(Pemahaman Hadis Tentang Ruh dalam kitab Ar- Ruh Karya Ibnul Qoyyim
Al-Jauziyah)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai
Gelar Sarjana Ushuluddin
Oleh
M. IQBAL ALAM ISLAMI
NIM: 103034027886
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini dengan judul : KONSEP RUH DALAM PERSPEKTIF HADIS
(PEMAHAMAN HADIS TENTANG RUH DALAM KITAB AR-RUH KARYA
IBNUL QAYYIM AL-JAUZIYAH)
Sidang Munaqasyah
Anggota,
Penguji I
Penguji II
Pembimbing
Maulana, MA
19650207 199903 1 001
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam, yang maha pengasih dan
maha penyayang, yang selalu mencurahkan rahmat dan sayang-Nya. sehingga
penulisan skripsi dengan judul :
HADIS (Pemahaman Hadis Tentang Ruh dalam kitab Ar- Ruh Karya Ibnul
Qoyyim Al-Jauziyah), dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam tercurah bagi Nabi Muhammad SAW. Keluarga dan
para
shahabatnya,
berkat
perjuangan
beliau
dan
ketabahannya
dalam
2. Bapak Drs. Bustamin, MA. Selaku ketua Jurusan Tafsir Hadis Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Rifqi Muhammad Fathi, M.A. Selaku Sekretaris Jurusan Tafsir
Hadis fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Bapak Drs. Maulana, MA selaku Pembimbing Penulis. Terimakasih atas
bimbingannya yang telah mengarahkan dan memberikan semangat yang
diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan dengan baik.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah
pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan di lingkungan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. Thoyyibin Anshari dan Ibunda Hj.
Siti Salamah atas cinta dan kasih sayang serta pengorbanannya yang telah
berusaha memberikan nasihat, doa dan restunya terhadap karir akademis
penulis, serta telah memberikan motivasi kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Adik-adikku yang tersayang, Laila dan Lulu yang selalu mensuport dan
memberikan inspirasi kepada penulis.
8. Rekan-rekan Mahasiswa Tafsir Hadis angkatan 2003. Maghfur, Saeful
Amin, M Fatih, Titin, Elisa dan kawan-kawan.
9. Teman-teman semua yang secara langsung, maupun tidak langsung ikut
andil dalam memacu, memotivasi penulis agar dapat menyelesaikan
skripsi ini.
ii
Syauqi, Fajar, Iswahyudi, Wiwid, Rina, Ucha, Ami, Isma, Devi , Ervi,
juju, terima
skripsi ini.
11. Mudah-mudahan jasa dan amal baik tersebut mendapatkan balasan yang
setimpal dari Allah SWT, sebagai amal saleh dan senantiasa berada dalam
ampunan Nya
Akhirnya, semoga skripsi yang sederhana ini dapat memenuhi harapan
dalam ikut serta membantu kearah kemajuan pendidikan, khususnya dalam
bidang studi hadis. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi orang banyak
dan membawa keberkahan di dunia dan akhirat. Semoga Allah SWT
memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan mencurahkan taufik serta
hidayah-Nya kepada kita sekalian Amin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
TRASNLITRASI ..................................................................................................... .........i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ...........iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ..........vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... ................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................... ................7
C.Kajian Pustaka. ...................................................................................... ................9
D. Tujuan dan manfaat Penelitian............................................................ ................9
E. Metodologi Penelitian. ........................................................................................10
F. Sistematika Penulisan ........................................................................... ..............11
BAB II
B.
vii
6. Hadis ke enam..............................................................................................39
7. Hadis ke tujuh..............................................................................................40
8. Hadis ke delapan..........................................................................................41
9. Hadis ke sembilan........................................................................................42
10. Hadis ke sepuluh.........................................................................................43
11. Hadis ke sebelas..........................................................................................45
12. Hadis dua belas..........................................................................................46
13. Hadis ke tiga belas......................................................................................47
14. Hadis ke empat belas...................................................................................48
15. Hadis ke lima belas.....................................................................................49
BAB IV ANALISA HADIS DAN PEMAHAMAN TENTANG KONSEP RUH
DALAM KITAB RUH KARYA IBNU QOYYIM AL-JAUZIYAH
A Hakekat jiwa dan ruh............................................................................................51
B. Awal Keberadaan Ruh...........................................................................................52
C. Ruh ketika berada di dunia....................................................................................58
D. Kehidupan ruh sesudah kematian.........................................................................66
a) Fitnah Kubur..................................................................................................70
b) Keadaan ruh setelah jasadnya dimasukkan ke liang kubur............................72
c) Ruh-ruh orang yang merasakan adzab kubur.................................................77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... ..............80
B. Saran ..................................................................................................... ..82
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................84
viii
BAB I
KONSEP RUH DALAM PERSPEKTIF HADIS
Pemahaman Hadis Tentang Ruh
dalam kitab Ar- Rh Karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
memanfaatkan
alam
dengan
sebaik-baiknya
sehingga
mampu
Manusia terdiri dari jasad dan ruh (jiwa). Dengan jasad manusia dapat
bergerak dan merasakan sesuatu dengan panca indranya. Dengan jiwanya,
manusia bisa merasakan cinta, benci, marah, gembira dan sedih yang
mempengaruhi kehidupannya. Dan perasaan-perasaan ini tidak bisa dingkari
dalam lubuk hatinya yang selalu menguasai rohaninya sehingga manusia selalu
senantisa untuk selalu bersyukur dengan segala karunia yang ada.
Al-Quran telah menjelaskan bahwa manusia telah diciptakan oleh Allah
daripada dua unsur penting yaitu unsur yang bersifat kebendaan dan unsur ruh
yang bersifat keruhanian. Konsep dua unsur yaitu jasadi dan ruhani ini dapat
dipahami dalam ayat al-Quran yang menceritakan tentang kejadian manusia
sebagaimana Firman Allah dalam surah Al-Sajdah yang bermaksud :
(7)
( 8)
(9)
Tuhan yang membuat segala sesuatu yang diciptakan dengan sebaikbaiknya dan yang memulakan penciptaan manusia daripada tanah. Kemudian
Dia menciptakan keturunannya daripada saripati air yang hina (air mani).
Kemudian Dia menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ke dalam tubuhnya
akan ruh ciptaan-Nya.
Unsur jsd dan ruhani yang ada pada manusia memainkan peranan
penting dalam menentukan kejayaan usaha melengkapkan dan memenuhi
keperluan yang perlu ditangani. Aspek jsd dan ruhani yang ada pada manusia
adalah bersifat sepadu yang tidak boleh dipisahkan antara satu sama lain. Aspek
jasmani tidak boleh dipisahkan dengan aspek ruhani. Keperluan kedua-dua aspek
ini juga adalah bersifat sepadu tanpa boleh dipisahkan. Manusia tidak boleh
mementingkan aspek rohani dengan mengabaikan aspek jsd dan tidak boleh
mementingkan aspek jsd dengan mengabaikan aspek ruhani. Pengabaian
terhadap salah satu dari dua unsur ini akan mengakibatkan manusia hidup dalam
keadaan yang tidak sempurna untuk melahirkan manusia yang hidup dalam
keadaan seimbang dan sempurna, kedua aspek ini adalah perlu ditangani secara
sepadu dan selaras. Jika tidak, maka manusia akan kelihatan timpang dalam
hidupnya.
Menurut al-Farabi ruh bersifat ruhani, bukan materi, terwujud setelah
adanya badan dan ruh tidak berpindah-pindah dari suatu badan ke badan yang
lain. Dengan adanya ruh dalam tubuh, manusia dapat bergerak dan berpikir
menentukan arah kemana ia harus melangkah. 2
Melihat realitas dimasyarakat saat ini baik lewat media telivisi atau pun
koran, ada sebagian masyarakat atau paranormal yang mengklaim bisa
mendapatkan ruh-ruh orang yang sudah mati dengan cara yang diciptakan oleh
orang-orang yang melakukan dengan sulapan ini. Mereka bertanya kepadanya
tentang berita orang-orang mati berupa nikmat dan siksa serta selain yang
demikian itu yang mereka kira bahwa orang-orang mati mengetahui hal itu dalam
kehidupan mereka. Penulis telah merenungkan persoalan ini sekian lama, maka
jelas bahwa ia adalah ilmu yang batil, itu merupakan manipulasi setan yang
Hasyimsyah Nasution, Filsfat Islam,( (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1999).h 39.
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul(-Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. an-Nisaa`:59)
Para ulama berbeda pendapat tentang maksud ruh dalam firman Allah :
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah:"Ruh itu
termasuk urusan Rabb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit". (QS. al-Isra` :85)
Berdasarkan pendapat ini maka ayat tersebut merupakan dalil bahwa ruh
adalah salah satu perkara Allah yang manusia tidak mengetahui sedikitpun tentang
hal itu kecuali Allah memberitahukan kepada mereka, karena hal itu merupakan
perkara yang hanya Allah yang mengetahuinya dan Dia menutup hal itu dari
makhluk.
Dan dalam hadits shahih:
'Sesunnguhnya mayit mendengar bunyi sendal orang-orang yang
mengantarnya apabila mereka berpaling darinya.' 3
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata 4 : 'Para pendapat ulama' bersepakat
atas hal ini dan atsar-atsar dari mereka sudah mencapai derajat mtwtr bahwa
mayat mendengar ziarah orang yang hidup kepadanya dan bergembira dengannya.
Kalau melihat hadis tersebut, menegaskan bahwa orang yang sudah meninggal
dapat mendengar sandal orang yang sedang berziah, kemudian apakah mereka
dapat berkomunikasi dengan yang lain, baik dengan orang yang masih hidup atau
yang sudah mati.
Dan Ibnul Qayyim mengutip bahwa Ibnu Abbas berkata dalam tafsir
firman Allah :
3
4
diketahui apa rahasia Allah tentang ruh sehingga manusia hanya diberi
pengetahuan yang sedikit tentang hal tersebut. Penulis berusaha menggali lagi
lebih dalam lagi tentang pengetahuan tentang ruh, menjelaskan proses perjalanan
ruh manusia semenjak diciptakan, menjalani proses kehidupan di dunia hingga
keberadaan ruh setelah kematian.
Untuk menjawabnya, maka harus dilakukan penelitian lebih intensif
sebagai upaya menjadikan kajian ini lebih menarik, terlebih dalam sudut pandang
hadis yang menjelaskan tentang rahasia Allah yang ghaib khususnya dalam kitab
ar-Rh Ibnul Qayyim al-Jauziyah. Berangkat dari perenungan demikian, penulis
tertarik untuk mengangkat masalah ini sebagai bahan kajian akademis dengan
merefleksikannya dalam sebuah judul skripsi KONSEP RUH DALAM
PERSPEKTIF HADIS : Pemahaman Hadis Tentang Ruh dalam kitab ArRuh Karya Ibnul Qayyim Al-Jauzi.
1.
2.
3.
4.
pemahaman
menurut Ibnul
C. Kajian Pustaka
Judul yang diangkat dalam skripsi ini, memang bukan judul yang baru,
terlebih di ranah akademisi dewasa ini. Setidaknya ada beberapa skripsi yang juga
tidak jauh berbeda membahas tentang pemahaman tentang ruh baik secara umum
atau pun khusus tentang hadis. Dalam skripsi ini membahas tentang seputar kajian
hadis, analisis dan pemahaman hadis-hadis tentang ruh.
Di samping merupakan penelitian ilmiah, skripsi ini pun melakukan kajian
pustaka terhadap skripsi yang lebih terdahulu membahas tentang masalah Ruh
yaitu skripsi yang ditulis oleh Putri Aisyah tentang Jiwa dalam Perspektif al
Quran: Kajian Tafsir al-Mizan tahun 2001 dan Abdul Rahman tentang Ruh
dalam Perspektif Fakhraddin ar-Razi: Studi Penafsiran Ayat tentang Ruh dalam
Tafsir Mafatih al-Ghoib) tahun 2002.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan yang ada, tujuan dari penelitian ini
dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Memperkaya khazanah keilmuan serta sebagai tambahan literatur keIslam-an terutama tentang kajian hadis dari segi tematik.
5.
10
11
BAB II
BIOGRAFI IBNUL QAYYIM AL-JAUZIYAH
A.
Bakr bin Ayyub bin Sad bin Huraiz bin Makki Zainuddin az-Zuri ad-Dimasyqi
dan dikenal dengan nama Ibnul Qayyim al-Jauziyah.
Dia dilahirkan pada tanggal 7 Shafar tahun 691 H. Dia tumbuh dewasa
dalam suasana ilmiah yang kondusif. Ayahnya adalah kepala sekolah al-Jauziyah
di Dimasyq (Damaskus) selama beberapa tahun. Karena itulah, sang ayah
mendapat gelar Qayyim al-Jauziyah. Sebab itu pula sang anak dikenal di
kalangan ulama dengan nama Ibnu Qayyim al-Jauziyah.
Dia memiliki keinginan yang sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
Tekad luar biasa dalam mengkaji dan menelaah sejak masih muda belia. Dia
memulai perjalanan ilmiahnya pada usia tujuh tahun. Allah mengkaruniainya
bakat melimpah yang ditopang dengan daya akal luas, pikiran cemerlang, daya
hapal mengagumkan, dan energi yang luar biasa. Karena itu, tidak mengherankan
jika dia ikut berpartisipasi aktif dalam berbagai lingkaran ilmiah para guru
(syaikh) dengan semangat keras dan jiwa energis untuk menyembuhkan rasa haus
dan memuaskan obsesinya terhadap ilmu pengetahuan. Sebab itu, dia menimba
ilmu dari setiap ulama spesialis sehingga dia menjadi ahli dalam ilmu-ilmu Islam
dan mempunyai andil besar dalam berbagai disiplin ilmu.
12
terkenal. Mereka inilah yang memiliki pengaruh dalam pembentukan pemikiran dan
kematangan ilmiahnya. Inilah nama guru-guru Ibnul Qayyim.
13
2.
Ibnu Katsir. Dia adalah Ismail Imaduddin Abu al-Fida bin Umar
bin Katsir ad- Dimasyqi asy-Syafii, seorang imam hafizh yang
terkenal.
14
3.
4.
5.
As-Subki. Dia adalah Ali Abdulkafi bin Ali bin Tammam as-Subki
Taqiyuddin Abu al-Hasan.
6.
7.
8.
An-Nablisi. Dia adalah Muhammad Syamsuddin Abu Abdullah anNablisi al- Hanbali. Dia mempunyai beberapa karangan, di antaranya
kitab Mkhtshr Tabaqat al-Hanbilah.
9.
Al-Ghazi. Dia adalah Muhammad bin al-Khudhari al-Ghazi asySyafii. Nasabnya sampai kepada Zubair bin Awwam r.a.
15
10.
Ibnul Qayyim adalah orang yang sangat banyak mengarang buku. Hal
inilah yang menyebabkan inventarisasi karya-karyanya secara teliti menjadi sulit.
Inilah daftar buku-buku karangannya yang diberikan para ulama.
1. Al-Ijtihd wa at-Taqlid. Ibnul Qayyim menyebutkannya dalam kitab
Miftah Dar As-Sadah.
2. Ijtima al-Juyusy al-Islmiyah. Telah dicetak berulang kali.
3. Ahkm Ahl adz-Dzimmah. Telah dicetak dalam dua jilid yang ditahkik
oleh Shubhi ash-Shalih.
4. Asma Muallafat Ibnu Taimiyyah. Sebuah desertasi yang diterbitkan atas
tahkik Shalahuddin al-Minjid.
5. Ushul at-Tafsir. Ibnu Qayyim menyebutkannya dalam kitab Jala alAfhm.
6. Al-Alam bi Ittisa i Thuruq al-Ahkam. Dia menyebutkannya dalam kitab
Ighatsah al-Luhfan.
7. Alam al-Muaqq in an Rabb al-lamin. Telah dicetak berulang kali
dalam empat jilid.
8. Ightsah al-Luhfan min Mashdir asy-Syaithn. Telah berkali-kali
dicetak dalam dua jilid.
9. Ightsah al-Luhfan f Hukm Thalaq al-Ghadban. Sebuah desertasi yang
6
16
17
18
30. Hurmah as-Sima. Haji Khalifah dalam kitab Kasyf az-Zunun (1/650) dan
al-
Baghdadi
dalam
kitab
Hadiyah
al-Arifin
(11/158)
telah
menyebutkannya.
31. Hukm Tarik ash-Shalah. Telah berkali-kali dicetak.
32. Hukm Ighmam Hilal Ramadhan. Ibnu Rajab dalam kitab adz-Dzail
(11/450), ad- Dawudi dalam kitab ath-Thabaqat (11/93) dan Ibnu alAmmad dalam kitab asy- Syadzarat (VI/169) telah menyebutkannya.
33. Hukm Tafdhil Bad al-Awlad ala Bad fi al-Athiyah. Ibnu Qayyim
menyebutkannya dalam kitab Tahdzib as-Sunan.
34. Ad-Dawa ad-Dawa. Telah dicetak berkali-kali dan dinamakan juga
dengan al- Jawab al-Kfi liman Saala an ad-Dawaasy-Syafi.
35. Dawa al-Qalb. Abdullah al-Jabburi menyebutkannya dalam Fihris
Maktabat Awuqaf Baghdad (11/369). Ada juga naskah dengan tulisan
tangan oleh al-Jabburi dengan nomor 4732. Kemungkinan besar naskah
ini adalah naskah kitab ad- Dawa ad-Dawa. Meskipun demikian, lebih
baik kita menahan diri dalam mengambil kesimpulan sebelum membaca
transkrip naskah tersebut. Wallahu alm.
36. Rabiul-Abrar fi-ashshalah ala an-Nabi al-Mukhtar. Al-Baghdadi
menye butkannya dalam kitab Hadiyah al-Arifin (11/272) setelah
menyebutkan kitab Jalau al-Afhm.
37. Ar-Risalah al-Halabiyah fi ath-Tariqah al-Muhammadiyah. Ini adalah
kumpulan bait-bait syair. Muridnya ash-Shufi dalam al-Wafi bi alWafiyat (11/272), Ibnu Tughri Burdi dalam al-Manhal as-Sfi yang masih
19
al-Muhibbin
wa
Nazhah
al-Musytaqin.
Ibnu
Qayyim
20
44. Ar-Rh. Telah tersebar di kalangan beberapa penuntut ilmu bahwa kitab
ini bukan karangan Ibnul Qayyim atau dia menulisnya sebelum
berhubungan dengan Ibnu Taimiyyah.
45. Ar-Ruh wa an-Nafs. Ini bukan kitab ar-Ruh. Ibnul Qayyim telah
menyebutkannya dalam kitab ar-Ruh, Miftah as-Sadah dan Jalau alAfhm.
46. Zad al-Musafirin ila Manzil as-Su ada fi Hadyi Khatam al-Anbiya.
Ibnu Rajab dalam adz-Dzail (11/93), ad-Dawudi dalam at-Thabaqat
(11/93), Ibnu al-Ammad dalam asy-Syadzarat (VI/169), dan al-Baghdadi
dalam Hadiyah al-Arifin (11/158).
47. Zad al-Maad fi Hadyi Khair al-Ibad. Ini telah dicetak berkali-kali di
India, Mesir, Syiria dan terakhir diterbitkan dalam lima jilid.
48. As-Sunnah wa al-Bidah. Ahmad Ubaid menyebutkannya dalam
mukadimah kitab Rawudhah al-Muhibbin.
49. Sharh Asma al-Kitab al-Aziz. Ibnu Rajab dalam adz-Dzail (11/449), adDawudi dalam at-Tabaqat (11/92) dan Ibnu al-Ammad dalam asySyadzarat (VI/169) menyebutkannya.
50. Syarh al-Asma al-Husna. Ibnu Rajab dalam adz-Dzail (11/450), adDawudi dalam at-Tabaqat (11/93) dan Ibnu al-Ammad dalam asySyadzarat (VI/170) menyebutkannya.
51. Syifa al-Alil fi Masail al-Qadha wa al-Qadr wa al-Hikmah wa at-Talil.
Ini telah diterbitkan.
52. As-Sabr wa as-Sakan. Haji Khalifah dalam Kasyf az-Zunun (11/1432) dan
al-Baghdadi dalam Hadiyah al-Arifin (11/158) telah menyebutkannya.
21
53. Ash-Shirath
al-Mustaqim
fi
Ahkam
Ahl
al-Jahim.
Ibnu
Rajab
menyebutkannya dalam adz-Dzail (11/450), ad-Dawudi dalam atThabaqat (11/93), Ibnu al-Ammad dalam asy-Syadzarat (VI/169).
54. Ash-Shawaiqal-Munazzalah ala aj-Jamiyah waal-Muatthilah, satu
jilid. Ibnu Rajab menyebutkannya dalam adz-Dzail (11/450), ad-Dawudi
dalam at-Thabaqat (11/93), Ibnu al-Ammad dalam asy-Syadzarat
(VI/169).
55. Badr at-Thali (117144), Haji Khalifah dalam Kasyf azh-Zhunun
(11/1083), al-Baghdadi dalam Hadiyah al-Arifin (11/158) dengan nama
ash-Shawaiq al-Mursalah. Kitab ini belum diterbitkan, yang telah
diterbitkan hanya kitab al-Mukhtashar karya Muhammad bin al-Maushili.
56. At-Taun. Ibnu Rajab menyebutkannya dalam adz-Dzail (11/93), adDawudi dalam at-Tabaqat (11/93), Ibnu al-Ammad dalam Asy-Syadzarat
(W196) dan al-Baghdadi dalam Hadiyah al-Arifin (11/158).
57. Thibb al-Qulub. Az-Zarkali menyebutkannya dalam kitab al-Alam
(VI/280), Ahmad Ubaid dalam mukadimah Rawudhah al-Muhibbin dan
dia berkata, Profesor Maluf menyebutkan bahwa ada satu naskahnya di
Berlin.
58. At-Thibb an-Nabawi. Ibnu Qayyim menyatukannya dengan kitab Zad alMa ad, tapi ia telah diterbitkan secara terpisah.
59. Tariq al-Hijratain wa Bab as-Saadatain. Telah dicetak beberapa kali.
Ibnu Qayyim menyebutkan kitab ini dalam berbagai kitab karangannya
dengan judul Safar al-Hijratain.
22
23
24
81. Madarij as-Salikin baina Manazil Iyyka Nabud wa Iyyka Nastain. Ini
telah dicetak dalam tiga jilid.
82. Mani al-Huruf wa al-Adawat. Ash-Shufdi menyebutkannya dalam alWafi bi al-Wafiyat (11/271), Ibnu Tughri Burdi dalam al-Manhal as-Saf
(11/62) yang masih dalam bentuk manuskrip, ad-Dawudi dalam atThabaqat (11/93), as-Suyuthi dalam Baghyah al-Wuat (1/63) dan Haji
Khalifah dalam Kasyf azh-Zhunun (11/ 1729).
83. Al-Manar al-Munif fi ash-Shahih wa ad-Dhaif. Ini telah berulangkali
dicetak.
84. Al-Mawurid as-Saf wa az-Zhil al-Waf. Al-Baghdadi menyebutkannya
dalam Hidayah al-rifin (11/159) dan Ibnu Qayyim dalam kitabnya
Tariq al-Hijratain.
85. Maulid an-Nabawi saw. Asy-Syaukani menyebutkannya dalam al-Badr
at-Tali (11/144) dan Shadiq al-Qannuji dalam at-Tajal-Mukallal. AlQannuji menyebutkan bahwa dia memiliki satu manuskrip dari kitab ini.
86. Al-Mahdi. Haji Khalifah menyebutkannya dalam Kasyf azh-Zhunun
(11/1465).
87. Naqd al-Manqul wa al-Mahk al-Mumayyiz bain al-Maqbul wa alMardud. Ibnu Rajab menyebutkannya dalam adz-Dzail (11/450), adDawudi dalam at-Tabaqat (11/93), Ibnu al-Ammad dalam asy-Syadzarat
(VI/168) dan al-Baghdadi dalam Hidayah al-Arifin (11/159).
88. Nikah al-Muhrim. Ibnu Rajab menyebutkannya dalam adz-Dzail
(11/450), ad- Dawudi dalam at-Tabaqat (11/193), dan Ibnu al-Ammad
dalam asy-Syadzarat (VI/168).
25
89. Nur al-Mumin wa Hayatuh. Ibnu Rajab menyebutkannya dalam adzDzail (11/ 450), Ibnu al-Ammad dalam asy-Syadzarat (VI/178) dan alBaghdadi dalam Hidayah al-rifin (11/159).
90. Hidayah al-Hayari fi Ajubah al-Yahud wa an-Nasra. Ini telah tercetak
beberapa kali. 2
Sebagian orang tidak mampu membedakan antara Ibnul Qayyim alJauziyah dengan Ibnu al-Jauzi karena kemiripan nama. Kesalahan ini telah
berakibat pada penisbahan beberapa kitab karya Ibnu al-Jauzi kepada Ibnul
Qayyim al-Jauziyah. Kesalahan seperti itu terjadi karena kelalaian para penulis
manuskrip atau karena perbuatan orang-orang yang sentimen terhadap Ibnul
Qayyim al-Jauziyah.
Sebagai bukti adalah bahwa Ibnu al-Jauzi adalah Abdurrahman bin Ali alQursyi, wafat tahun 597 H. Meskipun dia adalah salah seorang ulama dari
golongan Hanbali yang terkemuka dan banyak menulis, tapi dalam kajian
masalah nama-nama dan sifat Allah SWT dia tidak mengikuti metode Imam
Hanbal karena dia dalam hal ini menempuh metode takwil. Ini jelas bertentangan
dengan metodologi Ibnul Qayyim sebab dia menempuh metode ulama salaf.
Allah
sehingga dia mengikuti langkah ulama salaf. Sebab itu, dia selamat dari noda
tasybih dan bahaya takwil. Dia menempuh cara ulama salaf di mana dia hanya
menetapkan apa yang ditetapkan Allah SWT untuk diri-Nya dan apa yang
ditetapkan oleh Rasul-Nya tanpa melakukan penyimpangan, tasybih dan ta thil.
26
B.
27
manusia semakin berkembang, interaksi sosial semakin melebar, dan hingga kini
seakan tidak ada lagi sekat yang memisahkan satu komunitas manusia dengan
yang lain, maka tuntutan mereka pun semakin beragam, termasuk tuntutan untuk
mengetahui lebih jauh fenomena roh.
Sebenarnya dari kehidupan Rasulullah dan para sahabat sendiri cukup
banyak fenomena kehidupan rohani, dalam pengertian suatu alam tersendiri yang
berbeda dengan kehidupan nyata ini. Dan inilah rupanya yang hendak diangkat
Ibnul Qayyim, apalagi banyak masalah yang masih tersamar, sementara banyak
orang yang ingin mendapat penjelasan. Atas dasar inilah Ibnul Qayyim menulis
sebuah Kitab tentang Roh yang mengupas secara detail segala permasalahan
yang ada walaupun tidak sedetail apa yang diharapkan.
Dalam Kitab Ibnul Qayyim, ar-Rh terdapat kontroversi dan perdebatan,
karena topik permasalahannya sendiri cukup berat dan rentan sehinga banyak
pihak yang setuju dan tidak setuju. Seperti pertanyaan yang berkenaan dengan
sampai tidaknya pahala shadaqoh orang yang masih hidup, yang dihadiahkan
kepada orang yang sudah meninggal. Dalam kitabnya ini ketika ditulis, Ibnul
Qayyim belum banyak berkolaborasi dengan Syaikhnya, Ibnu Taimiyyah,
pasangan guru dan murid yang menjadi symbol kelurusan aqdiyah, syariyyah
dan akhlak Islam, yang sama-sama menyeru kepada Al-Quran dan As-sunnah,
yang sama-sama memerangi bidah. 3
2. Sistematika penulisan dan penyusunan kitab ar-Rh karangan Ibnul
Qayyim al-Jauziyah
hal 15
28
29
mereka saja?
12. Apakah pertanyaan Munkar dan Nakir hanya ditunjukkan kepeda umat
ini atau juga ditunjukkan kepada umat-umat yang lain?
13. Apakah anak-anak juga mendapat pertanyaan di dalam kubur?
14. Apakah siksa kubur terus menerus ataukah terputus?
15. Dimana keberadaan roh antara saat meninggal hingga hari kiamat?
16. Apakah roh yang sudah meninggal dapat mengambil manfaat dari usaha
orang yang masih hidup?
17. Apakah roh itu lama ataukah baru dan makhluk?
18. Manakah yang lebih dahulu diciptakan, roh ataukah badan?
19. Apakah hakikat jiwa itu?
20. Apakah jiwa dan roh itu sesuatu yang satu ataukah dua Sesuatu yang
saling berubah-ubah?
21. Apakah jiwa itu satu ataukah tiga? 4
30
Dia berkata juga, Saya tidak melihat ada orang yang lebih luas ilmunya
dan yang lebih mengetahui makna Al-Quran, Sunnah dan hakekat iman daripada
Ibnu Qayyim. Dia tidak makshum tapi memang saya tidak melihat ada orang
yang menyamainya.
Ibnu Katsir berkata, Dia mempelajari hadits dan sibuk dengan ilmu. Dia
menguasai berbagai cabang ilmu, utamanya ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu
ushuluddin, dan ushul fikih. Beliau adalah termasuk orang yang berakhalak baik,
tidak suka menghasud dan membenci, serta orang yang rajin ibadahnya.
Adz-Dzahabi berkata, Dia mendalami hadits, matan dan perawinya. Dia
menggeluti dan menganalisa ilmu fikih. Dia juga menggeluti dan memperkaya
khasanah ilmu nahwu, ilmu ushuluddin, dan ushul fikih.
Ibnu Hajar berkata, Dia berhati teguh dan berilmu luas. Dia menguasai
perbedaan pendapat para ulama dan mazhab-mazhab salaf. 5
As-Suyuthi berkata, Dia telah mengarang, berdebat, berijtihad dan
menjadi salah satu ulama besar dalam bidang tafsir, hadits, fikih, ushuluddin,
ushul fikih, dan bahasa Arab.
Ibnu Tughri Burdi berkata, Dia menguasai beberapa cabang ilmu, di
antaranya tafsir, fikih, sastra dan tata bahasa Arab, hadits, ilmu-ilmu ushul dan
furu. Dia telah mendampingi Syaikh Ibnu Taimiyyah setelah kembali dari Kairo
tahun 712 H dan menyerap darinya banyak ilmu. Karena itu, dia menjadi salah
satu tokoh zamannya dan memberikan manfaat kepada umat manusia. 6
5
6
31
BAB III
HADIS-HADIS TENTANG RUH
Artinya : Bahwa penciptaaan anak Adam dengan dihimpun didalam perut ibunya
selama empat puluh hari yang berupa air mani, kemudian air mani ini berubah
menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging yang seperti itu,
kemudian Dia mengutus malaikat kepadanya yang meniupkan ruhnya di dalamnya. 1
a) Penelitian hadis
Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mu'jam al-Mufahraz, 2 penulis
menemukan hadis ini dari berbagai riwayat antara lain riwayat Sahh al-Bukhr,
riwayat sunan Abu Daud no 4708, riwayat Tirmidzi no 2137 dan riwayat Sunan Ibnu
Majjah no 76.
Abu Musa berpendapat bahwa hadis ini adalah hasanun sahihun, diriwayatkan
dari Muhammad bin Basyar, dari Yahya bin Said, dari al-Amasy, dari Zaid bin
Wahab, dari Abdullah bin Masud. 3
33
b) Fiqhul hadis
Hadis diatas menjelaskan bahwa proses pencipataan manusia
dapat
disimpulkan adanya enam fase terbentuknya janin dalam rahim. Tahap pertama
penciptaan janin disebut sullah dimulai dari saripati mani. Allah menjelaskan bahwa
manusia diciptakan dari saripati air mani. Manusia bukan diciptakan dari seluruh mani
yang keluar dari suami-istri, tapi hanya dari bagian yang sangat halus. Itulah yang
dimaksud dengan sullah.
Tahap kedua disebut laqoh. Kemudian air mani itu berubah
dijadikan
segumpal darah . Tahap ketiga, mudghah atau segumpal daging. Tahap keempat
ditandai dengan muncul dan tumbuhnya tulang. Dan segumpal daging itu dijadikan
tulang belulang. Tahap kelima, pembungkusan tulang dengan daging. Tahap keenam
adalah perubahan janin ke bentuk yang lain dan ditiupkannya ruh kedalam tubuh
2. Teks Hadis Kedua
,
Artinya : Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk-Nya dalam kegelapan,
dan memasukkan cahaya-Nya kepadanya. 4
a) Penelitian hadis
Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab Maus'ah Atraf al-Hadts, 5
Penulis menemukan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Tirmidzi hadis no 2642, AlHakim dalam kitab al-Mustadrak (1/30) dari Abdullah Ibnu Umar . Abu Musa
berkata bahwa kualitas hadis ini hasan. 6
b) Fiqhul hadis
4
34
Hadis diatas menjelaskan bahwa roh itu merupakan cahaya yang menjadi
bagian dari cahaya Allah, merupakan kehidupan yang menjadi bagian dari kehidupan
Allah, karena cahaya adalah makhluk, maka roh adalah makhluk. Begitu juga dengan
hadis yang kedua Roh-roh itu serupa dengan pasukan perang yang dikerahkan.
Selagi saling mengenal, maka ia akan bersatu, dan selagi mengingkari, maka ia akan
berselisih. Pasukan perang yang dikerahkan adalah makhluk, sudah dipastikan bahwa
roh itu adalah makhluk. Ini merupakan pendapat Ahlul-Jamaah Wal-Atsar.
3. Teks hadis Ketiga
Artinya : Sesungguhnya ruh itu dapat bertemu dengan ruh yang lain. 7
a) Penelitian hadis
Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mu'jam al-Mufahraz, 8 al-Jami'
al-Saghr, Maus'ah Atraf al-Hadts, 9 hadis tersebut diriwayatkan oleh Muslim, Ibnu
Majjah, Abu daud dan tirmidzi dari Ummi Salamah.
b) Fiqhul Hadis
Hadis di atas menjelaskan bahwa ruh itu dapat bertemu dengan ruh yang lain
saling menyapa. Namun kehidupan setelah kematian tidaklah sama seperti kehidupan
dunia. Karena alam barzakh adalah alam persinggahan bagi Ruh-ruh dan menunggu
sampai dibangkitkan kembali oleh tiupan sangkakala yang ke dua.
B. Ruh Di dunia
1. Teks Hadis Ke Empat
35
,
Artinya : Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya memohon pertolongan
dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan-kejahatan
diri kami dan dari keburukan-keburukan amal kami. Siapa yang diberi petunjuk
Allah, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannnya, dan siapa disesatkanNya, maka tiada seorang pun yang memberi petunjuk 10
a) Penelitian hadis
Adapun kualitas hadis ini menurut Abu Isa dalam Kitab Tuhfatul Ahfadz
adalah hasanun sahihun yang diriwayatkan dari Al-Amasy dari Abi Ishaq dari Abi
Al-Ahwash dari Abdillah dari Nabi muhammad SAW.
b) Fiqhul hadis
Hadis ini menerangkan tentang keberadaan jiwa manusia yang membawa
antara kebaikan dan keburukan , al-Ghazali membagi jiwa menjadi tiga golongan,
yaitu:
1. Jiwa nabati (al-nafs al-nabtiyah), yaitu kesempurnaan awal bagi benda alami
yang hidup dari segi makan, minum, tumbuh dan berkembang.
2. Jiwa hewani (al-nafs al-haywaniyah), yaitu kesempurnaan awal bagi benda
alami yang hidup dari segi mengetahui hal-hal yang kecil dan bergerak dengan
iradat (kehendak).
3. Jiwa insani (al-nafs al-insniyah), yaitu kesempurnaan awal bagi benda yang
hidup dari segi melakukan perbuatan dengan potensi akal dan pikiran serta
dari segi mengetahui hal-hal yang bersifat umum.
10
36
Jiwa insani inilah, menurut al-Ghazali di sebut sebagai ruh (sebagian lain
menyebutnya al-nafs al-ntiqah/jiwa manusia). Ia sebelum masuk dan berhubungan
dengan tubuh disebut ruh, sedangkan setelah masuk ke dealam tubuh dinamakan nafs
yang mempunyai daya (al-aql), yaitu daya praktik yang berhubungan dengan badan
daya teori yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak. Selanjutnya al-Ghazali
menjelaskan bahwa kalb, ruh dan al-nafs al mutmainnah merupakan nama-nama lain
dari al-nafs al-natiqah yang bersifat hidup, aktif dan bisa mengetahui.
Ruh menurut al-Ghazali terbagi menjadi dua, pertama yaitu di sebut ruh
hewani, yakni jauhar yang halus yang terdapat pada rongga hati jasmani dan
merupakan sumber kehidupan, perasaan, gerak, dan penglihatan yang dihubungkan
dengan anggota tubuh seperti menghubungkan cahaya yang menerangi sebuah
ruangan. Kedua, berarti nafs ntiqah, yakni memungkinkan manusia mengetahui
segala hakekat yang ada. Al-Ghazali berkesimpulan bahwa hubungan ruh dengan
jasad merupakan hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini al-Ghazali
mengemukakan hubungan dari segi maknawi karena wujud hubungan itu tidak begitu
jelas. Lagi pula ajaran Islam tidak membagi manusia dalam kenyataan hidupnya pada
aspek jasad, akal atau ruh, tetapi ia merupakan suatu kerangka yang saling
membutuhkan dan mengikat; itulah yanmg dinamakan manusia. 11
11
Abdurrazaq Naufal, Hidup di Alam Akhirat, (Jakarta : Rineka Cipta), cet. ke-1, hal 9
37
Artinya : Ruh itu laksana Prajurit yang dikerahkan, terhadap ruh yang
dikenal baik ia bersatu, terhadap ruh (lain) yang dianggapnya jahat, ia Bercerai 12
12
38
Artinya : Bahwa orang yang meninggal dunia dapat mendengar sandal
orang-orang yang mengiringnya, saat mereka meninggalkan kuburnya 17
a) Penelitian Hadis
Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mu'jam al-Mufahraz, 18 penulis
mendapatkan hadis ini dalam riwayat Sahih al-Bukhari dan Abu daud.
Hadis ini diriwayatkan juga oleh al-Bazzar dan Ibnu Hibban dalam kitab
Shahihnya secara ringkas. Ibnu hibban juga meriwayatkan melalui Muhammad bin
amr dari Abu Salamah, dari Abu hurairah. Adapun kualitas hadis di atas menurut ath Thahawi, Ibnu Hibban dan Al-Bazzar adalah Sahih dan boleh dijadikan sebagai
dalil. 19
b) Fiqhul hadis
Hadis di atas menerangkan bahwa sesungguhnya orang yang sudah meninggal
dapat mendengar sandal orang yang mengunjunginya maupun orang yang berjalan di
sekitarnya. Dengan ini pada dasarnya, ruh itu hidup di alam kubur, namun tidak dapat
berkomunikasi dengan orang yang masih hidup, dan pada hakikatnya ruh itu tidak
hancur dan mati seperti jasadnya.
Menurut
Ibnu
al-Manayyar
mengatakan,
bahwa
Imam
al-Bukhri
mengkhususkan hadis ini untuk dijadikan sebagai permulaan adab saat menguburkan
mayat, yaitu harus bersikap tenang, tidak gaduh serta hendaknya tidak
17
39
:
,
:
,
: .
:
.
Artinya: Apabila jiwa orang mukmin dicabut, maka dia disambut orang-orang
yang mendapat rahmat dari sisi Allah, sebagaimana orang yang akan memberitakan
kabar gembira disambut di dunia, lalu mereka bertanya, Lihatlah saudara kalian
agar dia beristirahat, karena dia dalam kesusahan. Yang lainnya bertanya, Apa
yang dilakukan fulan dan apa yang dilakukan fulanah? Apakah fulanah itu sudah
menikah? Jika mereka bertanya kepadanya tentang seseorang, lalu yang ditanya
menjawab, dia sudah meninggal sebelumku, maka mereka berkata, Inna lillahi wa
inna ilaihi rajiun. Rupanya dibawa pergi ke induk neraka jahannam. Induknya
menjadi buruk, begitu pula masuk kedalamnya. 20
a) Penelitian Hadis
Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mu'jam al-Mufahraz, 21 alJami' al-Saghr, Maus'ah Atraf al-Hadts, 22 dan Mifth Kunz al-Sunnah, penulis
20
40
menemukan riwayat hadis ini dari Muawiyah bin Yahya, dari Abdullah bin Salmah,
dari Abu Rahmi Al-Musmai, dari Abu Ayyub Al-Anshary. 23
b) Fiqhul hadis
Dari uraian hadis di atas ruh diklasifikasikan dalam dua macam. Ruh yang
mendapat siksaan dan ruh yang mendapat kenikmatan. Ruh yang yang mendapat
siksaan disibukkan oleh siksaan yang menimpanya, sehinggga ia tidak bisa saling
bertemu. Sedangkan ruh-ruh yang mendapat kenikmatan mendapat kebebasan dan
tidak dibelenggu, sehingga mereka bisa saling bertemu dan berkunjung serta
mengingatkan apa yang pernah terjadi di dunia dan apa yang akan dialami dialami
para penghuni dunia lainnya.
,
,
.
Artinya : Aku pemimpin anak Adam pada hari kiamat dan ini bukan suatu
kebanggaan. Tidaklah ada seorang nabi pada hari itu, Adam dan lainnya berada
dibawah benderaku, aku adalah orang yang pertama kali dikeluarkan dari bumi dan
ini bukan suatu kebanggaan. 24
a) Penelitian Hadis
23
Al- Haitsami, Mujma Zawaaid, kitabul janaaiz, bab fii mautil mumini wa ghairihi, hadis
3941. At-Tabrani, al- Mujma al-Kabiir hadis, hadis 4887-4888. Al-Hakim, al-Mustadrak, fii kitabi attafsiir : at-tafsiir tafsiiru surah al-Qariah, hadis 3986.
24
bnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 51.
41
Artinya : Sesunguhnya bahwa ruh para syuhada berada di dalam seekor
burung yang berwarna hijau, bergantung pada buah surga. 27
a) Penelitian Hadis
Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mu'jam al-Mufahraz, 28 hadis
ini terdapat pada at-Tirmidzi hadis no 1641, Ahmad hadis no 27236, Kanzul Ummal
hadis no 11171. Ibnu Abbas berpendapat bahwa kualitas hadis ini adalah Sahih. 29
25
A.J Wensink, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-Nabaw 'an al-Kutub al-Sittah
wa 'an Sunan al-Drim wa Muwat' Malik wa Musnad Ahmad bin Hanbal (Leiden: Maktabah Brl,
1936) j.3, h.318
26
At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, (Lebanon ; Maktabah Salafiah, 1978) j. 5 hal 308
27
Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 54
28
A.J Wensink, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadits al-Nabaw 'an al-Kutub al-Sittah
wa 'an Sunan al-Drim wa Muwat' Malik wa Musnad Ahmad bin Hanbal (Leiden: Maktabah Brl,
1936) j.3, h.318
29
Tuhfatul Ahwaadz, j, 2 hal 218.
42
b) Fiqhul hadis
Dari sini diketahui bahwa ruh membentuk rupa tertentu di badan, yang
membedakannya dengan yang lain. Ia berpengaruh dan berpindah dari badan
sebagaimana badan yang juga bisa mempengaruhi dan beralih pada ruh itu. Badan
yang baik dan buruk memperoleh hasil kebaikan dan keburukannya, dan ruh yang
baik dan yang buruk memperoleh hasil dari kebaikkan atau keburukkan badan.
Hadis ini menerangkan bahwa ruh para syuhada itu setelah meninggal berada
dalam seekor burung mendapatkan kenikmatan surga terus menenerus hingga akhir
kiamat.
5. Teks Hadis Ke Sepuluh
:
,
) :
.
:
:
,
,
:
:
,
: :
,
.
Artinya : Jika orang mumin diletakkan dalam liang kuburnya, maka tanah
berkata kepadanya, Engkau benar-benar orang yang kucintai. Sebelumnya engkau
berada di atas punggungku, maka bagaimana jika sekarang engkau berada didalam
perutku, agar aku memperlihatkan apa yang akan aku perbuat terhadap dirimu?
Kuburnya dilapangkan sejauh mata memandang. Rasulullah SAW juga bersabda,
43
jika orang kafir diletakkan di dalam kuburnya, maka malaikat munkar dan nakir
mendatanginya, mendudukannya lalu bertanya kepadanya, Siapa Rabbmu? Aku
tidak tahu, jawabnya. Keduanya berkata : Memang engkau tidak tahu. Lalu
keduanya memukul orang kafir itu sekali pukulan hinga menjadi abu. Kemudian
dikembalikan lagi dan didudukkan. Dia ditanya, Siapa orang ini? Orang yang
mana? dia balik bertanya. Muhammad SAW, jawab dua malaikat. Kata orangorang dia adalah Rasul Allah, katanya. Maka dua malaikat memukulnya dengan
sekali pukulan hingga ia menjadi abu. 30
a) Penelitian hadis
Setelah ditelusuri hadis di atas dalam kitab at-Targhib wa at-Tarhib 31 , hadis
ini diriwayatkan oleh Abu Daud, an-Nasai, Ahmad dengan sanad yang shahih dari
riwayat Abu Said al-Khudhri. Dengan demikian hadis ini adalah hadis shahih. 32
b) Fiqhul hadis
Hadis diatas menerangkan bahwa apabila seseorang diletakkan dalam liang
kuburnya maka ia akan dihadapkan dengan pertanyaan dari Malaikat Munkar dan
Nakir, tentang Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan ruhnya tidak akan dikembalikan lagi
kepada jasadnya saat mendapat pertanyaan. Dengan demikian bahwa Nimat dan
siksa kubur itu berpengaruh hanya pada ruhnya bukannya jasadnya. 33
6. Teks hadis ke sebelas
Artinya : Sekiranya kalian tidak dikuburkan, tentu aku berdoa kepada Allah
30
44
agar Dia memperdengarkan kepada kalian siksa kubur seperti yang kudengar. 34
a) Penelitian hadis
Setelah ditelusuri hadis ini dalam kitab at-Targhib wa at-Tarhib 35 dan Sunan
an-Nasa, 36 hadis ini diriwayatkan oleh Suwaid bin Nashr dari Abdullah bin Humaidi
dari Anas. Dan kedudukan hadis ini termasuk hadis Sahih. 37
b) Fiqhul Hadis
Hadis ini menerangkan bahwa alam barzakh itu benar-benar ada, sebagai
tempat bagi orang sudah melewati kehidupan dunia. Seseorang akan mendapat nimat
dan siksa kubur sesuai dengan amal perbuatannya. Dan hikmah dari siksaan kubur
yang tidak dapat didengar oleh orang hidup, agar kita senantiasa selalu percaya
kepada segala kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya.
Menurut Said bin Muaadz sebab siksaan di dalam kubur adalah meninggalkan
bersuci setelah ia buang air kecil, tidak membersihkan kemaluannya 38 .
,
,
.
Artinya : Bahwa Nabi SAW mengabarkan tentang orang laki-laki yang
disiksa dalam kubur mereka, salah satu dari kedua orang itu adalah orang yang suka
mengadu domba, dan yang lainnya disiksa disebabkan tidak bersuci setelah buang air
34
45
kecil. 39
a) Penelitian hadis
Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab al-Mu'jam al-Mufahraz, 40 penulis
menemukan bahwa hadis ini diriwayatkan dalam, al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi,
an-Nasa. Meriwayatkan Mansur dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, dari al-Amasy.
Imam Waki berkata bahwa al-Amasy adalah orang yang hafal sanad, dan hadis ini
adalah hasan sahih. 41
b) Fiqhul Hadis
Hadis diatas menerangkan bahwa orang-orang yang disiksa di dalam kubur
adalah orang yang tidak bersuci setelah ia buang air, dan orang yang suka mengadu
domba. Disini digambarkan bahwa senantiasa seseorang agar membiasakan dirinya
untuk bersuci baik dari hadas besar maupun hadas kecil. Dan Nabi Saw senantiasa
mengajak ummatnya untuk menjaga kebersihan, karena kebersihan itu sebagian dari
iman.
Yang kedua orang yang akan mendapat siksa kubur adalah orang yang suka
mengadu domba. Perbuatan adu domba mencari permusuhan dan memecah belah
orang maupun kelompok adalah hal yang paling dibenci oleh Nabi Muhammad SAW,
karena Islam selalu mengajarkan perbuatan yang baik dan mencintai sesama serta
saling tolong-menolong antar ummat manusia. Ini adalah upaya untuk menciptakan
perdamaian tidak ada perang, kerusuhan maupun kekerasan dimana pun berada.
8. Teks hadis ke tiga belas
39
46
39
47
Hadis diatas juga menjelaskan bahwa orang kafir dan orang munafik juga
mendapat pertanyaan dalam kubur dan juga mendapat siksa kubur seperti dipukul
dengan martil dan badannya menjadi hancur.
9. Teks hadis ke empat belas
,
.
:
Artinya : Jika salah seorang di antara kalian meninggal dunia, maka tempat
duduknya diperlihatkan kepadanya setiap pagi dan petang. Jika dia termasuk
penghuni surga, maka dia pun termasuk penghuni surga, dan jika dia termasuk
penghuni neraka, maka dia pun termasuk penghini neraka. Dikatakan kepadanya ,Ini
tempat dudukmu hingga Allah membangkitkanmu pada hari kiamat. 45
a) Penelitian kualitas hadis
Setelah ditelusuri hadis di atas melalui kitab Maus'ah Atraf al-Hadts, 46
Penulis menemukan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Bukhori, Muslim, Tirmidzi,
Nasai , Ibnu Majjah dari Ibnu Umar. Penulis menilai kualitas hadis ini adalah
hasan. 47
b) Fiqhul hadis
Menurut al-Qurthubi, bahwa di atas menjelaskan bahwa ada kemungkinan
ditampakkan surga dan neraka ketika di alam barzakh kepada ruh bersama sebagian
badan. Dia juga berkata maksud pagi dan sore hari adalah waktu bagi kedua, sebab
orang yang telah meninggal dunia tidak ada waktu bagi keduanya (siang dan petang).
Ibnu Abdul Barr berpendapat bahwa hadis ini dapat dijadikan dalil bahwa ruh-
45
48
ruh berada di tepi kuburan, namun pendapat ini sangatlah lemah, makna Al-Quran
mengindikasikan bahwa ruh-ruh itu ditahan di sisi Allah SWT.
10. Teks hadis ke lima belas
,
:
,
( . : )
48
49
49
BAB IV
ANALISA HADIS DAN PEMAHAMAN TENTANG KONSEP RUH
DALAM KITAB RUH KARYA IBNUL QAYYIM AL-JAUZIYAH
51
oleh manusia, yang terdiri daripada ruh hayawani yang membuatkan akal
menjadi lemah daripada mengetahui hakikat ruh tersebut. Ruh hayawani
ditakrifkan sebagai satu jisim yang halus, tempatnya ialah di ruang kosong hati,
dan beredar ke seluruh badan melalui saluran-saluran darah. 3
Jiwa adalah dzat di dalam diri kita yang memiliki kemampuan untuk
memilih. Sedangkan ruh adalah dzat yang menyebabkan munculnya kehidupan
pada benda-benda mati sekaligus menularkan sifat-sifat ketuhanan kepadanya.
Dengan ditiupkannya ruh, maka sesuatu yang tadinya mati, tak bernyawa,
menjadi ada atau hidup. Allah mengimbaskan sebagian dari sifat-sifatNya kepada
manusia lewat ruh, sehingga disamping bersifat hidup, manusia juga memiliki
kehendak, kasih sayang, keikhlasan, dan sifat-sifat lain yang membuat manusia
berderajat lebih tinggi dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya yang hanya
terimbas sifat hidup saja. Oleh sebab itu Rasulullah SAW mengajarkan kita
senantiasa agar kita terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela dan menjauhi diri
kita untuk berbuat kejahatan yang timbul akibat jiwa yang ada dalam diri kita
1. Hadis pertama
Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda,
Al-Jurjani, al-Sayyid al-Sharif Abi al-Hasan Ali bin Muhammad al-Humayni , al-Ta`rifat,
(Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyyah, 2000M/1421H) h. 115-116
52
53
cenderung kepada pendapat yang kedua, yaitu ruh diciptakan selepas tersedianya
jasad.
Menurut Ibn al-Qayyim, seandainya ruh itu wujud sebelum badan dan
menjadi saksi sebagaimana yang dikatakan oleh sebahagian pentafsir, tentulah
ruh itu sudah ada ketika ditiupkan ke dalam badan. 6
Jauh sebelum sains modern menemukan proses pembentukan embrio
manusia, pada abad ke-7 M Alquran dan Hadis telah menjelaskan proses
pembentukan embrio manusia. Alquran telah berbicara tentang pertumbuhan
janin di dalam perut ibu fase demi fase, padahal janin dan pertumbuhannya
tidaklah terlihat dengan mata kepala dan tidak mungkin juga dijelaskan hanya
dengan duga dan kira. Sains modern baru mengetahui proses penciptaan di alam
rahim setelah ditemukannya alat-alat pemeriksaan modern.
Ibnu Daqiq Al-Ied, Syarah Hadits Arbain Imam Nawawi, (Media Hidayah :
Yogyakarta, 2001) hal 36.
6
Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 224
54
55
Bentuk janin pada fase ini sangat mirip sekali dengan binatang lintah
tersebut. Bahkan kalau keduanya difoto bersamaan, niscaya manusia tidak akan
bisa membedakan bentuk dan gambar keduanya. Tahap ketiga, mudghah
(Segumpal Daging). Dalam kelanjutan surat al-Mu'minun dijelaskan "Lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging." Tahap keempat ditandai
dengan muncul dan tumbuhnya tulang. "Dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang."
Para ahli dan spesialis dalam bidang medis telah menyimpulkan bahwa
tulang itu muncul sebelum daging sebagai penutupnya. Setelah itu baru
munculah daging. Ini hanya baru diketahui oleh para ahli pada zaman sekarang,
itu pun dengan bantuan alat-alat fotografi.
Tahap kelima, pembungkusan tulang dengan daging. "Lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging." Didahulukannya penciptaan tulang
sebelum daging, itu karena daging butuh kepada tulang untuk menempel
padanya. Maka tulang mesti sudah ada sebelum daging. Tahap keenam adalah
perubahan janin ke bentuk yang lain. "Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
berbentuk. lain."
Menurut Dr Ahmad Hamid Ahmad, bersama dengan berakhirnya pekan
ketujuh, panjang mudghoh sudah mencapai 8 - 16 milimeter. Termasuk yang
membedakan pada periode ini adalah bentuk tulang berbentuk bengkok
menyerupai bulan sabit, kemudian mulai berubah lurus dan tegap. Di tambah lagi
ada sesuatu yang membedakan janin dengan makhluk hidup yang lain, yaitu
sempurnanya bentuk tubuh pada pekan kedelapan.
56
,
Artinya : Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk-Nya dalam
kegelapan, dan memasukkan cahaya-Nya kepadanya. 7
57
sebagai makhluk ini tidak hanya satu imam saja, seperti Muhammad Nashr AlMarwazi, seorang imam yang terkenal dan yang paling mengetahui di antara
orang-orang sezamannya tentang ijma dan perpedaan pendapat. Begitu pula Abu
Muhammad bin qutaibah, yang berkata di dalam kitab al-Lafzh, ketika
membicarakan masalah roh, tidak dapat diragukan siapa pun yang menyepakati
kebenaran, bahwa roh itu sesuatu yang diciptakan.
,
Artinya : Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya memohon
pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari
kejahatan-kejahatan diri kami dan dari keburukan-keburukan amal kami. Siapa
yang
diberi
petunjuk
Allah,
maka
tiada
seorang
pun
yang
dapat
58
angin halus yang masuk dan keluar melalui proses pernafasan. Ia tidak memiliki
ruang, panjang, lebar, dalam, warna dan bagian. Jiwa juga tidak berada di dalam
alam, di luar alam, di samping alam atau di alam lain.
Menurut Ibn Qayyim jiwa menembus anggota tubuh dan mengalir
bagaikan air atau minyak zaitun atau api di dalam kayu bakar. Selama anggota
badan dalam keadaan baik untuk menerima pengaruh yang melimpah di atasnya
dari jisim halus (yang disebut jiwa ini), maka jisim halus ini akan membuat
jaringan dengan bagian-bagian tubuh kemudian pengaruh itu memberinya
manfaat berupa rasa, gerak dan keinginan. 11
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering dibingungkan oleh
pemahaman akan jiwa dan ruh. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa jiwa
dan ruh itu berbeda maknanya. Masyarakat meyakini bahwa jiwa manusia itu
berada di balik hati nurani. Mereka meyakini pula jika di saat kita tidur, ruh kita
terbang dan ruh itu nantinya akan kembali pada kita jika Allah menginginkan.
Sementara, sebagian masyarakat lainnya menganggap bahwa jiwa dan ruh
bermakna sama. Jiwa adalah ruh, dan ruh adalah jiwa. Lantas, manakah yang
benar? Apakah jiwa itu? Apakah jiwa memiliki persamaan makna dengan ruh?
Benarkah anggapan masyarakat tentang jiwa yang bersemayam di balik hati
nurani?
Ibn Qayyim menjelaskan bahwa sebenarnya jiwa itu satu, tapi memiliki
tiga sifat dan dinamakan dengan sifat yang mendominasinya. Ada jiwa yang
11
59
disebut nafsu ammrah yaitu nafsu yang menyuruh kepada keburukan. Ada nafsu
lawwamah yang selalu mencela, selalu ragu-ragu antara menerima dan mencela
secara bergantian. Dan terakhir ada jiwa yang disebut nafsu muthmainnah (jiwa
yang tenang) karena ketenangannya dalam beribadah, ber-mahabbah, ber-inabah,
bertawakal, beserta keridhaan dan kedamaiannya dengan Allah. Adapun tujuan
perkembangan jiwa manusia adalah tercapainya jiwa muthmainnah, yang
merupakan kesempurnaannya. Di sini terlihat bahwa bagi Ibn Qayyim jiwa (ruh)
dan nafs (nafsu) digunakan dalam arti atau pengertian yang sama.
Selain berbicara tentang jiwa yang ia samakan dengan nafsu, Ibn Qayyim
juga berbicara tentang hati (Qalb) dan akal. Baginya hati adalah raja yang
menggunakan seluruh alat tubuh. Hati merupakan alat tubuh yang paling
terhormat, sendi kehidupan, sumber ruh hewani, kehangatan instink, tempat
penambangan akal, ilmu, impian, kehormatan, keberanian, kesabaran, ketekunan,
kecintaan, keridhaan, kemarahan dan seluruh sifat kesempurnaan lainnya. Oleh
karena itu, boleh dikata bahwa seluruh anggota tubuh, baik yang bersifat lahir
maupun batin beserta energi yang dimilikinya adalah pasukan hati. Adapun yang
dimaksud hati di sini bukanlah daging yang sama-sama dimiliki oleh hewan juga,
tetapi yang dimaksud adalah mind atau pikiran.
Oleh sebab itu jiwa adalah sosok yang bertanggung jawab atas segala
perbuatan kemanusiannya. Jiwa memiliki kebebasan untuk memilih kebaikan
atau keburukan dalam hidupnya. Pertanggungjawaban itu akan dipikul oleh jiwa
ketika ia dikembalikan ke badannya pada hari kebangkitan kelak. Berbeda
60
dengan jiwa, ruh merupakan anugerah Allah yang menularkan sebagian sifatsifat Allah. Dengan ditiupkannya ruh, saat itulah manusia dapat bernafas. 12
Intinya, ruh berfungsi sebagai sesuatu yang menjadikan manusia itu hidup dan
jiwa merupakan sosok penentu setiap pilihan dalam kehidupan. Perbedaan
makna jiwa dengan ruh dapat kita lihat dalam kegiatan sehari-hari. Tatkala
seseorang terlelap dalam tidur, hembusan nafas dan detak jantungnya masih
terdengar karena yang ditahan oleh Allah adalah jiwanya, bukan ruhnya.
Artinya : Ruh itu laksana Prajurit yang dikerahkan, terhadap ruh yang
dikenal baik ia bersatu, terhadap ruh (lain) yang dianggapnya jahat, ia
Bercerai 13
Ibnul Qayyim menjelaskan pemahaman dari hadis tersebut dari kelompok
Muslimin berpendapat bahwa pemahaman hadis ini tentang ruh tercipta sebelum
badan, diantara mereka : Muhammad bin Naser al-Maruzi, dan Abu Muhamad
bin Hazem adz-Dzahiri. Mereka beragumentasi dengan memakai riwayat Aisyah
yang terdapat dalam As-Shahihaini, yaitu :
Artinya : Ruh adalah pasukan yang bersenjata.
12
Imam Fakhruddin ar-Razi, Ruh Itu Misterius, (Cendikia Sentra Muslim : Jakarta,
2001), hal 30
13
Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ar-Ruh hal 236
61
Abu
Sulaiman
Al-Khatibi
berkata
Makna
hadis
ini
adalah
pemberitahuan akan keberadaan ruh yang tercipta sebelum badan. Sementara itu
Ibnu Hazm menduga bahwa itu terjadi di Barzakh di mana saat itu Unsur- unsur
terputus. 14
akan turun kepadanya, dan bahwa ia akan kembali ke barzakh setelah kematian.
Dalam A-Quran Surat al-Araf : 11 :
Telah kami ciptakan kamu. Kemudian kami beri kamu bentuk, kemudian
kami berfirman kepada para malaikat, sujudlah kamu kepada Adam, Lalu
mereka sujud, kecuali Iblis.
Keadaan ketika kita dikeluarkan dari perut ibu merupakan keadaan yang
asli. Ilmu, akal, marifat dari kekuatan yang terjadi, yang sebelumnya tidak ada
dan tidak mengetahui sesuatu apapun, karena kita tidak mempunyai wujud,
sehingga bisa tahu dan memikirkannya.
Kalau sudah ada ketetapan takdir sebelum ia ciptakan, kemudian ia keluar
ke dunia ini menurut ketetapan takdir itu, maka tidak mampu melawan ketetapan
takdir yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT. 15 Tetapi para ulama sependapat
bahwa penciptaan manusia ditandai dengan peniupan ruh ke dalam diri manusia
ketika masih berupa janin dalam rahim ibunya, walaupun mereka berbeda
pandang tentang penciptaan apakah ruh itu diciptakan dahulu sebelum badan atau
sebaliknya.
14
Imam Fakhruddin ar-Razi, Ruh Itu Misterius, (Cendikia Sentra Muslim : Jakarta,
2001), hal 116.
15
Sudirman Teba, Ruh Misteri Mahadahsyatnya, (Pustaka Irvan : Ciputat, 2008) , hal
89
62
Artinya : Sesungguhnya Ruh itu dapat bertemu dengan ruh yang lain. 16
Pada realiatas dunia bahwa kegiatan fisik manusia dahulu melibatkan ruh,
tetapi kegiatan Ruh ada kalanya berjalan sendiri tanpa melibatkan fisik. Mimpi
merupakan kegiatan Ruh yang sama sekali tidak melibatkan fisik, karena
biasanya mimpi itu terjadi di saat sedang Istirahat total, yaitu tidur. Ilmu
pengetahuan meskipun telah melakukan peng kajian terhadap terhadap fenomena
mimpi dan mengetahiu sedikit pusat-pusat syaraf mimpi yang ada dalam otak,
terutama dalam batang otak, tetap saja tidak berdaya untuk memahami
mekanisme dan penyebabnya serta memahami mengapa kebanyakan orang tidur
lupa ketika terbangun sewaktu ia bermipi kira-kira seperempat bagian dari
tidurnya. 17
Sebaliknya, jika kita menerima kenyataan bahwa Ruh ketika tidur
sebagian meninggalkan tubuh dan naik kepangkuan pencipta-Nya, sehinggga
senang menemuinya, maka kita akan melihat apa yang diberikan Allah melalui
mimpi dan ingatannya, sebagaimana Allah memberikan kesempatan tubuh
beristirahat untuk sementara waktu dari beban ruh yang merasuk ke dalam
tubuhnya. Allah berfirman :
16
17
101
63
Artinya : Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang)
jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka dia tahanlah jiwa
(orang) yang telah dia tetapkan kematiannya dan dia melepaskan jiwa yang lain
sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (QS. Az Zumar : 42)
Ibnul Qayyim menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas tentang ayat ini,
dia,Telah sampai kepadaku bahwa ruh orang-orang yang masih hidup dan ruh
orang-orang yang sudah mati bisa bertemu didalam mimpi. Mereka saling
bertanya lalu Allah swt menahan ruh orang-orang yang sudah mati dan
melepaskan ruh orang-orang yang masih hidup menemui jasadnya. 18
Ibnu Abi Hatim didalam tafsirnya menyebutkan riwayat dari as Suddiy
tentang makna firman Allah swt dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya
adalah mematikannya saat tidurnya lalu ruh orang yang masih hidup bertemu
dengan ruh orang yang sudah mati dan mereka saling berbincang, berkenalan.
Dia mengatakan, lalu ruh orang yang masih hidup dikembalikan kepada
jasadnya di dunia hingga sisa waktu yang telah ditentukan sementara itu ruh
orang yang sudah mati menginginkan kembali ke jasadnya namun dia tertahan.
Bukti pertemuan antara ruh orang-orang yang masih hidup dengan ruh
orang-orang yang sudah mati adalah bahwa orang yang masih hidup dapat
18
64
melihat orang yang sudah mati didalam tidurnya. Orang yang masih hidup itu
meminta informasi darinya lalu orang yang sudah mati itu memberitahukan
kepadanya tentang apa-apa yang tidak diketahui oleh orang yang masih hidup
sehingga menjadi sebuah informasi seperti tentang masa lalu dan yang akan
datang. Terkadang dia memberitahukan kepadanya tentang harta yang
dikuburnya di suatu tempat mati yang tidak diketahui kecuali oleh dirinya atau
barangkali dia memberitahu kepadanya tentang utangnya dan menyebutkan
bukti-buktinya.
Yang lebih jelas lagi misalnya berupa pemberitahuan tentang amal yang
telah dikerjakannya yang tidak dilihat oleh seorang pun di alam atau
pemberitahuan bahwa anda akan mendatangi kami pada waktu ini dan itu dan
akan terjadi seperti apa yang diberitahukannya atau pemberitahuan tentang
perkara-perkara yang tidak diketahui kecuali dirinya (orang yang sudah
meninggal)
Said bin al Musayyib mengatakan bahwa Abdullah bin Salam telah
bertemu dengan Salman al Farisiy. Salah seorang dari mereka berdua
mengatakan kepada yang lainnya,Jika kamu meninggal sebelumku maka
temuilah aku dan beritahukan kepadaku tentang apa yang kamu dapati dari
Tuhanmu dan jika aku meninggal sebelum dirimu maka aku akan menemuimu
dan memberitahukanmu (tentangnya). Sementara itu yang lainnya mengatakan,
Apakah orang-orang yang sudah mati dapat bertemu dengan orang-orang yang
masih hidup? dia berkata,Ya. Ruh-ruh mereka di surga bepergian
sekehendaknya.
65
Artinya : Bahwa orang yang meninggal dunia dapat mendengar sandal
orang-orang yang mengiringnya, saat mereka meninggalkan kuburnya 19
:
,
:
,
: .
:
.
Artinya: Apabila jiwa orang mukmin dicabut, maka dia disambut orangorang yang mendapat rahmat dari sisi Allah, sebagaimana orang yang akan
memberitakan kabar gembira disambut di dunia, lalu mereka bertanya,
Lihatlah saudara kalian agar dia beristirahat, karena dia dalam kesusahan.
Yang lainnya bertanya, Apa yang dilakukan fulan dan apa yang dilakukan
fulanah? Apakah fulanah itu sudah menikah? Jika mereka bertanya kepadanya
19
66
67
,
,
.
Artinya : Aku pemimpin anak Adam pada hari kiamat dan ini bukan
suatu kebanggaan. Tidaklah ada seorang nabi pada hari itu, Adam dan lainnya
berada dibawah benderaku, aku adalah orang yang pertama kali dikeluarkan
dari bumi dan ini bukan suatu kebanggaan. 23
Artinya : Sesunguhnya bahwa ruh para syuhada berada di dalam seekor
burung yang berwarna hijau, bergantung pada buah surga. 24
Dari sini diketahui bahwa ruh membentuk rupa tertentu di badan, yang
membedakannya dengan yang lain. Ia berpengaruh dan berpindah dari badan
sebagaimana badan yang juga bisa mempengaruhi dan beralih pada ruh itu.
Badan yang baik dan buruk memperoleh hasil kebaikan dan keburukannya, dan
ruh yang baik dan yang buruk memperoleh hasil dari kebaikkan atau keburukkan
badan.
Hadis ini menerangkan bahwa ruh para syuhada itu setelah meninggal
berada dalam seekor burung mendapatkan kenikmatan surga terus menerus
hingga akhir kiamat. Menurut Ibn Qayyim, terdapat lebih daripada seratus dalil
23
24
68
yang menceritakan perihal keberadaan ruh setelah berpisah dengan jasad. Nabi
s.a.w. memberitahu tentang tempat kembali ruh yang baik ialah di Illiyyin dan
tempat kembali ruh yang jahat ialah di Sijjin. Baginda juga menceritakan bahwa
ruh para syuhada ditempatkan di dalam perut burung hijau melewati sungaisungai di syurga dan dapat pula menikmati buah-buahan syurga. Sebaliknya yang
terjadi kepada ruh para pengikut Firaun adalah mereka semua akan dibawa ke
neraka setiap pagi dan petang sebelum datangnya hari Kiamat.
:
(
,
,
) :
:
:
,
:
.
:
,
,
:
:
.
,
70
mengamalkan hal ini, baik secara lahir maupun batin. Tidak seorang pun dapat
beralasan untuk tidak mengetahui tiga hal tersebut dan tidak mempelajarinya.
Bahkan ketiga hal ini harus dipelajari sebelum hal lain.
Tiga pertanyaan ini juga awal dari nikmat dan siksaan di alam kubur.
Orang-orang yang bisa menjawab adalah orang-orang yang paham, yakin dan
mengamalkannya selama hidup sampai akhir hayat dan meninggal dalam
keimanan. Seorang mukmin yang bisa menjawab ketiga pertanyaan, maka dia
akan memperoleh nikmat kubur. Adapun orang kafir yang tidak bisa
menjawabnya, maka dia akan dihadapkan kepada adzab kubur. 27
Apabila seorang mukmin selalu teguh di atas keimanan dan terjaga dari
perkara syubhat maka ia akan terjaga di atas keimanan. Sedangkan di akhirat, ia
akan meninggal dalam keadaan husnul khatimah (dalam keadaan beriman) dan
bisa menjawab tiga pertanyaan. Kita memohon kepada Allah semoga Dia
meneguhkan iman kita ketika masih hidup dan ketika akan meninggal dunia.
Meneguhkan kita ketika menjawab ketiga pertanyaan serta ketika dibangkitkan
kelak di akhirat. Keteguhan iman di dunia dan akhirat, inilah hakikat
kebahagiaan yang sesungguhnya.
27
Imam al-Qurthubi, Rahasia Kematian Alam Akhirat dan Kiamat, (Akbar : Jakarta,
2005) , hal 123
71
Artinya, Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian. (QS. Al
Anbiyaa: 35).
Sebagai manusia yang berakal pasti telah menyadari dan menyakini hal
ini. Tetapi kebanyakan orang telah lalai atau bahkan sengaja melalaikan diri
mereka sendiri. Satu persatu orang yang kita kasihi telah pergi tapi seakan-akan
kematian mereka tidak meninggal faidah bagi kita, kecuali rasa sedih akibat
kehilangan mereka.
Kematian adalah benar adanya dan nyata. Begitu pula dengan kehidupan
setelah kematian. Kehidupan akhirat, inilah yang seharusnya kita tuju. Kampung
akhiratlah tempat kembali kita. Maka persiapkanlah bekal untuk menempuh
jauhnya perjalanan. Patut diketahui bahwa kuburan adalah persinggahan pertama
menuju akhirat. Orang yang mati, berarti telah mengalami kiamat kecil. Apabila
seorang hamba telah dikubur, akan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya
nanti pada pagi hari, yakni antara waktu fajar dan terbit matahari, serta waktu
sore, yakni antara waktu dzhuhur hingga maghrib. Apabila ia termasuk penghuni
Jannah, akan diperlihatkan tempat tinggalnya di Jannah, dan apabila ia termasuk
penghuni Naar, akan diperlihatkan tempat tinggalnya di Naar. 28
Azab Kubur menurut Ibnu Taimiyah menyelaraskan dengan para ulama
lainnya, bahwa ruh-ruh orang beriman berada di surga, walaupun bersamaan
dengan itu ruhnya dikembalikan ke jasad, sama halnya dengan ruh berada di
28
72
jasad, tetapi ruhnya naik ke langit seperti pada saat tidur. Adapun bahwa ruhnya
berada di syurga itu berdasarkan hadits-hadits umum. Hal ini ditegaskan oleh
Imam Ahmad dan ulama lainnya. Mereka berdalil dengan hadits-hadits yang
umum dan hadits yang khusus mengenai tidur dan lain-lainnya. Mengenai azab
kubur Mahzab Ahlu sunnah berpendapat bahwa azab kubur mengenai ruh itu
baik terpisah dari jasad atau berhubungan dengan jasad, sedangkan Ibnu
Taimiyah berkata azab dan kenikmatan menimpa jasad dan jiwa sekaligus.
Artinya : Sekiranya kalian tidak dikuburkan, tentu aku berdoa kepada
Allah agar Dia memperdengarkan kepada kalian siksa kubur seperti yang
kudengar. 29
Hadis ini menerangkan bahwa alam barzakh itu benar-benar ada, sebagai
tempat bagi orang sudah melewati kehidupan dunia. Seseorang akan mendapat
nimat dan siksa kubur sesuai dengan amal perbuatannya. Dan hikmah dari
siksaan kubur yang tidak dapat didengar oleh orang hidup, agar kita senantiasa
selalu percaya kepada segala kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya.
Menurut Said bin Muaadz sebab siksaan di dalam kubur adalah
meninggalkan bersuci setelah ia buang air kecil, tidak membersihkan
29
73
kemaluannya. 30
7. Teks hadis ke dua belas
,
,
.
Artinya : Bahwa Nabi SAW mengabarkan tentang orang laki-laki yang
disiksa dalam kubur mereka, salah satu dari kedua orang itu adalah orang yang
suka mengadu domba, dan yang lainnya disiksa disebabkan tidak bersuci setelah
buang air kecil. 31
Hadis diatas menerangkan bahwa orang-orang yang disiksa di dalam
kubur adalah orang yang tidak bersuci setelah ia buang air, dan orang yang suka
mengadu domba. Disini digambarkan bahwa senantiasa seseorang agar
membiasakan dirinya untuk bersuci baik dari hadas besar maupun hadas kecil.
Dan Nabi Saw senantiasa mengajak ummatnya untuk menjaga kebersihan,
karena kebersihan itu sebagian dari iman.
Yang kedua orang yang akan mendapat siksa kubur adalah orang yang
suka mengadu domba. Perbuatan adu domba mencari permusuhan dan memecah
belah orang maupun kelompok adalah hal yang paling dibenci oleh Nabi
Muhammad SAW, karena Islam selalu mengajarkan perbuatan yang baik dan
mencintai sesame serta saling tolong-menolong antar ummat manusia. Ini adalah
upaya untuk menciptakan perdamaian tidak ada perang, kerusuhan maupun
kekerasan dimana pun berada.
8. Teks hadis ke tiga belas
30
31
74
) .
:
:
,
:
,
(
Artinya : Sesungguhnya jika hamba diletakkan dalam liang kuburnya
dan rekan-rekannya sudah meninggalkannya, maka dia bisa mendengar suara
sandal mereka. Lalu dia menyebutkan hadis ini. Al-Bukhari menambahi,
Sedangkan orang munafik dan orang kafir, maka ditanyakan kepadanya, Apa
yang kamu katakan tentang orang ini? Dia menjawab, Aku tidak tahu. Aku
mengatakan seperti yang dikatakan orang-orang. Maka dikatakan kepadanya,
Kamu memang tidak tahu dan tidak pernah membaca. Lalu dia dipukul
dengan palu dari besi, sehingga dia menjerit kesakitan. 32
9. Teks hadis ke empat belas
,
.
:
Artinya : Jika salah seorang di antara kalian meninggal dunia,
maka tempat duduknya diperlihatkan kepadanya setiap pagi dan petang. Jika dia
termasuk penghuni surga, maka dia pun termasuk penghuni surga, dan jika dia
termasuk penghuni neraka, maka dia pun termasuk penghini neraka. Dikatakan
kepadanya ,Ini tempat dudukmu hingga Allah membangkitkanmu pada hari
32
75
kiamat. 33
10. Teks hadis ke lima Belas
,
:
,
Artinya : Apabila manusia telah meninggal dunia, maka terputus segala
amal perbuatannya kecuali tiga perkara : Shadaqoh Jariyah, Ilmu bermanfaat,
atau anak yang shaleh yang selalu mendoakannya. 34
33
34
76
Syaikh Abu Jafar Ahmad bin Muhammad Ath Thahawi berkata dalam
kitabnya Aqidah Ath-Thahawiyah, Kita mengimani adanya adzab kubur bagi
orang yang berhak mendapatkannya, kita mengimani juga pertanyaan Malaikat
Munkar dan Nakir kepadanya di dalam kubur tentang Rabbnya, agamanya, dan
Nabinya berdasar kabar dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam serta para
sahabat ridhwanallahu alaihim ajmain.
77
5. Kaum yang separuh jasadnya bagus dan separuhnya lagi jelek adalah
kaum yang mencampurkan antara amal shalih dengan perbuatan jelek,
namun Allah mengampuni perbuatan jelek mereka.
6. Kaum yang memiliki kuku dari tembaga, yang mereka gunakan untuk
mencakari wajah dan dada mereka. Mereka adalah orang-orang yang suka
memakan daging orang lain (menggunjing) yakni membicarakan aib
mereka. 35
Adzab dan nikmat kubur adalah benar adanya berdasarkan Al Quran, As
Sunnah dan ijma ahlu sunnah. Nabi shallahu alaihi wasallam selalu memohon
perlindungan kepada Allah dari adzab kubur dan memerintahkan umatnya untuk
melakukan hal itu. Dan hal ini hanya diingkari oleh orang-orang Mulhid (atheis).
Mereka mengatakan bahwa seandainya kita membongkar kuburan tersebut, maka
akan kita dapati keadaannya seperti semula. Namun, dapat kita bantah dengan
dua hal:
1. Dengan dalil Al Quran dan Sunnah dan ijma salaf yang menunjukkan
tentang adzab kubur.
2. Sesungguhnya keadaan akhirat tidak bisa disamakan dengan keadaan
dunia, maka adzab atau nikmat kubur tidaklah sama dengan apa yang bisa
ditangkap dengan indra di dunia. (Diringkas dari Syarah Lumatul
Itiqod, hal 65-66)
35
78
Sebab
akal
memang
tidak
dapat
memahami
79
bentuk
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hadis yang diteliti serta dipahami, penulis berkesimpulan bahwa :
1.
Secara garis besar, seluruh hadis yang termaktub dalam kitab ar-ruh
adalah hadis hasan sebagaimana ahlu hadis berpendapat dari kitab-kitab
hadis,
3.
Manusia memiliki tiga jiwa, yaitu nafs mutmainnah, nafs lawwamah dan
nafs amarah. Ada orang yang dikalahkan oleh nafs mutmainnah, dan ada
yang dikalahkan oleh nafs ammarah.
80
4.
5.
6.
ilmu
yang
bermanfaat,
anak-anaknya
yang
selalu
Ibnul Qoyyim menerangkan bahwa orang yang yang masih hidup juga
dapat berinteraksi dengan orang yang sudah meninggal seperti halnya
bertemu di alam mimpi. Namun beliau lebih berhati-hati bahwa yang
pertemuan ruh di alam mimpi bisa perwujudannya benar dan juga tidak.
Seperti halnya sulit untuk mempercayai orang yang dapat memanggil ruh
seseorang yang sudah meninggal dengan perantara memasuki jasad orang
lain. Ibnu Qoyyim menjelaskan bahwa ini merupakan perwujudan dari jin,
namun beliau tidak menjelaskan hal ini dalam kitab ar-Ruh, tetapi beliau
menjelaskannya dalam kitab at-Tibyan karangan beliau juga.
81
B. Saran-saran
Melalui tulisan ini penulis ingin bahwa kajian hadis-hadis tentang kitab arruh yang telah di bahas di atas, semoga akan menjadi suatu yang berguna baik
untuk kepentingan Akademisi maupun dalam rangka menjadi al-Hadis sebagai
prinsip perilaku. Untuk itu, menurut penulis saat ini manusia juga benar-benar
membutuhkan suatu pandangan dan arahan yang jelas dalam menghadapi segala
problem moral yang ada di tengah-tengah kehidupan kita.
Masyarakat awam yang tidak mengenal ilmu hadis akan dengan gampang
mengambil dan menjadikan pedoman sebuah teks yang dikatakan hadis dengan
mentah-mentah tanpa melihat kualitas hadis itu. Oleh karenanya dibutuhkan
mediator untuk menyampaikan kepada mereka.
Maka menurut penulis, hadis-hadis mutawattir yang terdapat dalam kitab
ar-ruh seharusnya dijadikan sebagai pedoman atau acuan para guru, murid atau
siapa saja dengan menyatakan bahwa hadis-hadis tersebut bisa menjadi sebagai
sumber penetapan hukum dan bersumber dari Nabi SAW, walaupun pada
dasarnya kitab tersebut merupakan kitab utama dalam pendidikan. Jika teks-teks
atau hadis-hadis tersebut akan dijadikan rujukan, maka seyogyanya digunakan
sebagai motivasi atau fadil al-a'ml.
Untuk itu saran penulis dalam skripsi ini adalah:
1. Dalam memahami hadis-hadis di atas, hendaknya dijadikan sebagai
pedoman atau acuan para akademisi, guru, maupun , murid atau siapa saja
dengan menyatakan bahwa hadis-hadis tersebut bisa menjadi sebagai
82
sumber penetapan hukum dan bersumber dari Nabi SAW, walaupun pada
dasarnya kitab tersebut merupakan kitab utama dalam pendidikan.
2. Teks-teks atau hadis-hadis tersebut di atas seyogyanya dijadikan rujukan
dan digunakan sebagai motivasi atau fadil al-a'ml.
3. Penulis berharap penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian
Dan untuk yang terakhir, penulis berharap di kemudian ada peneliti yang
meneliti lebih lanjut akan hadis-hadis yang ada dari segi sanad yang lain dan dari
segi matannya, karena penelitian ini hanya mengkaji dan meneliti satu sanad dan
tidak keseluruhan sanad yang ada dari setiap hadis.
Akhirnya penulis berharap penulisan skripsi ini dapat memberikan
manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian.
83
DAFTAR PUSTAKA
84
Jurjani, al-Sayyid al-Sharif Abi al-Hasan Ali bin Muhammad al-Humayni , alTa`rifat, (Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyyah, 2000M/1421H)
Kathur Suhardi, Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Roh, (Jakarta : Pustaka AlKautsar,1999)
Labib, Rahasia Kekuatan Ghaib Di Balik Alam Yang Nyata, (Pustaka Agung
Harapan : Surabaya, 2002)
Lagha, Ali Muhammad, Perjalanan Kematian (Serambi. Jakarta : 2002)
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhari, Abdullah, Al-Jami Sahih alBukhri, (Bairut : Dar al-Fikr, 1981), jilid 4, kitab al-Adab.
Muhammad, Abd al-Basith , Semesta Ruh (Serambi : Jakarta, 2006)
Mundziri, Imam Zakiyyuddin Abdul Adzim bin Abdul Qowi al-, at-Targhib wa
at-Tarhib, (Daarul Fikr : Beirut, 1993)
Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi, Abu Husain, Al-Jami Sahh Muslim, (Bairut: Dar
al-Fikr, 1993)
Nawawi, Imam, Shahih Muslim, (Daarul Fikr : Beirut, 1980)
Nisabury, Muhammad bin Abdullah Al-Hakim al-, Mustadrak (Daarul Maktabah
Al-Ilmiyyah : Beirut, 1990)
Nasution, Hasyimsyah, Filsfat Islam,( (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1999)
Qurthubi, Imam al-, Rahasia Kematian Alam Akhirat dan Kiamat, (Akbar :
Jakarta, 2005)
Razi, Imam Fakhruddin ar-, Roh Itu Misterius, (Cendikia Sentra Muslim :
Jakarta, 2001),
Ranuwijaya, Utang, Ilmu Hadis, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001)
85
Sulaiman, Abu Daud, Sunan Abi Daud, (Daarul Fikr : Beirut, 1994)
Salih, Subhi Ulum al-Hadis wa Mustalahuhu, (Bairut: Dar al-Ilm al-Malayin,
1997), cet 5.
Suparta, Munzier, Ilmu Hadis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002)
Muthahhari,
86