Anda di halaman 1dari 14

Marasmus

Marasmus adalah salah satu bentuk KEP berat yang


timbul karena defisiensi karbohidrat dengan presentasi
berat badan kurang dari 60% tanpa edema

FAKTOR-FAKTOR YANG MEYEBABKAN TERJADINYA MARASMUS


1.Faktor diet. Diet kurang energi akan mengakibatkan penderita marasmus.
2.Peranan faktor sosial. Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu
yang sudah turun-temurun.
3.Peranan kepadatan penduduk. Mc Laren (1982) memperkirakan bahwa
marasmus terdapat dalam jumlah yang banyak akibat suatu daerah terlalu padat
penduduknya dengan higiene yang buruk.
4.Faktor infeksi. Terdapat interaksi sinergistis antara infeksi dan malnutrisi. Infeksi
berat dapat memperjelek keadaan gizi melalui gangguan masukan dan
meningginya kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh.
5.Faktor kemiskinan. Dengan penghasilan yang rendah, ketidakmampuan
membeli bahan makanan ditambah timbulnya banyak penyakit infeksi karena
kepadatan tempat tinggal dapat mempercepat timbulnya KEP

Patofisiologis
Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejumlah
energi yang dalam keadaan normal dapat dipenuhi dari
makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenuhi
pada intake yang kurang, karena itu untuk
pemenuhannya digunakan cadangan protein sebagai
sumber energi.
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja
membantu memenuhi energi tetapi juga memungkinkan
sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti
berbagai asam amino. Karena itu pada marasmus
kadang-kadang masih ditemukan kadar asam amino
yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk

Gejala klinis
Gejala klinis marasmus terdiri dari:
1.Pertumbuhan dan perkembangan fisik terganggu (berat badan < 60%).
2.Tampak sangat kurus (gambaran seperti kulit pembalut tulang).
3.Muka seperti orang tua (old man face).
4.Pucat, cengeng, apatis.
5.Rambut kusam, kadang-kadang pirang, kering, tipis dan mudah dicabut.
6.Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada, sehingga kulit
kehilangan turgornya.
7.Jaringan otot hipotrofi dan hipotoni.
8.Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.
9.Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.
10. Sering disertai penyakit infeksi, diare kronis atau konstipasi

LABORATORIUM
Perubahan biokimia yang ditemukan pada marasmus
adalah:
1.Anemia ringan sampai berat.
2.Kadar albumin dan globulin serum rendah.
3.Kadar kolesterol serum yang rendah.
4.Kadar gula darah yang rendah

Atasi/cegah hipoglikemia
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila < 35C, atau suhu rektal 35,5C). Bila kadar gula
darah di bawah 50
mg/dl, maka berikan:
50 ml bolus glukosa 10% atau larutan sukrosa (1 sendok teh gula dalam 5 sendok makan air) secara oral atau
sonde/pipa nasogastrik.
Selanjutnya berikan larutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan bagian dari jatah untuk
2 jam).
Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam.
Atasi/cegah hipotermia
Bila suhu rektal < 35,5C, hangatkan anak dengan pakaian atau selimut, atau letakkan dekat lampu atau
pemanas.
Suhu diperiksa sampai mencapai > 36,5C.
Atasi/cegah dehidrasi
Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali. Jika anak masih dapat minum,
lakukan tindakan rehidrasi oral dengan memberikan minum anak 5 ml/kgBB setiap 30 menit cairan rehidrasi oral
khusus untuk KEP.
Jika tidak ada cairan khusus untuk anak dengan KEP berat dapat menggunakan oralit. Jika anak tidak dapat
minum maka dilakukan rehidrasi intravena dengan cairan Ringer Laktat/Glukosa 5% dan NaCl 0,9%

Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit


Pada semua KEP berat terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya:
Kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar natrium plasma rendah.
Defisiensi kalium dan magnesium. Ketidakseimbangan ini diterapi dengan memberikan:
K 2 4 meq/kgBB/hari (150 300 mg KCL/kgBB/hari).
Mg 0,3 0,6 meq/kgBB/hari (7,5 15 MgCl 2/kgBB/hari).
Obati/cegah infeksi
Pada KEP berat, tanda yang umumnya menunjukan adanya infeksi seperti demam, seringkali tidak nampak, oleh karena itu
pada semua KEP berat secara rutin diberikan:
Antibiotika spektrum luas, bila tanpa komplikasi: kontrimoksazol 5 ml suspensi pediatri secara oral, 2 kali sehari selama 5 hari
(2,5 ml bila BB < 4 kg).
Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, infeksi kulit, infeksi saluran napas atau
saluran kencing) beri ampisilin 50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam selama 2 hari, kemudian secara oral amoksisilin 15 mg/kgBB
setiap 8 jam, selama 5 hari.
Bila amoksisilin tidak ada, maka teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6 jam secara oral, atau gentamisin 7,5 mg/kgBB/IM atau
IV sekali sehari selama 7 hari.
Bila dalam 48 jam tidak ada kemajuan klinis, tambahkan kloramfenikol 25 mg/kgBB/IM atau IV setiap 6 jam selama 5 hari.
Bila terdeteksi kuman spesifik, beri pengobatan spesifik. Bila anoreksia menetap selama 5 hari pengobatan antibiotik, lengkapi
pemberian hingga 10 hari.
Vaksinasi campak bila umur anak > 6 bulan dan belum pernah diimunisasi

Koreksi defisiensi nutrien mikro


Berikan setiap hari:
Tambahan multivitamin.
Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama).
Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari.
Bila berat badan mulai naik: Fe 3 mg/kgBB/hari atau
sulfas ferosus 10 mg/kgBB/hari.
Vitamin A oral pada hari 1, 2 dan 14. Untuk umur > 1
tahun 200.000 SI, umur 6 12 bulan 100.000 SI, dan
umur 0 5 bulan 50.000 SI

Mulai pemberian makanan


Pemberian diet dibagi dalam 3 fase, yaitu: fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi.
Fase Stabilisasi (2 7 hari)

Fase dimulainya pemberian makanan segera setelah anak dirawat sehingga energi dan protein cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme basal tubuh.
Prinsif pemberian nutrisi pada fase inisial/stabilisasi adalah sebagai berikut:
Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa.
Oral atau nasogastrik.
Kalori 100 kkal/kgBB/hari
Protein 1 1,5 gr/kgBB/hari.
Cairan 130 ml/kgBB/hari.
Fase Transisi (Minggu ke-2)

Fase pemberian makanan secara perlahan-lahan untuk menghindari resiko gagal jantung dan intoleransi saluran
cerna bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
Kalori 150 kkal/kgBB/hari
Protein 2 3 gr/kgBB/hari
Cairan 150 ml/kgBB/hari.
Fase Rehabilitasi (Minggu ke-3 7)

Pada masa pemulihan, dibutuhkan berbagai pendekatan secara gencar agar tercapai asupan makanan yang
tinggi dan pertambahan BB > 10 gr/kgBB/hari. Awal fase rehabilitasi ditandai dengan timbulnya selera makan,
biasanya 1 2 minggu setelah dirawat.
Setelah masa transisi dilampaui, anak diberi:
Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering.
Energi 150 220 kkal/kgBB/hari.
Protein 4 6 gr/kgBB/hari
Bila anak masih mendapat ASI, teruskan tetapi beri formula lebih dulu karena energi dan protein ASI tidak
akan mencukupi untuk tumbuh kejar

Fasilitasi tumbuh kejar


Untuk mengejar pertumbuhan yang tertinggal, anak diberi asupan makanan seperti
pada fase-fase tersebut di atas. Untuk itu harus tersedia jumlah asupan makanan
yang memadai seperti pada tahapan fase-fase di atas.
Sediakan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental.
Siapkan follow up setelah sembuh
Bila berat badan sudah mencapai 80% BB/U dapat dikatakan anak sembuh. Pola
pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah setelah
penderita dipulangkan. Kepada orang tua disarankan:
Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur.
Pemberian suntikan/imunisasi ulang (booster).
Pemberian vitamin A setiap 6 bulan.
Selain itu atasi penyakit penyerta, yaitu:
Defisiensi vitamin A.
Dermatosis.
Penyakit karena parasit/cacing.
Diare berlanjut.
Tuberkulosis, obati sesuai dengan pedoman tuberkulosis

kasus
An. AF 14 bulan, bb tb. BB/TB -3. Didapati gejala
marasmus : muka tua, tampak sangat kurus, baggy
pants, atrofi otot di lengan, dada dan inguinal.

Penatalaksanaan
Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa
Energi ; 100 kkal/kg/hari
Protein ; 1-1,5 gr/kg bb/hari
Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100
ml/kgbb/hari)
Anak mendapat ASI teruskan, dianjurkan memberi
formuls WHO 75/pengganti/modisco

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai