STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS PASIEN
II.
Nama
: Tn. IS
Umur
: 85 tahun
Jenis kelamin
: Laki Laki
Alamat
: Sumpiuh, Banyumas
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh
No CM
: 245231
Tanggal Masuk
: 07 November 2013
ANAMNESIS
Dilakukan anamnesis pada tanggal 07 November 2013
A.
Keluhan utama
B.
Keluhan tambahan
C.
sesak yang dirasakan sejak kecil dan riwayat asma dalam keluarga tidak
ada. Pasien juga mengaku nafsu makan masih baik, BAB dan BAK tidak
ada keluhan
D. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat asma (-)
- Riwayat penyakit hipertensi disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat penyakit paru disangkal
- Riwayat DM disangkal
- Riwayat alergi (-)
E.
Riwayat DM disangkal
: Sedang
B. Kesadaran
: Compos mentis
C. Vital sign
: 100 x/menit
Respirasi
: 28 x/menit
Suhu
: 37,6C
Status Generalis
1. Kepala
Bentuk
: Normocephal, simetris
Rambut
Venektasi
2. Mata
: Tidak ada
: Konjungtiva pucat (-/-), sclera ikterik (-/-).
3. Hidung
septum (-)
4. Mulut
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Suara dasar
: Vesikuler +/+
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
8. Pemeriksaan Extremitas
IV.
Superior
: Edema (-/-)
Inferior
: Edema (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (tanggal 08 November 2013)
Jenis Pemeriksaan
Hematologi
08 November 2013
Hasil
Nilai Rujukan
Darah Rutin
Hemoglobin
13,3
14-18 g/dl
Hematokrit
42,8
40-54%
Leukosit
10.200
4.800 10.800 /L
Trombosit
268.000
150.000-400.000/L
LED
75
0-15 mm/jam
68
<37
Kimia Darah
SGPT
62
<41
SGOT
157
<200
0,64
0,2-1 mg/dl
Bilirubin total
49
10-50 mg/dl
Ureum
1,2
0,9-1,3 mg/dl
Kreatinin
V.
RESUME
Pasien datang ke IGD RSWK dengan keluhan sesak napas sejak 2
hari SMRS. Sesak napas sudah dikeluhkan pasien sejak 1 bulan yang lalu
dan dirasakan hilang timbul dan sesak merasa memberat sejak 2 hari
SMRS. Pasien mengaku perlu usaha bernafas yang lebih untuk bernafas.
Pasien mengeluhkan demam dan batuk berdahak berwarna hijau sejak 2
minggun SMRS yang dirasakan hilang timbul. Akhir-akhir ini batuk dirasa
semakin memberat, batuk timbul pada saat siang maupun malam. Pasien
mengeluhkan mual sejak 1 hari SMRS tanpa disertai muntah.
Pasien mempunyai riwayat kebiasaan merokok dan minum kopi.
Kebiasaan merokok ini sudah dimulai sejak usia 20 tahun setiap harinya
merokok 10 batang.
Pada pemeriksaan fisik tanda tanda vital TD: 130/80 Nadi
100x/menit RR: 28x/menit S: 37,6C dan pada pemeriksaan paru
didapatkan suara napas vesikuler +/+, Ronki Basah Kasar +/+ dan
wheezing +/+, pemeriksaan lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan
laboratorium juga dalam batas normal. Pada pemeriksaan foto thoraks
terdapat gambaran bronkitis
VI.
DIAGNOSIS KERJA
PPOK
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis :
-
Bed rest
Posisi duduk
Farmakologis :
- IVFD RL 20 tpm
- Oksigen 1-3 Liter/menit
XI.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo d sanationam
: dubia
FOLLOW UP
31 Mei 2013
S : sesak napas (+), batuk berdahak (+), mual (+), muntah (-)
O :KU/Kesadaran : Tampak sakit sedang/compos mentis
TTV
: TD : 110/70 mmHg
RR: 26x/menit
Nadi: 84x/menit
S: 37C
Thorax
Cor
Abdomen
Ekstremitas
A : PPOK
P :
09 November 2013
S : sesak napas (+), mual (+), Muntah
O :KU/Kesadaran : Tampak sakit sedang/compos mentis
TTV
: TD : 130/90 mmHg
RR: 25x/menit
Nadi: 80x/menit
S: 36,5C
Thorax
Cor
Abdomen
Cor
Ekstremitas
Pulmo :
A : PPOK
P :
TTV
: TD : 120/70 mmHg
RR: 24x/menit
Nadi: 84x/menit
S: 37C
Thorax
Cor
Abdomen
Ekstremitas
A : PPOK
P :
Pasien dipulangkan dan diedukasi kontrol rawat jalan ke poli paru secara rutin.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
I.
Definisi
Penyakit Paru Obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat
dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran nafas yang
tidak sepenuhnya reversibel, bersifat progresif dan berhubungan dengan respons
inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun/berbahaya, disertai efek
ekstraparu yang berkontribusi terhadap berat penyakit.1,2
Bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK karena,
emfisema merupakan diagnosis patologik dan bronkitis kronik merupakan
diagnosis klinis. Selain itu keduanya tidak selalu mencerminkan hambatan aliran
udara dalam saluran napas.1,3
Gejala klinis PPOK: batuk, produksi sputum, sesak napas yang bertambah
pada saat aktivitas. Faktor risiko, asap rokok merupakan penyebab terpenting,
jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Penyebab faktor genetik adalah
kekurangan enzim alfa-1 antitipsin.1,2
Termasuk dalam faktor risiko:
1. Asap rokok
a. Perokok aktif
b. Perokok pasif
2. Polusi udara
a. Polusi di dalam ruangan
Asap rokok
Asap kompor
b. Polusi di luar ruangan
Debu jalanan
c. Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
3. Infeksi saluran nafas bawah be\\rulang
4. Sosio ekonomi
II.
Patogenesis
Antiprotease
Stress oksidatif
Protease
Mekanisme perbaikan
Patologi PPOK
10
III.
Diagnosis PPOK
Faktor risiko
Sesak nafas dan yang bertambah saat aktivitas
Usia diatas 40 tahun
Batuk kronik
Riwayat pajanan : asap rokok, polusi udara, polusi
tempat kerja
Produksi
sputum kronik
Keterbatasan aktivitas
Pemeriksaan fisik *
Curiga PPOK **
Bukan PPOK
Keterangan bagan 2:
* Pemeriksaan fisik :
a. Normal
Ekspirasi memanjang
b. Kelainan
Mengi
Penggunaan
otot
bantu
pernapasan
a. Normal
b. Kelainan
Fremitus
melebar
melemah,
sela
Hiperinflasi
iga
Hiperlusen
Diafragma mendatar
Hipersonor
11
Corakan
meningkat
bronkovaskular
Bullae
Jantung Pendulum
12
Klasifikasi PPOK.
DERAJAT
Derajat I :
KLINIS
FAAL PARU
Gejala klinik (batuk, produksi sputum)
Normal
Gejala batuk kronik dan produksi VEP1/KVP < 70%
PPOK Ringan
ini
pasien
sering
tidak
menurun.
Gejala sesak mulai dirasakan saat VEP1/KVP < 70%
PPOK Sedang
ini
biasanya
pasien
mulai
Derajat III:
memeriksakan kesehatannya
Gejala sesak lebih berat, penurunan VEP1/KVP < 70%
PPOK Berat
Derajat IV:
PPOK
semakin
sering
dan prediksi
Sangat gagal napas atau gagal jantung kanan VEP1< 30% prediksi
Berat
dan
ketergantungan
derajat
ini,
kualitas
oksigen.
hidup
Pada atau
pasien VEP1< 50% prediksi
kronik.
PPOK
a. Onset usia pertengahan
b. Gejala progresif lambat
c. Riwayat merokok (lama dan jumlah rokok)
d. Sesak saat aktifitas
e. Hambatan aliran udara ireversibel
13
2.
Pada Asma
a. Onset usia dini
b. Gejala bervariasi dari hari ke hari
c. Gejala pada waktu malam/dini hari lebih menonjol
d. Dapat diketemukan alergi, rhinitis dan eksim
e. Riwayat asma dalam keluarga
f. Hambatan aliran udaranya reversibel
3.
4.
Pada Tuberkulosis
a. Onset semua usia
b. Gambaran foto torak infiltrat
c. Konfirmasi pemeriksaan mikrobiologi (BTA)
5.
IV.
Penatalaksanaan PPOK
Dampak PPOK pada seseorang pasien, bergantung tidak hanya pada
derajat keterbatasan saluran nafas, tetapi juga pada keparahan gejalanya. Staging
berdasarkan spirometri, adalah pendekatan pragmatik yang ditujukan pada
implementasi praktis dan harus digunakan sebagai alat edukasi dan suatu indikasi
umum untuk dilakukan pengobatan.1,2
Terapi farmakologis digunakan untuk mencegah dan mengendalikan
gejala, mengurangi kekerapan dan keparahan eksaserbasi, meningkatkan kondisi
kesehatan dan meningkatkan toleransi olah raga.4
Tujuan dari penatalaksanaan PPOK sendiri :
14
1.
Mengurangi gejala
2.
3.
4.
5.
6.
7.
merokok juga menjadi perhatian utama, karena asap rokok merupakan penyebab
terpenting bagi timbulnya PPOK.1,4
Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan melalui 4 komponen
program tatalaksana :
1.
Riwayat penyakit yang rinci pada pasien yang dicurigai atau pasien yang
telah di diagnosis PPOK digunakan untuk evaluasi dan monitoring penyakit :
a. Pajanan faktor risiko, jenis zat dan lamanya terpajan.
b. Riwayat timbulnya gejala atau penyakit
c. Riwayat keluarga PPOK atau penyakit paru lain, misalnya Asma dan
TB paru.
d. Riwayat eksaserbasi atau perawatan di rumah sakit akibat penyakit paru
kronik lainnya.
e. Penyakit komorbid yang ada, misal penyakit jantung, rematik atau
penyakit yang menyebabkan keterbatasan aktifitas.
f. Rencana pengobatan terkini yang sesuai dengan derajat PPOK.
g. Pengaruh penyakit terhadap kehidupan pasien seperti keterbatasan
aktifitas, kehilangan waktu kerja dan pengaruh ekonomi, dan perasaan
depresi/cemas.
h. Kemungkinan untuk mengurangi faktor risiko terutama berhenti
merokok.
i. Dukungan dari keluarga.
Karakteristik gejala PPOK adalah dispnea kronik dan progresif, artinya
fungsi paru akan menurun seiring bertambahnya usia, batuk dan produksi sputum,
15
3.
DERAJAT II
VEP1/KVP < 70%
50 % < VEP1<
DERAJAT III
VEP1/KVP < 70%
30 % < VEP1<
DERAJAT IV
VEP1/KVP < 70%
VEP1<
30%
prediksi
80% prediksi
50% prediksi
prediksi
satu
atau
lebih
jika
terjadii
eksaserbasi berulang-ulang
Tambahkan pemberian oksigen jangka
panjang kalau terjadi gagal napas kronik
Lakukan tindakan operasi bila diperlukan
Vaksinasi influenza.
17
Karakteristik:
VEP1/KVP < 70%
VEP1 80% prediksi
Dengan atau tanpa gejala.
Rekomendasi pengobatan:
18
Bronkodilator
Kombinasi agonis B2, antikolinergik dan atau teofilin memperbaiki fungsi
paru dan kualitas hidup. Pengobatan dini dengan bronkodilator antikolinergik
kerja lama pada PPOK derajat II/sedang dapat memperlambat laju penurunan
fungsi paru.1,6
Glukokortikosteroid
Glukokortikosteroid inhalasi tidak mencegah laju penurunan fungsi
paru.Glukokortikoid dapat menurunkan frekuensi eksaserbasi pada derajat III
dan IV.1,5
19
Antioksidan (N-asetilsistein)
Antioksidan dapat mengurangi frekuensi eksaserbasi bila digunakan bersama
kortikosteroid inhalasi
Rehabilitasi medis
Menurunkan gejala dan memperbaiki kualitas hidup. Disarankan mulai pada
derajat II.1
Terapi oksigen
Pemberian terapi oksigen jangka panjang lebih dari 15 jam per hari pada
pasien dengan gagal napas dapat meningkatkan harapan hidup serta
memberika keuntungan pada hemodinamik, karakteristik hematologi
kapasitas latihan, ventilasi, dan status mental. Indikasi pemberian terapi
oksigen jangka panjang pada PPOK derajat IV.1
Pembedahan
Bulektomi dapat menurunkan sesak dan memperbaiki fungsi paru.1
Tranplantasi paru
20
4.
EDUKASI
FARMAKOLOGI
NON FARMAKOLOGI
Berhenti merokok
REGULER
Rehabilitasi
Pengetahuan dasar PPOK
Bronkodilator
Terapi oksigen
Obat-obatan
Anti kolinergik
Vaksinasi *
Pencegahan perburukan2Agonis
penyakit
Nutrisi
Menghindari pencetus Xantin
Ventilasi non mekanik
Penyesuaian aktifitas
Kombinasi SABA + Antikolinergik
Intervensi bedah
Kombinasi LABA + Kortikosteroid
Antioksidan
Dipertimbangkan mukolitik
Keterangan :
Kortikosteroid hanya diberikan kepada penderita dengan uji steroid
positif. Uji steroid positif adalah bila dengan pemberian steroid oral
selama 10-14 hari atau inhalasi selama 6 minggu 3 bulan
menujukkan perbaikan gejala klinisatau fungsi paru.
SABA : short acting 2 Agonis
LABA : long actng 2 Agonis
* Vaksinasi Influensa dipertimbangkan pemberiannya pada :
Pasien usia diatas 60 tahun
Pasien PPOK sedang dan berat
21
5.
Akut eksaserbasi adalah suatu kejadian yang terjadi secara alamiah, dalam
perjalanan penyakit PPOK hal itu ditandai dengan perubahan dispnea, batuk, dan
atau produksi sputum yang jauh dari normal.5,7
Gejala eksaserbasi akut :
Batuk makin sering / hebat
Produksi sputum bertambah banyak
Sputum berubah warna
Sesak napas bertambah
Keterbatasan aktifitas bertambah
Terdapat gagal napas akut pada gagal napas kronik
Penurunan kesadaran
Penatalaksanaan eksaserbasi akut dapat dilakukan di:
1. Poliklinik rawat jalan
2. Unit gawat darurat
3. Ruang rawat
4. Ruang ICU
Prinsip penatalaksanaan eksaserbasi PPOK
1.
Makrolid
baru
(Azitromisin,
Roksitromisin,
Klaritromisin)
Golongan Kuinolon respirasi
Sefalosporin generasi III / IV
22
d. Mukolitik
e. Ekspektoran
2.
Terapi oksigen
3.
Terapi nutrisi
4.
5.
6.
Edukasi
23
Ke dokter
Perburukan tanda/gejala
24
Terapi oksigen
Bronkodilator
*inhalasi/ nebuliser
-agonis b2
-antikolinergik
Antibiotik
Kortikosteroid sistemik
Diuretik bila ada retensi cairan
ICU
Ruang rawat
25
BAB III
PEMBAHASAN
Diagnosis kerja pasien ini adalah PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis),
PPOK sendiri memiliki karakteristik terjadinya hambatan aliran udara yang
disebabkan oleh obstruksi napas kecil (obstruksi bronkiolitis) dan kerusakan
parenkim paru ( emfisema). Pasien ini di diagnosa PPOK berdasarkan anamnesa
PPOK sering timbul pada usia pertengahan akibat merokok dalam waktu yang
lama. Pasien datang ke IGD RSWK dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari
SMRS. Sesak napas sudah dikeluhkan pasien sejak 1 bulan
yang
lalu dan
dirasakan hilang timbul dan sesak merasa memberat sejak 2 hari SMRS. Pasien
mengaku perlu usaha bernafas yang lebih untuk bernafas. Sesak napas ini
dikarenakan dinding bronkiolus yang melemah sehingga terjadi gangguan
pengembangan paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang udara di dalam paru
disertai destruksi jaringan. Pasien mengeluhkan batuk berdahak berwarna putih
encer sejak 1 bulan SMRS yang dirasakan hilang timbul. Faktor penyebabnya ada
3 yaitu : perokok, infeksi, polusi. Pada kasus ini, diawali dengan rokok sebagai
faktor penyebabnya berdasarkan dari anamnesa bahwa pasien sudah merokok
sejak usia 20 tahun, dalam 1 hari dapat menghabiskan 10 batang rokok per hari.
Maka dari rokok ini dapat mengakibatkan radang pada bronkus karena dengan
merokok dapat menimbulkan kelumpuhan rambut getar selaput lendir bronchus
sehingga drainage lendir terganggu.Kumpulan lendir merupakan medium untuk
infeksi bakteri.
Karena adanya kelainan radang pada bronchus dan bisa pula mengenai
bronchrolus yang sering karena rokok dan infeksi dari kumpulan lendir ini maka
radang ini dapat mengakibatkan fibrosis sehingga terjadi iskhemi dan parut
sehingga memperlemah dinding bronchiolus. Sedangkan pada pemeriksaan fisik,
tanda tanda vital TD: 130/80 Nadi 100x/menit RR: 28x/menit S: 37,6C dan
pada pemeriksaan paru didapatkan suara napas vesikuler +/+, Ronki Basah Kasar
+/+ dan wheezing +/+, pemeriksaan lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan peningkatan LED, SGPT, SGPT. Pada pemeriksaan foto
thoraks terdapat gambaran bronkitis.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) PPOK. Pedoman Praktis
Diagnosis dan \Penatalaksanaan di Indonesia, Revisi Juli 2009
2. Aru W, Bambang S,dkk. Buku ajar ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi
keempat, Balai Penerbit FKUI, Jakarta 2006.
3. Penyakit paru obstruktif kronik. Ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia
"http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_paru_obstruktif_kronik"
4. Amim M. PPOM : Polusi Udara, Rokok dan Alfa-1 Antitripsin. Cetakan
Pertama, Airlangga University Press. Surabaya 1996.
5. Robert R, Antonio A, et all. Global Strategy for the Diagnosis, Management,
and Prevention of COPD. Medical Communication Resoursces.
www.goldcopd.com 2009.
6. Managemen Komprehensif Penyakit Paru Obstruktif Kronis, SIMPOSIA
- Majalah Farmacia Edisi Desember 2007 , Halaman: 58 (26 hits).
7. PPOK. ETHICAL DIGEST, Semijurnal Farmasi dan Kedokteran no 37 Maret
2007.
27