Bahaya Saus Palsu
Bahaya Saus Palsu
Dalam sehari, pabrik rumahan tersebut bisa membuat sambal dan saus palsu
hingga 200 ton dengan keuntungan mencapai Rp 100 juta per harinya.
Yoyol menjelaskan, dalam penggerebekan itu, polisi berhasil mengamankan 7
karyawan beserta pemiliknya. Terkait status yang diterapkan kepada para pelaku,
saat ini masih berstatus saksi. Namun, apabila pihaknya sudah mendapatkan hasil
uji laboratorium dan mempunyai alat bukti lainnya, tidak menutup kemungkinan, dari
para pelaku ini akan ditetapkan sebagai tersangka.
"Kami menyita sejumlah barang bukti bahan kimia yang digunakan untuk produksi
saus sambal, dan sebuah mobil boks yang sudah berisi ratusan bungkus saus
sambal yang siap diedarkan," katanya.
Yoyol mengatakan, pasal yang dipersangkakan kepada para pelaku yakni pasal 62
ayat (1) UU Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan pasal 136
UU Nomor 18 tahun 2002 tentang pangan dengan ancaman hukuman di atas 5
tahun.
Sementara itu, dari pengakuan pemilik pabrik, Tjan Ket alias Edi kepada wartawan
membantah menggunakan bahan kimia dalam proses produksi saus sambal itu. Dia
mengaku, bahan baku yang digunakan masih berbahan baku cabai dan tomat serta
bawang putih.
"Saya menggunakan bahan baku tambahan. Memang bahannya kimia akan tetapi
masih aman bagi manusia untuk dikonsumsi. Bahan kimia yang digunakan itu untuk
pengental saja," ucapnya.
Dia menuturkan, untuk izin edar dan produksi, pihaknya sudah mengantongi izin dari
Departemen Kesehatan. Sedangkan untuk izin dari BPOM, dia mengaku belum
mengantongi.
"Bahan kimia itu saya peroleh dari Jakarta. Bahan kimianya masih aman untuk
dikonsumsi manusia dan tidak berbahaya," kilahnya.
Dijelaskan Tjan Ket, pihaknya menjual satu pak isi 20 bungkus dengan harga Rp
20.000, dengan harga eceran Rp 1.500 per bungkusnya. Dia pun mengedarkan
saus sambal buatannya itu di antaranya ke pasar tradisional di daerah Banjaran,
Soreang, dan Caringin.(apt/jpnn)
Sumber : Radar Bandung (Grup JPNN.com)
Kami masih memburu mereka. Saat kejadian pedagang langsung kabur dan tidak
berjualan lagi. Kami sudah mengambil sample kotoran dan muntahan siswa untuk
diperiksa di labolatorium, jelas Anton.
Sumber : metrotvnews
Lalu apa kata saya?
14 tahun ? itu waktu yang cukup lama untuk terungkapnya kasus saus palsu ini,
berapa banyak saus berbahan berbahaya ini yang telah diproduksi selama 14 tahun
ini? berapa banyak banyak bahan kimia berbahaya yang telah dikonsumsi oleh
masyarakat kita? dan berapa banyak anak-anak yang telah memupuk racun sejak
dini? mengapa hal ini bisa terjadi?
Setelah saya kaji Ini merupakan permasalahan kita bersama hal ini dikarenakan
kurangnya koordinasi antara pemerintah, departemen kesehatan dan masyarakat
sehingga kejadian ini berjalan secara berlarut-larut. Hal ini juga tidak terlepas oleh
rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pangan yang aman dan sehat,
memang benar yang menjadi permasalahan saat ini dimasyarakat adalah dalam sisi
ekonomi oleh karena itu kebanyakan masyarakat terkadang lebih memilih saus yang
murah yang keamanannya masih dipertanyakan dari pada saus yang mahal namun
terjamin untuk dikonsumsi tetapi hal ini seharusnya dihindari karena beresiko pada
kesehatan dirinya sendiri.
Dewasa ini, saus menjadi sesuatu yang populer dimasyarakat karena disetiap
dagangan atau jajanan tidak terlepas dari yang namanya saus ini, sebagai contoh:
mie bakso, mie ayam, ayam goreng, martabak dan yang lainnya. Baru-baru ini juga
pada tanggal 6 Februari 2015 terjadi keracunan sebanyak 117 siswa SD karena
saus berbahaya didaerah Tasikmalaya, sehingga hal ini harus benar-benar
mendapat perhatian khusus karena bila dibiarkan seperti ini terus menerus bisa
menimbulkan dampak yang lebih besar lagi.
Solusi
Saya selaku mahasiswa teknologi pangan ingin mengungkapkan beberapa solusi
untuk permasalahan ini agar bisa segera teratasi dengan baik. Pertama lebih
ditingkatkan lagi koordinasi antara pemerintah, depkes, dan masyarakat karena ini
penting kita tidak bisa menyalahkan semata-mata hanya kepada pemerintah atau
depkes pihak depkes masih menjalankan penyortiran secara manual dengan
mendatangi pasar pasar dan industri pengolah makanan
untuk melakukan
pengawasan dan juga SDM yang dimilikinya masih kurang sehingga pengawasan
masih lemah oleh karena itu peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan dalam hal ini
untuk sama-sama mengawasi mana produk pangan yang aman dan mana yang
tidak. Kedua lebih ditingkatkan lagi pengawasan terhadap standar mutu yang layak
dipasarkan oleh pihak depkes dan BPOM sehingga yang menerima izin yang telah