer +/+, Rhonki +/


+, Wheezing +/+

Abdomen

: Supel, Datar, BU(+) normal, hepatomegaly (-),

splenomegali (-), Nyeri tekan (-)

Ekstremitas

: akral hangat, edema (-), sianosis (-)\

A : PPOK
P :

- IVFD KAEN 3B + aminofilin drip 1 amp 20 tpm


- Inj. Ceftimax 2x1 amp
- Inj. Ranitidin 2x1 amp
- Inj. Dexametason 2x1 amp
- Nebulizer Ventolin 3x1
- Fartolin syr 2x1

09 November 2013
S : sesak napas (+), mual (+), Muntah
O :KU/Kesadaran : Tampak sakit sedang/compos mentis

TTV

: TD : 130/90 mmHg

RR: 25x/menit

Nadi: 80x/menit

S: 36,5C

Mata : CA -/- SI -/-

Mulut : mukosa lembab, sianosis (-)

Leher : tidak teraba KGB, JVP normal

Thorax
Cor

: BJ I-II regular, gallop (-), Murmur (-)

Pulmo : simetris sttis-dinamis, retraksi (-), vesikuer +/+, Rhonki +/


+, Wheezing +/+

Abdomen

: Supel, Datar, BU(+) normal, hepatomegaly (-),

splenomegali (-), Nyeri tekan (-)

Cor

Ekstremitas

Foto Rontgen tanggal 09 November 2013:

: akral hangat, edema (-), sianosis (-)

: dalam batas normal, elongasi aorta

Pulmo :

Gambaran Bronkitis : Corakan paru kasar, bayangan bronkus


menebal.

A : PPOK
P :

- IVFD KAEN 3B + aminofilin drip 1 amp 20 tpm

- Inj. Ceftimax 2x1 amp


- Inj. Ranitidin 2x1 amp
- Inj. Dexametason 2x1 amp
- Nebulizer Ventolin 3x1
- Fartolin syr 2x1
10 November 2013
S : sesak napas (+) berkurang, batuk berdahak (+), mual (+), muntah (-)
O :KU/Kesadaran : Tampak sakit sedang/compos mentis

TTV

: TD : 120/70 mmHg

RR: 24x/menit

Nadi: 84x/menit

S: 37C

Mata : CA -/- SI -/-

Mulut : mukosa lembab, sianosis (-)

Leher : tidak teraba KGB, JVP normal

Thorax
Cor

: BJ I-II regular, gallop (-), Murmur (-)

Pulmo :simetris sttis-dinamis, retraksi (-), vesikuer +/+, Rhonki +/


+, Wheezing -/

Abdomen

: Supel, Datar, BU(+) normal, hepatomegaly (-),

splenomegali (-), Nyeri tekan (-)

Ekstremitas

: akral hangat, edema (-), sianosis (-)\

A : PPOK
P :

- IVFD KAEN 3B + aminofilin drip 1 amp 20 tpm


- Inj. Ceftimax 2x1 amp
- Inj. Ranitidin 2x1 amp
- Inj. Dexametason 2x1 amp
- Nebulizer Ventolin 3x1
- Fartolin syr 2x1

Pasien dipulangkan dan diedukasi kontrol rawat jalan ke poli paru secara rutin.

BAB II
TINJUAN PUSTAKA
I.

Definisi
Penyakit Paru Obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat

dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran nafas yang
tidak sepenuhnya reversibel, bersifat progresif dan berhubungan dengan respons
inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun/berbahaya, disertai efek
ekstraparu yang berkontribusi terhadap berat penyakit.1,2
Bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK karena,
emfisema merupakan diagnosis patologik dan bronkitis kronik merupakan
diagnosis klinis. Selain itu keduanya tidak selalu mencerminkan hambatan aliran
udara dalam saluran napas.1,3
Gejala klinis PPOK: batuk, produksi sputum, sesak napas yang bertambah
pada saat aktivitas. Faktor risiko, asap rokok merupakan penyebab terpenting,
jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Penyebab faktor genetik adalah
kekurangan enzim alfa-1 antitipsin.1,2
Termasuk dalam faktor risiko:
1. Asap rokok
a. Perokok aktif
b. Perokok pasif
2. Polusi udara
a. Polusi di dalam ruangan

Asap rokok

Asap kompor
b. Polusi di luar ruangan

Gas buangan kendaraan bermotor

Debu jalanan
c. Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
3. Infeksi saluran nafas bawah be\\rulang
4. Sosio ekonomi

II.

Patogenesis

Asap rokok, Partikel dan gas beracun


Faktor penjamu
Inflamasi paru
Antioksidan

Antiprotease

Stress oksidatif

Protease

Mekanisme perbaikan
Patologi PPOK

Bagan 1. Patogenesis PPOK.1

Perubahan patologi karakteristik PPOK ditemukan pada saluran napas


proksimal, perifer, parenkim dan vaskular paru. Perubahan patologi yang terjadi
meliputi inflamasi kronik ditandai oleh peningkatan jumlah sel inflamasi spesifik
dan perubahan struktur yang berbeda pada setiap bagian paru, mengakibatkan
cidera dan penyembuhan (injury and repair) yang berulang. Secara umum
inflamasi dan perubahan struktur pada saluran nafas meningkat sesuai dengan
berat penyakit yang menetap walaupun sudah berhenti merokok.1,3

10

III.

Diagnosis PPOK

Faktor risiko
Sesak nafas dan yang bertambah saat aktivitas
Usia diatas 40 tahun
Batuk kronik
Riwayat pajanan : asap rokok, polusi udara, polusi
tempat kerja
Produksi
sputum kronik

Keterbatasan aktivitas

Pemeriksaan fisik *

Curiga PPOK **

Fasiliti spirometri (-)

Pemeriksaan foto torak

Fasiliti spirometri (+)

VEP1/KVP < 70 % post bronkodilator Normal

Bukan PPOK

PPOK secara klinis


PPOK
Derajat I/II/III/IV

Bagan 2. Diagnosis PPOK.1

Keterangan bagan 2:
* Pemeriksaan fisik :

Suara napas vesikuler melemah


atau normal

a. Normal

Ekspirasi memanjang

b. Kelainan

Mengi

Bentuk dada: Barrel Chest

Penggunaan

otot

bantu

**Foto Toraks curiga PPOK

pernapasan

a. Normal

Pelebaran sela iga

b. Kelainan

Hipertrofi otot bantu napas

Fremitus
melebar

melemah,

sela

Hiperinflasi
iga

Hiperlusen
Diafragma mendatar

Hipersonor

11

Corakan
meningkat

bronkovaskular

Bullae
Jantung Pendulum

12

Klasifikasi PPOK.
DERAJAT
Derajat I :

KLINIS
FAAL PARU
Gejala klinik (batuk, produksi sputum)
Normal
Gejala batuk kronik dan produksi VEP1/KVP < 70%

PPOK Ringan

sputum ada tetapi tidak sering. Pada VEP1 80% prediksi


derajat

ini

pasien

sering

tidak

menyadari bahwa fungsi paru mulai


Derajat II:

menurun.
Gejala sesak mulai dirasakan saat VEP1/KVP < 70%

PPOK Sedang

aktivitas dan kadang ditemukan gejala 50 % < VEP1< 80%


batuk dan produksi sputum. Pada prediksi
derajat

ini

biasanya

pasien

mulai

Derajat III:

memeriksakan kesehatannya
Gejala sesak lebih berat, penurunan VEP1/KVP < 70%

PPOK Berat

aktivitas, rasa lelah, dan serangan 30 % < VEP1< 50%


eksaserbasi

Derajat IV:
PPOK

semakin

sering

dan prediksi

berdampak pada kualitas hidup pasien.


Gejala diatas ditambah tanda-tanda VEP1/KVP < 70%

Sangat gagal napas atau gagal jantung kanan VEP1< 30% prediksi

Berat

dan

ketergantungan

derajat

ini,

kualitas

oksigen.
hidup

Pada atau
pasien VEP1< 50% prediksi

memburuk dan jika eksaserbasi dapat disertai gagal napas


mengancam jiwa.

kronik.

Tabel 1. Klasifikasi PPOK.1


Diagnosis Banding
1.

PPOK
a. Onset usia pertengahan
b. Gejala progresif lambat
c. Riwayat merokok (lama dan jumlah rokok)
d. Sesak saat aktifitas
e. Hambatan aliran udara ireversibel

13

2.

Pada Asma
a. Onset usia dini
b. Gejala bervariasi dari hari ke hari
c. Gejala pada waktu malam/dini hari lebih menonjol
d. Dapat diketemukan alergi, rhinitis dan eksim
e. Riwayat asma dalam keluarga
f. Hambatan aliran udaranya reversibel

3.

Pada Gagal Jantung Kongestif


a. Riwayat hipertensi
b. Rankhi basah halus di basal paru
c. Gambaran foto torak tampak pembesaran jantung dan oedema
d. Pemeriksaan faal paru restriktif, bukan obstruktif

4.

Pada Tuberkulosis
a. Onset semua usia
b. Gambaran foto torak infiltrat
c. Konfirmasi pemeriksaan mikrobiologi (BTA)

5.

Pada Sindrom Obstruksi Pasca TB (SOPT)


a. Riwayat terapi TB adekuat
b. Gambaran foto torak fibrosis dan kalsifikasi minimal
c. Pemeriksaan faal paru menunjukkan obstruktif yang tidak reversibel

IV.

Penatalaksanaan PPOK
Dampak PPOK pada seseorang pasien, bergantung tidak hanya pada

derajat keterbatasan saluran nafas, tetapi juga pada keparahan gejalanya. Staging
berdasarkan spirometri, adalah pendekatan pragmatik yang ditujukan pada
implementasi praktis dan harus digunakan sebagai alat edukasi dan suatu indikasi
umum untuk dilakukan pengobatan.1,2
Terapi farmakologis digunakan untuk mencegah dan mengendalikan
gejala, mengurangi kekerapan dan keparahan eksaserbasi, meningkatkan kondisi
kesehatan dan meningkatkan toleransi olah raga.4
Tujuan dari penatalaksanaan PPOK sendiri :

14

1.

Mengurangi gejala

2.

Mencegah progresivitas penyakit

3.

Meningkatkan toleransi latihan

4.

Meningkatkan kualitas hidup penderita

5.

Mencegah dan mengobati komplikasi

6.

Mencegah dan mengobati eksaserbasi berulang

7.

Menurunkan angka kematian


Berdasarkan dari tujuan penatalaksanaan PPOK maka program berhenti

merokok juga menjadi perhatian utama, karena asap rokok merupakan penyebab
terpenting bagi timbulnya PPOK.1,4
Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan melalui 4 komponen
program tatalaksana :
1.

Evaluasi dan Monitor Penyakit

Riwayat penyakit yang rinci pada pasien yang dicurigai atau pasien yang
telah di diagnosis PPOK digunakan untuk evaluasi dan monitoring penyakit :
a. Pajanan faktor risiko, jenis zat dan lamanya terpajan.
b. Riwayat timbulnya gejala atau penyakit
c. Riwayat keluarga PPOK atau penyakit paru lain, misalnya Asma dan
TB paru.
d. Riwayat eksaserbasi atau perawatan di rumah sakit akibat penyakit paru
kronik lainnya.
e. Penyakit komorbid yang ada, misal penyakit jantung, rematik atau
penyakit yang menyebabkan keterbatasan aktifitas.
f. Rencana pengobatan terkini yang sesuai dengan derajat PPOK.
g. Pengaruh penyakit terhadap kehidupan pasien seperti keterbatasan
aktifitas, kehilangan waktu kerja dan pengaruh ekonomi, dan perasaan
depresi/cemas.
h. Kemungkinan untuk mengurangi faktor risiko terutama berhenti
merokok.
i. Dukungan dari keluarga.
Karakteristik gejala PPOK adalah dispnea kronik dan progresif, artinya
fungsi paru akan menurun seiring bertambahnya usia, batuk dan produksi sputum,
15

dapat mendahului terjadinya keterbatasan aliran nafas. Meski PPOK didefinisikan


atas dasar keterbatasan aliran nafas, pada prakteknya keputusan untuk
mendapatkan pertolongan medis umumnya ditentukan dari dampak suatu gejala
terhadap kualitas hidup pasien. Untuk itu monitor penting yang harus dilakukan
adalah memperhatikan gejala klinis dan fungsi paru penderita.1,5
2.

Menurunkan faktor risiko

Berhenti merokok merupakan satu-satunya intervensi yang paling efektif


dalam mengurangi risiko berkembangnya PPOK dan memperlambat progesifitas
penyakit.1
Proses berhenti dari kebiasaan merokok ini memang tidak semudah
membalik telapak tangan, butuh niat yang kuat dari penderita dan kalau perlu bisa
dibantu dengan farmakoterapi. Kebiasaan merokok ini bahkan bisa masuk
kategori candu karena begitu seseorang mencoba merokok maka nikotin yang
terserap dalam darah akan diteruskan ke otak dan ditangkap oleh reseptor alfa 4
beta 2 sehingga merangsang pelepasan dopamin yang memberikan rasa nyaman.
Sehingga saat seseorang berhenti merokok, dopamin akan berkurang dan
menimbulkan hilangnya rasa nyaman selanjutnya akan timbul keinginan kembali
untuk merokok, terjadilah lingkaran setan yang akan sangat sulit diputuskan.5
Untuk itu bagi kita para dokter telah dibuatkan strategi untuk membantu
pasen berhenti merokok. Dikenal dengan istilah 5 A:
a. Ask ( Tanyakan )
Mengidentifikasi semua perokok pada setiap kunjungan.
b. Advise ( Nasihati )
Beri dorongan yang kuat untuk berhenti merokok.
c. Assess(Nilai )
Keinginan untuk usaha berhenti merokok (misal: dalam 30 hari ke
depan).
d. Assist ( Bimbing )
Membantu pasien dengan rencana berhenti merokok, menyediakan
konseling praktis dan merekomendasikan penggunaan farmakoterapi.
e. Arrange (Atur)
Buat jadwal kontak lebih lanjut.
16

3.

Penatalaksanaan Menurut Derajat PPOK

Penanganan PPOK yang stabil secara menyeluruh harus bersifat


individu terutama pada perbaikan gejala dan kualitas hidup.1
DERAJAT I
VEP1/KVP < 70%
VEP1
80%

DERAJAT II
VEP1/KVP < 70%
50 % < VEP1<

DERAJAT III
VEP1/KVP < 70%
30 % < VEP1<

DERAJAT IV
VEP1/KVP < 70%
VEP1<
30%

prediksi

80% prediksi

50% prediksi

prediksi

Hindari faktor risiko: BERHENTI MEROKOK, PAJANAN KERJA

Dipertimbangkan pemberian vaksinasi influenza

Tambahkan bronkodilator kerja pendek (bila diperlukan)


Berikan pengobatan rutin dengan

satu

atau

lebih

bronkodilator kerja lama


Tambahkan rehabiitasi fisis
Tambahkan inhalasi glukokortikosteroid

jika

terjadii

eksaserbasi berulang-ulang
Tambahkan pemberian oksigen jangka
panjang kalau terjadi gagal napas kronik
Lakukan tindakan operasi bila diperlukan

Tabel 2. Penatalaksanaan PPOK.1

Karakteristik Dan Rekomendasi Pengobatan Berdasarkan Derajat PPOK :


Semua derajat:
Rekomendasi Pengobatan :

Edukasi (hindari faktor pencetus).

Bronkodilator kerja singkat (SABA, Antikolinergik kerja cepat, Xantin)


bila perlu.

Vaksinasi influenza.

Derajat I : PPOK Ringan

17

Karakteristik:
VEP1/KVP < 70%
VEP1 80% prediksi
Dengan atau tanpa gejala.
Rekomendasi pengobatan:

Bronkodilator kerja singkat (SABA, Antikolinergik kerja cepat,


Xantin) bila perlu

Derajat II : PPOK Sedang


Karakteristik:
VEP1/KVP < 70%
50 % < VEP1< 80% prediksi
Dengan atau tanpa gejala
Rekomendasi pengobatan:
1. Pengobatan reguler dengan bronkodilator:
a. Antikolinergik kerja lama sebagai terapi pemeliharaan
b. LABA
c. Simptomatik
2. Rehabilitasi (edukasi, nutrisi, rehabilitasi respirasi)
Derajat III : PPOK Berat
Karakteristik:
VEP1/KVP < 70%
30 % < VEP1< 50% prediksi
Dengan atau tanpa gejala
Rekomendasi pengobatan:
1. Pengobatan reguler dengan 1 atau lebih bronkodilator:
a. Antikolinergik kerja lama sebagai terapi pemeliharaan
b. LABA
c. Simptomatik
d. Kortikosteroid inhalasi bila memberikan respons klinis atau
eksaserbasi berulang
2. Rehabilitasi (edukasi, nutrisi, rehabilitasi respirasi)

18

Derajat IV : PPOK Sangat Berat


Karakteristik:
VEP1/KVP < 70%
VEP1< 30% prediksi atau gagal napas atau gagal jantung kanan
Rekomendasi pengobatan:
1. Pengobatan reguler dengan 1 atau lebih bronkodilator:
a. Antikolinergik kerja lama sebagai terapi pemeliharaan
b. LABA
c. Simptomatik
d. Kortikosteroid inhalasi bila memberikan respons klinis atau
eksaserbasi berulang
2. Rehabilitasi (edukasi, nutrisi, rehabilitasi respirasi)
3. Terapi oksigen jangka panjang bila gagal napas
4. Ventilasi mekanis noninvasif
5. Pertimbangkan terapi pembedahan.

Bronkodilator
Kombinasi agonis B2, antikolinergik dan atau teofilin memperbaiki fungsi
paru dan kualitas hidup. Pengobatan dini dengan bronkodilator antikolinergik
kerja lama pada PPOK derajat II/sedang dapat memperlambat laju penurunan
fungsi paru.1,6

Glukokortikosteroid
Glukokortikosteroid inhalasi tidak mencegah laju penurunan fungsi
paru.Glukokortikoid dapat menurunkan frekuensi eksaserbasi pada derajat III
dan IV.1,5

Inhalasi kombinasi glukokortikosteroid dengan LABA lebih efektif


menurunkan eksaserbasi dan memperbaiki fungsi parus serta kualitas hidup.1

Vaksinasi influenza dan pneumonia dipertimbangkan diberikan pada:


o Pasien usia diatas 60 tahun
o Pasien PPOK sedang, berat dan sangat berat.

Mukolitik (ambroksol, erdostein, karbosistein)

19

Pada eksaserbasi memberikan perbaikan,sedang pada penggunaan jangka


panjang masih diperdebatkan.1

Antioksidan (N-asetilsistein)
Antioksidan dapat mengurangi frekuensi eksaserbasi bila digunakan bersama
kortikosteroid inhalasi

Rehabilitasi medis
Menurunkan gejala dan memperbaiki kualitas hidup. Disarankan mulai pada
derajat II.1

Terapi oksigen
Pemberian terapi oksigen jangka panjang lebih dari 15 jam per hari pada
pasien dengan gagal napas dapat meningkatkan harapan hidup serta
memberika keuntungan pada hemodinamik, karakteristik hematologi
kapasitas latihan, ventilasi, dan status mental. Indikasi pemberian terapi
oksigen jangka panjang pada PPOK derajat IV.1

Ventilasi mekanis non invasif


Tidak digunakan secara rutin pada PPOK dengan gagal napas kronik,
kombinasi bersamaan dengan terapi oksigen jangka panjang. Dapat
dianjurkan jika terjadi gagal napas acute on chronic.1

Pembedahan
Bulektomi dapat menurunkan sesak dan memperbaiki fungsi paru.1

Lung volume reduction surgery (LVRS)

Tranplantasi paru

20

4.

Tatalaksana PPOK Stabil


Tatalaksana PPOK stabil

EDUKASI

FARMAKOLOGI

NON FARMAKOLOGI

Berhenti merokok
REGULER
Rehabilitasi
Pengetahuan dasar PPOK
Bronkodilator
Terapi oksigen
Obat-obatan
Anti kolinergik
Vaksinasi *
Pencegahan perburukan2Agonis
penyakit
Nutrisi
Menghindari pencetus Xantin
Ventilasi non mekanik
Penyesuaian aktifitas
Kombinasi SABA + Antikolinergik
Intervensi bedah
Kombinasi LABA + Kortikosteroid
Antioksidan
Dipertimbangkan mukolitik

Bagan 2. Tatalaksana PPOK Stabil.1

Keterangan :
Kortikosteroid hanya diberikan kepada penderita dengan uji steroid
positif. Uji steroid positif adalah bila dengan pemberian steroid oral
selama 10-14 hari atau inhalasi selama 6 minggu 3 bulan
menujukkan perbaikan gejala klinisatau fungsi paru.
SABA : short acting 2 Agonis
LABA : long actng 2 Agonis
* Vaksinasi Influensa dipertimbangkan pemberiannya pada :
Pasien usia diatas 60 tahun
Pasien PPOK sedang dan berat

21

5.

Tatalaksana PPOK eksaserbasi

Akut eksaserbasi adalah suatu kejadian yang terjadi secara alamiah, dalam
perjalanan penyakit PPOK hal itu ditandai dengan perubahan dispnea, batuk, dan
atau produksi sputum yang jauh dari normal.5,7
Gejala eksaserbasi akut :
Batuk makin sering / hebat
Produksi sputum bertambah banyak
Sputum berubah warna
Sesak napas bertambah
Keterbatasan aktifitas bertambah
Terdapat gagal napas akut pada gagal napas kronik
Penurunan kesadaran
Penatalaksanaan eksaserbasi akut dapat dilakukan di:
1. Poliklinik rawat jalan
2. Unit gawat darurat
3. Ruang rawat
4. Ruang ICU
Prinsip penatalaksanaan eksaserbasi PPOK
1.

Optimalisasi penggunaan obat-obatan


a. Bronkodilator
Agonis beta-2 kerja cepat kombinasi dengan antikolinergik
perinhalasi (nebuliser)
Xantin intravena (bolus dan drip)
b. Kortikosteroid sistemik
c. Antibiotik
Golongan

Makrolid

baru

(Azitromisin,

Roksitromisin,

Klaritromisin)
Golongan Kuinolon respirasi
Sefalosporin generasi III / IV

22

d. Mukolitik
e. Ekspektoran
2.

Terapi oksigen

3.

Terapi nutrisi

4.

Rehabilitasi fisik dan respirasi

5.

Evaluasi progresifiti penyakit

6.

Edukasi

Penatalaksanaan pasien PPOK eksaserbasi akut bisa dilakukan dengan


rawat jalan atau rawat inap bergantung pada kondisi pasien.1
Indikasi rawat:
1. Peningkata gejala (sesak, batuk) saat tidak beraktivitas
2. PPOK dengan derajat berat
3. Terdapat tanda-tanda sianosis atau edema
4. Disertai penyakit komorbid lain
5. Sering eksaserbasi
6. Didapatkan aritmia
7. Diagnostik yang belum jelas
8. Usia lanjut
9. Infeksi saluran napas berat
10. Gagal napas akut pada gagal napas kronik
Indikasi rawat ICU:
1. Sesak berat setelah penanganan adekuat di ruang gawat darurat atau ruang
rawat
2. Kesadaran menurun, letargi atau kelemahan otot-otot respirasi
3. Setelah pemberian oksigen tetapi terjadi hipoksemia atau perburukan
PaO2 < 50 mmHg atau PaCO2 > 50 mmHg memerlukan ventilasi mekanis
(invasif atau non invasif)
4. Memerlukan penggunaan ventilasi mekanis invasif
5. Ketidakstabilan hemodinamik

23

Ke dokter

Lanjutkan tatalaksana, kurangi jika

Tambahkan kortikosteroid oral


Antibiotik bila ada tanda infeksi saluran napas
Tatalaksana
Diuretik bila ada
kelebihan jangka
cairan panjang

Nilai ulang tanda/gejala selama 2 hari

Perburukan tanda/gejala

Rujuk ke rumah sakit

Bagan 3. Algoritme Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut Di Rumah


& Pelayanan Kesehatan Primer / PUSKESMAS.1

24

Nilai berat gejala (kesadaran, frekuensi napas, pemeriksaan fisis)


Analisis gas darah
Foto toraks

Terapi oksigen
Bronkodilator
*inhalasi/ nebuliser
-agonis b2
-antikolinergik
Antibiotik
Kortikosteroid sistemik
Diuretik bila ada retensi cairan

Mengancam jiwa (gagal napas akut) Tidak mengancam jiwa

ICU

Ruang rawat

Bagan 4. Algoritme Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut Di Rumah


Sakit.1

25

BAB III
PEMBAHASAN
Diagnosis kerja pasien ini adalah PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis),
PPOK sendiri memiliki karakteristik terjadinya hambatan aliran udara yang
disebabkan oleh obstruksi napas kecil (obstruksi bronkiolitis) dan kerusakan
parenkim paru ( emfisema). Pasien ini di diagnosa PPOK berdasarkan anamnesa
PPOK sering timbul pada usia pertengahan akibat merokok dalam waktu yang
lama. Pasien datang ke IGD RSWK dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari
SMRS. Sesak napas sudah dikeluhkan pasien sejak 1 bulan

yang

lalu dan

dirasakan hilang timbul dan sesak merasa memberat sejak 2 hari SMRS. Pasien
mengaku perlu usaha bernafas yang lebih untuk bernafas. Sesak napas ini
dikarenakan dinding bronkiolus yang melemah sehingga terjadi gangguan
pengembangan paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang udara di dalam paru
disertai destruksi jaringan. Pasien mengeluhkan batuk berdahak berwarna putih
encer sejak 1 bulan SMRS yang dirasakan hilang timbul. Faktor penyebabnya ada
3 yaitu : perokok, infeksi, polusi. Pada kasus ini, diawali dengan rokok sebagai
faktor penyebabnya berdasarkan dari anamnesa bahwa pasien sudah merokok
sejak usia 20 tahun, dalam 1 hari dapat menghabiskan 10 batang rokok per hari.
Maka dari rokok ini dapat mengakibatkan radang pada bronkus karena dengan
merokok dapat menimbulkan kelumpuhan rambut getar selaput lendir bronchus
sehingga drainage lendir terganggu.Kumpulan lendir merupakan medium untuk
infeksi bakteri.
Karena adanya kelainan radang pada bronchus dan bisa pula mengenai
bronchrolus yang sering karena rokok dan infeksi dari kumpulan lendir ini maka
radang ini dapat mengakibatkan fibrosis sehingga terjadi iskhemi dan parut
sehingga memperlemah dinding bronchiolus. Sedangkan pada pemeriksaan fisik,
tanda tanda vital TD: 130/80 Nadi 100x/menit RR: 28x/menit S: 37,6C dan
pada pemeriksaan paru didapatkan suara napas vesikuler +/+, Ronki Basah Kasar
+/+ dan wheezing +/+, pemeriksaan lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan peningkatan LED, SGPT, SGPT. Pada pemeriksaan foto
thoraks terdapat gambaran bronkitis.

26

DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) PPOK. Pedoman Praktis
Diagnosis dan \Penatalaksanaan di Indonesia, Revisi Juli 2009
2. Aru W, Bambang S,dkk. Buku ajar ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi
keempat, Balai Penerbit FKUI, Jakarta 2006.
3. Penyakit paru obstruktif kronik. Ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia
"http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_paru_obstruktif_kronik"
4. Amim M. PPOM : Polusi Udara, Rokok dan Alfa-1 Antitripsin. Cetakan
Pertama, Airlangga University Press. Surabaya 1996.
5. Robert R, Antonio A, et all. Global Strategy for the Diagnosis, Management,
and Prevention of COPD. Medical Communication Resoursces.
www.goldcopd.com 2009.
6. Managemen Komprehensif Penyakit Paru Obstruktif Kronis, SIMPOSIA
- Majalah Farmacia Edisi Desember 2007 , Halaman: 58 (26 hits).
7. PPOK. ETHICAL DIGEST, Semijurnal Farmasi dan Kedokteran no 37 Maret
2007.

27

Anda mungkin juga menyukai