BAB 1
PENDAHULUAN
Sefalosporin merupakan salah satu antibiotik yang memiliki cincin -laktam
dalam strukturnya sehingga tergolong antibiotik -laktam bersama-sama dengan
penisilin, monobaktam, dan karbapenem. Sefalosporin tergabung dalam cephem,
subgrup antibiotik -laktam bersama dengan sefasimin. Seperti halnya semua
senyawa metabolit sekunder, antibiotik sefalosporin dihasilkan dalam industri bioproses
yang melibatkan mikroorganisme.
Sefalosporin C merupakan contoh sefalosporin yang paling awal ditemukan.
Fungsinya sebagai antibiotik yang cukup potensial menjadikannya produk antibiotik
yang banyak dihasilkan setelah penisilin. Dengan mengubah-ubah gugus sampingnya,
diperoleh
berbagai
senyawa
turunan
sefalosporin
atau
disebut
sefalosporin
Italia,
berhasil
mengisolasi
strain
bahwa
fungi
ini
menghasilkan
bernegosiasi
dengan
NRDC
(National
Research
Development
Corporation).
Pada tahun 1985, gen biosintetik -laktam pertama, pcbC (encoding
cyclase) berhasil dikloning dari A. chrysogenum. Perkembangan ini cukup berarti
bagi industri sefalosporin mengingat pembuatan enzim yang diperlukan bagi industri
ini menjadi lebih mudah.
2. Struktur Kimia dan Sifat-sifat Sefalosporin
Senyawa sefalosporin memiliki gugus inti 7-aminocephalosporanic acid
(7-ACA), yang mengandung gugus -laktam (sebuah cincin dengan 2 atom C, 1
gugus karbonil, dan 1 atom N) dan cincin dihidrothiazin. Secara keseluruhan nama
ilmiah
sefalosporin
adalah
asam
3-asetoksimetil-7-asilamino-3-cephem-4-
karboksilat.
Berbagai senyawa lainnya dapat diperoleh dengan mengganti R1 dan R2
pada struktur gugus inti sefalosporin tersebut, sehingga dapat menghasilkan sifatsifat senyawa yang berbeda-beda. Beberapa contoh senyawa turunan sefalosporin
yaitu
No.
1.
Senyawa turunan
Cefacetril
R1
CH3COOCH2-
R2
-CH2-CN
2.
Cefalexin
3.
Cefatrizin
CH3-
umum,
sefalosporin
dikelompokkan
dalam
generasi,
generasi
pertama
yaitu
cefadroxil,
cefazolin,
cephalexin,
meliputi
Struktur kimia dari beberapa contoh sefalosporin generasi pertama dan kedua
Struktur kimia dari beberapa contoh sefalosporin generasi ketiga dan keempat
Sifat-sifat Fisik
Kebanyakan sefalosporin berupa padatan yang berwarna putih, coklat,
atau kuning muda, yang biasanya tidak berbentuk (amorf), tetapi kadang-kadang
bisa berbentuk kristal. Sefalosporin umumnya tidak memiliki titik leleh yang tinggi.
Sifat asamnya umumnya berasal dari gugus karboksilatnya yang terikat pada cincin
dihidrothiazin. Nilai keasamannya, pKa, tergantung kondisi lingkungannya.
Salah satu sifat fisik yang mencolok dari sefalosporin adalah frekuensi
dalam spektrum inframerah. Absorpsi terjadi pada frekuensi tinggi (1770-1815 cm -1)
yang berasal dari karbonil -laktamnya. Dibandingkan dengan frekuensi gugus
karbonil pada senyawa lain, misal karbonil ester (1720-1780 cm-1) dan amida (15041695 cm-1), bisa dibilang cukup tinggi. Beberapa sifat fisik sefalosporin ditampilkan
dalam tabel di bawah ini.
Sifat-sifat Kimia
Adanya gugus -laktam sangat mempengaruhi sifat kimia dari
sefalosporin. Bentuk geometri cincin dengan ikatan rangkap di dalamnya,
menjadikan sefalosporin sebagai molekul yang cukup stabil karena memungkinkan
terjadinya resonansi. Pembuatan senyawa turunan sefalosporin biasanya dengan
melakukan
penyerangan
menggunakan
nukleofil
seperti
alkolsida
atau
hidroksilamin.
3. Kegunaan Sefalosporin
Seperti halnya antibiotik -laktam lainnya, sefalosporin dapat digunakan
dalam melawan infeksi oleh bakteri dengan mengikat dan menjadi inhibitor enzim
pembentuk dinding peptidoglikan bakteri. Dibandingkan dengan penisilin yang juga
merupakan antibiotik -laktam, sefalosporin memiliki sifat resistan terhadap enzim
-laktamase yang dihasilkan oleh bakteri untuk memutus ikatan pada cincin laktam.
Sefalosporin digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi oleh
bakteri, seperti infeksi saluran pernapasan (pneumonia, bronkitis, tonsillitis), infeksi
kulit, dan infeksi saluran urin. Pemberian sefalosporin kadang-kadang bersamaan
dengan antibiotik lain. Sefalosporin juga umum digunakan dalam pembedahan atau
surgery, untuk mencegah infeksi selama pembedahan.
Berbagai jenis sefalosporin yang dihasilkan juga memberikan berbagai
fungsi berbeda dari masing-masing sefalosporin. Sefalosporin generasi pertama
6
seperti sefalotin dan sefalexin merupakan yang paling aktif dalam melawan
staphylococci dan nonenterococcal streptococci, dan merupakan antibiotik alternatif
dari penisilin untuk pasien dengan endocarditis, osteomyelitis, septic arthritis, dan
cellulitis. Dikatakan sebagai antibiotik alternatif karena adanya pasien yang
kemungkinan alergi terhadap penisilin ataupun karena adanya infeksi campuran
oleh bakteri gram positif dan gram negatif. Meskipun obat-obat ini sudah terbukti
dapat mengatasi infeksi seperti bacteriemias, infeksi saluran kencing, dan
pneumonia, yang disebabkan bakteri gram negatif, penggunaan sefalosporin ini
sebagai agen tunggal tidak disarankan, karena aktivitas melawan bakteri gram
negatif masih lemah dan tidak dapat diprediksi. Sefalosporin generasi pertama telah
digunakan secara luas dalam pencegahan cardiovascular, orthopedic, biliary, pelvis,
dan intra-abdominal surgery. Sefazolin, yang memiliki waktu paruh lebih lama
dibanding sefalosporin generais pertama lainnya, merupakan pilihan utama untuk
pencegahan dakam pembedahan.
Sefuroxime efektif dalam melawan Haemophilus influenzae penyebab
penyakit sejenis pneumonia yang kebal terhadap ampisilin. Sefoxitin digunakan
untuk mengobati infeksi campuran aerobik-anaerobik termasuk infeksi pelvis, intraabdominal, dan nosocomial aspiration pneumonia. Sefonicid, karena waktu
paruhnya yang panjang juga banyak digunakan dalam berbagai jenis infeksi seperti
saluran kencinga dan jaringan kulit.
Sementara itu, sefalosporin generasi ketiga dapat digunakan untuk
melawan bakteri gram positif. Biasanya pengobatan infeksi tidak menggunakan
sefalosporin generasi ketiga, melainkan obat lainnya. Pengecualian berlaku bagi
pengobatan meningitis. Sefotaxime, seftriaxone, dan seftazidime terbukti efektif
dalam mengobati meningitis, terutama bagi anak-anak di mana Haemophilus
influenzae, Streptococcus pneumoniae, dan Neisseria meningitidis merupakan
penyebab utamanya. Seftriaxone sekarang merupakan agen pilihan untuk
mengobati berbagai infeksi yang disebabkan strain kebal penisilin.
4. Volume Produksi Sefalosporin
Permintaan pasar terhadap antibiotik -laktam pada tahun 2000
mencapai ~US$ 15 milyar. Dari nilai tersebut, sefalosporin menyumbang sebesar
66% atau ~US$ 9,9 milyar. Tingginya nilai sefalosporin dikarenakan juga harganya
yang lebih mahal dibanding penisilin akibat proses industrinya yang memerlukan
cost lebih tinggi.
Berikut adalah tabel yang menunjukkan rangking produksi -laktam
yang utama di dunia dan volume produksinya.
Dari tabel tersebut dapat dipastikan bahwa sefalosporin menempati urutan kedua
sebagai antibiotik yang paling banyak dihasilkan setelah penisilin.
Negara Cina merupakan salah satu penghasil sefalosporin dan bahan
baku sefalosporin yang cukup besar di dunia. Ekspor bahan mentah sefalosporin
pada tahun 2004 mencapai 683 ton. Berikut merupakan tabel distribusi ekspor
bahan mentah sefalosporin Cina pada tahun 2004.
Product
7-ADCA
7-ACA
Cefazolin sodium
GCLE
Ceftriaxone powder
Ceftriaxone
Cephalexin
Cefotaxime
Other Cefazolin
Cephalosporins side chain
Cefradine
Cefoperazone
Cefotaxime powder
Cefotaxime side chain
Cefoperazone tazobactam
Cefoperazone Sulbactam
Ceftriaxone acid
Cefuroxime
Ceftazidime
Cefazolin acid
Cefadroxil
7-AVCA
Ester of cefuroxime
sodium
Ceftezole
Cefradine sodium
Cefradine arginine
Quantity (kg)
191,415
105,465
80,345
60,100
50,525
42,297
39,392
22,005
18,462
12,500
12,300
10,296
8,095
6,000
4,929
2,516
2,240
2,087
2,059
1,500
1,100
1,061
Share
28.03%
15.44%
11.76%
8.80%
7.40%
6.19%
5.77%
3.22%
2.70%
1.83%
1.80%
1.51%
1.19%
0.88%
0.72%
0.37%
0.33%
0.31%
0.30%
0.22%
0.16%
0.16%
Amount ($)
10,174,163
9,029,530
10,346,110
8,066,130
4,687,912
5,388,471
1,622,703
2,721,675
1,575,474
267,029
733,540
3,404,725
773,022
52,650
15,212,162
6,315,000
223,308
770,098
773,642
159,723
63,205
658,820
Share
12.05%
10.70%
12.25%
9.55%
5.55%
6.38%
1.92%
3.22%
1.87%
0.32%
0.87%
4.03%
0.92%
0.06%
18.02%
7.48%
0.26%
0.91%
0.92%
0.19%
0.07%
0.78%
1,015
0.15%
361,152
0.43%
900
881
770
0.13%
0.13%
0.11%
221,175
74,984
75,978
0.26%
0.09%
0.09%
Cefuroxime
Other cephalosporin
intermediate
Ceftazidime acid
Cefaclor
Cephalosporin C
7-ANCA
Ceftiofur
Ceftriaxone side chain
Total
705
0.10%
211,560
0.25%
570
0.08%
50,740
0.06%
560
326
200
179
140
50
682,985
0.08%
0.05%
0.03%
0.03%
0.02%
0.01%
100.00%
159,716
17,802
7,637
110,980
113,182
1,285
84,425,283
0.19%
0.02%
0.01%
0.13%
0.13%
0.00%
100.00%
5. Potensi di Indonesia
Sefalosporin merupakan antibiotik dengan fungsi yang lebih luas
dibanding penisilin. Sefalosporin efektif dalam melawan bakteri gram negatif
sekaligus bakteri gram positif. Sefalosporin juga mampu melawan beberapa jenis
bakteri yang kebal terhadap penisilin. Untuk itu seharusnya persediaan sefalosporin
lebih banyak daripada penisilin.
Harga sefalosporin umumnya lebih mahal daripada penisilin karena
proses industrinya yang memakan cost lebih tinggi. Hal ini juga berlaku di
Indonesia. Produksi antibiotik dalam negeri umumnya belum mandiri mulai dari awal
proses produksi, melainkan mengimpor bahan mentah dari luar. Dengan demikian,
sudah pasti harga sefalosporin dalam negeri lebih mahal daripada yang di luar.
Industri sefalosporin memiliki kemiripan dengan industri penisilin. Proses
industrinya memang sedikit lebih kompleks dibanding penisilin, akan tetapi dengan
bahan baku yang sama. Medium untuk fermentasi berupa karbohidrat (glukosa,
sukrosa), lipid (minyak kacang, kedelai) cukup mudah untuk diperoleh, apalagi di
Indonesi yang kaya dengan sumber hayatinya. Untuk itu seharusnya pembuatan
sefalosporin dalam negeri dapat diupayakan melihat potensinya yang cukup besar
untuk mencukupi kebutuhan antibiotik Indonesia.
BAB II
POKOK BAHASAN
: Fungi
: Dikarya
: Ascomycota
: Pezizomycotina
: Sordariomycetes
: Hypocreomycetidae
: Hypocreales
: Hypocreaceae
: Acremonium
: Acremonium chrysogenum
diisolasi pada tahun 1959. Strain ini memungkinkan 100 gram sefalosporin C
didapatkan untuk determinasi struktur dan merupakan induk dari semua strain
dalam industri produksi sefalosporin C.
Mutagenesis merupakan cara tradisional dalam mengembangkan strain.
Konidia diambil dari kultur miselial untuk meningkatkan kemungkinan mengisolasi
mutan
dari
nukleus
tunggal.
Mutagen
kimia,
seperti
N-metil-N-nitro-N-
sebagai
pembatas
laju
11
(rate-limitting)
biosintesis
maupun
epimerase
(IPNE).
Penisilin
kemudian
diubah
menjadi
13
yang membedakan kedua proses tersebut dimulai dari proses konversi isopenisilin
N, di mana dalam biosintesis sefalosporin C, terjadi pengubahan isopenisilin N
menjadi penisilin N, sedangkan pada biosintesis penisilin G (contohnya) tidak
mengalaminya. Tentu saja pembeda utama dari kedua proses tersebut adalah
mikroorganisme yang digunakan; Acremonium chrysogenum untuk sefalosporin dan
Penicillium chrysogenum (Penicillium sp.) untuk penisilin.
Sefalosporin
dihasilkan
secara
industri
dengan
fermentasi
17
6. Perolehan Produk
Setelah fermentasi selesai, miselia dan komponen medium yang tidak
larut biasanya dibuang secara filtrasi atau sentrifugasi. Dalam hasil fermentasi,
selain
sefalosporin
juga
terdapat
sejumlah
kecil
penisilin
N,
digunakan
untuk menghilangkan
menghasilkan 7-ACA.
19
gugus
samping
glutaryl
untuk
Sekitar sepertiga dari sefalosporin komersial adalah turunan dari 7ADCA. Karena biaya yang lebih rendah, 7-ADCA umumnya diperoleh dari penisilin
G dengan cara ekspansi cincin sebuah ester sulfoksida penisilin untuk
menghasilkan ester sefalosporin. Gugus ester kemudian dihilangkan diikuti
penghilangan gugus fenilasetil untuk menghasilkan 7-ADCA. Sementara dua pertiga
dari sefalosporin komersial merupakan turunan 7-ACA yang dihasilkan dari
sefalosporin C baik secara kimiawi maupun enzimatik.
7. Pengolahan Limbah Industri Sefalsoporin
Limbah yang dihasilkan oleh industri sefalosporin cukup berbahaya
karena mengandung bahan beracun biologis yang sulit terurai sehingga dapat
mencemari lingkungan dan makhluk hidup. Kadar substansi organik atau substansi
koloid-padat masih cukup tinggi, dan nilai pH yang bervariasi, serta mengandung
substansi biotoksik tidak terurai dan antibiotik bakteristatik.
Menurut Duan Haixia (2009), pengolahan limbah produksi sefalosporin
dapat dilakukan dengan perlakuan (treatment) biokimia secara proses yang disebut
asidifikasi hidrolitik-Up-flow Anaerobic Sludge Bed (UASB)-Sequencing Batch
Reactor Activated Sludge Process (SBR)-Biological Activated Carbon (BAC).
20
21
Diagram proses untuk pengolahan limbah industri sefalosporin (Duan Haixia, 2009)
22
23
24
DAFTAR PUSTAKA
Andes, D. and Craig, W.A. (2006). Pharmacodynamics of a New Cephalosporin, PPI0903 (TAK-559), Active Against Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus
in Murine Thigh and Lung Infection Models: Identification of an In Vivo
Pharmacokinetic-Pharmacodynamic Target. Antimicrobial Agents and
Chemotherapy. Vol 40 No: 4, April 2006, 1376-1383.
Demain, A.L., et al (1962). Effect of Methionine, Norleucine, and Lysine Derivatives
on Cephalosporin C Formation in Chemically Defined Media. 27 Agustus
1962, 339-344.
Duan, Haixia (2009). Study on the Treatment Process of Wastewater from
Cephalosporin Production. Journal of Sustainable Development. Vol 2 No: 2,
Juli 2009. 133-136
Elander, R.P. (2003). Industrial Production of -lactam Antobiotics. Journal of
Application Microbiology Biotechnology, 61, 3 April 2003, 385-392.
Flickinger, M.C. and Stephen W. Drew (1999). Encyclopedia of Bioprocess
Technology: Fermentation, Biocatalysis, and Bioseparation. John Wiley &
Sons, Inc. New York, United States of America, 560-569.
Hewinson, R. Glyn, et al (1986). The Permeability Parameter of the Outer Membrane
of Pseudomonas aeruginosa Varies with the Concentration of a Test
Substrate, Cephalosporin C. Journal of General Microbiology. 132, 19 Juli
1985, 27-33.
Kanzaki, et al (1976). Production of Cephalosporin C. US Patent. 6 April 1976.
Kim, Youngsoo and Hol, Wim G.J. (2001). Structure of Cephalosporin Acylase in
Complex with Glutaryl-7-aminocephalosporanic acid and Glutarate: Insight
into the Basis of Its Substrate Specificity. Chemistry & Biology. Vol 8 No: 12,
November 2001, 1253-1264.
Muniz, Carolina Campos, et al (2007). Penicllin and Cephalosporin Production: A
Historical Perspective. Journal of Microbiology. Vol 49 No: 3-4, December
2007, 88-98.
Nigam, Vinod Kumar, et al (2007). Influence of Medium Constituents on the
Biosynthesis of Cephalosporin-C. Journal of Biotechnology. Vol 10 No: 2, 15
Aptil 2007.
Othmer, Kirk. Encyclopedia of Chemical Technology. John Wiley & Sons, Inc. United
States of America. 1-40
Pichichero, Michael E. (2006). Cephalosporins Can Be Prescribed Safely For
Penicllin-Allergic Patients. Applied Evidence.Vol 55 No: 2, 23 Januari 2006,
106-112.
25
26