TINJAUAN PUSTAKA
A. Surveilans
Istilah Surveilan telah lama dipakai dalam epidemiologi,
awalnya surveilan diartikan sebagai suatu macam observasi dari
seseorang atau beberapa orang yang disangka menderita suatu penyakit
menular dengan cara mengadakan berupa pengawasan medis, tanpa
mengawasi beberapa kebebasan bergerak dari orang yang bersangkutan.
Observasi tersebut terutama dilakukan pada penderita penyakit menular
yang berbahaya seperti kolera, pes, cacar, sifilis. Lamanya observasi sama
dengan masa tunas penyakit yang bersangkutan. Maksud dari pengawasan
seperti ini sebenarnya ialah supaya dengan segera dapat meberikan
pengobatan dan isolasi terhadap penyakit yang timbul pada kasus yang
dicurigai tersebut.
Arti surveilan berkembang dan lebih luas jangkauannya. Istilah
surveilan mulai pada tahun 1950 dipakai dalam hubungan suatu
penyakit seluruhnya dan bukan pada penderita saja. Pada waktu mulai
dijalankan program pemberantasan penyakit seperti penyakit malaria,
cacar, dan penyakit urban yellow fever maka cara untuk mengetahui dari
program tersebut dengan melihat penurunan jumlah peristiwa atau
kejadian penyakit dimana peristiwa tersebut terjadi. Kegiatan surveilan
memerlukan ilmu epidemiologi, maka kemudian disebut epidemiologi
surveilan.
Dengan demikian, surveilan epidemiologi mencakup keterangan
mengenai penderita, tempat, waktu, keadaan vektor dan faktor lain yang
ada hubungannya dengan penyakit. Perlu keterangan yang banyak tentang
hal kejadian penyakit karena disebabkan adanya perubahan potegenesis
dari suatu penyakit menular.
1. Pengertian Surveilan
1. Pengumpulan data
2. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan isidensi
terhadap masyarakat yang ducurigai (popukation at risk) melalui
kunjungan rumah (active surveillance) atau pencatatan insidensi
berdasarkan laporan rutin dari sarana pelayanan kesehatan seperti
Rumah Sakit, Puskesmas, atau laporan dari petugas surveilan di
lapangan dan laporan dari masyarakat sertab petugas kesehatan lain
(passive surveillance).
Unsur yang diamati untuk pengumpulan data adalah 10 Elemen
langmuir, yaitu:
a. Data Mortalitas
b. Data Morbiditas
c. Data Pemeriksaan Laboratorium
d. Laporan Penyakit
e. Penyelidikan Peristiwa Penyakit
f. Laporan wabah
g. Survey Penyakit, Vektor dan Reservoir
h. Penggunaan Obat, Vaksin dam Serum
i. Demografi dan Lingkungan
3. Pengolahan data
4. Pengolahan data biasanya dilakukan secara manual atau dengan
komputerarisasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang
dimiliki.
5. Analisis data dan interpretasi data.
6. Analisa data dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a. Analisis deskriptif
b. Analisis deskripsif dilakukan berdasarkan variabel orang, tempat
dan waktu sehingga diperoleh gambaran yang sistematis tentang
penyakit yang sedang diamati. Visualisasi dalam bentuk Grafik,
Tabel, diagram yang disertai Uraian/penjelasan.
c. Analisa analitik
d. Analisa analitik dilakukan dengan cara uji komparasi, kolerasi,
dan regresi. Uji komparasi untuk membandingkan kejadian
penyakit pada kondisi yang berbeda. Uji kolerasi untuk
mebuktikan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel
lainnya. Uji regresi untuk membuktikan pengaruh satu variabel
(kondisi) terhadap kejadian penyakit.
Kunci
keberhasilan:
Data
lengkap,
Cepat,
Tahu
cara
dengan
upaya
yang
dilakukan
(pertimbangan efisien).
9. Manajemen Surveilan
a. Kegiatan inti meliputi:
1. surveilan kesmas: deteksi, pencatatan, pelaporan data, analisis data,
konfirmasi epidemiologi maupun laboratories, umpan balik.
2. Tindakan kesmas: respon segera, respon terencana.
b. Kegiatan pendukung meliputi: pelatihan, supervisi, penyediaan SDM
dan laboratorium, manajemen sumber daya dan komunikasi.
10. Kriteria Surveilan
a. Simplicty
1. Struktur yang sederhana dan mudah dioperasikan tetapi tetap dapat
mencapai objektif.
2. Pihak yang terlibat dalam system bersedia memberikan data dan
memonitor sistem.
3. Data yang relevan untuk surveilan harus dapat diperoleh dengan mudah,
format yang tidak berguna dibuang saja.
b. Flexibility/acceptability
1. Dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan
informasi
yang
1)
2)
3)
4)
sebagai
penyakit
yang
dapat
menimbulkan wabah.
4. Penyakit yaang bersumber dari binatang.
5. Penyakit kronik.
6. Mortalitas lahir mati, kematian bayi, kematian ibu.
7. Kesehatan ibu dan anak serta gizi.
b. Data Perilaku
1. Hubungan dengan pelayanan gizi:
1) Presentase balita yang mendapat vitamin A dosis tinggi.
2) Presentase ibu hamil dan ibu pasca melahirkan yang mendapatkan
vitamin A dosis tinggi.
3) Presentasi ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet besi.
4) Presentasi ibu hamil yang mendapatkan 30 tablet besi.
5) Presentasi bayi dan anak berdasarkan berat badan.
6) Presentase wanita usia subur yang diukur lingkar lengan atasnya.
2. Hubungan dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak:
1) Presentase ibu hamil yang pertama kali melakukan kunjungan
antenatal.
2) Presentase wanita hamil yang melakukan kunjungan antenatal yang
keempat selama trimester terakhir kehamilan.
3) Presentase kehamilan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
3. Hubungan dengan pelayanan imunisasi:
1) Presentase bayi usia 2-11 bulan yang mendapat vaksinasi DPT 1.
2) Presentase bayi usia 9-11 bulan yang mendapat vaksinasi campak.
3) Presentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat vaksinasi hepatitis.
4) Presentase wanita hamil yang mendapat suntikan TT1.
5) Presentase wanita hamil yang mendapat suntikan TT2.
6) Presentase wanita usia subur yang mendapat suntikan TT.
4. Hubungan dengan penyakit-penyakit menular.
8
c.
umum).
6) Presentase rumah tangga yang mendapatkan air bersih/PAM.
Sasaran Surveilan Epidemiologi
1. Individu
Pengamatan dilakukan terhadap individu yang terinfeksi dan
mempunyai potensi untuk menularkan penyakit. Pengamatan tersebut
dilakukan sampai individu tersebut tidak membahayakan dirinya maupun
lingkungannya. Pengamatan individu ini dalam pelaksanaan dilakukan
pengelompokan/identifikasi mana yang merupakan penderita, karier, dam
orang dengan resiko tinggi.
Surveilan epidemiologis pada individu dimaksudkan untuk
mengetahui:
a) Contact person.
b) Terjadinya infeksi lebih lanjut.
c) Pengobatan/keteraturan pengobatan yang dilakukan.
d) Pengamatan lanjutan.
2. Populasi Lokal/Kelompok Individ
Populasi lokal adalah kelompok penduduk yang terbatas pada
masyarakat dengan risiko terkena penyakit (populatio at risk). Sasaran
pegamatan populasi lokal dilakukan pada:
a) Individu yang kontak dengan pendrita atau karier.
Misalnya:
1) Epidemik morbilli: pengamatan dilakukan terhadapa anak-anak
yang rentan dann kontak dengan penderita atau karier.
dilakukan
setelah
program
pemberantasan
1. Pengertian
Katarak adalah perubahan pada lensa mata yang sebelumnya
jerni dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan
penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang
keruh cahaya sulit merncapai retina dan akan menghasilkan bayangan
yang kabur pada retina.
Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mate
bervariasi. Seseorang penderita katarak mungkin tidak menyadari telah
mengalami gangguan katarak apabila kekeruhan tidak terletak dibagian
tengah lensa matanya. Klatarak terjadi secara perlahan-lahan sehingga
penglihatan penderti terganggu secara berangsur-angsur. Katarak
senderi tidak mengakibatkan kebutaan permanen apabila diatasi, dalam
hal ini dengan operasi.
2. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain
(Corwin,2000):
a. Usia lanjut dan proses penuaan.
b. Congenital atau bisa diturunkan.
c. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan,
seperti merokok atau bahan beracun lainnya.
d. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik
(misalnya
diabetes)
dan
obat-obat
tertentu
(misalnya
kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain,
seperti:
a. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera
pada mata.
b. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata,
atau diabetes melitus.
c. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
d. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka
panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
11
12
5. Patofisiologi
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan
kation (sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour
aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih
tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior
lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous
humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian
anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif NaK ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh
Ca-ATPase Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan
HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk
biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation
reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang
merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi
fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.
Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah
mineral. Dengan bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya
bertambah. Penambahan densitas ini akibat kompresi sentral pada
kompresi sentral yang menua. Serat lensa yang baru dihasilkan di
korteks, serat yang tua ditekan ke arah sentral. Kekeruhan dapat terjadi
pada beberapa bagian lensa.
Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan
kehilangan kejernihan secara progresif, yang dapat menimbulkan nyeri
hebat dan sering terjadi pada kedua mata.
6. Patogenesis
1. Konsep Penuaan
Lensamatamempunyaibagianyangdisebutpembungkus
lensaataukapsullensa,kortekslensayangterletakantaranukleus
lensaatauintilensadengankapsul lensa.Padaanakdanremaja
nukleusbersifatlembeksedangpadaorangtuanukleusinimenjadi
keras.Denganmenjadituanyaseseorang,makalensamataakan
13
kekuranganairdanmenjadilebihpadat.Lensaakanmenjadikeras
pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan
benda dekat berkurang. Dengan bertambahnya usia, lensa mulai
berkurangkebeningannya,keadaaniniakan berkembangdengan
bertambahberatnyakatarak
2. Teori Radikal Bebas
Mekanisme terjadinya katarak karena penuaan memang
masih diperdebatkan, tetapi telah semakin nyata bahwa oksidasi
dari protein lensa adalah salah satu faktor penting. Seratserat
protein yang halus yang membentuk lensa internal itu sendiri
bersifatbening.Kebeninganlensasecarakeseluruhanbergantung
padakeseragamanpenampangdariseratseratinisertaketeraturan
dan kesejajaran letaknya di dalam lensa. Ketika protein rusak,
keseragaman struktur ini menghilang dan seratserat bukannya
meneruskan cahaya secara merata, tetapi menyebabkan cahaya
terpencar dan bahkan terpantul. Hasilnya adalah kerusakan
penglihatanyangparah(Youngson,2005).
Kerusakanproteinakibatelektronnyadiambilolehradikal
bebas dapat mengakibatkan selsel jaringan dimana protein
tersebut berada menjadi rusak yang banyak terjadi adalah pada
lensamatasehinggamenyebabkankatarak(Kumalaningsih,2006).
Pandangan yang mengatakan bahwa katarak karena usia
mungkindisebabkan olehkerusakanradikalbebasmemangtidak
langsung, tetapi sangat kuat dan terutama didasarkan pada
perbedaan antara kadar antioksidan di dalam tubuh penderita
katarakdibandingkandenganmerekayangmemilikilensabening.
3. SinarUltraviolet
Banyakilmuanyangsekaranginimencurigaibahwasalah
satusumberradikalbebaspenyebabkatarakadalahsinarultraviolet
yang terdapat dalam jumlah besar di dalam sinar matahari.
Memangsudahdiketahuibahwaradiasiultraviolet menghasilkan
radikalbebasdidalamjaringan.Jaringandipermukaanmatayang
14
meneglas
ata
semacam-nya,
perlu
melakukan
16
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Pelaksanaan Surveilans
Surveilans di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Kota Makassar
berjalan dengan baik. Kegiatan surveilans pertama dilakukan dengan cara
pengumpulan data, pengolahan data, serta melaporkan penyakit.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan buku register
17