Anda di halaman 1dari 7

Adab Bergaul Dalam islam

Adab bergaul sesama muslim


Ada beberapa adab pergaulan dalam Islam, antara lain seperti: Pertama, menyukai untuk
saudara seagama apa yang disukai untuk dirinya sendiri, dan membenci untuk mereka apa
yang dibenci untuk dirinya sendiri. Rasulullah SAW bersabda: Tidak beriman seseorang di
antara kalian sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
(HR Bukhari dan Muslim).
Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat (Q.S Al-Hujarat: 10)
Kedua, tiada menyakiti seorang muslim, baik dengan perbuatannya, maupun dengan
perkataannya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: Seorang muslim ialah yang mendapat
selamat sekalian muslim dari gangguan lidah dan tangannya. Dan seorang muhajir ialah
orang yang hijrah meninggalkan dari segala larangan Allah. (HR Bukhari dan Muslim)
Ketiga, berlaku tawadhu (merendahkan diri) kepada sesama saudara; jangan sekalikali menyombongkan diri terhadap orang-orang di sekitarnya. Rasulullah SAW bersabda:
Bahwasannya Allah telah mewahyukan kepadaku bertawadhu (merendahkan diri) hingga
tidak ada seorangpun yang menganiaya terhadap lainnya, dan tidak seorang yang
menyombongkan
dirinya
terhadap
yang
lainnya.
(HR
Muslim).
Keempat, menghormati orang yang tua dan mengasihani orang-orang yang lebih
muda. Rasulullah SAW bersabda: Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak
menyayangi kepada orang yang lebih kecil (muda) dan tidak mengetahui kewajibannya
terhadap orang yang lebih besar (tua). Bukanlah termasuk golongan kami orang yang
menipu kami. Seorang mumin tidak/belum dikatakan beriman sehingga ia mencintai orang
mumin yang lain, seperti mencintai terhadap diri sendiri. (HR Thabrani dan Dhamrah).
Kelima, menghadapi manusia dengan muka yang manis sebagaimana Rasulullah SAW
bersabda: Senyumanmu (bermuka manis) untuk saudaramu adalah shadaqa, dan amar
marufmu serta nahi munkarmu juga shadaqah, dan memberikan petunjuk kepada lakilaki(atau kepada siapa saja) yang ada di bumi yang sedang sesat, bagimu merupakan
shadaqah. Dan (apabila engkau suka) menyingkirkan batu atau duri atau tulang-tulang yang
mengganggu
jalan
bagimu,
merupakan
shadaqah.
(HR
Bukhari)

Keenam, tidak mudah mendengar berita-berita buruk yang disampaikan orang lain. Tentang
keburukan dirinya, sebagaimana Nabi SAW bersabda: Tidak akan masuk syurga bagi orang
senang
adu
domba.
(HR
Bukhari-Muslim
dari
Khudzaifa)
Ketujuh, memelihara kehormatan seseorang, jiwa dan hartanya dari aniaya orang lain.
Seorang muslim yang baik, apabila menemui orang-orang yang suka mengadu domba,
janganlah ikut menyambung pembicaraan itu, sebaiknya bersikap diam, sebagaimana Nabi
SAW bersabda: Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya dari belakang, niscaya
Allah akan menutupi api neraka dari mukanya pada hari kiamat. (HR Thabrani)
Kedelapan, menempatkan seseorang pada tempatnya; menghormati dan
memuliakannya secara proporsional, sebagaimana sabda Nabi SAW: Tempatkanlah manusia
di tempat mereka masing-masing. (HR Abu Dawud)
Kesembilan, memasuki rumah seseorang dengan izin, jika tidak diizinkan tuan
rumah hendaklah kembali dengan rela hati. Rasulullah SAW bersabda: Meminta izin masuk
itu tiga kali, jika tidak diijinkan hendaklah kembali. (HR Bukhari-Muslim)

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Q.S Ali Imran: 103)
Adab bergaul dengan selain Muslim
1. Islam adalah agama rahmat dan agama keadilan.
2. Kaum muslimin diperintahkan untuk mendakwahi kalangan non muslimin dengan cara
yang bijaksana, melalui nasihat dan diskusi dengan cara yang terbaik. Allah subhanahu
wataala berfirman, artinya,
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling
baik, (Al-Ankabuut: 46)
3. Agama yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam. Allah subhanahu wataala berfirman,
artinya,
Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
(Ali Imrn : 85)

4.

Kaum muslimin harus memberi kesempatan kepada orang-orang non muslim untuk
mendengar firman Allah. Allah subhanahu wataala berfirman, artinya,
Dan jika seseorang dari orang-orang musyirikin itu meminta perlindungan kepadamu,
maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia
ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak
mengetahui (at-Taubah: 6)

5.

Kaum muslimin harus membedakan antara masing-masing non muslim dalam


pergaulan; yaitu membiarkan mereka yang bersikap membiarkan kaum muslimin (tidak
memerangi), memerangi mereka yang memerangi, dan menghadapi yang sengaja
menghalangi tersebarnya dakwah Islam di muka bumi.

6.

Sikap kaum muslimin terhadap non muslim dalam soal cinta kasih dan kebencian hati,
didasari oleh sikap mereka terhadap Allah subhanahu wataala. Karena orang-orang non
muslim itu tidak beriman kepada Allah subhanahu wataala dan menyekutukan-Nya
dengan sesuatu, menyimpang dari agama Allah subhanahu wataala dan membenci
kebenaran (Islam), maka kaum muslimin juga harus membenci mereka.

7.

Kebencian hati bukan berarti bersikap menzhalimi, dalam kondisi apapun. Karena
Allah subhanahu wataala berfirman kepada Nabi-Nya shallahu alaihi wasallam
tentang sikap yang wajib terhadap Ahli Kitab,
(Dan katakanlah), Aku diperintahkan untuk berbuat adil di antara kalian; Allah
adalah Rabb kami dan Rabb kalian, bagi kami amalan kami dan bagi kalian amalan
kalian. (asy-Syra : 15)
Rasulullah shallahu alaihi wasallam adalah seorang Muslim, sementara mereka
adalah orang-orang Yahudi dan Nashrani.

8.

Kaum muslimin harus berkeyakinan, bahwa dalam kondisi bagaimana pun, seorang
muslim tidak boleh bersikap zhalim terhadap non muslim.Firman Allah subhanahu
wataala, artinya,
Dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Bagi kami amal-amal
kami dan bagi kamu amal-amal kamu.Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu,
Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah (kita) kembali. (asy-Syra : 15)

9.

Kaum muslimin harus berkeyakinan bahwa seorang muslim harus menghormati


perjanjian yang dilakukan antara dirinya dengan orang non muslim. Kalau ia sudah
setuju dengan persyaratan yang mereka ajukan, misalnya untuk masuk negara mereka
dengan visa, dan ia sudah berjanji untuk menaati perjanjian tersebut, maka ia tidak
boleh merusaknya, tidak boleh berkhianat atau memanipulasi, membunuh atau
melakukan perbuatan merusak lainnya. Demikian seterusnya.

10.

Kaum muslimin harus berkeyakinan bahwa kalangan non muslim yang memerangi
mereka, mengusir mereka dari negeri mereka dan menolong orang-orang itu memerangi
kaum muslimin, boleh dibalas untuk diperangi.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orangorang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan
membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka
sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. AlMumtahanah:9)

11.

Kaum muslimin harus berkeyakinan bahwa seorang muslim boleh berbuat baik kepada
orang non muslim dalam kondisi damai, baik dengan bantuan finansial, memberi
makan kepada mereka yang kelaparan, memberi pinjaman bagi mereka yang
membutuhkan, menolong mereka dalam perkara-perkara yang mubah (boleh),
berlemah-lembut dalam tutur kata, membalas ucapan selamat mereka (yang tidak
terkait dengan akidah, seperti selamat belajar, selamat menikmati hidangan dll), dan
lain sebagainya. Allah subhanahu wataala berfirman, artinya,
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orangorang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. AlMumtahanah:8)

12.

Kaum muslimin hendaknya tidak menahan diri untuk bekerjasama dengan kalangan
non muslim dalam melaksanakan berbagai kebajikan, memberantas kebatilan,
menolong orang yang dizhalimi, memberantas segala bahaya terhadap kemanusiaan
seperti perang melawan sampah, menjaga keamanan lingkungan, memperoleh barang
bukti dan memberantas penyakit-penyakit menular, dan lain-lainnya.

13.

Kaum muslimin harus meyakini bahwa ada perbedaan antara muslim dengan non
muslim dalam beberapa ketentuan hukum, seperti warisan, pernikahan, perwalian
dalam nikah, masuk kota Mekkah dan lain-lain. Semua hukum tersebut dijelaskan
dalam buku-buku fikih Islam. Kesemuanya itu didasari oleh perintah-perintah dari
Allah subhanahu wataala dan Rasul-Nya Muhammad shallahu alaihi wasallam.
Sehingga tidak mungkin disamaratakan antara orang yang beriman kepada Allah
subhanahu wataala semata, dan tidak menyekutukan Allah subhanahu wataala dengan
segala sesuatu, dengan orang yang kafir kepada Allah saja, dan dengan orang yang kafir
kepada Allah subhanahu wataala dan menyekutukan-Nya dengan sesuatu, lalu
berpaling dari agama Allah subhanahu wataala yang benar.

14.

Kaum muslimin diperintahkan untuk berdakwah mengajak ke jalan Allah subhanahu


wataala di seluruh negri-negri Islam dan di negeri-negeri lain. Mereka harus
menyampaikan kebenaran kepada semua orang, mendirikan masjid-masjid di berbagai
penjuru dunia, dan mengirimkan para dai ke tengah masyarakat non muslim, serta

mengajak berdialog dengan para pemimpin mereka untuk masuk ke dalam agama Allah
subhanahu wataala.
15.

Kaum muslimin harus berkeyakinan bahwa kalangan non muslim, baik yang beragama
samawi atau non samawi adalah sama-sama tidak benar. Oleh sebab itu, kaum
muslimin tidak boleh mengizinkan mereka untuk menyebarkan para misionaris mereka,
atau membangun tempat ibadah mereka di lingkungan kaum muslimin. Allah
subhanahu wataala berfirman, artinya,
Maka apakah orang yang beriman sama seperti orang yang fasik (kafir)? Mereka
tidak sama. (as-Sajdah:18)
Katakanlah, Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita
sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak
(pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Ilah selain Allah. Jika
mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). (Ali Imrn: 64)

Demikian juga firman Allah subhanahu wataala,


Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. (Ali Imrn:110).

Pentingnya memilih teman bergaul


Sesungguhnya keberadaan teman dapat memberikan pengaruh yang sangat besar bagi
seseorang, terutama dalam hal sikap dan pemikiran.
Seseorang itu bergantung pada agama sahabatnya. Karena itu, hendaklah salah seorang
diantara kalian memperhatikan dengan siapa ia bersahabat (HR. Abu Dawud)

Perumpamaan teman yang saleh dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak
wangi dengan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, maka bisa jadi dia
menghadiahkan parfumnya kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan
mendapatkan bau wangi darinya. Sedangkan pandai besi, jika apinya tidak membakar
bajumu maka kamu akan mendapatkan bau yang tidak sedap darinya. (HR. Al-Bukhari no.
5534 dan Muslim no. 2628)
Dalam firmanNya, Allah pun telah menjelaskan, bagaimana ikatan pertemanan yang
tidak didasari dengan ketaqwaan akan menimbulkan permusuhan di akhirat kelak.
Teman-teman dekat pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain
kecuali orang-orang yang bertakwa. (QS. Az-Zukhruf: 67)

Teman dekat tidak diragukan mempunyai peranan yang sangat besar dalam
mempengaruhi akidah, akhlak, dan watak seseorang. Karenanya seseorang itu biasanya
berperilaku seperti perilaku teman dekatnya, baik itu perilaku yang baik maupun yang jelek.
Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sangat menganjurkan untuk
memilah-milih teman duduk apalagi teman dekat. Hendaknya dia hanya duduk dengan
teman-teman yang baik, yang bisa mendorongnya untuk melakukan ketaatan dan
mencegahnya dari berbuat kemaksiatan. Sebaliknya beliau melarang keras untuk bergaul
dengan teman-teman yang jelek, yang tidak mendatangkan kebaikan ketika duduk
bersamanya dan membiarkan ketika kita berbuat maksiat. Demi Allah, teman seperti itu
hanya akan menjadi musuh terbesar kita pada hari kiamat. Karena pertemanan yang tidak
dibangun di atas keimanan dan ketakwaan kepada Allah maka pertemanan itu tidak akan
kekal, bahkan akan berubah menjadi permusuhan pada hari kiamat.
Allah Taala berfirman, Dan hanya kepada Rabbmu lah tempat berakhirnya segala
sesuatu. Berdasarkan ayat ini, para ulama menjelaskan bahwa semua bentuk kecintaan yang
lahir bukan karena Allah maka kecintaan itu tidak akan kekal sampai hari kiamat. Bahkan
kecintaan itu akan selesai ketika dia meninggal, dan pada hari kiamat orang yang dia cintai
akan menjadi musuh baginya
Ada sebuah kisah yang diceritakan Oleh Umar bin Khaththab ra.: Pada suatu hari
RasuluLlah saw. menyuruh kami bersedekah. Kuyakinkan: Hari ini aku mendahului Abu
Bakar jika aku mengalahkannya. Kemudian aku datang membawa separuh hartaku.
RasuluLlah saw. bertanya: `Apa yang engkau sisakan bagi keluargamu? `Sebanyak itu,
jawabku. Setelah itu Abu Bakar datang dengan membawa seluruh hartanya. RasuluLlah saw.
Bertanya kepadanya: `Apa yang engkau sisakan bagi keluargamu? Abu Bakar menjawab:
`Aku tinggalkan bagi mereka Allah dan Rasul Nya
berteman dengan teman-teman yang baik dan akan menambah semangat kita untuk
melakukan lebih banyak kebaikan. Dengan menyaksikan dan mempelajari amalan kebaikan
yang teman kita lakukan, akan menimbulkan keinginan untuk dapat menyamai bahkan
mengungguli amalan kebaikan yang teman kita lakukan. Layaknya Umar yang termotivasi
untuk beramal lebih baik ketika melihat amalan Abu bakar Ash-Shiddiq.

Pertanyaan:
1. Apakah yang harus menjadi landasan bagi seorang muslim dalam menjalin hubungan
atau bergaul dengan masyarakat dilingkungannya?
2. Bagaimanakah seharusnya sikap seorang muslim pada muslim yang lain?
3. Bagaimanakah seharusnya sikap seorang muslim pada orang lain yang bukan seorang
muslim?
4. Jelaskan pentingnya memilih teman/ sahabat untuk diri kita!
5. Jelaskan akibat yg mungkin terjadi dari kesalahan dalam bergaul!

Daftar Pustaka
Majid, Zamakhsyari Abdul. 2010. Pergaulan Dalam Pandangan Islam, (online),
(http://www.harianpelita.com/read/403/4/opini/pergaulan-dalam-pandangan-islam/,
diakses 9 Austus 2011).

Al-Munajid, Muhammad Sholih.2011. Prinsip dan kode etik pergaulan muslim dengan non
muslim, (online), (http://tsabat.com/prinsip-dan-kode-etik-pergaulan-muslimdengan-non-muslim.html, diakses 9 agustus 2011)
Fillah, Salim A.2010. Dalam Dekapan Ukhuwah.Pro-U media: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai