Anda di halaman 1dari 5

Siddik Allisan(2013)

14 Tahun Beroperasi, Pabrik Saus Palsu Digerebek Polisi


BANDUNG - Tjang Ket alias Edi tidak bisa mengelak saat petugas dari Polrestabes
Bandung menggeledah pabrik saus dan sambal miliknya di Jalan Cicukang nomor 6,
Kelurahan Caringin, Kecamatan Bandung Kulon, Senin (26/1) kemarin. Pabrik yang
beroperasi sudah 14 tahun itu diduga menggunakan zat kimia berbahaya untuk
membuat saus dan sambal semirip aslinya.
Kapolrestabes Bandung Kombes Angesta Romano Yoyol mengatakan,
penggerebakan ini berawal dari informasi masyarakat yang menyebutkan ada pabrik
yang memproduksi saus dan sambal yang komposisinya tidak sesuai dengan yang
tertera dalam bungkus kemasan.
"Setelah didatangi tim Sat Reskrim ternyata benar. Kita langsung bawa tujuh
karyawan serta pemiliknya," ucap Yoyol kepada wartawan didampingi Kasat Reskrim
AKBP M Ngajib di lokasi penggerebekan dilansir Radar Bandung (Grup JPNN.com),
Selasa (27/1).
Dia menyebutkan, saus yang dibuat oleh pabrik ini bahannya bukan dari cabai atau
tomat layaknya kebanyakan saus dan sambal. Selain itu, komposisinya tidak sesuai
dengan yang tertera dalam bungkus kemasannya.
"Sambal dan saus ini bahannya dari ampas tapioka (onggok) 27 kilogram, ekstrak
bawang putih 3-4 kilogram, ekstrak cabai leoserin capsikum 0,5 ons, saksrin 50
gram, garam 4 kilogram, cuka 200 gram, pewarna sunset 1 ons, perwarna jenis
poncau satu sendok, potasium fospat 50 gram, dan bibit cairan tomat 0,5 ons,"
sebtunya.
Jadi saus dan sambal ini, lanjut dia, tidak pakai cabai atau tomat sama sekali. Tapi
pakai esens rasa tomat dan cairan kimia ekstrak cabai. Cara pembuatan saus dan
sambal tersebut yakni dengan mencampur semua bahan dalam satu drum kemudian
dilaruti air panas sebanyak 30 liter. Kemudian setelah itu diaduk.
"Setelah jadi, saus atau sambal tersebut kemudian dikemas dalam bungkus plastik
yang sudah diberikan label dan cap serta ada tulisan bahan komposisi yang tidak
sesuai dengan sebenarnya," katanya.
Dia menjelaskan, saus dan sambal itu dipasarkan ke pasar-pasar tradisional di Kota
Bandung dan di seluruh Jawa Barat. Pabrik ini sudah beroperasi selama 14 tahun.

Dalam sehari, pabrik rumahan tersebut bisa membuat sambal dan saus palsu
hingga 200 ton dengan keuntungan mencapai Rp 100 juta per harinya.
Yoyol menjelaskan, dalam penggerebekan itu, polisi berhasil mengamankan 7
karyawan beserta pemiliknya. Terkait status yang diterapkan kepada para pelaku,
saat ini masih berstatus saksi. Namun, apabila pihaknya sudah mendapatkan hasil
uji laboratorium dan mempunyai alat bukti lainnya, tidak menutup kemungkinan, dari
para pelaku ini akan ditetapkan sebagai tersangka.
"Kami menyita sejumlah barang bukti bahan kimia yang digunakan untuk produksi
saus sambal, dan sebuah mobil boks yang sudah berisi ratusan bungkus saus
sambal yang siap diedarkan," katanya.
Yoyol mengatakan, pasal yang dipersangkakan kepada para pelaku yakni pasal 62
ayat (1) UU Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan pasal 136
UU Nomor 18 tahun 2002 tentang pangan dengan ancaman hukuman di atas 5
tahun.
Sementara itu, dari pengakuan pemilik pabrik, Tjan Ket alias Edi kepada wartawan
membantah menggunakan bahan kimia dalam proses produksi saus sambal itu. Dia
mengaku, bahan baku yang digunakan masih berbahan baku cabai dan tomat serta
bawang putih.
"Saya menggunakan bahan baku tambahan. Memang bahannya kimia akan tetapi
masih aman bagi manusia untuk dikonsumsi. Bahan kimia yang digunakan itu untuk
pengental saja," ucapnya.
Dia menuturkan, untuk izin edar dan produksi, pihaknya sudah mengantongi izin dari
Departemen Kesehatan. Sedangkan untuk izin dari BPOM, dia mengaku belum
mengantongi.
"Bahan kimia itu saya peroleh dari Jakarta. Bahan kimianya masih aman untuk
dikonsumsi manusia dan tidak berbahaya," kilahnya.
Dijelaskan Tjan Ket, pihaknya menjual satu pak isi 20 bungkus dengan harga Rp
20.000, dengan harga eceran Rp 1.500 per bungkusnya. Dia pun mengedarkan
saus sambal buatannya itu di antaranya ke pasar tradisional di daerah Banjaran,
Soreang, dan Caringin.(apt/jpnn)
Sumber : Radar Bandung (Grup JPNN.com)

Di Tasikmalaya, 117 Siswa SD Keracunan Saus Berbahaya


Keracunan makanan menimpa 117 siswa sekolah dasar di Kelurahan Cigantang,
Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Para siswa ini diduga
keracunan setelah menyantap jajanan ayam gorenga dan martabak yang
menggunakan saus berbahaya.
Informasi yang diperoleh dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Cecep
Zainal Kholis, ke-117 orang yang mengalami keracunan kini berada di kantor
kelurahan untuk mendapatkan penanganan intensif. Mereka ditempatkan bersamasama di lantai beralas tika, dan diberi infus yang digantungkan mengguunakan tali di
kayu penyangga.
Mereka keracunan makanan jajanan sekolah, tetapi sebagian sudah mulai pulih,
terang Cecep, Jumat (6/2/2015) seperti dilansir di metrotvnews
Untuk menangani para korban, Basarnas pusat mengirim 18 pelbet memenuhi
keperluan tempat tidur.hal ini diungkapakan Cecep karena Badan Penanggulangan
Bencana Daerah di Kota Tasikmalaya belum memiliki fasilitas yang mencukupi.
Cecep juga menjelaskan, setelah mendapat perawatan, siswa yang mengalami
keracunan keadaannya sdah berangsur membaik, bahkan ada yang sudah boleh
pulang dan mengikuti pelajaran di sekolah kembali. Para siswa ini berasal dari SD N
1 dan SD N 2 Cigantang.
Para siswa sudah memasuki kegiatan belajar mengajar, akan tetapi sebagian masih
ada yang dirawat di Kantor Kelurahan. 12 orang dan RSUD Dr Soekarjo delapan
orang, kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya tersebut.
Kompol Anton Firmanto, Wakil Kepala Polresta Tasikmalaya menyampaikan saat ini
pihaknya masih memburu penjual ayam goreng dan martabak yang diduga
menggunakan saus berbahaya untuk barang dagangannya.

Kami masih memburu mereka. Saat kejadian pedagang langsung kabur dan tidak
berjualan lagi. Kami sudah mengambil sample kotoran dan muntahan siswa untuk
diperiksa di labolatorium, jelas Anton.
Sumber : metrotvnews
Lalu apa kata saya?
14 tahun ? itu waktu yang cukup lama untuk terungkapnya kasus saus palsu ini,
berapa banyak saus berbahan berbahaya ini yang telah diproduksi selama 14 tahun
ini? berapa banyak banyak bahan kimia berbahaya yang telah dikonsumsi oleh
masyarakat kita? dan berapa banyak anak-anak yang telah memupuk racun sejak
dini? mengapa hal ini bisa terjadi?
Setelah saya kaji Ini merupakan permasalahan kita bersama hal ini dikarenakan
kurangnya koordinasi antara pemerintah, departemen kesehatan dan masyarakat
sehingga kejadian ini berjalan secara berlarut-larut. Hal ini juga tidak terlepas oleh
rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pangan yang aman dan sehat,
memang benar yang menjadi permasalahan saat ini dimasyarakat adalah dalam sisi
ekonomi oleh karena itu kebanyakan masyarakat terkadang lebih memilih saus yang
murah yang keamanannya masih dipertanyakan dari pada saus yang mahal namun
terjamin untuk dikonsumsi tetapi hal ini seharusnya dihindari karena beresiko pada
kesehatan dirinya sendiri.
Dewasa ini, saus menjadi sesuatu yang populer dimasyarakat karena disetiap
dagangan atau jajanan tidak terlepas dari yang namanya saus ini, sebagai contoh:
mie bakso, mie ayam, ayam goreng, martabak dan yang lainnya. Baru-baru ini juga
pada tanggal 6 Februari 2015 terjadi keracunan sebanyak 117 siswa SD karena
saus berbahaya didaerah Tasikmalaya, sehingga hal ini harus benar-benar
mendapat perhatian khusus karena bila dibiarkan seperti ini terus menerus bisa
menimbulkan dampak yang lebih besar lagi.
Solusi
Saya selaku mahasiswa teknologi pangan ingin mengungkapkan beberapa solusi
untuk permasalahan ini agar bisa segera teratasi dengan baik. Pertama lebih
ditingkatkan lagi koordinasi antara pemerintah, depkes, dan masyarakat karena ini
penting kita tidak bisa menyalahkan semata-mata hanya kepada pemerintah atau
depkes pihak depkes masih menjalankan penyortiran secara manual dengan
mendatangi pasar pasar dan industri pengolah makanan
untuk melakukan
pengawasan dan juga SDM yang dimilikinya masih kurang sehingga pengawasan
masih lemah oleh karena itu peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan dalam hal ini
untuk sama-sama mengawasi mana produk pangan yang aman dan mana yang
tidak. Kedua lebih ditingkatkan lagi pengawasan terhadap standar mutu yang layak
dipasarkan oleh pihak depkes dan BPOM sehingga yang menerima izin yang telah

benar-benar produk yang aman dikonsumsi. Ketiga penyuluhan makanan yang


sehat, aman dan bergizi ini agar lebih gencar dilakukan dikalangan masyarakat baik
di perkotaan hingga ke daerah-daerah pedesaan yang tepencil karena hal ini sangat
penting sekali untuk memberikan wawasan dan kesadaran kepada masyarakat
untuk mulai mengetahui pengetahuan akan produk pangan yang aman untuk
dikonsumsi. Keempat Orang tua saat ini harus lebih mengawasi jajanan-jajanan
yang dibeli oleh anak-anaknya dan juga memberikan pengetahuan sejak dini kepada
anak-anaknya secara persuasif mengenai bahaya dari makanan yang tidak aman.
Kelima aparatur pengak hukum harus lebih tegas lagi dalam menindak produk
produk pangan olahan yang izinnya masih dipertanyakan atau masih diragukan.
Segeralah tarik produk-produk pangan yang tidak jelas perizinannya dipasaran
apabila ditemukan. Keenam acara televisi sekarang haruslah mulai memberikan
edukasi mengenai gizi dan keamanan pangan meskipun itu berbentuk acara atau
hanya berbentuk iklan karena sosialisasi yang paling ampuh adalah pada televisi
bukan hanya menampilkan acara-acara yang tidak memberikan manfaat contohnya :
ganteng ganteng seringgalau;). Terakhir tumbuhkan sikap peduli terhadap orang
lain jangan hanya memikirkan keuntungan semata dengan mengorbankan
kesehatan orang lain. Ingat sebaik-baiknya manusia adalah yang memberi manfaat
bagi orang lain bukan mencelakakannya demi keuntungan semata(dakwahan
mamah dedeh ;)) )
Oke terima kasih telah membaca tulisan saya semoga bisa memberi manfaat.

Anda mungkin juga menyukai