Anda di halaman 1dari 39

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak
atau berbuat. Uno (2009:3) menyimpulkan motivasi merupakan dorongan yang
terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku
yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Sagala (2010:100) mengemukakan
bahwa motivasi dapat dipahami sebagai suatu variabel penyelang yang digunakan
untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan,
mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran.
Dari pendapat Uno dan Sagala, maka dapat dikatakan motivasi adalah
dorongan yang terjadi dalam diri seseorang yang dapat membangkitkan, mengelola,
mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku agar tujuannya dapat tercapai.
Dalam kegiatan pembelajaran pemberian motivasi sangat penting untuk diperhatikan,
karena tidak semua pengajaran di sekolah dapat menarik minat siswa.
Uno (2009:23) mengemukakan bahwa motivasi dan belajar merupakan dua hal
yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik,
berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan
6
cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan
belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Seperti halnya Uno, Hamalik (2009:162) mengemukakan bahwa motivasi


dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan
menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi intrinsik timbul dari dalam
diri individu, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu,
memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil,
menyenangi kehidupan, dan lain-lain. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit, ijazah,
tingkatan hadiah, dan persaingan yang bersifat negatif.
Hakikat motivasi belajar menurut Uno (2009:23) adalah dorongan internal dan
eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
Indikator motivasi belajar yang dijelaskan oleh Uno (2009:23) dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
d. Adanya penghargaan dalam belajar.
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang
siswa dapat belajar dengan baik.
Dengan guru memperhatikan dan menggunakan indikator-indikator tersebut,
maka akan mendukung berjalannya proses pembelajaran yang sesuai dengan

harapan. Selain itu guru dapat menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa
sehingga mereka dapat melakukan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Selain
menggunakan indikator-indikator tersebut guru juga harus mempertimbangkan tiga
komponen motif keberhasilan. Menurut Slameto (2010:26) tiga komponen motif
keberhasilan adalah sebagai berikut:
1) Dorongan kognitif
Termasuk dalam dorongan kognitif adalah kebutuhan untuk mengetahui,
untuk mengerti, dan untuk memecahkan masalah. Dorongan kognitif timbul di
dalam proses interaksi antara siswa dengan tugas/masalah.

2) Harga diri
Ada siswa tertentu yang tekun belajar melaksanakan tugas-tugas bukan
terutama untuk memperoleh pengetahuan atau kecakapan, melainkan untuk
memperoleh status dan harga diri.
3) Kebutuhan berafiliasi
Kebutuhan berafiliasi sukar dipisahkan dari harga diri. Ada siswa yang
berusaha menguasai bahan pelajaran atau belajar dengan giat untuk memperoleh
pembenaran/penerimaan dari teman-temannya atau dari orang lain (atasan) yang
dapat memberikan status kepadanya. Siswa senang bila orang lain menunjukkan
pembenaran terhadap dirinya, dan oleh karena itu ia giat belajar, melakukan tugastugas dengan baik, agar dapat memperoleh pembenaran tersebut.
b. Ciri-ciri Motivasi
Selain memiliki tiga komponen yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,
motivasi juga memiliki ciri-ciri dan fungsi. Ciri-ciri motivasi menurut Sardiman
(2007:83) adalah sebagai berikut:
a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama,
tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b) Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan
prestasi yang telah dicapainya).
c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam.
d) Lebih senang bekerja sendiri.
e) Cepat bosan terhadap tugas-tugas rutin.

f) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).


g) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Motivasi sebagai proses memiliki beberapa fungsi khususnya dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Fungsi tersebut menurut Hamalik (2009:161)
meliputi:
(1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.
(2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah.
(3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak.
Setelah memahami fungsi-fungsi dari motivasi, dalam kegiatan pembelajaran
guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan
motivasi belajar siswa. Cara untuk menggerakkan motivasi siswa menurut Hamalik
(2009:166) diantaranya:
(a) Memberi angka

(g) Sarkasme

(b) Pujian

(h) Penilaian

(c) Hadiah

(i) Karyawisata dan ekskrusi

(d) Kerja kelompok

(j) Film pendidikan

(e) Persaingan

(k) Belajar melalui radio

(f) Tujuan dan level of aspiration


Dari pejelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu
dorongan dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Motivasi
sangat besar pengaruhnya terhadap belajar. Motivasi belajar timbul karena adanya
faktor intrinsik dan juga faktor ekstrinsik. Seseorang dapat dikatakan memiliki

motivasi belajar diantaranya jika mereka tekun menghadapi tugas, ulet dalam
menghadapi kesulitan, lebih senang bekerja sendiri, dan cepat bosan terhadap tugastugas rutin.
c. Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya

dalam

memenuhi

kebutuhan

hidupnya.

Slameto

(2010:2)

mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Wingkel (1991:36)

mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas

mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang


menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan
dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Harold
Spears dalam (Suprijono, 2010:2) menjelaskan belajar adalah mengamati, membaca,
meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.
Dari beberapa definisi belajar yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli pada
bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan belajar adalah proses perubahan tingkah
laku seseorang sebagai hasil pengalaman seperti mengamati, mencoba sesuatu,
membaca, meniru dan mendengar yang bersifat permanen. Perubahan tersebut
meliputi perubahan pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap.
Belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Slameto (2010:54) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan
faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
1) Faktor-faktor intern
Dalam faktor intern ini dibagi atas tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah,
faktor psikologi, dan faktor kelelahan.
a) Faktor Jasmaniah
(1) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan
badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuanketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi
dan ibadah.
(2) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Seperti buta, tuli, patah kaki,
lumpuh, dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar.
Siswa cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia
belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar
dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
b) Faktor Psikologis

Ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang


mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: inteligensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan dan kelelahan.
c) Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelalahan jasmani
dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya
tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan
kelelahan rohani dapat dilihat adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat
dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
2) Faktor-faktor ekstern
Faktor ektern yang berpengaruh terhadap belajar dikelompokkan menjadi
tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
a) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang
tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga.
b) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung,
metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar


siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat.
Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku
pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti. Perubahan tingkah laku adalah merupakan hakikat belajar, maka
ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar.
Perubahan tersebut menurut Djamarah (2002: 15) diantaranya:
(1) Perubahan yang Terjadi Secara Sadar
Individu yang telah melakukan proses belajar akan menyadari adanya perubahan
atau sekurang-kurangnya individu itu merasakan telah ada suatu perubahan
dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah,
kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku
seseorang yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar tidak
termasuk kedalam kategori perubahan dalam pengertian belajar.
(2) Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional
Perubahan yang terjadi pada diri individu berlangsung secara terus menerus.
Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan
berguna bagi proses belajar berikutnya. Misalnya, jika seorang anak belajar
menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak bisa menulis menjadi
bisa menulis. Dengan kecakapan menulis yang telah dimilikinya ia dapat
memperoleh kecakapan lainnya, misalnya menulis surat, mengerjakan soal, dan
sebagainya.

(3) Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif


Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju
untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Makin banyak usaha
belajar yang dilakukan maka makin banyak dan makin baik perubahan yang
diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak
terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya,
perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan
sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam
pengertian belajar.
(4) Perubahan dalam Belajar Bukan Bersifat Sementara
Perubahan yang bersifat sementara seperti berkeringat, keluar air mata, dan
menangis tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar.
Perubahan yang terjadi karena proses belajar akan bersifat permanen atau tetap.
Misalnya, kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar tidak
akan hilang, melainkan akan terus dan bahkan makin berkembang bila terus
dipergunakan atau dilatih.
(5) Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah
Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan
belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

(6) Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku


Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan
tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan,

pengetahuan, dan sebagainya. Misalnya, jika seorang anak telah belajar sepeda,
maka perubahan yang paling tampak adalah dalam keterampilan naik sepeda itu.
Akan tetapi, ia telah mengalami perubahan lain seperti pemahaman tentang cara
kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, dan sebagainya.
Dengan memperhatikan faktor yang mempengaruhi belajar, maka guru dapat
memaksimalkan hasil belajar siswa. Siswa dikatakan telah melakukan kegiatan
belajar apabila ada perubahan tingkah laku dalam diri individu tersebut. Ada
beberapa perubahan tingkah laku yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar,
dintaranya yaitu perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar
bersifat fungsional, dan perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
2. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,
karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses
belajar. Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh
prestasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:895) prestasi adalah hasil yang telah
dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
belajar yang telah dilakukan oleh siswa yang meliputi penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Hasil belajar tersebut diberikan
oleh guru dengan pemberian nilai tes atau angka nilai.

Pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan


berkesinambungan (Syah, 2004:143). Ragam evaluasi banyak bentuknya, mulai yang
paling sederhana sampai yang paling kompleks. Ragam evaluasi menurut Syah (2004:143)
adalah sebagai berikut:
a. Pre test dan post test
Kegiatan pre test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian
materi baru. Tujuannya, ialah untuk mengidentifikasi saraf pengetahuan siswa mengenai
bahan yang akan disajikan. Evaluasi seperti ini berlangsung singkat dan sering tidak
memerlukan instrument tertulis.
Post test adalah kebalikan dari pre tes, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan guru
pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf
penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.

b. Evaluasi prasyarat
Evaluasi jenis ini mirip dengan pre test. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.
c. Evaluasi diagnostik
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan
mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai oleh siswa.
d. Evaluasi formatif
Evaluasi jenis ini kurang lebih sama dengan ulangan yang dilakukan pada setiap akhir
penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik
yang mirip dengan evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis (mengetahui
penyakit/kesulitan) kesulitan belajar siswa.
e. Evaluasi sumatif
Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur prestasi belajar siswa pada akhir periode
pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir semester atau
akhir tahun ajaran.
f. UAN
Evaluasi ini dijadikan sebagai alat penentu kenaikan status siswa.
Dari berbagai ragam evaluasi yang ada yaitu pre test dan post test, evaluasi prasyarat,
evaluasi diagnostik, evaluasi formatif, evaluasi sumatif, dan UAN, guru dapat melakukan
evaluasi sesuai dengan waktu dan tujuan dari jenis evaluasi yang dilakukan tersebut,
sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaranpun akan lebih terprogram.
3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif menurut Sugiyanto (2010:37) adalah Pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Suprijono
(2010:57) mengemukakan bahwa kelompok bukanlah semata-mata sekumpulan orang.
Akan tetapi kumpulan disebut kelompok apabila ada interaksi, mempunyai tujuan,
berstruktur, groupness. Interaksi adalah saling mempengaruhi individu satu dengan
individu yang lain. Tujuan dalam kelompok dapat bersifat intrinsik dan ekstrinsik.
Tujuan intrinsik adalah tujuan yang didasarkan pada alasan bahwa dalam kelompok
perasaan menjadi senang. Tujuan ekstrinsik adalah tujuan yang didasarkan pada alasan
bahwa untuk mencapai sesuatu tidak dapat dicapai secara sendiri, melainkan harus
dikerjakan secara bersama-sama. Struktur kelompok menunjukkan bahwa dalam
kelompok ada peran. Groupness

menunjukkan bahwa kelompok merupakan suatu

kesatuan.
Roger dan Johnson (Suprijono, 2010:58) mengatakan bahwa tidak semua belajar
kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, ada lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima
unsur tersebut adalah:
1) Saling ketergantungan positif.
2) Tanggung jawab perseorangan.
3) Interaksi promotif.
4) Komunikasi antar anggota.
5) Pemrosesan kelompok.

Sehingga dapat dikatakan pembelajaran kooperatif adalah proses pembelajaran


yang menitikberatkan pada penggunaan kelompok. Kerja sama yang terjalin antar siswa
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan guru dijadikan sebagai
fasilitator.
b. Perbedaan Pembelajaran Cooperative dengan Pembelajaran Tradisional
Dalam kegiatan pembelajaran tradisional dikenal pula tentang belajar kelompok,
akan tetapi, ada sejumlah perbedaan antara kelompok belajar tradisional dengan
kelompok belajar kooperatif. Sugiyanto (2010:42) membedakan kelompok belajar
kooperatif dengan kelompok belajar tradisional sebagai berikut:
Kelompok Belajar Kooperatif:
a. Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan
motivasi sehingga ada interaksi promotif.
b. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap
anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para
anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan
siapa yang dapat memberikan bantuan.
c. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
d. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan
pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.

e. Ketrampilan

sosial

yang

diperlukan

dalam

kerja

gotong

royong

seperti

kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola


konflik secara langsung diajarkan.
f. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan
melalui observasi dan melakukan interverensi jika terjadi masalah dalam kerja sama
antar anggota kelompok.
g. Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
h. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga berhubungan
interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).
Kelompok Belajar Tradisional
Dalam kelompok belajar tradisional menurut Sugiyanto (2010:42) kegiatankegiatan dalam pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1) Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau
menggantungkan diri pada kelompok.
2) Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh
salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya enakenak saja atas keberhasilan temannya yang dianggap pemborong.
3) Kelompok belajar biasanya homogen.
4) Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk
memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
5) Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung.

6) Pemantauan melalui observasi dan interverensi sering dilakukan oleh guru pada saat
belajar kelompok sedang berlangsung.
7) Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompokkelompok belajar.
8) Penekanan hanya sering terjadi pada penyelesaian tugas.
c. Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
Ada banyak nilai pembelajaran kooperatif yang dapat diambil. Adapun
keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif menurut Sugiyanto (2010:43)
diantaranya adalah:
a) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
c) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
d) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
e) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
f) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
g) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis
kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.
d. Pelaksanaan Cooperative Learning
Pelaksanaan cooperative learning memiliki berbagai macam tipe. Tipe-tipe yang
ada dalam pembelajaran ini (Suprijono, 2010:89) yaitu: Jigsaw, Think-Pair-Share,
Numbered Heads Together, Group Investigation, Two Stay Two Stray, Make a Match
(mencari pasangan), Listening Team, Inside-Outside Circle, Bamboo Dancing, dan lainlain.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran Cooperative tipe


Make a Match. Peneliti memilih untuk menggunakan model pembelajaran make a
match karena dalam proses pembelajarannya menyenangkan, siswa akan menjadi aktif
dan di SD Negeri 2 Karangwangkal belum pernah menerapkan model pembelajaran ini.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
Lie (2008:28) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif didasarkan pada
falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk
sosial. Sedangkan menurut Ibrahim (2000:2) model pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial
(http://id.shvoong.com). Model pembelajaran koopertif juga mengalihkan proses
pembelajaran sistem teacher center menjadi student center. Salah satu ragam metode
dengan model pembelajaran kooperatif adalah metode make a match.
Dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match hal yang perlu
dipersiapkan adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaanpertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Dalam hal ini guru bertugas memfasilitasi diskusi untuk memberikan kesempatan kepada
seluruh siswa untuk menginformasikan hal-hal yang telah mereka lakukan yaitu
memasangkan pertanyaan-jawaban dan melaksanakan penilaian.
Model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini dapat membuat suasana belajar
menjadi menyenangkan dan lebih menarik. Dengan keterlibatan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar, akan terjalin komunikasi yang baik antara siswa dengan siswa ataupun
siswa dengan guru, sehingga informasi yang disampaikan guru akan mudah diterima dan
dipahami. Kerja sama antar siswa yang terjalin pada saat mencari pasangan dan keberanian

mengemukakan pendapat pada saat membacakan hasil temuannya dalam mencari pasangan
merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kooperatif. Metode make a
match atau pencari pasangan ini selain dikembangkan oleh Lorna Curran juga
dikembangkan oleh Agus Suprijono. Aplikasi dari metode make a match yang
dikembangkan oleh Suprijono (2010:94) adalah sebagai berikut:
a. Hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari
kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaanpertanyaan tersebut.
b. Guru membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan
kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah
kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah
kelompok penilai.
c. Mengatur posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U.
d. Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru
membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua
saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok.
e. Guru memberikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi.
f. Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu
pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban.
g. Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban
kepada kelompok penilai. Kelompok ini kemudian membaca apakah pasangan
pertanyaan-jawaban itu cocok.

h. Setelah penilaian dilakukan, guru mengatur kelompok pertama dan kelompok kedua
bersatu kemudian memosisikan dirinya menjadi kelompok penilai. Sementara,
kelompok penilai pada sesi pertama dipecah menjadi dua, sebagian anggota memegang
kartu pertanyaan dan sebagian lainnya memegang kartu jawaban.
i. Guru memosisikan mereka dalam bentuk huruf U.
j. Guru kembali membunyikan peluit menandai kelompok pemegang kartu pertanyaan dan
jawaban bergerak untuk mencari, dan mendiskusikan pertanyaan-jawaban.
k. Masing-masing pasangan pertanyaan-jawaban menunjukkan hasil kerjanya kepada
penilai.
Sedangkan aplikasi dari metode make a match yang dikembangkan oleh Curran
(http://pelawiselatan.blogspot.com) dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok
untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
(soal jawaban).
5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya.
7) Demikian seterusnya.
8) Simpulan/penutup.

Dalam penelitian ini langkah-langkah pembelajaran yang digunakan oleh peneliti


berdasarkan aplikasi metode make a match yang telah dikembangkan oleh Suprijono dan
Curran adalah sebagai berikut:
a) Guru menyiapkan beberapa kartu. Satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu
jawaban.
b) Guru membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan
kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah
kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah
kelompok penilai.
c) Mengatur posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U.
d) Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru
membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua
saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok.
e) Guru memberikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi.
f) Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu
pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban.
g) Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban
kepada kelompok penilai. Kelompok ini kemudian berdiskusi apakah pasangan kartu
pertanyaan-jawaban sudah benar atau belum.
h) Setelah diskusi selesai kelompok penilai membacakan pasangan pertanyaan-jawaban di
depan kelas.
i) Bagi kelompok yang dapat mencocokkan kartu pertanyaan-jawaban dengan benar guru
memberikan hadiah.

Model pembelajaran make a match memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan.


Keunggulan dari model pembelajaran make a match (http://pelawiselatan.blogspot.com)
adalah sebagai berikut:
(1) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move).
(2) Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
(3) Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.
Kelemahan dari metode ini ialah jika kelasnya termasuk kelas gemuk (lebih dari 30
orang/kelas) harus berhati-hati. Karena jika kurang bijakasana maka yang muncul adalah
suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Sisi kelemahan yang lain
adalah mau tidak mau kita harus meluangkan waktu untuk mempersiapkan kartu-kartu
tersebut sebelum masuk ke kelas.
5. IPA SD
a. Pengertian IPA
Dalam Silabus kelas IV SDN 2 Karangwangkal dijelaskan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau
sains yang semula berasal dari bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal
dari kata dalam Bahasa Latin scientia yang berarti saya tahu. Menurut Fowler dalam

Trianto (2010:136) IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang
berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan
dan deduksi.
Adapun Wahyana dalam Trianto (2010:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu
kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam. Jadi dapat dikatakan bahwa IPA adalah
pengetahuan yang berasal dari rasa keingintahuan seseorang terhadap suatu hal yang
berkaitan dengan gejala-gejala alam yang ada.
Mempelajari alam dapat menjadikan manusia/siswa berpikir secara positif. Arti
positif adalah memberi dampak baik, misalnya siswa menjadi ramah lingkungan.

b. Tujuan Mata Pelajaran IPA


Mata pelajaran IPA di SD/MI dalam silabus kelas IV SDN 2 Karangwangkal
dijelaskan bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan dalam ciptaan_Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.
f. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan ke SMP/MTS.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil Standar Kompetensi (SK) Memahami
hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat.
Standar Kompetensi tersebut terdiri dari tiga Kompetensi Dasar (KD) yaitu: 11.1
Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, 11.2 Menjelaskan
hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan, dan 11.3
Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan.
Sedangkan indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Menjelaskan pengertian sumber daya alam.


2) Menyebutkan jenis sumber daya alam.
3) Menyebutkan kelompok benda berdasarkan asalnya.
4) Menyebutkan teknologi yang digunakan untuk mengolah sumber daya alam.
5) Menjelaskan cara kerja salah satu teknologi yang digunakan untuk mengolah sumber
daya alam.
6) Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan.
7) Menjelaskan cara menghemat energi dan mengurangi pencemaran.
c. Materi Pokok SDA
Haryanto (2004:207) mengemukakan bahwa semua bahan berasal dari alam.
Bahan dari alam yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia disebut
sumber daya alam.
Sulistyanto

dan

Wiyono

(2008:173)

menjelaskan

sumber

daya

alam

dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu berdasarkan manfaatnya, menurut


ketersediaannya, dan menurut jenisnya. Berbagai kelompok sumber daya alam tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Berdasarkan manfaatnya, sumber daya alam terbagi menjadi:
a. Sumber daya alam penghasil energi seperti matahari, gelombang laut, gas bumi, dan
angin.
b. Sumber daya alam penghasil bahan baku seperti hutan, laut, dan tanah.
c. Sumber daya alam untuk kenyamanan seperti udara bersih dan pemandangan alam.
Menurut ketersediaanya di alam dapat dikelompokkan menjadi:

a. Sumber daya alam yang kekal seperti sinar matahari, ombak, angin, air terjun, dan
arus laut merupakan sumber daya alam yang selalu tersedia dan tidak akan habis
meskipun setiap saat dimanfaatkan.
b. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi, batu bara,
logam (aluminium, bijih besi, dan sebagainya) dan gas bumi merupakan sumber daya
alam dengan persediaan yang terbatas dan tidak dapat dibuat atau dibentuk lagi
setelah habis.
c. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui seperti berbagai jenis tumbuhan dan
hewan merupakan sumber daya alam yang dapat dibentuk lagi jika rusak atau habis.
Jika dilihat menurut jenisnya, kita akan mendapati dua macam sumber daya alam yaitu:
a. Sumber daya alam nonhayati, meliputi segala sesuatu yang bukan makhluk hidup,
seperti udara, batu bara, logam, dan lain-lain.
b. Sumber daya alam hayati, meliputi berbagai makhluk hidup, seperti berbagai
mikroorganisme, tumbuhan, dan hewan.
Berbagai benda terlihat sangat berbeda satu dengan lainnya. Akan tetapi, jika
ditelusuri, benda-benda itu berasal hanya dari beberapa sumber daya alam saja
(Haryanto, 2004:207). Kelompok benda berdasarkan asalnya dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Benda yang Berasal dari Tumbuhan
Seluruh bagian tumbuhan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Akar, batang, daun, bunga, buah dan biji memberi banyak kegunaan.
Setelah mengalami pengolahan, bagian tumbuhan dapat dibuat menjadi berbagai
macam benda.

a) Bahan Pangan
Berbagai makanan berasal dari tumbuhan. Nasi dibuat dari beras; beras
berasal dari padi. Roti dibuat dari terigu; terigu berasal dari biji gandum. Kecap,
tahu, tempe, dan oncom berasal dari kedelai. Cokelat berasal dari biji cokelat.
Permen dibuat dari gula; gula berasal dari tebu. Agar-agar berasal dari rumput
laut. Minyak goreng berasal dari kelapa sawit dan jagung.
b) Bahan Sandang
Pakaian ada yang terbuat dari kain katun. Kain katun terbuat dari serat
kapas. Serat kapas berasal dari buah kapas. Berbagai kasur, bantal, dan guling
diisi dengan kapuk. Kapuk berasal dari buah kapuk.

c) Peralatan rumah tangga


Bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan untuk membuat
peralatan rumah tangga adalah kayu. Kayu dipotong dan dihaluskan menjadi
balok dan papan. Balok dan papan digunakan untuk membuat kusen, tiang, pintu,
meja, kursi, lemari dan patung. Kayu juga menjadi bagian yang penting untuk
membuat gagang pisau, pigura, dan pensil. Kertas juga dibuat dari kayu. Selain
kayu, bagian kayu yang banyak dimanfaatkan adalah batang bambu dan rotan.
Bambu dan rotan dimanfaatkan untuk membuat meja, kursi, dan lemari. Ban
sepeda dan ban mobil terbuat dari karet. Karet berasal dari getah pohon karet.
d) Produk kesehatan dan perawatan tubuh
Obat tradisional disebut juga jamu. Jamu dibuat dari berbagai tanaman obat,
misalnya kencur, jahe, kunyit, kumis kucing, dan pace (mengkudu). Berbagai
produk perawatan tubuh menggunakan sari tumbuhan sebagai bahan utamanya.
Sampo dibuat dari sari lidah buaya, orang aring, kelapa, dan kemiri. Sabun mandi
dibuat dari sari lidah buaya, apel, bunga mawar, dan avokad.
2) Benda yang Berasal dari Hewan
Hampir semua bagian hewan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Daging, susu, telur, kulit, tulang dan bulu hewan memberi banyak
kegunaan. Bagian-bagian tubuh hewan itu banyak dimanfaatkan sebagai sumber
makanan. Setelah mengalami pengolahan, bagian tubuh hewan itu dapat dibuat
menjadi berbagai macam benda.
a) Bahan pangan

Hewan memberikan bahan makanan yang lezat, misalnya daging, telur, dan
susu. Keju merupakan produk olahan susu. Daging berasal dari ayam, sapi,
kambing, kerbau, dan ikan. Telur bersaal dari ayam, bebek, dan burung puyuh.
Susu berasal dari sapi dan kambing.
b) Bahan sandang
Beberapa bahan sandang bermutu tinggi berasal dari serat kepompong ulat
sutera. Wol berasal dari serat rambut (bulu) domba. Kulit sapi, kerbau, ular, dan
buaya mempunyai harga yang tinggi. Kulit hewan-hewan itu dapat dibuat menjadi
jaket, pelapis sofa dan jok mobil, sepatu, dan tas.
c) Produk kesehatan
Berbagai bagian tertentu dari tubuh hewan dipercaya merupakan obat
mujarab. Ada yang memanfaatkan bisa ular sebagai obat. Ada pula yang percaya
bahwa susu kuda liar dapat membuat tubuh kuat. Daging biawak diolah sebagai
obat penyakit kulit.
3) Benda yang Berasal dari Bahan Alam Tidak Hidup
Bahan alam tidak hidup yang bermanfaat bagi manusia antara lain tanah,
batuan, dan bahan tambang. Pada umumnya, berbagai bahan ini dimanfaatkan
sebagai bahan bangunan dan peralatan rumah tangga.
a) Bahan bangunan
Sekolah dibangun dengan batu bata, pasir, semen, genteng, dan tiang besi.
Batu bata dan genteng dibuat dari tanha liat. Pasir berasal dari hancuran batuan.
Semen dibuat dari batu kapur dan hancuran batuan lain. Tiang besi dibuat dari
logam besi. Lampu dibuat dari gelas (kaca).

b) Peralatan rumah tangga


Saat ini bahan yang sering digunakan untuk membuat berbagai peralatan
rumah tangga adalah plastik. Plastik berasal dari bahan kimia buatan yang diolah
di pabrik. Berbagai benda dari plastik antara lain ember, baskom, sendok plastik,
sedotan, dan kantong plastik.
Berbagai benda dibuat dari berbagai bahan alam. Sendok dan garpu dibuat dari
logam besi. Panci dan penggorengan dari logam aluminium. Kalung, gelang, dan cincin
dari emas dan perak. Kabel listrik terbuat dari logam tembaga.
Ada berbagai jenis bahan bakar, misalnya minyak tanah, gas, bensin, solar, dan
batu bara. Minyak tanah digunakan untuk kompor dan lampu minyak. Gas digunakan
untuk kompor gas. Bensin digunakan untuk mobil dan motor. Solar digunakan untuk
mesin disel. Batu bara digunakan sebagai bahan bakar industri logam.
Sulistyanto dan Wiyono (2008:175) mengemukakan bahwa kemajuan teknologi
sangat membantu manusia mengolah sumber daya alam untuk mendatangkan manfaat
yang sebanyak-banyaknya. Sumber daya alam ada yang dapat dimanfaatkan secara
langsung, ada pula yang harus diolah lebih dahulu dengan menggunakan teknologi.
Pembuatan benda yang memerlukan teknologi sederhana misalnya pembuatan
tempe, tahu dari bahan dasar kedelai. Selain dibuat dengan menggunakan teknologi
sederhana, ada juga benda yang dibuat dengan menggunakan teknologi agak rumit.
Pembuatan benda-benda yang memerlukan teknologi yang agak rumit, misalnya
pembuatan kertas dari kayu, pembuatan kain, dan pembuatan barang-barang dari karet.
a. Pembuatan Kertas

Bahan dasar kertas ada yang berasal dari merang padi, ada yang dari kayu yang
jenisnya tidak keras seperti kayu albasia. Proses pembuatan kertas sebagai berikut:
1) Kayu dipotong-potong dan dihaluskan.
2) Dibuat bubur kertas dan dicampur dengan perekat dan pemutih.
3) Dengan menggunakan mesin diproses menjadi kertas.
4) Hasilnya berupa berbagai jenis kertas.
b. Roti berasal dari Gandum
Roti dibuat dari campuran tepung terigu, air, ragi, dan gula pasir. Ragi adalah
bahan yang dapat mengembangkan adonan (campuran bahan-bahan itu). Gula pasir
berasal dari sari batang tebu yang dipadatkan. Tepung terigu berasal dari biji gandum
yang dihancurkan. Gandum adalah tumbuhan berbiji yang mirip denagn padi. Setelah
dikupas, biji gandum digiling dan dihancurkan menjadi tepung gandum atau terigu.
c. Nasi berasal dari Padi
Nasi dibuat dari beras yang dimasak dengan air mendidih. Beras berasal dari
biji padi yang telah dikupas kulitnya. Prosesnya adalah biji padi dirontokkan dari
batang padi. Biji padi yang masih terbungkus kulit disebut gabah. Gabah dimasukkan
dalam mesin pengupas menjadi beras. Beras siap dimasak dengan air menjadi nasi.
d. Pembuatan Bahan Pakaian atau sandang berasal dari Kapas, Wol, dan Sutera
Tekstil (bahan sandang) dapat dibuat dari berbagai bahan, yaitu kapas berasal
dari buah kapas, wol dari bulu domba dan kain sutera dari serat yang diambil dari
kepompong ulat sutera. Kain sutera berharga mahal karena mutunya bagus. Kain
sutera sangat halus dan lembut. Kain sutera berasal dari kepompong ulat sutera.
Kepompong ulat sutera dibuat dari air liur ulat. Air liur mengeras membentuk serat

benang. Dengan menggunakan teknologi di pabrik serat kepompong ulat sutera


dipintal menjadi benang. Benang kemudian ditenun menjadi kain sutera.
Setiap jenis bahan sandang mempunyai ciri tertentu. Bahan dari kapas amat
nyaman digunakan di daerah tropis, seperti di Indonesia. Bahan sandang dari kapas
biasa disebut kain katun. Bahan dari wol cocok untuk digunakan di daerah dingin,
misalnya di pegunungan dan di Negara Eropa. Bahan wol juga sangat sesuai untuk
baju hangat dan jas. Bahan sutera amat lembut dan nyaman dipakai. Bahan sutera
biasanya digunakan untuk membuat baju pesta.
Sumber daya alam hayati sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui
tetap memiliki jumlah yang terbatas, hasil yang terus berlanjut jangan sampai
terlewatkan sehingga tidak terjadi penurunan kualitas lingkungan. Contoh penurunan
kualitas lingkungan adalah:
a. Penggenangan lahan produktif oleh air banjir, pasir dari letusan gunung berapi,
pengerasan aspal, banyaknya bangunan sehingga habitat organisme hilang.
b. Penggunaan lahan terlalu sering tanpa pengolahan tanah yang baik sehingga
produksi pertanian menurun oleh erosi dan zat hara tanah kosong.
c. Penebangan pohon yang luas tanpa segera ditanami kembali sehingga binatang
liar kehilangan habitatnya.
Kepunahan beberapa jenis hewan dan tumbuhan dapat disebabkan oleh
bencana alam seperti banjir, gunung meletus, kebakaran hutan, dan tindakan manusia
seperti penggundulan hutan, perburuan, penangkapan tak terkendali, dan sebagainya.
Upaya-upaya pelestarian lingkungan antara lain dengan cara :

a. Tebang pilih yaitu cara penebangan hutan dengan tujuan agar produksi kayu-kayu
yang dapat dijual tidak terus menurun dan menyelamatkan tanah dan air. Pohon
yang ditebang yang diameter batangnya 50 cm atau lebih.
b. Penanaman bibit baru untuk setiap pohon yang ditebang.
c. Penangkapan musiman untuk ikan untuk menghindari kepunahan dengan cara
waktu penangkapan yang diatur agar hewan mempunyai kesempatan untuk
berkembang biak dulu.
d. Keanekaragaman bahan pangan untuk mengurangi gangguan yang bisa merusak
persediaan semua jenis pangan misalnya bahan pangan pokok tidak hanya padi
tapi jagung, ketela, kentang, dan sebagainya.
Pelestarian sumber daya alam hayati dapat dilakukan dengan cara:
a. Pelestarian di habitat aslinya (pelestarian in situ). Contohnya bunga bangkai di
Bengkulu, dan badak jawa di Ujung Kulon.
b. Pelestarian di luar habitat aslinya (pelestarian ex situ). Contoh: kebun binatang
dan kebun anggrek.
Untuk menyelamatkan lingkungan dari tumpukan sampah, dapat dilakukan
dengan hal-hal sederhana sebagai berikut:
a. Kurangi penggunaan kantong plastik baru.
b. Lakukan pemisahan antara bahan yang dapat terurai dan tidak terurai saat
membuang sampah.
c. Memanfaatkan benda semaksimal mungkin sehingga mengurangi sampah.
d. Mengolah sampah basah menjadi pupuk kompos untuk menyuburkan tanah.

Penerapan teknologi daur ulang dapat menghemat energi dan mengurangi


pencemaran. Contohnya: kertas dilebur kembali di pabrik kertas, kaleng bekas
dilebur kembali.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Purwanti dengan judul penelitian Meningkatkan
Minat dan Prestasi Belajar IPS Sejarah Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Make a
Match pada Siswa SMP Negeri 4 Gamping Sleman Yogyakarta menunjukkan bahwa pada
permulaan pembelajaran dengan teknik Make a Match menunjukkan bahwa minat belajar
siswa cukup baik ditandai dengan perhatian dan antusiasme siswa dalam pembelajaran. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa melalui pembelajaran dengan menggunakan teknik Make a
Match dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas 7c SMP Negeri 4 Gamping.
Pada siklus I dengan kategori amat berminat 25,74%, berminat 65, 74%, dan cukup berminat
8,58%. Siklus II denagn kategori amat berminat 38, 89%, berminat 55,55 %, cukup berminat
5,56%. Siklus III dengan kategori amat berminat 63,63%, berminat 36,37%. Siklus IV dengan
kategori amat berminat 100%. Perolehan nilai rata-rata hasil tes sebelum dilakukan tindakan
dengan teknik Make a Match rata-rata nilai ulangan harian 50. Setelah dengan teknik
pembelajaran Make a Match perolehan nilai rata-rata terdapat peningkatan yang cukup
signifikan, dari siklus I sebesar 65,71, siklus II sebesar 73,33, siklus III sebesar 77,27 dan
siklus 4 sebesar 84.
C. Kerangka Berpikir
Hasil pembelajaran yang telah dilakukan khususnya pada mata pelajaran IPA kelas IV
menunjukkan bahwa siswa kurang menguasai pelajaran yang disampaikan, yang terlihat dari
hasil belajar yang rendah. Model pembelajaran make a match dengan kelebihan serta

kekurangannya diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Model
pembelajaran make a match pada penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri
dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Pada siklus I
1. Perencanaan
a. Mengidentifikasi masalah.
b. Menganalisis dan merumuskan masalah.
c. Merancang model pembelajaran Cooperative tipe Make a Match.
d. Menyusun instrumen (angket, lembar observasi aktivitas guru dan siswa dan lembar
wawancara).
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Menganalisis kurikulum untuk menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
yang akan digunakan.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pengertian
sumber daya alam, jenis sumber daya alam, dan kelompok benda berdasarkan asalnya.
c. Menyusun alat tes pembelajaran.
d. Menerapkan model pembelajaran cooperative tipe Make a Match.
e. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana.
Prosedur tindakan yang akan diterapkan yaitu :
a. Penyampaian materi pelajaran.
b. Guru menyiapkan kartu-kartu yang terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan
kartu yang berisi jawaban dari pertanyaan tersebut.
c. Guru membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok.

d. Mengatur posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U.


e. Guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok
kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang
cocok.
f. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi.
g. Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk ditunjukkan kepada kelompok penilai.
h. Kelompok penilai mendiskusikan pasangan pertanyaan-jawaban yang telah dibentuk
oleh tim pertama dan tim kedua tersebut.
i. Kemudian tim penilai membacakan hasil diskusi di depan kelas.
j. Simpulan/penutup.
3. Pengamatan/Observasi
a. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran Cooperative tipe Make
a Match.
b. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model
pembelajaran Cooperative tipe Make a Match.
c. Melakukan evaluasi terhadap penerapan model pembelajaran Cooperative tipe Make a
Match guna perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
4. Refleksi
a. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan saat menerapkan model pembelajaran
Cooperative tipe Make a Match dan mempertimbangkan langkah selanjutnya.
b. Melakukan refleksi terhadap motivasi siswa dalam pembelajaran IPA.
c. Melakukan refleksi terhadap prestasi belajar siswa.
Pada siklus II

1. Perancanaan
a. Mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangankekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi bedasarkan refleksi yang
dilakukan pada siklus I.
b. Merencanakan perbaikan terhadap siklus II.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Melaksanaan serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah direvisi untuk mengatasi
masalah pada siklus I yang belum tuntas.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi teknologi
yang digunakan untuk mengolah sumber daya alam, cara kerja salah satu teknologi yang
digunakan untuk mengolah sumber daya alam, dampak pengambilan bahan alam
terhadap pelestarian lingkungan, dan cara menghemat energi dan mengurangi
pencemaran.
c. Menyusun alat tes pembelajaran.
d. Menerapkan model pembelajaran cooperative tipe make a match.
3. Pengamatan /Observasi
a. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran.
b. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model
pembelajaran Cooperative tipe Make a Match.
4. Refleksi
a. Peneliti manganalisis kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangankekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi.

Berdasarkan hasil refleksi tersebut peneliti melakukan evaluasi tentang penggunaan


model pembelajaran kooperatif tipe make a match di kelas IV SD Negeri 2 Karangwangkal
dan menyimpulkan berhasil tidaknya keseluruhan tindakan pembelajaran di dalam kelas
terhadap motivasi dan prestasi belajar IPA pokok bahasan Sumber Daya Alam bagi siswa
kelas IV SD Negeri 2 Karangwangkal. Apabila pada siklus II tujuan PTK sudah dapat
tercapai, maka tidak perlu dilanjutkan siklus berikutnya. Tetapi apabila tujuan belum tercapai,
maka perlu dilanjutkan siklus berikutnya. Berikut disediakan kerangka berfikir dalam bentuk
diagram.
Kondisi awal: motivasi dan hasil belajar peserta didik masih rendah

Tindakan PTK

Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan dan Observasi

Evaluasi

Pelaksanaan dan Observasi

Evaluasi

Refleksi

Motivasi dan prestasi belajar meningkat


Gambar 2.1: Diagram Kerangka Berfikir
D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan hal tersebut peneliti mempunyai harapan dengan menerapkan model


pembelajaran cooperative tipe make a match dapat meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Karangwangkal.

Anda mungkin juga menyukai