Anda di halaman 1dari 5

BAB II

ANALISI KASUS
Asma merupakan penyakit obstruktif yang reversibel dan ditandai oleh jalan napas yang
hiper-reaktif serta hiper-responsif sehingga terjadi bronkokonstriksi dinamis pada iritasi minimal.
Berbagai sel inflamasi berperan terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil
dan sel epitel. Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau
pencetus inflamasi saluran napas pada penderita asma. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat
asma baik pada asma intermiten maupun asma persisten. Inflamasi dapat ditemukan pada
berbagai bentuk asma seperti asma alergik, asma nonalergik, asma kerja dan asma yang
dicetuskan aspirin.
Untuk mendiagnosis asma, diperlukan adanya anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang komprehensif.
Anamnesis
Diagnosis asma pada anamnesis didapatkan gejala beruap batuk, sesak napas, rasa berat di
dada dan berdahak, gejala timbul/memburuk terutama malam/dini hari, bersifat episodik,
seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan. Biasanya diawali dengan faktor pencetus
yang bersifat individu dan asma berespon terhadap pemberian bronkodilator. Pasien asma
biasanya mempunyai riwayat keluarga menderita sakit serupa dan riwayat atopi.
Pada pasien ini mengeluh sesak napas yang bertambah berat sejak 2 HSMRS. Pasien juga
mengeluh batuk berdahak putih kental, nyeri dada disangkal, demam disangkal, keringat malam
disangkal, mual dan muntah disangkal, pasien mengeluh sering pilek warna putih jernih terutama
saat cuaca dingin. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien merupakan rujukan dari RS Kustati
dengan asma bronkial. Pasien mengeluh sering sesak napas sejak 2 tahun lalu, sesak dirasakan
kambuh-kambuhan terutama saat cuaca dingin, terkena debu, ataupun saat kelelahan. Sesak
berkurang dengan istirahat dan minum obat Salbutamol dari puskesmas. Pasien memiliki riwayat
alergi udang dan dingin. Ada riwayat DM dan asma dari keluarga pasien. Pasien memiliki
kebiasaan merokok dengan IB ringan (70).

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik penderita asma didapatkan Takipnea, Ekspirasi yang memanjang
dan wheezing pada auskultasi. Pada sebagaian penderita, auskultasi dapat terdengar normal
walaupun pada pengukuran objektif (faal paru) telah terdapat penyempitan jalan napas. Pada
keadaan serangan, kontraksi otot polos saluran napas, edema dan hipersekresi dapat menyumbat
saluran napas, maka sebagai kompensasi penderita bernapas pada volume paru yang lebih besar
untuk mengatasi menutupnya saluran napas. Hal itu meningkatkan kerja pernapasan dan
menimbulkan tanda klinis berupa sesak napas, mengi, dan hiperinflasi.
Pada serangan ringan mengi hanya terdengar waktu ekspirasi paksa. Walaupun demikian mengi
dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat berat, tetapi biasanya hanya
disertai gejala lain misalnya sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi, dan
penggunaan otot bantu napas.
Pada pemeriksaan fisik pasien ini didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
120x/menit, RR 24x/menit, dan suhu 37,30C per aksiler. Pada pemeriksaan inspeksi didapatkan
pengembangan dada kiri = kanan, pada palpasi diadapatkan fremitus raba kiri = kanan, perkusi
sonor/sonor, pada auskultasi didapatkan suara dasar vesikuler, didapatkan wheezing di kedua
paru.

Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan gas adarah arterial penderita asma selama serangan PaO2 kerapkali
menurun akibat hipoksemia yang terjadi karena ketidakcocokan V/Q. PaCO2 juga berkurang
akibat hiperventilasi. Tingkat PaCO2 yeng menjadi normal atau mengalami kenaikan selama
suatu serangan asma dapat mengindikasikan semakin parahnya obstruksi jalan napas atau
keletihan pasien yang sudah tidak lagi dapat mempertahankan frekuensi pernapasan per menit
yang tinggi.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hematokrit meningkat yaitu 57% (33-45%),
netrofil meningkat menjadi 86,3 % (55-80%), dan limfosit menurun 5,3 % (22-24%). Pada
pemeriksaan AGD didapatkan alkalosis metabolik mix respiratorik terkompensasi sempurna.

Arus Puncak Ekspirasi (APE)


Manfaat APE dalam diagnosis asma
1. Reversibiliti, yaitu perbaikan nilai APE 15% setelah inhalasi bronkodilator (uji
bronkodilator), atau bronkodilator oral 10-14 hari, atau respons terapi kortikosteroid
(inhalasi/orsl, 2 minggu).
2. Variabiliti, menilai variasi diurnal APE yang dikenal dengan variabiliti APE harian selama 1-2
minggu. Variabiliti juga dapat digunakan menilai derajat berat penyakit.
Pada pasien ini, didapatkan reversibilitas 27%.
Tatalaksana
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan kualitas
hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Tujuan penatalaksanaan tersebut merefleksikan pemahaman bahwa asma adalah
gangguan kronik progresif dalam hal inflamasi kronik jalan napas yang menimbulkan
hiperesponsif dan obstruksi jalan napas yang bersifat episodik.
Selama mondok di RSDM pasien ini mendapatkan pengobatan, meliputi O2 2 lpm, Diet
TKTP 1700 kkal, Infus NaCl 0.9% 20 tpm, Nebulizer fenoterol:ipratropium bromide
1:0,25/6jam, Inj. metil prednisolon 62,5mg /24jam, NAC 3x 200 mg.
Agen yang digunakan dalam terapi asma pada pasien ini adalah
1.

Ipratropium merupakan preparat antikolinergik yang secara kompetitif menyekat

pengikatan asetilkolin dengan reseptor muskarinik M1, M2 dan M3 pada sel-sel otot polos
dan dengan demikian mencegah bronkokonstriksi yang diperantarai oleh asetilkolin.
Meskipun bermanfaar pada asma eksaserbasi akut dan COPD, penggunaan dalam jangka
waktu lama belum ditetapkan sebagai terapi yang bermanfaat. Efek sampingnya jarang
ditemukan mengingat modifikasi kimia yang mengganggu absorpsi sistemik, meskipun
terdapat efek antikolinergik di luar target seperti mulut yang kering, sekret bronkus yang
kering dan retensi urin.

2. Fenoterol adalah preparat 2 agonist short acting, diberikan lewat metered-dose inhaler atau
nebulizer untuk meningkatkan bronkodilatasi dan mengurangi obstruksijalan napas. Efek
sampingnya umumnya berhubungan dengan agonisme do luar target pada reseptor
adrenergik 1 (dan hingga taraf yang jauh lebih ringan pada reseptor ) yang berupa :
hipertensi, serangan angina, vomitus, vertigo, stimulasi sistem saraf pusat (SSP) dan
keringnya/iritasi orofaring.
3. Steroid parenteral (metilpredmisolon) digunakan untuk mengurangi respons inflamasi
dengan menurunkan pembentukan sitokin yang membuat inaktif nuclear factor kappa lightchain enhancer pada sel-sel B yang aktif (NF-kB), disamping menurunkan permeabilitas
mikrovaskular dan mengurangi pelepasan mediator dari sel-sel eosinofil. Preparat sreoid
sering disuntikkan secara iV pada eksaserbasi akut asma yang berat dan diberikan secara
oral untuk pengendalian jangka panjang. Efek samping pemakaian steroid dalam waktu lama
meliputi glaukoma, katarak, kenaikan berat badan (buffalo hump) timbulnya punuk pada
bagian posterior leher dan wajah seperti bulan atau moon face, sakit menelan (sore throat),
serangan kejang, perubahan emosional (khususnya depresi), konfusion, kedutan otot,
shaking (gemeteran), gangguan tidur, peningkatan insiden osteoporosis dan mata yang
menonjol.
4. N-asetilsistein atau NAC telah digunakan sejak lama sebagai mukolitik dalam penyakit
saluran pernapasan akut, dalam pedoman PDPI dan GOLD yang terbaru, NAC
direkomendasikan sebagai antioksidan dalam terapi pasien PPOK dengan eksaserbasi
nrekuren, terutama yang tidak diberikan glukokortikoid inhalasi. NAC mempunyai efek
antioksidan terhadap radikal bebas dan reactive oxygen species (ROS) tubuh, serta dapat
merangsang aktivasi sistem pertahanan tubuh. Zat ini sekarang sering digunakan sebagai
manajemen standar PPOK, idiopathic pulmonary fibrosis (IPF), dalam penanganan
keracunan asetaminofen, end stage renal disease (ESRD) dengan hemodialisis,
preeklampsia, eklampsia, profilaksis Contrast Induced Nephropathy (CIN), sepsis.
NAC juga berperan sebagai mukolitik dan akan mengaktifkan mukosiliar saluran
pernapasan. NAC juga digunakan sebagai terapi empiris antibiotik pada penyakit pulmoner
akut dan kronis karena NAC memiliki efek anti inflamasi dan dapat meningkatkan sistem
pertahanan tubuh.

Anda mungkin juga menyukai