Anda di halaman 1dari 4

PENGKAJIAN

1. Identitas pasien
Nama
: An. W
Umur
: 12 tahun
Agama
: Hindu
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan
: Siswa SD
Alamat
: Jalan Untung Surapati 23, Denpasar
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri ada telinga dan adanya cairan yang keluar dari telinga
kiri,setelah beberapa minggu batuk dan pilek dan pasien mengeluh demam.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami batuk dan pilek berulang selama beberapa minggu ini dan 2
hari terakhir ini keluar cairan bening dari telinga kiri dengan konsistensi kenyal,
tidak bau, dan disertai nyeri telinga. Pasien mengalami demam.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit yang sama pada keluarga pasien.
3. Pengkajian pola Kesehatan Fungsional Gordon
a. Pola Persepsi- Manajemen Kesehatan.
Mengkaji pendapat klien mengenai penyakitya. Klien mengatakan nyeri pada
telinga bagian kiri dan adanya cairan yang keluar melalui telinga.
b. Pola Nutrisi- Metabolik.
Sebelum sakit pasien mengatakan nafsu makan masih tetap baik tetapi pada saat
sakit pasien mengatakan nafsu makan yang menurun karena pada saat menelan
dan mengunyah telinga terasa nyeri.
c. Pola Eliminasi.
Mengkaji pola BAK dan BAB pada pasien, adakah masalah yang dialamai pada
pasien dalam proses BAK dan BAB.
d. Pola Aktivitas dan Latihan.
Sebelum sakit pasien selalu bermain di luar rumah bersama dengan temantemannnya dan setiap hari pasien selalu pergi kesekolah, tetapi semenjak sakit
pasien mengatakan jarang bermain diluar rumah, jarang pergi kesekolah dan
pasien selalu diantar oleh orang tuanya jika pergi kesekolah.
e. Pola Istirahat dan Tidur.
Pasien mengatakan tidak dapat tidur dengan nyenyak dikarenakan nyeri pada
telinga disertai flu dan batuk yang mengganggu.
f. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif.
Semenjak sakit pasien tidak mampu mendengar suara yang rendah.

g. Pola Hubungan dengan Orang Lain.


Pasien mengatakan malu karena pada telinga pasien adanya cairan yang keluar
dan pasien sering diejek jika pasien sedang bermain bersama teman-temannya.
h. Pola Reproduksi dan Seksual.
Mengkaji masalah seksual yang timbul yang berdampak terhadap kesehatan.
i. Persepsi Diri dan Konsep Diri.
Pada konsep diri didapatkan data:
Citra diri: pasien merasa rendah diri karena pasien merasa berbeda dengan

teman-teman sebayanya.
Identitas: pasien menyadari identitas diri sendiri.
Peran: pasien memiliki peran yang jelas pada keluarga, misalnya sebagai

anak dalam keluarga.


Ideal diri: pasien berharap kondisinya segera pulih dan gejala-gejala seperti

nyeri, cairan yang keluar dari telinga segera hilang


Harga diri: pasien mengatakan malu karena gangguan pada citra tubuh yaitu

pada telinga pasien terus mengeluarkan cairan.


j. Pola Mekanisme Koping.
Mengkaji pola mekanisme koping pasien dengan otitis media akut dalam
mengatasi stress sebagai dampak dari penyakit.
k. Pola Nilai Kepercayaan atau Keyakinan.
Mengkaji latar belakang budaya serta dampak masalah kesehatan terhadap
spiritualitas pasien.
4. Pengkajian Fisik

Keadaan Umum
Keadaan umum dan kesadaran: sakit sedang, kompos mentis
Tinggi/berat badan: 130 cm / 35 kg
Tanda-tanda vital
Suhu
: 38,5OC

Tekanan darah

: 100/60 mmHg

Pernafasan

: 18x/menit

Nadi

: 100x/menit

Inspeksi
Inspeksi struktur telinga luar dengan menginspeksi pina untuk melihat ukuran,
bentuuk dan posisinya. Telinga luar harus diperiksa utuk melihat adanya
deformitas, nodul, peradangan atau lesi. Inspeksilah untuk melihat adanya
pengeluaran cairan. Jika ada pengeluaran cairan, catatlah sifat-sifatnya seperti
warna, konsistensi dan kejernihan.

Palpasi

Pina di palpasi untuk mencari adanya nyeri tekan, pembengkakan atau nodulus.
Jika rasa nyeri timbul dengan cara menarik pina ke atas dan kebawah atau dengan
cara menekan tragus, kemungkinan besar infeksi telinga luar. Daerah telinga
posterior harus diperiksa untuk melihat adanya jarigan parut atau pembengkakan.
Pemeriksa harus menekan ujung mastoid, yang seharusnya tidak nyeri tekan.
Nyeri tekan mungkin menunjukkan suatu proses supuratid pada tulang mastoid.
5. Pemeriksaan Penunjang :
Otoskopik
Pemeriksaan ini dengan cara memasukkan spekulun ke telinga, dan memancarkan
cahaya kedalamnya kemudian pemeriksa dapat melihat kondisi membran timpani
melalu lensa pembesar otoskop. Biasanya, gendang telinga terihat kemerahan dan
terlihat bangunan seperti lubang pada selaput gendang telinga. Pada kasus lain
pemeriksaan otoskop ini didapatkan hasil tuba eustachius bengkak, merah dan

suram.
Timpanogram : tes ini dilakukan untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan

membrane timpani.
Timpanosentesis dan Kultur : Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui

membrane timpani untuk menentukan mikrobiologi.


Tes Rinne : Tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran
melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Caranya : garputala digetarkan dan
tangkainya diletakkan diprosesus mastoid, setelah tidak terdengar garputala

dipegang didepan telinga kira-kira 2 cm. normalnya masih terdengar.


Tes Weber : Tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga
kanan dan telinga kiri. Caranya : garputala digetarkan dan tangkai diletakkan di
garis tengah kepala. Normalnya bunyi garputala terdengar di kedua telinga dan

tidak dapat dibedakan kearah mana bunyi terdengar lebih keras.


Tes Schwabach : Membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan
pemeriksa yang pendengarannya normal. Caranya : garputala digetarkan dan
tangkai nya diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi,
kemudian diletakkan pada telinga pemeriksa yang pendengarannya normal dan

begitu sebaliknya. Normalnya pendengaran hasilnya sama dengan pemeriksa.


Tes Audiometric : Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas
(mampu mendengar suara) dan perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan
bunyi kata-kata), dilaksanakan dengan bantuan audiometrik.
Tujuan :
Menentukan apakah seseorang tidak mendengar.
Untuk mengetahui tingkatan kehilangan pendengaran.

Tingkat kemampuan menangkap pembicaraan.


Mengethaui sumber penyebab gangguan pada telinga media (gangguan
konduktif) dari telinga tengah (sistem neurologi).
Caranya: pemeriksaan dilakukan dalam ruang kedap suara. Klien diberitahu jika
mendengar bunyi segera memencet tombol yang disediakan dan hentikan saat
bunyi tak terdengar lagi. Atau dengan cara Tes terdiri dari sejumlah kata-kata
tertentu yang diberikan melalui headphone atau pengeras suara pada klien. Katakata tersebut harus diulangi oleh orang yang di tes. Setelah selesai, persentase
berapa kata yang dapat diulangi dengan benar dapat diketahui. Pendengaran dapat
didintifikasikan pada saat nol desibel naik sebelum seseorang mendengar suara
frekuensi yang spesifik. Bunyi pada tik nol terdengar oleh orang yang
pendengarannya normal. Sampai ke-20 db dianggap dalam tingkat normal.

Anda mungkin juga menyukai