Anda di halaman 1dari 2

Selain pada perundang undangan dan peraturan dalam mengatur iklan, terdapat

Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia, yaitu kode etik profesi dank ode etik
bisnis. Yang mana diakui dan diterapkan oleh para asosiasi dalam industry
periklanan nasional, beserta anggotanya
A. Tata Krama
1. Isi Iklan
2. Ragam Iklan
3. Pameran Iklan
4. Wahana Iklan
B. Tata Cara
1. Penerapan Umum
2. Produksi Periklanan
3. Media Periklanan

Iklan Iklan yang Melanggar Peraturan dan Etika


Ujang Sumarwan (2002) menyatakan, mortalitas dan etika bisnis memiliki dimensi
yang sangat luas, baik pada lingkungan internal perusahaan ataupun lingkungan
eksternal. Akan tetapi, salah satu kegiatan perusahaan yang sering menyinggung,
bahkan melewati batas batas mortalitas dan etika bisnis adalah kegiatan iklan
produk diberbagai media.
Iklan merupakan alat promosi yang paling populer serta paling banyak digunakan
produsen untuk mengkomunikasikan barang dan jasa pada konsumen. Iklan juga
merupakan media yang cukup efekti dalam menyebarluaskan informasi mengenai
beragam barang dan jasa.
Akan tetapi, iklan juga menyebabkan perusahaan dan agen-agen iklan harus sangat
kreatif dalam membuat iklan-iklannya. Kreativitas pembuatan iklan yang berlebihan
sering kali melewati batas-batas etika dan mortalitas. Salah satu indicator untuk
mengidentifikasi suatu iklan yang telah melewati batas adalah adanya reaksi dari
konsumen, pemerintah, lembaga social, dan dari produsen pesaing.
Salah satu bentuk iklan yang sering melanggar etika dan mortalitas adalah iklan
yang mnggunakan konsep sexual appeal, yang berarti konsep tersebut
menggunakan aktor/artis atau bintang iklan yang menampilkan kesan seksual,
biasanya dilakukan dengan cara berpakaian minim. Iklan yang menampilkan kesan
seksual bukan hanya dengan menggunakan bintang dengan pakaian minim, katakata atau dialog para bintangny atau ekspresi wajah dari bintang juga bias
digunakan para pembuat ikln untuk menampilkan kesan seksual atau sensual.
Iklan-iklan tersebut sering kali dianggap sebagai iklan yang kreatif oleh
pembuatanya atu produsen, dikarenakan dapat menarik perhtian para konsumen.
Namun sesungguhnya, iklan tersebut telah melewati batas-batas etika dan moralita

budaya Indonesia. Iklan tersebut telah melanggar norma dan etika social, baik
dilihat dari ukuran nilai agama maupun sosial. Etika periklanan sebagimna
dinytakan dalam Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonsia
menyebutkan bahwa Iklan tidak boleh melanggar norma-norma tata susila, adat,
dan budaya bangsa
Untuk menempatkan suatu iklan dikategorikan sebagai iklan yang menyesatkan
atau menglabui, refrensi dan acuan harus digunakan sebagai standar untuk
memberikan penilaian tersebut. Saidi (2003) menyebutkan dua pendekatan:
moral/etika dan hokum dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan apakah
suatu iklan dikategorikan sebagai menglabui atau menyesatkan. Pendekatan etika
lebih menekankan kepada kaidah-kaidah normal sosial dan etika yang berlaku di
masyarakat mengenai apa yang boleh dan apa yang tidak dibolehkan. Masyarakat
periklanan memiliki etika sendiri untuk mengatur dirinya, mereka menetapkan apa
yang tidak boleh dilakukan dalam membuat iklan. Etika tersebut dituangkan dalam
Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia.
Pendekatan kedua adalah pendekatan hokum positif, yaitu undang-undang meupun
peraturan yang dikeluarkan oleh DPR maupun pemerintah untuk mengatur
periklanan. Pengaturan mengenai iklan tersebut tercantum di dalam: UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang
Nomor 7 Tahun1996 tentang Pangan, Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999
tentang Label dan Iklan Pangan.

Anda mungkin juga menyukai