Anda di halaman 1dari 9

MOLA

Massa berdaging yang dibentuk dalam uterus melalui degenerasi atau


pertumbuhan abortif ovum.
Hydatid mole ; hydatidiform mole
Keadaan yang terjadi sabagai akibat rusaknya sirkulasi vili korionik pada sel telur
abnormal, ditandai dengan proliferasi trofoblast dan edema disolusi serta
pembentukan kavitas kistik stroma avaskular vili, yang membentuk kista
menyerupai buah anggur
Dorland
MOLA HIDATIDOSA (KEHAMILAN MOLA)
Kehamilan mola secara histologist ditandai oleh kelainan vili koionik yang
tediri dari proliferasi trofoblas dengan derajat bervariasi dan edema
stroma vilus. Mola biasanya terletak di rongga uterus; namun kadangkadang mola terletak di tuba Fallopii dan bahkan ovarium. Ada tidaknya
janin atau unsure embrionik pernah digunakan untuk mengklasifikasikan
mola menjadi mola sempurna(complete) dan parsial.

Mola Hidatidosa Sempurna


Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Ukuran
vesikel bervariasi dari sulit dilihat sampai yang berdiameter beberapa
sentimeterdan sering berkelompok-kelompok menggantung pada tangkai
kecil. Temuan histologik ditandai oleh :
1.
2.
3.
4.

Degenerasi hidropik dan pembengkakan stroma vilus


Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak
Proliferasi epitel trofoblas dengan derajat bervariasi
Tidak adanya janin dalam amnion

Pada pemeriksaan sitogenik terhadap kehamilan mola sempurna


menemukan komposisi kromosom yang umumnya (85% atau lebih) adalah
46,XX, dengan kromosom seluruhnya berasal dari ayah. Fenomena ini
disebut sebagai androgenesis. Biasanya ovum dibuahi oleh sperma
haploid, yang kemudian mempebanyak kromosomnya sendiri setelah
meiosis sehingga kromosom nya bersifat homozigot. Kromosom ovum
tidak ada atau tidak aktif. Kadang-kadang pola kromosom suatu mola
sempurna mungkin 46,XY, yaitu heterozigot karena pembuahan dua
sperma.

Mola Hidatidosa Parsial


Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan
mungkin tampak sebagian jaringan janin, biasanya paling tidak kantung
amnion, keadaan ini diklasifikasikan sebagai mola hidatidosa parsial.
Terjadi pembengkakan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian
vili yang biasanya avaskular, sementara vili-vili berpembuluh lainnya
dengan sirkulasi janin-plasenta yang masih berfungsi tidak terkena.
Hiperplasia trofoblastik lebih bersifat fokal daripada generalisata.
Seperti diperlihatkan pada table, kariotipe biasanya triploid-69,XXX,
69,XXY, atau 69,XYY- dengan satu komplemen haploid ibu dan biasanya
dua komplemen haploid ayah. Janin pada mola parsial biasanya memiliki
tanda-tanda triploidi, yang menakup malformasi congenital multiple dan
hambatan pertumbuhan serta tidak viable.
Gestasi kembar dengan mola sempurna serta janin dan pasenta normal
kadang-kadang salah diagnosis sebagai mola parsial diploid. Sebaiknya
keduanya diupayakan dibedakan, karena kehamilan kembar yang terdiri
dari satu janin normal dan satu mola sempurna memiiki kemungkinan 50%
untuk menyebabkan penyakit trofoblastik persisten dibandingkan dengan
angka yang jauh lebih rendah pada mola parsial triploid.
Mola hidatidosa mungkin diikuti oleh tumor trofoblastik nonmetastatik
pada 4 sampai 8 persen kasus. Risiko koriokarsinoma yang berasal dari
mola parsial sangat rendah.
Komposisi kromosom dari 200 mola hidatidosa
Kromosom
Haploid
Diploid
Triploid
Tetraploid
Tidak diketahui

Sempurna (n=151)
jumlah(%)
1(0,7)
128(85)
3(2)
19(13)

Parsial (n=49)
jumlah (%)
1(2)
42(86)
2(4)
4(8)

Gambaran mola Hiatidosa Parsial dan Sempurna


Gambaran
Kariotipe
Patologi

Mola Parsial
Umumnya 69,XXX atau
69,XXY

Mola Sempurna
46,XX atau 46,XY

Janin
Amnion,sel darah merah
janin
Edema vilus
Poliferasi trofoblas
Gambaran Klinis
Diagnosis
Ukuran Uterus
Kista teka-Lutein
Penyulit medis
Penyakit pasca mola

Sering dijumpai
Sering dijumpai
Variable, focal
Variable, focal, slight to
moderate

Tidak ada
Tidak ada
Difus
Bervariasi,ringan sampai berat

Missed Abortion
Kecil untuk masa
kehamilan
Jarang
Jarang
Kurang dari 5-10%

Gestasi mola
50% besar untuk masa
kehamilan
25-30%
Sering
20%

Diagnosa Histologis

Attempts to relate the histological structure of individual complete hydatidiform moles to their
subsequent malignant potential have generally been disappointing. For example, Novak and Seah
(1954) could not precisely establish such a relationship in 120 cases of uncomplicated
hydatidiform mole or in 26 cases of choriocarcinoma that developed after a molar pregnancy.
Kista Teka Lutein
Pada banyak kasus mola hidatidosa,ovarium mengandung kista teka lutein multiple.
Kista-kista ini ukurannya bervariasi dari mikroskopik sampai yang berdiameter
10cm atau lebih. Permukaan kista halus, sering kekuningan, dan dilapisi oleh sel-sel
lutein. Insidensi kista yang jelas terlihat disertai dengan mola dilaporkan berkisar
antara 25-60 persen. Kista-kista ini di duga terbentuk akibat perangsangan unsureunsur lutein yang berlebihan oleh gonadotropin korionik dalam jumlah besar yang
dikeluarkan oleh trofoblas. Secara umum,perubahan kistik yang luas biasanya
disertai dengan mola hidatidosa yang lebih besar dan masa perangsangan yang
lama.

Insiden
Mola hidatidosa terjadi pada sekitar 1 dalam 1000 kehamilan di Amerika Serikat dan
Eropa. Insidensi di sebagian besar dunia mungkin serupa dengan insiden di Amerika
Serikat.

Usia
Frekuensi mola hidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia
subur relative lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia lebih dari
45 tahun, dengan frekuensi lesi relative lebih dari 10 kali lipat dibandingkan pada

usia 20 sampai 40 tahun. Banyak dijumpai kasus mola hidatidosa yang terbukti
pada wanita berusia 50 tahun atau lebih.

Riwayat Mola
Kekambuhan mola hidatidosa dijumpai pada sekitar 1 sampai 2 persen kasus.

Faktor lain
Peran graviditas , paritas, factor reproduksi lain, status esterogen, kontrasepsi oral,
dan factor makanan dalam risiko penyakit trofoblastik gestasional masih belum
jelas.

Perdarahan
Perdarahan uterus hamper bersifat universal, dan dapat bervariasi dari bercak
sampai perdarahan berat. Perdarahan mungkin terjadi sesaat sebelum aborus atau,
yang lebih sering , terjadi secara intermitten selama beberapa minggu sampai
bahkan bulan. Efek dilusi akibat hipervolemia yang cukup berat dibuktikan terjadi
pada sebagian wanita yang molanya lebih besar. Kadang-kadang terjadi perdarahan
berat yang tertutup dlam uterus. Anemia defisiensi besi sering dijumpai dan
kadang-kadang terdapat eritropoiesis megaloblastik, mungkin akibat kurangnya
asupan gizi karena mual dan muntah disertai meningkatnya kebutuhan folat
trofoblas yang cepat berproliferasi.

Ukuran uterus
Uterus sering membesar lebih cepat daripada biasanya. Ini adlah kelainan yang
tersering dijumpai, dan pada sekitar separuh kasus, ukuran uterus jelas melebihi
yang diharapkan berdasarkan usia gestasi. Uterus mungkin sulit diidentifikasi
secara pasti dengan palpasi, terutama pada wanita nulipara, karena kosistensinya
yang lunak di bawah dinding abdomen yang kencang. Kadang-kadang ovarium
sangat membesar akibat kista-kista teka lutein sehingga sulit dibedakan dari uterus
yang membesar.

Aktivitas janin
Walaupun uterus cukup membesar sehingga mencapai jauh di atas simfisis, bunyi
jantung janin biasanya tidak terdeteksi. Walaupun jarang, mungkin terdapat

plasenta kembar dengan perkembangan kehamilan mola sempurna pada salah


satunya, sementara plasenta lain dan janinnya tampak normal
Hipertensi akibat kehamilan
Yang sangat penting adlah kemungkinan terjadinya preeklamsia pad akehamilan
mola, yang menetap sampai trimester kedua. Karena hipertensi akibat kehamilan
jarang dijumpai sebelum usia gestasi 24 minggu, preeklamsia yang terjadi sebelum
waktu ini sedikitnya harus mengisyaratkan mola hidatidosa atau adanya mola yang
luas.

Hiperemesis
Pasien dapat megalami mual dan muntah yang cukup berat. Yang menarik, tidak
ada satupun dari 24 mola sempurna mengalami preeklamsia,hiperemesis,atau
hipertiroidisme klinis.

Tirotoksikosis
Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola meningkat , tetapi
jarang menyebabkan gejala klinis hipertiroidisme. Peningkatan tiroksin plasma
mungkin terutama disebabkan oleh esterogen, seperti pada kehamilan normal, yang
kadar tiroksin bebasnya tidak meningkat.

Embolisasi
Saat evakuasi, trofoblas , dengan atau tanpa stroma vilus, lolos dari uterus melalui
aliran vena dalam jumlah bervariasi. Volumenya dapat mencapai sedemikian
sehingga menimbulkan geala dan tanda embolisme paru akut dan bahkan hasil
yang fatal.
Walaupun trofoblas, dengan atau tanpa stroma vilus, dapat menjadi embolus ke
paru dalam volume yang terlalu sedikit untuk menimbulkan sumbatan nyata pada
vaskularisasi paru , selanjutnya embolus tersebut dapat menginvasi parenkim paru
dan membentuk metastasis yang tampak jelas pada pemeriksaan radiografis.

Gambaran diagnosik
Pada sebagian kasus, vesikel hidatid yang mirip anggur dikeluarkan sebelum mola
mengalami abortus spontan atau dikeluarkan melalui operasi. Pengeluaran spontan
biasanya terjadi sekitar minggu ke-16 dan jarang tertunda melebihi minggu ke-28.

Temuan klinis berupa perdarahan menetap dan uterus yang lebih besar dari pada
ukuran perkiraan menimbulkan kecurigaan adanya kehamilan mola. Perlu
dipertimbangkan kemungkinan kesalahan data haid atau adanya uterus hamil yang
diperbesar oleh mioma,hidramnion, atau khususnya janin multiple. Bukti diagnostic
yang paling akurat diperoleh dari gambaran ultrasonografi yang khas mola
hidatidosa. Secara singkat, gambaran klinis dan diagnostic suatu mola hidatidosa
sempurna adalah sebagai berikut :
-

Pengeluaran darah yang terus menerus atau intermiten yang terjadi mulai
usia gestasi sekitar 12 minggu, biasanya tidak banyak, dan sering enderung
coklat daripada merah.
Pembesaran uterus melebihi durasi kehamilan pada sekitar separuh kasus
Tidak adanya bagian-bagian janin dan bunyi jantung janin walaupun uterus
telah membesar sampai seinggipusat atau lebih
Gambaran USG yang khas
Kadar gonadotropin korionik serum lebih tinggi daripada yang diperkirakan
untuk tahap gestasinya .
Preeklamsia-eklamsia yang timbul sebelum usia gestasi 24 minggu.
Hiperemesis gravidarum.

Prognosis
Hampir 20 persen dari mola sempurna berkembang menjadi tumor trofoblastik
gestasional.
Terapi
Terdiri dari dua fase :
-

Evakuasi mola segera


Mencakup pemeriksaan sepintas untuk mencari metastasis
Tindak lanjut untuk mendeteksi proliferasi trofoblas persisten atau mengarah
ke keganasan

Terminasi kehamilan mola


Akibat meningkatnya keasadaran, dan tentunya karena teknik diagnostic yang lebih
baik, kehamilan mola sekarang lebih sering diakhiri saat masih kecil dan pada
keadaan terkendali dan bukan pada saat kacau seperti umumnya saat mola
mengalami abortus spontan.

Kemoterapi profilaktin
Sebagian besar pasien akan mengalami relaps spontan setelah evakuasi dan hasil
tidk lanjut terhadap semua pasien

Aspirasi vakum
Evakuasi isap(suction) merupakan terapi pilihan untuk mola hidatidosa, berapapun
ukuran uterusnya
Oksitosin,prostaglandin, dan histerektomi
Di Amerika Serikat induksi persalinan jarang digunakan untuk evakuasi mola
hidatidosa, dan banyak orang merasa bahwa terminasi dengan obat dan histerotomi
tidak memiliki peran dalam penata laksanaan mola. Apabila usia dan paritas sudah
mencukupi sehingga pasien tidak lagi memerlukan kehamilan, maka histerektomi
mungkin lebih dipilih daripada kuretase fetal
Prosedur tindak lanjut
Tujuan utama tindakan lanjut adalah deteksi dini setiap perubahan yang
mengisyaratkan keganasan. Metode umum tindak lanjut adalah sebagai berikut :
1. Cegah kehamilan selama masa tindak lanjut-sekurag-kurangnya setahun
2. Ukur kadar hCG setiap 2 minggu. Walaupun sebagian menganjurkan
pemeriksan setiap minggu, belum terbukti adanya manfaat yang nyata
3. Tunda kadar terapi selama kadar serum tersebut berkurang
4. Setelah lahir-kadar normal- yaitu setelah mencapai batas bawah pengukuran
- pemeriksan dilakukan setiap bulan seama 6 bulan,lalu setiap bulan selama
6 bulatn,lalu setiap 2 bulan,untuk total 1 tahun
5. Tindak lanjut dapat dihentikan dan kehamilan diizinkan setelah 1 tahun

Anda mungkin juga menyukai