Anda di halaman 1dari 68

SUSUNAN

PENGURUS

Penyunting Ahli
drg. Tetiana Haniastuti, M.Kes, Ph.D
Universitas Gadjah Mada

Pelindung
Sekretaris Jendral Persatuan Senat Mahasiswa
Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI)

Dr. drg. Widjijono, S.U.


Universitas Gadjah Mada

drg. Lisdrianto Hanindriyo, MPH.


Universitas Gadjah Mada

drg. Margareta Rinastiti, M.Kes, Ph.D

Penasehat
drg. Retno Ardhani, M.Sc.
Universitas Gadjah Mada

Pimpinan Umum
Mutma Inna
Universitas Gadjah Mada

Pimpinan Redaksi
Failasofia

Universitas Gadjah Mada

drg. Christnawati, M.Kes, Sp.Ort


Universitas Gadjah Mada

Penyunting Pelaksana
Septika Prismasari Universitas Gadjah
Mada Apriliani Astuti Universitas Gadjah
Mada Novi Atmania D. Universitas
Gadjah Mada Inten Pratiwi Universitas
Gadjah Mada

Youvanka Arsy Winmirah Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada

Sekretaris

Humas dan Promosi

Nanda Nur Andityas

Navilatul Ula Universitas Gadjah


Mada Isti Noor Masita Universitas

Universitas Gadjah Mada

Gadjah Mada

Bendahara
Rika Putri S.
Universitas Gadjah Mada

Muhammad Fahmi Alfian Universitas Gadjah Mada


Nur Rahmawati Sholihah Universitas Gadjah
Mada Diftya Twas Galih Atyasa Universitas
Gadjah Mada Novaria Universitas Gadjah Mada

Tata Letak dan Layout


Mika Cendy Permatasari Universitas Gadjah
Mada Ratihana Nurul Indias Universitas
Gadjah Mada Amalia Rachmawati S.
Universitas Gadjah Mada

Nur Amalia Puspitasari Universitas Gadjah Mada

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

DAFTAR
ISI

ISSN : 23026448

Susunan
Pengurus...................................................................................................
..........................
......
i
Daftar
Isi..............................................................................................................
...............
.........................
ii
Petunjuk
Penulisan
...........................................................................................................
..............
iii
Sambutan
Pimpinan
Redaksi.....................................................................................................
......... ix

Researc
h
Hubungan Antara Durasi Hemodialisis Dengan Periodontitis Pada Pasien
Dengan Gagal
Ginjal Kronik (Kajian di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh)
Dara
Mauliza,
Oki
Tristanty
............................................................................................................................. .......................
.............................................................................. 1

Aktivitas Antibakteri Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) terhadap


Enterococcus faecalis secara In Vitro
Dian R. Rinanda, Andi Y.
Daulay
............................................................................................................................. .......................
.............................................................................. 8

Literature
Study
Potensi Enzim Bromelin Pada Bonggol Nanas (Ananas comosus) Sebagai
Bahan Anti Plak
Dalam Pasta
Gigi
Muhammad A. Najib, Hendri J. Permana,
Fatkhur Rizqi
......................................................................................................................................................
............................................................................ 16

Pentingnya Data Status Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Kartu Menuju
Sehat Ibu Hamil
(Upaya Menunjang Program MDGS
2015)
Irma Ariany Syam, Baiq Miftahul Fatia, Andi

ii
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

Fatima T
............................................................................................................................. .........................
............................................................................ 23

Ort-Card (Orthodontic Card) Sebagai Upaya


Terhadap Kesalahan
Perawatan Akibat Pemasangan Kawat
Gigi Ilegal

Melindungi

Masyarakat

Irma Ariany Syam, Akmalia Rosyada, Ayu


Putri Djohan
............................................................................................................................. .........................
............................................................................ 30

Perawatan
Apeksogenesis
(MTA) Pada Gigi
Permanen
Muda

Dengan

Mineral

Trioxide

Aggregate

Febrina
Audina
............................................................................................................................. .........................
............................................................................ 36

Papain-Based Gel Sebagai


Ramah Lingkungan

Agen Chemo-Chemical Caries Removal Yang

Dian R. Rinanda, Andi Y.


Daulay
............................................................................................................................. ........................
............................................................................. 41

ii
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

PETUNJUK PENULISAN
Pedoman Penulisan
Artikel
Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia
(BIMKGI)
Indonesian Dental Student
Journal

Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI) merupakan publikasi


ilmiah yang terbit setiap 6 bulan sekali setiap bulan maret dan September berada
dibawah

Dirjen Perguruan Tinggi. Dalam mempublikasikan naskah ilmiah dalam

berkala ini, maka penulis diwajibkan untuk menyusun naskah sesuai dengan aturan
penulisan BIMKGI.
Ketentuan
umum :
1. BIMKGI hanya memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan oleh publikasi
ilmiah lain.
2.

Naskah dengan sampel menggunakan manusia atau hewan coba wajib


melampirkan lembar pengesahan laik etik dari institusi yang bersangkutan.

3.

Penulisan naskah :
a. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan baik
dan benar, jelas, lugas, serta ringkas.
b.

Naskah diketik menggunakan microsoft word dengan ukuran kertas A4,


dua (2) spasi, kecuali untuk abstrak satu (1) spasi, dengan batas margin
atas, bawah, kiri dan kanan setiap halaman adalah 2,5 cm.

4.

c.

Ketikan diberi nomor halaman mulai dari halaman judul.

d.

Naskah terdiri dari minimal 3 halaman dan maksimal 15 halaman.

Naskah dikirim melalui email ke alamat redaksibimkgi@bimkes.org dengan


menyertakan identitas penulis beserta alamat dan nomor telepon yang bisa
dihubungi.

Ketentuan
naskah :

menurut

jenis

1 Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu kedokteran gigi, kesehatan
gigi masyarakat, ilmu dasar kedokteran. Format terdiri dari judul penelitian,
nama dan lembaga pengarang, abstrak, dan isi (pendahuluan, metode, hasil,
pembahasan/diskusi, kesimpulan, dan saran).
2 Tinjauan pustaka: tulisan naskah review/sebuah tinjauan terhadap suatu
fenomena atau
iii
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

ilmu dalam dunia kedokteran dan kesehatan gigi, ditulis dengan


memperhatikan aspek aktual dan bermanfaat bagi pembaca.
3 Laporan kasus: naskah tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi
pembaca.

Naskah

ini

ditulis

sesuai

pemeriksaan,

diagnosis,

dan

penatalaksanaan sesuai kompetensi dokter gigi dan dokter gigi muda. Format
terdiri dari pendahuluan, laporan, pembahasan, dan kesimpulan.

iv
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

4 Artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan gigi: naskah yang


bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik-topik yang sangat menarik dalam
dunia kedokteran atau kesehatan gigi, memberikan human interest karena sifat
keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Naskah bersifat tinjauan serta
mengingatkan pada hal-hal dasar atau klinis yang perlu diketahui oleh
pembaca.
5 Editorial: naskah yang membahas berbagai hal dalam dunia kedokteran dan
kesehatan gigi,
mulai dari ilmu dasar, klinis, berbagai metode terbaru, organisasi, penelitian,
penulisan di bidang kedokteran, lapangan kerja sampai karir dalam dunia
kedokteran. Naskah ditulis sesuai kompetensi mahasiswa kedokteran gigi.
6 Petunjuk praktis: naskah berisi panduan diagnosis atau tatalaksana yang
ditulis secara tajam, bersifat langsung (to the point) dan penting diketahui oleh
pembaca (mahasiswa kedokteran gigi).
7 Advertorial: naskah singkat mengenai obat atau material kedokteran gigi dan
kesimpulannya.
Penulisan berdasarkan metode studi
pustaka.
Ketentuan khusus :
1.

Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Penelitian asli harus


mengikuti sistematika sebagai berikut:
a.

Judul karangan (Title)

b.

Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution)

c.

Abstrak (Abstract)

d.

Isi (Text), yang terdiri atas:


i.

Pendahuluan (Introduction)

ii.

Metode (Methods)

iii.

Hasil (Results)

iv.

Pembahasan (Discussion)

v.
Kesimpulan
vi.

Saran

vii.

Ucapan terima

kasih e.

Daftar Rujukan

(Reference)
2. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Tinjauan pustaka harus
mengikuti sistematika sebagai berikut:
a.

Judul

b.

Nama penulis dan lembaga


v

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

pengarang c.
d.

Abstrak

Isi (Text), yang terdiri atas:


i.

Pendahuluan (termasuk masalah yang akan dibahas)

vi
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

ii.
Pembahasan
iii.
Kesimpulan iv.
Saran
e.

Daftar Rujukan (Reference)

3. Judul ditulis dengan Sentence case, dan bila perlu dapat dilengkapi dengan
subjudul. Naskah yang telah disajikan dalam pertemuan ilmiah nasional dibuat
keterangan berupa catatan kaki. Terjemahan judul dalam bahasa Inggris ditulis
italic.
4.
Nama penulis yang dicantumkan paling banyak enam orang, dan bila
lebih cukup diikuti
dengan kata-kata: dkk atau et al. Nama penulis harus disertai dengan
institusi asal penulis. Alamat korespondensi ditulis lengkap dengan nomor
telepon dan email.
5.
Abstrak harus ditulis dalam bahasa Inggris serta bahasa Indonesia.
Panjang abstrak tidak
melebihi 200 kata dan diletakkan setelah judul naskah dan nama penulis.
6. Kata

kunci

Inggris

dan

(key

words)

yang

menyertai

abstrak

ditulis

dalam

bahasa

bahasa Indonesia. Kata kunci diletakkan di bawah judul setelah

abstrak. Tidak lebih dari 5 kata, dan sebaiknya bukan merupakan pengulangan
kata-kata dalam judul.
7.
Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf
miring (italic).
8. Tabel dan gambar disusun terpisah dalam lampiran terpisah. Setiap tabel
diberi judul dan nomor pemunculan. Foto orang atau pasien apabila ada
kemungkinan dikenali maka harus disertai ijin tertulis.
9. Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai
dengan pemunculan dalam keseluruhan teks, bukan menurut abjad.
Contoh cara penulisan daftar pustaka dapat dilihat sebagai berikut :

1. Naskah dalam
jurnal i.
Naskah
standar
Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an
increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun
1;124(11):980-3.
ata
u
Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

vi
i

increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:9803.


Penulis lebih dari enam
orang
Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et
al. Childhood leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j
Cancer 1996;73:1006-12.
ii. Suatu organisasi sebagai penulis
The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress
testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4.

vi
ii
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

iii. Tanpa nama penulis


Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15.
iv. Naskah tidak dalam bahasa Inggris
Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos
tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2.
v. Volum dengan suplemen
Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and
occupational lung cancer. Environ Health Perspect 1994;102 Suppl 1:27582.
vi. Edisi dengan suplemen
Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to
breast cancer. Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97.
vii. Volum dengan bagian
Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in
noninsulin dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt
3):303-6.
viii. Edisi dengan
bagian
Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of
the leg in ageing patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8.
ix. Edisi tanpa volum
Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in
rheumatoid arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4.
x. Tanpa edisi atau volum
Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the
effects of blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg
1993;325-33.
xi. Nomor halaman dalam angka Romawi
Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology and hematology.
Introduction. Hematol Oncol Clin North Am 1995 Apr;9(2):xi-xii.

2.

Buku dan monograf lain


i. Penulis perseorangan
Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed.
Albany (NY): Delmar Publishers; 1996.
ii. Editor, sebagai penulis
Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New
York: Churchill
Livingstone; 1996.
iii. Organisasi dengan penulis
ix

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program.


Washington: The Institute; 1992.

x
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

iv. Bab dalam buku


Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM,
editors. Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd
ed. New York: raven Press; 1995.p.465-78.
v. Prosiding konferensi
Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology.
Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical
Neurophysiology; 1995 Oct 1519;
Kyoto,
Japan.
Elsevier; 1996.

Amsterdam:

vi. Makalah dalam konferensi


Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and
security in medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE,
Rienhof O, editors. MEDINFO
92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics;
1992

Sep

6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan;

1992.p.1561-5.
vii. Laporan ilmiah atau laporan teknis
a.

Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor:


Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equipment billed
during skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX):
Dept. of Health and Human Services (US), Ofice of Evaluation
and Inspection; 1994 Oct. Report No.: HHSIGOEI69200860.

b. Diterbitkan oleh unit pelaksana


Field

MJ, Tranquada RE, Feasley

research:

work force

and

JC, editors.

education

Helath

issues.

services

Washington:

National Academy Press; 1995. Contract no.: AHCPR282942008.


Sponsored by the Agency for Health Care Policy and research.
viii. Disertasi
Kaplan SJ. Post-hospital
and utilization

home

health

care:

the

elderly/access

[dissertation]. St. Louis (MO): Washington


univ.; 1995.
ix. Naskah dalam Koran
Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000
admissions annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5).
x. Materi audiovisual
HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO):
Mosby-Year book;
1995
.
vii
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

3.

Materi elektronik
i. Naskah journal dalam format elektronik
Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis
[serial online]
1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5]:1(1):[24 screens]. Available from: URL:
HYPERLINK
http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm
ii. Monograf dalam format elektronik
CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves
JRT, Maibach H. CMEA Multimedia Group, producers. 2nd ed. Version 2.0.
San Diego: CMEA; 1995.
iii. Arsip computer
Hemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer
program]. Version
2.2. Orlando (FL): Computerized Educational Systems; 1993.

vii
ivi
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

SAMBUTAN PIMPINAN REDAKSI


Assalamualaikum wr. Wb.
Salam Sejahtera untuk kita semua. Menciptakan sebuah karya bukanlah hal yang mudah,
dibutuhkan waktu dan proses yang panjang. Diawali dari ide yang cemerlang dan diikuti kemauan
yang besar untuk merealisasikannya. Karya tulis merupakan salah satu bentuk realisasi dari ide-ide
yang ada. Proses realisasi ini membutuhkan proses yaitu proses pembelajaran yang yang harus
dilakukan agar mendapatkan hasil yang optimal. Mahasiswa Kedokteran Gigi saat ini dihadapkan
pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, sehingga pola berfikirnya pun
dituntut untuk berkembang saling beriringan. Keadaan ini memicu munculnya ide-ide baru di dunia
Kedokteran Gigi dari para mahasiswa. Banyak ide-ide yang sudah terealisasi melalui sebuah tulisan,
namun masih sedikit yang muncul ke permukaan. BIMKGI inilah wadah bagi seluruh mahasiswa
kedokteran gigi se-Indonesia untuk mempublikasikan karya terbaiknya.
Publikasi karya ilmiah ini tidak hanya suatu usaha apresiasi dengan menampilkan karya
tetapi juga suatu bentuk usaha ikut mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
Kedokteran Gigi. Selain itu, merupakan suatu usaha untuk berbagi ilmu pengetahuan bagi sesama.
Proses pembelajaran dalam pe-nulisan, dari munculnya ide sampai terealisasikan menjadi sebuah
karya tulis itu akan tersirat dan menjadi motivasi bagi yang lain untuk ikut berkontribusi. Banyak
sekali ilmu yang dapat diambil dari seluruh karya yang dipublikasikan dalam BIMKGI baik. Seluruh
artikel penelitian dan studi pustaka yang dipublikasikan dalam volume 2 edisi 1 ini dapat diakses
oleh seluruh mahasiswa, praktisi, maupun masyarakat umum.
Sebagai pimpinan redaksi saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengurus BIMKGI
atas ker-jasa dan kerja kerasnya sehingga dapat menerbitkan berkala ilmiah ini. Terima kasih dan
apresiasi kepada seluruh penulis atas kerja keras yang dilakukan dalam usaha ikut mengembangkan
ilmu pengetahuan, serta kepada Mitra Bebestari yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk
menilai karya ilmiah ini demi hasil yang terbaik.Semoga seluruh karya yang dipublikasikan dalam
BIMKGI kali ini dapat memberikan man-faat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ,
serta motivasi bagi seluruh mahasiswa kedokteran gigi untuk ikut berkontribusi dalam BIMKGI.
Akhir kata, semoga seluruh harapan kami tercapai dan mohon maaf apabila terjadi kesalahan
selama proses penyusunan hingga diterbitkannya Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi
Indonesia ini. Kritik dan saran sangat kami nantikan demi perbaikan diedisi selanjutnya. Together
We Can, Together We Serve The Best!
Wassalamualaikum wr.wb
Yogyakarta, 5 Januari 2014
Failasofia

(Pimpinan Redaksi)
i
x
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

Research

HUBUNGAN ANTARA DURASI HEMODIALISIS DENGAN


PERIODONTITIS PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
(Kajian di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh)
1

Dara Mauliza , Oki Tristanty

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh


Jln. Tgk. Tanoh Abee Kompleks FK Unsyiah
Darussalam, Banda Aceh 23111
Email: t_qhey@yahoo.com

ABSTRAK
Gagal ginjal kronik merupakan masalah kesehatan dunia, dengan jumlah penderita yang bertambah
setiap tahun. Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal secara perlahan yang berkaitan
dengan penurunan laju filtrasi glomerulus. Pasien gagal ginjal kronik biasanya diberikan terapi
hemodialisis untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta mengeluarkan produk
sisa metabolisme.Pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis sering terjadi
periodontitis akibat kondisi kebersihan mulut yang buruk danmenjadi semakin parah seiring
bertambahnya durasi hemodialisis yang dijalani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara durasi hemodialisis dengan periodontitis. Penelitian analitik cross sectional ini dilakukan di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Subjek penelitian sebanyak 99 orang
dengan usia 20-59 tahun. Pemeriksaan kedalaman poket periodontal dan pemeriksaan OHI-S
dilakukan terhadap subjek penelitian.Berdasarkan hasil uji chi-square terdapat hubungan yang
bermakna antara durasi hemodialisis dengan periodontitis (p < 0,05)sehingga pada penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara durasi hemodialisis dengan
periodontitis.
Katakunci: durasi hemodialisis, periodontitis, gagal ginjal kronik.

ABSTRACT
Chronic renal failure is a worlds health problem, with a number of patients growing rapidly each year.
Chronic renal failure is a progressive decline in the renal function associated with a reduced
glomerular filtration rate. Patients with chronic renal failure are usually treated by hemodialysis to
maintain fluid and electrolyte balance and eliminate metabolic waste products. In chronic renal failure
patients who are undergoing hemodialysis teraphy, they often experiencing periodontitis as a result of
poor oral hygiene, and periodontitis can be more serious along with the increasing of undergoing
hemodialysis duration. This study was aimed to analyze the relationshipbetween hemodialysis
duration and periodontitis. This cross sectional study was done in Regional General Hospital dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh. The subjects of this study was 99, aged between 20-59 years old.Subject
was clinically examined in periodontal pocket depth and oral hygiene. Based on chi-square test, it
found that there was significant relationshipbetween hemodialysis duration and periodontitis (p <
0,05). It can be concluded that in this study, there was significant relationship between hemodialysis
duration and periodontitis.
Keywords: hemodialysis duration, periodontitis, chronic renal
failure.

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

1. PENDAHULUAN
Gagal

diteliti di Banda Aceh. Berdasarkan hal tersebut,


merupakan

peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara

penurunan fungsi ginjal secara progresif dan

durasi hemodialisis dengan periodontitis pada

ireversibel yang berkaitan dengan penurunan laju

pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Umum

filtrasi glomerulus. Hipertensi kronik, diabetes

Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

melitus

ginjal

dan

kronik

glomerulonefritis

merupakan

penyebab paling sering dari gagal ginjal kronik.

Hemodialisis menjadi salah satu terapi yang

2. METODE
Jenis penelitian adalah penelitian analitik

sangat dibutuhkan oleh penderita gagal ginjal

cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada

kronik

tanggal 25 Maret 8 April 2013.Subjek dalam

untuk

mengeluarkan

metabolisme dalam darah.

sisa-sisa

penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronik

Gagal ginjal kronik serta hemodialisis


dapat

mempengaruhi

mulut.Diperkirakan 90%

kondisi

rongga

pasien gagal

ginjal

kronik mengalami perubahan pada jaringan lunak


mulut

serta

manifestasi

tulang

oral

rahang. Salah

yang

dapat

satu

timbuladalah

periodontitis.Periodontitispada penderita

gagal

yang menjalani terapi hemodialisis di Instalasi


Hemodialisis Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh yang memenuhi
kriteria inklusi. Pengambilan subjek dilakukan
secara non probability sampling yaitu dengan
purposive sampling.
Kriteria Inklusinya yaitu bersedia menjadi

ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis

subjek penelitian, usia 20-59 tahun dan memiliki

dapat disebabkan oleh produksi vitamin D yang

salah satu gigi insisivus sentralis di setiap

tidak

rahang, salah satu gigi insisivus lateralis di regio

adekuat

resorbsi

pada

tulang,

ginjal sehingga terjadi

keadaan

xerostomia,

dan

dua dan empat, salah satu gigi premolar di regio

buruknya kebersihan mulut. Pasien cenderung

dua dan empat, dan gigi molar satu atau molar

lebih fokus terhadap penyakitnya dan terapi

dua di setiap regio.

hemodialisis yang sangat menyita waktu menjadi


alasan kurangnya menjaga kesehatan mulut.
Penelitian
menunjukkan

Bayraktar

bahwa

menjalani perawatan periodontal , sedang

(2007)

mengkonsumsi antibiotik. , pasien dengan

kedalaman

kondisi yang sangat lemah, sehingga tidak

dkk

perbedaan

Kriteria Eksklusinya yaitu sedang

poket periodontal signifikan pada pasien yang

memungkinkan dilakukan pemeriksaan, pasien

telah menjalani terapi hemodialisis kurang dari

yang memakai alat ortodonti cekat danpasien

tiga tahun dibandingkan dengan pasien yang

yang memiliki tambalan overhanging.

telah menjalani terapi lebih dari tiga tahun.

Alat penelitian yang digunakan yaitu kaca

Poket periodontal merupakan tanda klinis dari

mulut no. 4, prob periodontal UNC 15, pinset,

periodontitis.Metode yang dapat dilakukan untuk

autoklaf, medi pack, masker, sarung tangan,

mengetahui keberadaan poket periodontal serta

gelas plastik, kapas, ember kecil, tissue, alat

seberapa besar kedalamannya adalah dengan

tulis, lembar informed consent, lembar kuisioner

melakukan probing.

Penelitian mengenai kondisi periodontal


khususnya periodontitis pada pasien gagal ginjal

seleksi subjek penelitian, lembar identitas subjek


penelitian, lembar pemeriksaan poket periodontal
dan lembar pemeriksaan OHI-S.

kronik yang menjalani hemodialisis belum pernah

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

Bahan yang digunakan yaitu

margin gingiva sampai ke dasar sulkus gingiva

Hemiseal.Hemiseal adalah suatu bahan

atau poket periodontal.Hasilnya dicatat pada

hemostatik cair dengan komposisi

formulir pemeriksaan.

feracrylum (1%).

4. Pemeriksaan OHI-S

Cara kerja penelitian dilakukan dengan

Pemeriksaan oral hygiene diperiksa

cara melihat daftar registrasi serta rekam medik

dengan menggunakan Oral Hygiene Index-

pasien termasuk diagnosis gagal ginjal, usia, dan

Simplified dari Green dan Vermilion

jenis kelamin. Kemudian dilakukan pengisian

(1964).Pengukuran dilakukan dengan cara

kuisioner seleksi subjek penelitian untuk

menjumlahkan Indeks Debris dan Indeks

menentukan pasien yang masuk ke dalam

Kalkulus.Pengukuran dilakukan pada gigi 16, 11,

kriteria inklusi dan eksklusi.

26, 36, 31, dan 46.

1. Informed Consent

5. Analisis Data

Pasien yang memenuhi kriteria inklusi

Analisis statistik dengan uji chi-square

akan diberikan informed consent serta dijelaskan

untuk melihat hubungan antara durasi

tujuan dan manfaat penelitian, prosedur

hemodialisis dengan periodontitis.

pemeriksaan, risiko, antisipasi terhadap risiko


dan hak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Pasien yang bersedia menjadi subjek penelitian
kemudian diminta untuk menandatangani lembar
persetujuan menjadi subjek penelitian dan

6. Masalah Etik
Penelitian ini telah mendapat ijin dari berbagai
pihak terkait diantaranya Badan Etik Penelitian
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala,
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas

kemudian dilakukan pemeriksaan klinis berupa


kedalaman poket periodontal dan OHI-S.

Kedokteran Universitas Syiah Kuala dan Rumah


Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin. Pada

2. Universal Precaution

pelaksanaan penelitian, seluruh subjek penelitian

Peneliti menggunakan sarung tangan

diberikan informed consent terlebih dahulu

dan masker pada saat melakukan pemeriksaan.


Satu set peralatan yang dipakai untuk

3. HASIL

pemeriksaan, seperti kaca mulut, prob

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian

periodontal, dan pinset hanya dipakai sekali


untuk satu orang pasien. Alat-alat tersebut telah

Jumlah

Persentase

(N)

(%)

<1

33

33,3

13

33

33,3

>3

33

33,3

Variabel

disterilisasi terlebih dahulu menggunakan


0

autoklaf dengan suhu 121 C dan tekanan 15 psi


(2 atm) selama 60 menit.

Hemodialisis

3. Pemeriksaan Poket Periodontal


Pemeriksaan poket periodontal dilakukan
pada bagian mesial gigi. Gigi yang akan
diperiksa yaitu gigi 16, 21, 24, 36, 41, dan 44.

Durasi

(tahun)

Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan


probe periodontal ke dalam sulkus gingiva gigi
7

yang akan diperiksa. Kemudian diukur

Usia (tahun)

kedalaman poket periodontal, yaitu jarak dari

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

20 29

7,1

menderita diabetes melitus lebih banyak

30 39

13

13,1

dibandingkan dengan yang menderita diabetes

40 49

28

28,3

50 59

51

51,5

melitus, yaitu 77 subjek (77,8%). Jumlah subjek


yang mengalami periodontitis parah lebih banyak
dibandingkan dengan yang mengalami
periodontitis moderat, yaitu 42 subjek (42,4%).

Jenis Kelamin
Laki-laki

65

65,7

Perempuan

34

34,3

1. Tabulasi Silang Durasi Hemodialisis


dengan Periodontitis

Merokok
Merokok

Tidak merokok

99

100

Diabetes Melitus
Diabetes Melitus

22

22,2

Tidak

77

77,8

Diabetes

Melitus

Tidak
periodontitis

20
15

Periodontitis
moderat

10
5
0
<1 1-3 > 3

Periodontitis
parah

Durasi Hemodialisis (tahun)


Gambar1. Diagram Batang Tabulasi Silang. Durasi
Hemodialisis dengan Periodontitis. Keterangan: Tidak ada
periodontitis = poket < 4 mm; Periodontitis moderat =
poket 4-6 mm; Periodontitis parah = poket > 6 mm.

OHI-S
Baik

Sedang

33

33,3

Buruk

66

66,7

Pada Gambar 1. terdapat hasil tabulasi


silang antara durasi hemodialisis dengan
periodontitis yang menunjukkan bahwa

Periodontitis
Tidak

Jumlah Subjek

25

periodontitis parah paling banyak dialami oleh


18

18,2

39

39,4

kelompok dengan durasi hemodialisis >3 tahun.

periodontitis
Periodontitis

2. Tabulasi Silang Durasi Hemodialisis


dengan OHI-S

Periodontitis

42

42,4

parah

Berdasarkan Tabel 1. di atas diketahui

Jumlah Subjek

moderat

30
25
20
15
10
5
0

OHI-S baik
OHI-S
sedang
OHI-S
buruk

bahwa jumlah subjek untuk ketiga kelompok

< 1 1-3 > 3

durasi hemodialisis adalah sama, yaitu sebanyak

Durasi Hemodialisis (tahun)

33 subjek (33,3%) pada setiap kelompok.


Seluruh subjek penelitian, yaitu 99 subjek (100%)
tidak merokok. Jumlah subjek yang tidak
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

Gambar 2. Diagram Batang Tabulasi


Silang Durasi
Hemodialisis dengan OHI-S. Keterangan:
OHI-S baik

= skor 0,0-1,2; OHI-S sedang = skor 1,3-3,0;


OHI-S
buruk = skor 3,1-6,0.

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

diabetes melitus tidak dimasukkan dalam kriteria


Pada Gambar 2. terdapat hasil

ekslusi.Oleh karena itu dilakukan uji analisis

tabulasisilang antara durasi hemodialisis dengan

hubungan

durasi

hemodialisis

dengan

OHI-S yang menunjukkan bahwa OHI-S buruk

periodontitis tanpa memasukkan subjek yang

paling banyak dialami oleh kelompok dengan

memiliki riwayat diabetes melitus dapat dilihat

durasi hemodialisis >3 tahun.

pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis Hubungan Durasi Hemodialisis

3. Tabulasi Silang Periodontitis dengan OHI-S

dengan Periodontitis (2)

Tabel 2. Tabel Periodontitis dengan OHI-S

Variabel

Nilai p

Durasi hemodialisis

0,024*

Sedang

OHIS

Buruk

Jumlah

Persentase

Jumlah

Persentase

(N)

(%)

(N)

(%)

Periodontitis
Keterangan: * = Uji chi-square, signifikansi: p < 0,05

Tidak
11

33,3

10,6

Berdasarkan hasil uji chi-square pada

Periodontitis

Tabel 3.dan Tabel 4. antara durasi hemodialisis

Periodontitis
13

39,4

26

39,4

moderat

dengan
yang

Periodontitis
9

27,3

33

50,0

33

100

66

100

parah

periodontitis
bermakna

penelitian

ini

menunjukkan hubungan

(p<0,05).
yang

Maka

hipotesis

menyatakan

terdapat

hubungan antara durasi hemodialisis dengan

Total

Pada Tabel 2. terdapat hasil tabulasi


silang antara periodontitis dengan OHI-S yang

periodontitis, diterima.
4. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, subjek yang

menunjukkan bahwa periodontitis lebih banyak

mengalami periodontitis pada setiap kelompok

terjadi pada kelompok subjek dengan OHI-S

durasi hemodialisis adalah 72,8% untuk durasi

buruk dibandingkan kelompok subjek dengan

<1 tahun, 81,8% untuk durasi 1-3 tahun, dan

OHI-S sedang.

90,9% untuk durasi >3 tahunkarena perjalanan

Tabel 3. Analisis Hubungan Durasi Hemodialisis


dengan Periodontitis (1)
Nilai p

Durasi hemodialisis

0,012*

9,10

Pada penelitian ini, periodontitis parah


terbanyak terjadi pada kelompok dengan durasi
hemodialisis > 3 tahun, yaitu 52,4%, periodontitis

Periodontitis

moderat terbanyak terjadi pada kelompok

Keterangan: * = Uji chi-square, signifikansi: p < 0,05

Diabetes melitus merupakan faktor risiko


sangat

yang semakin buruk seiring bertambahnya durasi


hemodialisis.

Variabel

yang

penyakit yang semakin kronik dan oral hygiene

mempengaruhi

periodontitis, di pihak lain

terjadinya

diabetes melitus

merupakan salah satu etiologi tersering dari


penyakit gagal ginjal kronik. Pada penelitian ini

dengan durasi hemodialisis 1-3 tahun, yaitu


41,0%, sementara subjek yang tidak mengalami
periodontitis paling banyak terjadi pada kelompok
dengan durasi hemodialisis < 1 tahun, yaitu
sebesar 50,0%.

Periodontitis dapat terjadi pada pasien

dikarenakan diabetes melitus merupakan

hemodialisis akibat kombinasi beberapa faktor,

penyebab paling sering dari gagal ginjal

yaitu produksi vitamin D yang tidak adekuat

kronik.Oleh karena itu,Diabetes melitus menjadi

akibat kerusakan ginjal yang dialami, kondisi

faktor pengganggu dalam penelitian ini. Riwayat

xerostomia, serta kondisi oral hygiene yang

diabetes melitus ditentukan dari diagnosis dokter

buruk.

4,11

Pada penderita gagal ginjal kronik,

bagian penyakit dalam di Rumah Sakit Umum dr.

terjadi penurunan produksi vitamin D, sehingga

Zainoel Abidin sebagaimana yang tertera pada

kelenjar paratiroid terstimulasi untuk mensekresi

rekam medik pasien. Dari 99 subjek terdapat 22

hormon paratiroid. Kadar vitamin D tidak dapat

subjek dengan riwayat diabetes melitus dan

bertambah karena kerusakan nefron yang

seluruhnya mengalami periodontitis.

dialami, akibatnya hormon paratiroid, TNF dan


IL-I kemudian mengaktivasi terjadinya
remodeling tulang.

12

15

Merokok juga merupakan salah satu faktor


risiko dari periodontitis.Akan tetapi pada
penelitian ini ditemukan bahwa tidak ada subjek

Pada lain hal, kondisi xerostomia

yang memiliki kebiasaan merokok. Hal ini diakui

berkontribusi terhadap terjadinya periodontitis

pasien bahwa mereka berhenti merokok

akibat penurunan kadar Imunoglobulin A pada

semenjak didiagnosis menderita gagal ginjal

saliva yang berfungsi sebagai pertahanan

kronik oleh dokter bagian penyakit dalam Rumah

terhadap mikroorganisme penyebab terjadinya

Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda

periodontitis.

13

Aceh.

Oral hygiene merupakan faktor penting dalam

Berdasarkan hasil uji chi-square, pada

terjadinya periodontitis.Pasien hemodialisis

penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

memiliki prioritas yang rendah terhadap

hubungan yang bermakna antara durasi

kesehatan dan kebersihan rongga mulut, baik

hemodialisis dengan periodontitis pada pasien

dikarenakan oleh stres psikologis yang dialami

gagal ginjal kronik yang menjalani terapi

pasien maupun karena terapi hemodialisis yang

hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

dijalani sangat menyita waktu.

Sebagaimana hasil penelitian ini yang

Zainoel Abidin Banda Aceh (p < 0,05).


Pengujian dilakukan kembali dengan

menunjukkan bahwa tidak ada subjek yang

mengekslusikan subjek yang memiliki riwayat

memiliki OHI-S baik. Jumlah subjek terbanyak

penyakit diabetes melitus, kemudian didapatkan

adalah yang memiliki OHI-S buruk, yaitu 66,7%.

hasil yang serupa.Durasi hemodialisis dikaitkan

Kelompok yang memiliki OHI-S buruk terbanyak

dengan oral hygiene yang buruk sebagai salah

adalah kelompok dengan durasi hemodialisis > 3

satu faktor penyebab terjadinya

tahun, yaitu 37,9%. Hal ini sesuai dengan

periodontitis.Oral hygiene ditemukan semakin

penelitian yang

4,9,10

Diabetes melitus merupakan faktor risiko

buruk seiring
dengan bertambahnya durasi hemodialisis akibat

periodontitis, di sisi lain diabetes melitus

perilaku yang mengabaikan kebersihan rongga

merupakan salah satu etiologi dari gagal ginjal

mulut pada pasien hemodialisis.

4,6,9

14

kronik. Pada penelitian ini diabetes melitus


tidak dimasukkan dalam kriteria eksklusi untuk
menghindari kurangnya jumlah subjek penelitian

5.

SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat


BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

hubungan antara durasi hemodialisis dengan

8.

periodontitis pada pasien gagal ginjal kronik di


Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh..
9.
6. SARAN
Bagi instansi kesehatan, diharapkan agar
dapat mensosialisasikan penyakit periodontal
sebagai salah satu penyakit yang berhubungan
dengan gagal ginjal kronik, serta mengedukasi

10.

pasien agar dapat lebih menjaga kebersihan dan


kesehatan rongga mulut.
DAFTAR PUSTAKA
Proctor R, Kumar N, Stein A, Moles D,
Porter S. Oral and dental aspect of
chronic renal failure. Journal of Dental
Research.2005; 84(3): 199-208.
2. Cerver AJ, Bagn JV, Soriano YJ,

11.

1.

3.

4.

5.

6.

7.

Roda RP. Dental management in renal


failure: patient on dialysis. Med Oral
Patol Oral Cir Bucal.2008; 13(7): E41926.
DeRossi SS, Cohen DL. Renal Disease.
In: Greenberg MS, Glick M, Ship JA,
th
editors. Burkets Oral Medicine. 11 ed.
Hamilton: BC Decker; 2008.p.363-65.
Bhatsange A, Patil SR. Assessment of
periodontal health status in patients
undergoing renal dialysis: a descriptive,
cross-sectional study. Journal of Indian
Society of Periodontology.2012; 16(1):
41
Gavalda C, Bgan JV, Scully C, Silvestre
FJ, Milian MA, Jimenez Y. Renal
Hemodialysis Patients: Oral, Salivary,
Dental and Periodontal Findings in 105
adult cases. Oral Disease.1999; 5: 3001
Bayraktar G, Kurtulus I, Duraduryan A,
Cintan S, Kazancioglu R, Yildiz A, et al.
Dental and periodontal findings in
hemodialysis
patients.
Oral
Disease.2007; 13:395.
Eickholz
P.
Clinical
Periodontal
Diagnosis: Probing pocket depth,
vertical attachment level and bleeding
on probing. Perio.2004; (1): 75-80.

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

12.

13.

14.

Marakoglu I, Gursoy UK, Demirer S,


Sezer H. Periodontal status of chronic
renal
failure
patients
receiving
hemodialysis.
Yonsei
Medical
Journal.2003; 44(4): 648-52.
Sekiguchi RT, Pannuti CM, Silva HT,
Pestana JO, Rumito GA. Decrease in
oral
health may be
associated
withlength of time since beginning
dialyisis. Spec Care Dentist.2012; 32(1):
7-9.
Cengiz MI, Sumer P, Cengiz S, Yavuz
U. The effect of the duration of the
dialysis patients on dental and
periodontal findings. Oral Disease.2009;
15: 339-340.
Akar H, Akar GC, Carrero JJ, Stenvinkel
P, Lindholm B. Systemic consequences
of poor oral health in chronic kidney
disease patients. Clin J Am Soc
Nephrol. 2011; 6: 218-26.
Little JW, Falace DA, Miller CS, Rhodus
NL. Dental Management of Medically
th
Compromised Patient. 6 ed. Missouri:
Mosby; 2002.p.149.
Marcotte H, Lavole MC. Oral microbial
ecology and the role of salivary
immunoglobulin a. Microbiology and
Molecular Biology Review.1998: 71.
Novak KF, Novak MJ. Risk Assessment.
In: Newman MG, Takei HH, Klokkevold
PR, Carranza FA, editors. Carranzas
th

Clinical
Periodontology.
10
ed.
Philadelphia:
Saunders
Elsevier;
2006.p.602-4.
15. Mittal M, Teeluckdharry. Prevalence of
Periodontal Disease in Diabetic and
Non-diabetic Patients- A Clinical Study.
Journal of Epidemiology.2011;10(1).

Research

AKTIVITAS ANTIBAKTERI TEPUNG CACING TANAH


(Lumbricus rubellus) TERHADAP Enterococcus Faecalis
SECARA IN VITRO
1

Dian R. Rinanda , Andi Y. Daulay

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh


Jln. Tgk. Tanoh Abee Kompleks FK Unsyiah
Darussalam, Banda Aceh 23111
Email: t_qhey@yahoo.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Enterococcus faecalis adalah bakteri anaerob fakultatif yang dapat menyebabkan
infeksi periapikal sekunder dan sangat resisten terhadap berbagai bahan antimikroba yang biasa
digunakan pada perawatan saluran akar. Cacing tanah (Lumbricus rubellus) mengandung peptida
antibakteri Lumbricin-1 dan diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif, Gram
negatif dan jamur, namun sangat jarang menyebabkan timbulnya resistensi. Tujuan Penelitian:
Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas antibakteri tepung cacning tanah (Lumbricus rubellus)
terhadap Enterococcus faecalis secara in vitro. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimental laboratoris yang bertujuan untuk melihat aktivitas antibakteri Lumbricin-1 dari
tepung cacing tanah terhadap pertumbuhan E. faecalis secara in vitro. Enterococcus faecalis dikultur
pada media CHROMagar VRE dan diinkubasi secara anaerob selama 24-48 jam pada suhu 37C.
Bakteri diidentifikasi dengan melihat warna koloni bakteri yang tumbuh pada media CHROMagar VRE
dan pewarnaan Gram, sementara uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram.
Hasil Penelitian: Hasil analisis statistik dengan one way ANOVA dan uji Duncan menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang nyata (p < 0,05) antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, namun
tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara masing-masing kelompok perlakuan. Kesimpulan:
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tepung cacing tanah memiliki aktivitas
antibakteri yang kuat terhadap pertumbuhan E. faecalis.
Katakunci: Enterococcus faecalis, Lumbricus rubellus, peptida antibakteri, Lumbricin1

ABSTRACT
Background: Enterococcus faecalis is a facultative anerobic bacterium which can cause secondary
periapical infection and is very resistant to numerous antimicrobial substances normally used during
the root canal treatment. Earthworm (Lumbricus rubellus) possess antimicrobial peptide, known as
Lumbricin-1 which is known to hinder the growth of Gram positive and Gram negative bacteria as well
as fungi, but rarely caused resistance. Objectives: This study was conducted to observe the
antibacterial activity of earthworm powder (Lumbricus rubellus) towards Enterococcus faecalis in vitro.
Methods: This research was an experimental laboratory study conducted to observe the antibacterial
activity of Lumbricin-1 contained in earthworm powder towards the growth of E. faecalis in vitro.
Enterococcus faecalis was cultured on CHROMagar VRE media and incubated anaerobically for 2448 hours in the temperature of 37C. The bacterium was identified by observing the colour of the
colony of the bacterium growing on the CHROMagar VRE medium and Gram staining, while
antibacterial activity test was performed using disk diffusion method. Results: Statistical analysis
using one way ANOVA and Duncan test showed that there was a significant difference (p < 0,05)
between test and control group. Conclusion: The result of the study showed that earthworm powder
possessed strong antibacterial activity towards the growth of Enterococcus faecalis.
Keywords: Enterococcus faecalis, Lumbricus rubellus, antimicrobial peptide, Lumbricin1
1. PENDAHULUAN
Enterococcus faecalis merupakan bakteri
Gram positif fakultatif anaerob dengan prevalensi

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

Lumbricin-1 merupakan peptida antibakteri yang

infeksi

telah berhasil diidentifikasi dari cacing tanah

endodontik primer namun sering ditemukan

Lumbricus rubellus dan diduga bekerja dengan

dalam jumlah yang banyak pada gigi paska

cara melubangi dinding sel bakteri dan dapat

perawatan endodontik dengan lesi periapikal

mengakibatkan kematian bakteri. Peptida ini

resistensi antibiotik yang semakin meningkat.


Bakteri

ini

ditemukan

yang persisten.

17

pada

4-40%

Enterococcus faecalis memiliki

kemampuan untuk melekat di dinding saluran

terbukti mempunyai aktivitas antibakteri terhadap


bakteri Gram negatif, Gram positif dan jamur.

Penelitian yang dilakukan oleh Sandra

akar dan membentuk biofilm sehingga lebih


resisten

terhadap

antibakteri

yang

fagositosis,
diberikan.

antibodi

Selain

dan

sebagai

(2012) membuktikan bahwa tepung cacing tanah


(L. rubellus) dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%,

penyebab kegagalan perawatan saluran akar, E.

40% dan 80% dalam pelarut akuades dapat

faecalis juga dikenal sebagai patogen bagi

menghambat pertumbuhan Shigella dysentriae.

manusia dan menjadi penyebab dari 80% infeksi

Biblio (2011) juga telah membuktikan bahwa

yang biasa disebabkan oleh Enterococci.

tepung

Prevalensi resistensi E. faecalis yang


semakin tinggi telah menjadi suatu permasalahan
serius

di

bidang

kedokteran,

menghambat

tanah

(L.

rubellus)

pertumbuhan

dapat
bakteri

Staphylococcus aureus dan Salmonella typhii.

khususnya

cacing

Penelitian

ini

dilakukan

untuk

kedokteran gigi. Tingginya jumlah E. faecalis

mengetahui aktivitas antibakteri tepung cacing

yang

paska

tanah (Lumbricus rubellus) terhadap E. faecalis.

dikaitkan

Pemilihan tepung cacing tanah dari spesies L.

ditemukan

perawatan

pada

endodontik

saluran
telah

akar

lama

dengan kegagalan perawatan itu sendiri. Salah

rubellus sebagai bahan alam yang akan diuji

satu

berdasarkan pada teori adanya senyawa peptida

upaya

yang

kerap

dilakukan

untuk

mengatasi masalah tersebut adalah dengan

antibakteri

yaitu

melakukan penelitian mengenai bahan-bahan

antibakteri.

Senyawa

alami yang bersifat antibakteri. Cacing tanah

menghambat pertumbuhan E. faecalis secara in

(Lumbricus rubellus) merupakan salah

vitro,

satu

bahan alam yang diketahui memiliki aktivitas

sehingga

Lumbricin-1

dapat

ini

yang

diharapkan

dikembangkan

bersifat
dapat
pada

penelitian-penelitian selanjutnya.

antibakteri. Hal ini telah dibuktikan oleh enelitian


yang dilakukan Cho et al. pada tahun 1998 telah
berhasil

mengisolasi

peptida

antibakteri dari cacing tanah.

yang

bersifat

5,6

2. METODE
Bahan dan alat yang digunakan adalah
tepung cacing tanah dari spesies Lumbricus

tanah

rubellus yang didapatkan dari LIPI Yogyakarta,

sebagian besar disebabkan oleh adanya peptida

kultur bakteri Enterococcus faecalis ATCC 29212

antibakteri yang berfungsi untuk melindungi

yang berasal dari Laboratorium Mikrobiologi

cacing tanah dari mikroorganisme patogen yang

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia,

hidup di lingkungan yang sama dengannya.

media CHROMagar VRE, media MHA, akuades,

Peptida antibakteri merupakan substrat yang

NaCl 0,9%, perangkat warna Gram, asam asetat

sangat penting karena antibodi yang ada pada

50%, Chlorhexidine (CHX) 2%, air steril, alkohol

cacing tanah tidak cukup untuk mempertahankan

70%, kertas cakram, anaerogen, timbangan

Aktivitas

antibakteri

cacing

diri dari serangan mikroorganisme patogen.

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

7,8

analitik, gelas ukur, cawan petri, tabung reaksi,

jarum ose, labu Erlenmeyer, pipet Eppendorf,

mikropipet dan dipindahkan ke tabung reaksi

lampu spiritus, autoklaf, sterilisator, inkubator,

steril lainnya. Supernatan dicampurkan dengan

kaleng, kapas lidi steril, vortex, jangka sorong

4,5 ml air steril dengan tujuan normalisasi asam

Kultur

dan

identifikasi

E.

faecalis

dilakukan pada media CHROMagar VRE.


Kultur

E.

faecalis

14

Suspensi

bakteri

yang

telah

18

diukur

dengan

kekeruhannya tadi diswab dengan menggunakan

(streaking).

kapas lidi steril secara merata pada media MHA

Goresan diambil dari biakan murni dengan jarum

dan didiamkan selama 5 menit. Kertas cakram

ose yang sebelumnya telah dipijarkan di atas

berdiameter 6 mm yang telah disediakan masing-

lampu

telah

masing direndam dalam 1 ml larutan tepung

mengandung biakan lalu digoreskan secara zig-

cacing tanah, CHX 2% dan asam asetat 1%

zag di atas media CHROMagar VRE. Cawan

selama 30 menit lalu diletakkan di atas media

petri yang telah digoreskan bakteri dimasukkan

MHA dengan menggunakan pinset steril. Kertas

ke dalam kaleng yang sebelumnya telah diisi

cakram

dengan

digunakan sebagai kontrol positif, sementara

menggunakan

dilakukan

asetat 50% hingga mencapai konsentrasi 1%.

teknik

spiritus.

goresan

Jarum

anaerogen,

ose

lalu

yang

diinkubasi

dalam

inkubator selama 24 jam pada suhu 37C.

15,16

Koloni E. faecalis akan tampak berwarna biru


toska

di

atas

Langkah

media

identifikasi

CHROMagar
selanjutnya

dengan pewarnaan Gram.

yang

direndam

dalam

CHX

2%

kertas cakram yang direndam dalam asam asetat


1%

digunakan

sebagai

kontrol

negatif.

10

Selanjutnya media dimasukkan ke dalam kaleng

dilakukan

yang sebelumnya telah diisi dengan anaerogen,

VRE.

lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37C.

21,22,23

faecalis

Setelah 24 jam, zona terang yang terbentuk akan

dilakukan dengan memindahkan 1-2 ose koloni

diukur dengan menggunakan jangka sorong.

E. faecalis dari cawan petri ke dalam tabung

Perlakuan

Pembuatan

reaksi

berisi

suspensi

larutan

NaCl

E.

0,9%

dengan

menggunakan jarum ose. Selanjutnya kekeruhan

akan

sebanyak 4 kali.

dilakukan

pengulangan

6,16,17,18

Hasil

pengukuran

yang

didapat

suspensi diukur menggunakan spektrofotometer

dinyatakan dalam satuan milimeter (mm) dan

dengan panjang gelombang 625 nm dan nilai

diinterpretasikan

absorbansi

hambat antibakteri menurut Davis dan Stout.

0,08-0,1

atau

setara

dengan

McFarland 0,5 atau 1,5x10 colony forming unit


(CFU)/ml.

15,17

berdasarkan

kategori

daya
19,20

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan


dianalisis menggunakan one way ANOVA yang

Pembuatan larutan tepung cacing tanah

kemudian akan dilanjutkan dengan uji Duncan.

21

dilakukan dengan menambahkan 300 mg, 400


mg, 500 mg dan 600 mg dimasukkan dalam
tabung reaksi steril. Sebanyak 2,5 ml asam

3. HASIL
Hasil

uji

aktivitas

antibakteri

asetat 50% ditambahkan pada tiap-tiap tabung

menunjukkan bahwa tepung cacing tanah pada

lalu dihomogenkan dengan vortex selama 8

konsentrasi 300mg/5ml, 400mg/5ml, 500mg/5ml

menit. Berikutnya ditambahkan lagi 2,5 ml asam

dan 600mg/5ml dalam pelarut asam asetat 50%

asetat 50% pada setiap tabung dan divortex lagi

dapat menghambat pertumbuhan E. faecalis.

selama 7 menit. Supernatan pada permukaan

Berdasarkan

larutan

diameter zona hambat yang terbentuk dari

diambil

sebanyak

0,1

ml

dengan

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

klasifikasi

Davis

dan

Stout,

10

larutan

tepung

300mg/5ml,

cacing

400

mg/5ml,

tanah

konsentrasi

500mg/5ml

dan

Tanah dengan Pelarut Asam Asetat 50% dan


Kelompok Kontrol terhadap Enterococcus

600mg/5ml dengan pelarut asam asetat 50%

faecalis.

termasuk dalam kategori kuat dengan rata-rata


diameter zona hambat 11,25 mm, 13 mm, 12,25
mm dan 11,75 mm.

Data pada Gambar 2 menunjukkan ratarata diameter zona terang terbesar terdapat pada
konsentrasi 400mg/5ml yaitu 13 mm, dan ratarata

diameter

konsentrasi

zona

300mg/5ml

terang
yaitu

terkecil

pada

11,25

mm,

sedangkan pada kontrol negatif (asam asetat


1%) tidak terbentuk zona hambat. Berdasarkan
hasil analisis dengan menggunakan Statistical
Gambar 1. Hasil Uji Larutan Tepung Cacing

Package for the Social Sciences (SPSS), hasil uji


normalitas menunjukkan sebaran data pada

Tanah terhadap E. faecalis

keseluruhan konsentrasi larutan tepung cacing

X SD

Perlakuan

0,00a 0,00

P0 (Asam asetat 0,1%)


P1 (Larutan tepung cacing
tanah konsentrasi 300mg/5ml)
P2 (Larutan tepung cacing
tanah konsentrasi 400mg/5ml)
P3 (Larutan tepung cacing
tanah konsentrasi 500mg/5ml)
P4 (Larutan tepung cacing
tanah konsentrasi 600mg/5ml)

11,25 1,26
b

13,00 0,82

normal.

Selain

itu

pada

hasil

uji

homogenitas diperoleh nilai Sig. 0,077 yang


berarti nilai p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa data tersebut homogen.
Hasil uji one way ANOVA menunjukkan
bahwa nilai Fhitung sebesar 172,655 lebih besar
daripada nilai Ftabel yang bernilai 3,06 sehingga

12,25 0,96

dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima.


Dengan kata lain tepung cacing tanah memiliki

11,75 0,50
c

P5 (CHX 2%)

tanah

26,25 2,50

aktivitas antibakteri yang nyata terhadap E.


fecalis. Hasil uji Duncan penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Aktivitas Antibakteri

Rata-rata Zona Hambat


Enterococcus faecalis Pada
Berbagai Perlakuan
30
20
10
0

Tepung Cacing Tanah terhadap E. faecalis


dengan Uji Duncan pada Taraf Kritis 5%
Keterangan: Superscript huruf yang berbeda

26.25
11.25

13

menunjukkan perbedaan yang nyata.

12.25 11.75
0

Tabel 1. menunjukkan bahwa semua


konsentrasi uji menunjukkan perbedaan yang
nyata dengan kontrol negatif (yang ditunjukkan
dengan superscript yang berbeda). Hal

ini

Gambar 2. Diagram Batang Zona Hambat

menunjukkan bahwa kontrol negatif mampu

Berbagai Konsentrasi Larutan Tepung Cacing

menekan heterogenitas galat dan terlihat jelas

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

11

bahwa larutan tepung cacing tanah dalam

penelitian digunakan pelarut yang bersifat asam,

berbagai konsentrasi memiliki aktivitas antibakteri

yaitu asam asetat.

terhadap E. faecalis. Larutan tepung cacing


tanah

konsentrasi

500mg/5ml
aktivitas

300mg/5ml,

dan

600mg/5ml

antibakteri

yang

400mg/5ml,
menunjukkan

sama.

Aktivitas

antibakteri yang paling kuat ditunjukkan oleh


kontrol positif, yaitu CHX 2%.

22

Hidrofobisitas Lumbricin-1 menentukan


aktivitas antibakteri yang dimilikinya, karena
hidrofobisitasnya

akan

berhubungan

secara

langsung dengan cara pelarutannya. Lumbricin-1


merupakan
bersifat

peptida

yang

22%

Peptida

hidrofobik.

molekulnya
yang

hidrofobisitasnya <25% biasanya akan larut


4. PEMBAHASAN

22

Kemampuan
(Lumbricus

Penelitian yang dilakukan oleh

dalam air.
tepung

rubellus)

dalam

cacing

tanah

Ekasari dkk. (2012) mengenai daya antibakteri

menghambat

tepung cacing tanah terhadap Vibrio harveyi

pertumbuhan E. faecalis menunjukkan bahwa

menggunakan

cacing tanah L. rubellus mengandung Lumbricin-

penelitian ini tidak menemukan adanya zona

1 yang bersifat antibakteri.

5,6

Hasil tersebut juga

hambat

air

yang

sebagai

terbentuk.

11

pelarut,
Hal

namun

ini

dapat

menunjukkan bahwa konsentrasi larutan tepung

disebabkan oleh muatan positif yang dimiliki

cacing

selalu

Lumbricin-1, sehingga asam asetat 50% tetap

menghasilkan diameter zona hambat yang besar

merupakan pilihan yang lebih baik dibandingkan

pula. Pada konsentrasi 300mg/5ml tepung cacing

dengan air. Selain itu, agar peptida yang ada

tanah yang digunakan lebih sedikit dibandingkan

larut dengan sempurna, untuk cara pelarutannya

yang lain, begitu juga peptida yang terlarut

digunakan metode drop wise, dimana pelarut

sehingga aktivitas antibakterinya lebih sedikit

yang berupa asam asetat ditambahkan ke tepung

dibandingkan yang lain. Aktivitas antibakteri

cacing tanah secara bertahap, dan masing-

meningkat pada konsentrasi 400mg/5ml, namun

masing

tanah

yang

tinggi

tidak

tahap

diikuti

kembali menurun pada konsentrasi 500mg/5ml

menggunakan vortex.

dan

ditambahkan

600mg/5ml.

Penurunan

aktivitas

ini

ke

16

dengan

pelarutan

Selanjutnya air steril

dalam

larutan

hingga

disebabkan oleh kadar tepung cacing tanah yang

konsentrasi

terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya,

Pengenceran ini dilakukan karena asam asetat

sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk

konsentrasi

larut.

asam
1%

asetat

mencapai

merupakan

1%.

konsentrasi

normalisasi dimana tidak lagi ditemukan efek lisis


Kelarutan peptida sangat bergantung

pada faktor karakteristik pelarut dan zat terlarut


merupakan

faktor

penting

yang

harus

terhadap sel.

17

Aktivitas
bergantung

peptida

pada

antibakteri

sangat

kemampuannya

untuk

diperhatikan. Lumbricin-1 adalah peptida yang

memasuki membran sel. Peptida antibakteri dan

bermuatan +1 yang dibentuk dari 10 asam amino

membran sel bakteri harus memiliki interaksi

bermuatan positif dan 9 asam amino yang

elektrostatik yang hanya akan terjadi bila ada

bermuatan

negatif.

Peptida

yang

memiliki

perbedaan

muatan

antara

keduanya.

8,12,13,24

muatan +1 atau lebih hanya akan larut dalam

Dinding sel bakteri Gram positif seperti E.

larutan yang bersifat asam. Oleh sebab itu pada

faecalis mengandung 90% peptidoglikan serta


lapisan tipis asam teikoat dan asam teikuronat

yang bermuatan negatif, sedangkan peptida


antibakteri,

khususnya

muatan positif.

5,8,25

Lumbricin-1

memiliki

Perbedaan muatan ini akan

menyebabkan peptida tertarik ke sel hingga


akhirnya memasuki membran sel bakteri.
Penelitian

sebelumnya

5,8,12,13

menyimpulkan

bahwa peptida antibakteri dapat membunuh


mikroorganisme dengan membuat lubang-lubang
kecil, meningkatkan permeabilitas dan merusak
membran sel. Setelah berhasil memasuki sel,

Gambar 6. Prolin pada Struktur Asam Amino

peptida antibakteri akan mengikatkan dirinya

Lumbricin-1

pada

DNA

sel

makromolekul

dan
dan

menghambat
DNA

menyebabkan kematian sel.

sel

sintesis

Sampai saat ini telah banyak ditemukan

sehingga

peptida antibakteri dari berbagai sumber yang

5,24

kaya akan prolin, seperti apidaecin, drosocin,

Karakteristik lainnya yang dimiliki oleh

metchnikowin, bactenecin dan PR-39. Semua

Lumbricin-1 adalah kandungan asam amino

peptida antibakteri ini bermuatan positif dan

prolinnya yang sangat tinggi, dimana

memiliki kandungan prolin yang tinggi, namun

dari 62

asam amino yang dimiliki oleh Lumbricin-1, 15%

memiliki

diantaranya merupakan prolin, seperti yang

Apidaecin, bactenecin dan PR-39 hanya memiliki

aktivitas

antibakteri

yang

berbeda.

ditunjukkan oleh Gambar 6.1. Prolin memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram positif.

kemampuan untuk mengubah bentuk rantai

Drosocin memiliki aktivitas antibakteri terhadap

peptida dan menutupi bagian yang dikenali

bakteri Gram positif dan Gram negatif, namun

sebagai antigen oleh sel bakteri. Saat memasuki

tidak aktif terhadap jamur. Metchnikowin aktif

membran sel, peptida akan dikenali sebagai

terhadap bakteri Gram positif dan jamur, namun

bagian dari sel bakteri, bukan suatu benda asing

tidak

sehingga peptida antibakteri tidak akan diserang

Lumbricin-1

oleh

antibakteri terhadap bakteri Gram positif, Gram

sel.

Mekanisme

ini

dapat

mencegah

aktif

terhadap

bakteri

diketahui

Gram

memiliki

negatif.
aktivitas

sampai

negatif dan jamur. Hal ini menunjukkan bahwa

peptida antibakteri dapat menetukan target dan

Lumbricin-1 memiliki mekanisme yang berbeda

menyerang sel dengan leluasa. Hal inilah yang

dengan peptida antibakteri kaya-prolin yang lain,

menyebabkan Lumbricin-1 dapat

namun sayangnya sampai saat ini mekanisme

aktivitas

berbagai

membranolitik sel

sel

bakteri

toksisitas sel pejamu.

5,12

tanpa

bakteri

menyerang

menyebabkan

kerja

Lumbricin-1

dalam

menghambat

pertumbuhan bakteri dan jamur belum diketahui


dengan pasti.

5,15

5. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan
disimpulkan

bahwa

(Lumbricus

rubellus)

hasil

penelitian

tepung
dapat

cacing

dapat
tanah

menghambat

pertumbuhan Enterococcus faecalis. Hal ini

disebabkan

karena

tepung

cacing

tanah

5.

Cho JH, Park CB, Yoon YG, Kim SC.

mengandung peptida Lumbricin-1 yang bersifat

Lumbricin

antibakteri.

antimicrobial peptide from the earthworm:

Penelitian
aktivitas

ini

antibakteri

(Lumbricus

menunjukkan
tepung

rubellus)

cacing

berasal

dari

penelitian
aktivitas

tersebut,

lanjutan
antibakteri

Enterococcus

purification, cDNA cloning and molecular

tanah

characterization. Biochimica et Biophysica


Acta 1998; 1408: 67-76.

peptida
6.

dilakukan

agar

Julendra

H,

Sofyan

A.

Uji

in

vitro

mengoptimalkan

dengan tepung cacing tanah (Lumbricus


rubellus). Media Peternakan 2007; 30: 41-7.

terhadap

dan

berbagai

7.

potensi

Lumbricin-1

8.

A.

Soil

Biology:

biology

of

Tasiemski

A.

Antimicrobial

peptides

in

annelids. ISJ 2008; 5: 75-82.

sebagai bahan antibiotik baru yang non-resisten


dan non-toksik serta mudah disintesis dapat

Karaca,

earthworms. Berlin: Springer, 2011. p. 1.

mikroorganisme resisten lainnya. Hal ini penting


untuk

proline-rich

penghambatan aktivitas Escherichia coli

Lumbricin-1

faecalis

novel

dilakukan

perlu

untuk

bahwa

antibakteri yang dimilikinya, yaitu Lumbricin-1.


Berdasarkan hasil

I,

9.

Sandra M. Uji efektivitas tepung cacing

dikembangkan dengan baik di masa yang akan

tanah

Lumbricus

datang.

menghambat pertumbuhan bakteri Shigella


dysenteriae

secara

rubellus
in

vitro.

Jakarta:

DAFTAR PUSTAKA

Fakultas

1.

Hidron AI, Edwards JR, Patel J, Horan TC,

Pembangunan Nasional Veteran, 2012. p.

Sievert DM, Pollock DA, et al. Antimicrobial-

6-7.

resistant

pathogens

healthcare-associated

associated
infections:

with

Enterococcus

relationship

to

endodontic disease. Crit Rev Oral Biol Med

healthcare safety network at the Centers for

2004; 15: 308-20.


11. Ekasari, Tjahjaningsih W, Cahyoko Y. Daya
antibakteri tepung cacing tanah (Lumbricus

Matthew S, Boopathy T.

Enterococcus

rubellus) terhadap pertumbuhan bakteri

faecalis: an endodontic challenge. KSR

Vibrio harveyi secara in vitro. Jurnal Ilmiah

2011; 33-7.

Perikanan dan Kelautan 2012; 4: 1-6.

Stuart CH, Schwartz SA, Beeson T J, Owatz

12. Yeaman MR, Yount NY. Mechanism of

CB. Enterococcus faecalis: Its role in root

antimicrobial peptide action and resistance.

canal treatment failure and current concepts

Pharmacol Rev 2003; 55: 27-55.

in retreatment. J Endod 2006; 32: 93-8.


4.

faecalis:

summary of data reported to the national

2008; 29: 996-1010.

3.

Universitas

10. Kayaoglu G, Orstavik D. Virulence factors of

annual

Diseases Control and Prevention. CDC


2.

Kedokteran

dalam

13. Zasloff

M.

Antimicrobial

peptides

of

Portenier I, Waltimo TMT, Haapasalo M.

multicellular organisms. Nature 2002; 415:

Enterococcus

389-95.

survivor

and

faecalis:
star

the
in

root

canal

post-treatment

14.

Anonymous. CHROMagar VRE. Access on:

disease. Endodontic Topics 2003; 6: 135-

http://chromagar.com/fichiers/1259769034IF

59.

U_CHROMagar_VRE.pdf, Oktober 2012.

15. Brown

AE.

Bensons

Microbiological

Applications: laboratory manual in general


microbiology. 9

th

ed. New York: McGraw-

16. Hadioetomo RS. Mikrobiologi Dasar dalam


teknik

Fremont: EGT Group, 2008. p. 1-2.


24. Park CB, Kim HS, Kim HC. Mechanism of
action of the antimicrobial peptide buforin II:

Hill, 2005. p. 73, 96.


Praktek:

23. AnaSpec Inc. Peptide Solubility Guidelines.

dan

prosedur

dasar

buforin

II

microorganisms

by

penetrating the cell membrane and inhibiting

laboratorium. Jakarta: Gramedia, 1985. hal.

cellular

32.

Biophysical

17. Vandepitte J, Verhaegen J, Engbaek K,

kills

functions.
Research

Biochemical

and

Communications

1998; 1: 253-257.

Rohner P, Piot P, Heuck CC. Basic


Laboratory

Procedures

Bacteriology. 2

nd

in

Clinical

ed. Geneva: World Health

T,

Hidayaturrahmi,

Juwita.

Karakterisasi SDS-Page lumbricin-1 serta


uji aktivitas antibakteri tepung cacing tanah
(Lumbricus rubellus) terhadap isolat klinis
Pseudomonas
ciprofloxacin

aeruginosa
dan

resisten

meropenem.

Fakultas

Kedokteran Universitas Syiah Kuala, 2012.


hal. 25. Laporan Hasil Penelitian Dosen
Muda.
19. Marsa, RD. Efek antibakteri ekstrak lerak
dalam pelarut etanol terhadap Enterococcus
faecalis

(penelitian

Fakultas

in

Kedokteran

vitro).
Gigi

Medan:

Universitas

Sumatera Utara, 2010. hal. 19. Skripsi.


20. Dharmawati IG. Efek ekstrak mengkudu
dalam

menghambat

pertumbuhan

Streptococcus mutans penyebab dental plak


secara

in

vitro.

Program

Studi

Ilmu

Kedokteran Biomedik Universitas Udayana,


2011. hal. 4. Tesis.
21. Dahlan, MS. Statistika untuk Kedokteran
dan Kesehatan. ed.4. Jakarta: Salemba
Medika; 2009. hal. 83-95.
22. ProImmune. Peptide solubility. Access on:
http://www.thinkpeptides.com/peptidesolubili
ty.html, Desember 2012.

Biology of Microorganism. 10

th

ed. Illinois:

Southern Illinois University, 2003. p. 110.

Organization, 2003. p. 84, 86-9.


18. Rinanda

25. Madigan MT, Martinko JM, Parker J. Brock

Literature
Study

POTENSI ENZIM BROMELIN PADA BONGGOL NANAS (Ananas


comosus) SEBAGAI BAHAN ANTI PLAK DALAM PASTA GIGI
1

Muhammad A. Najib, Hendri J. Permana, Fatkhur Rizqi


1

Fakultas Kedokteran Gigi


Correspondence :
Universitas Jember
Jalan Kalimantan no. 37, Jember-Jawa Timur
Email:dent.ainun@gmail.com

ABSTRAK
Pembentukan plak diawali dari adanya proses kolonisasi bakteri yang berinteraksi dengan pelikel
pada permukaan gigi. Pembentukan pelikel pada dasarnya merupakan proses perlekatan protein dan
glikoprotein saliva pada permukaan gigi. Bakteri melekat pada pelikel dengan bantuan suatu molekul
spesifik pada permukaanya. Penggunaan pasta gigi dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut lazim
digunakan dalam masyarakat. Penambahan zat aktif pada pasta gigi sudah banyak dilakukan oleh
para ahli. Bonggol nanas merupakan limbah dari buah nanas yang jarang dimanfaatkan. Bonggol
nanas mengandung enzim bromelin yang merupakan suatu enzim proteolitik. Kajian ini bertujuan
untuk membahas manfaat enzim bromelin sebagai bahan anti plak yang ditambahkan ke dalam dalam
pasta gigi. Kandungan asam amino yang terbanyak dalam pelikel adalah arginin dan glutamin. Enzim
bromelin dapat memecah ikatan asam amino antara arginin-alanin dan glutamine-alanin yang
digunakan bakteri sebagai media perlekatan, sehingga dapat menghambat perlekatan antara bakteri
dengan pelikel. Selain itu, enzim bromelin pada bonggol nanas sudah teruji biokompabilitas terhadap
jaringan rongga mulut, sehingga aman pada saat pemakaiannya. Berdasarkan kajian di atas, dapat
disimpulkan bahwa enzim bromelin pada bonggol nanas berpotensi sebagai bahan anti plak melalui
mekanisme penguraian media perlekatan bakteri pada permukaan gigi.
Kata kunci: bonggol nanas,bromelin, anti plak.

ABSTRACT
Early plaque formation begins of colonizing bacteria which interact with surface pellicle tooth. Pellicle
formation is essentially a process of attachment of salivary proteins and glycoproteins on the tooth
surface. Bacteria attached to the pelikel with the help of specific molecules on the surface. Generally,
the people use dentrifrice to keep healthy teeth and mouth. The addition of active ingredient in
dentrifrice has been caried out by the experts. Pineapple hump is a waste product rarely used. Hump
pineapple contains the enzyme bromelain which is a proteolytic enzyme. This study aims to discuss
enzyme bromelain as an anti-plaque material can be added in toothpaste. The highest amino acid
content in pellicle are arginine and glutamine. The enzyme bromelain can break the bond between the
amino acids (arginin-alanine and glutamine-alanine ) for bacterial attachment, so that it can inhibit the
attachment of bacteria to pellicle. In addition, the enzyme bromelain in pineapple lamp test the
biocompatibility of the oral tissues, so it is safe when used. Based on this study can conclude that the
enzyme bromelain in pineapple hump as anti-plaque material, which really through decomposition
mechanism of bacterial attachment on tooth surfaces.
Keywords:
plaque.

Pinnaple

hump,

bromelain,

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

anti-

16

1. PENDAHULUAN

berfungsi

Nanas (Ananas comosus) merupakan

sebagai

antisenisitivitas

dan

antibakteri,

antiplak,

antiinflamasi.

Tujuan

tanaman yang tumbuh subur didaerah yang

penambahan komponen aktif tersebut adalah

beriklim

menghambat

tropis

termasuk

indonesia.

Nanas

terbentuknya

plak

sehingga

mengandung enzim proteolitik yaitu bromelin

dampaknya dapat mengurangi berbagai penyakit

yang lebih banyak terdapat pada bonggolnya.

gigi dan mulut lainya.

Enzim tersebut dapat mengurai atau memecah

Pemanfaatan

protein.

1,2

komponen

aktif

bahan

dalam

herbal

pasta

sebagai

gigi

mulai

Enzim bromelin dapat memecah ikatan

dikembangkan dalam kedokteran gigi seiring

protein termasuk glutamin-alanin yang digunakan

dengan semangat back to nature saat ini. Bahan

bakteri sebagai media perlekatan, sehingga

herbal dianggap masyarakat relatif lebih aman

dapat menghambat perlekatan antara bakteri

dibanding bahan-bahan sintetis. Oleh karena itu,

dengan pelikel. Pelikel merupakan selapis tipis

pencarian

glikoprotein yang mengawali terbentuknya plak.

kemampuan

Plak adalah faktor yang mendasari terjadinya

sangat populer. Bahan herbal seperti enzim

3,4,5,6

bromelin dari bonggol nanas yang telah terbukti

karies dan berbagai penyakit periodontal.

Populasi mikroba dalam plak sekitar 72-102


juta/mg

berat

basah

setelah

24

jam

dan

setara

biokompatibilitasnya

herbal

yang

dengan

bahan

diduga

efektif

bahan aktif antiplak dalam pasta gigi.

meningkat menjadi 80-132 juta/mg setelah 3


hari.

bahan

memiliki
sintesis

sebagai

Berdasarkan latar belakang diatas, maka


penulis ingin mengkaji potensi enzim bromelin

Pencegahan

pembentukan

plak

merupakan hal penting dalam menghindari karies

pada bonggol nanas (Ananas comosus) sebagai


bahan antiplak pada pasta gigi.

gigi. Pada dasarnya pembersihak plak dapat


dilakukan dengan alat-alat mekanis dan kimiawi.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Pembersihan

2.1 Enzim Bromelin pada Bonggol Nanas

mekanis

dimaksudkan

dapat

menghilangkan plak secara psikomotorik oleh

Nanas merupakan tanaman buah berupa

pasien dengan bantuan alat khusus seperti sikat

semak yang berasal dari Brasilia (Amerika

yang

Selatan) dan memiliki nama ilmiah Ananas

mempengaruhi terbentuknya plak yaitu diet,

comosus. Buah nanas mengandung satu enzim

gigi

dan

dental

floss.

8,6

Faktor

faktor saliva dan karakteristik permukaan gigi.

Penggunaan pasta gigi dilakukan untuk

yang penting yang dikenal dengan bromelin.

Enzim bromelin merupakan enzim hidrolase yang

ketika

aktif pada protein. Berdasarkan sumbernya,

menggosok gigi. Perkembangan komposisi pasta

enzim protease ada bermacam-macam yaitu

gigi terus mengalami perubahan, sejalan dengan

papain, ficin, dan bromelin yang merupakan

kemajuan di dunia kedokteran gigi. Efek yang

protease asal tanaman; tripsin yang merupakan

menguntungkan

enzim protease dari pankreas; pepsin dan renin

menambah

pembersihan

dari

mekanis

pasta

gigi

sangat

bergantung pada frekuensi, cara menyikat dan

yang

merupakan

protease

dari

persit.

11

Pada

Berdasarkan sifat-sifat kimia dari lokasi aktif,

dasarnya komponen pasta gigi terdiri dari basis

maka enzim bromelin termasuk dalam golongan

pasta dan komponen aktif. Komponen aktif

enzim protease sulfihidril, yang artinya memiliki

komponen yang terkandung didalamnya.

10

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

17

residu sulfidril (sistenil dan histidil) pada lokasi

keaktifan enzim lebih rendah karena energi

aktif. Susunan asam amino yang mengandung

kinetik molekul substrat maupun enzim menjadi

gugus sistein pada sisi aktifnya sebagai berikut :

rendah

-Cys Gly Ala Cys Trp Asn Gly Asp

rendah.

Pro Cys Gly Ala Cys Cys Trp.

12

sehingga

kecepatan

reaksi

menjadi

d. Konsentrasi dan waktu

Konsentrasi enzim bromelin pada bagian bonggol

Konsentrasi enzim yang berlebih dan

nanas lebih tinggi dibandingkan dengan daging

waktu yang lebih lama akan mengakibatkan

13

nanas.

kecepatan

Tabel 1. Kandungan Enzim Bromelin pada


Tanaman Nanas

13

Persen (%)

enzim

menurun,

karena

konsentrasi substrat efektif untuk tiap molekul


enzim.

Bagian

katalis

Bertambahnya

menyebabkan

daya

molekul
kerja

enzim

enzim

akan

sebagai

katalisator menjadi lebih lama yang tergantung

Tanaman
Buah utuh masak

0,060 0,080

Daging buah masak

0,080 0,125

Kulit buah

0,050 0,075

Tangkai

0,040 0,060

Batang

0,100 0,600

Buah utuh mentah

0,040 0,060

Daging buah mentah

0,050 0,070

Aktifitas enzim bromelin dipengaruhi oleh


beberapa hal, yaitu :

pula dengan konsentrasi yang ada.

12

2.2 Plak Gigi


Acquired

pellice

merupakan

suatu

lapisan tipis, amorf, translusen, halus, tidak


berwarna,

tidak dijumpai adanya bakteri dan

apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop


elektron akan tampak aseluler, afibriler, dan
merupakan masa

yang

homogen.

Acquired

pellice terbentuk dalam waktu singkat

a. Kematangan buah

yaitu

dalam beberapa menit setelah gigi dibersihkan

Semakin matang buah nanas, maka

dan belum tampak adanya bakteri.

5,13,14

keaktifan enzim bromelin dalam buah tersebut

Protein merupakan komponen utama

semakin berkurang. Hal ini disebabkan pada

dari acquired pellice. Pembentukan acquired

waktu pematangan buah terjadi pembentukan

pellice pertama kali disebabkan adanya adsorbsi

senyawa tertentu, dalam hal ini enzim mungkin

2+

2-

selektif dari Ca , F , HPO4 , dan protein saliva

ikut terpakai dalam senyawa tersebut sehingga

termasuk

sebagian struktur enzim akan rusak, akibatnya

dipermukaan enamel. Dalam hal ini kelompok

keaktifan berkurang.

fungsional yang terlibat pada interaksi hidroksi

b. pH
pada derajat keasaman (pH) sebesar 6,5. Nilai
terlalu

tinggi

atau

rendah

akan

mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan


yaitu

denaturasi

protein

dengan

kecepatan

katalisa menurun.

hidroksi

apatit

2-

(COO ), fosfat (H2PO4 dan HPO4 ) dan kelompok


-

3+

sulfat (HSO4 ) dan kelompok amino (NH ) yang


bermuatan

positif.

Kelompok

asam

yang

bermuatan negatif dapat langsung terikat pada


jembatan kalsium pada ion sulfat yang terdapat

Suhu yang paling baik adalah 30C, suhu


dan

bermuatan negatif, antara lain seperti karboksil

ion kalsium atau secara tidak langsung melalui

c. Suhu
diatas

pada

apatit protein adalah kelompok asam yang


Aktivitas optimal dari enzim ini adalah

pH

glikoprotein

dibawah

30C

pada permukaan hidroksi apatit. Sebaliknya,

mengakibatkan

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

18

kelompok basa yang bermuatan positif dapat

menahan bakteri pada permukaan gigi dengan

terikat

daya

langsung

pada

permukaan mineral.
terbanyak

15

kelompok

sulfat

Komposisi protein yang

di

kelenjar

submandibular

terdiri

saliva

parotis

dari

dan
asam

kohesi

bakteri.

Dengan

demikian,

terbentuklah plak gigi, dimana akan terjadi


kolonisasi yang lebih lanjut dengan bakteri yang
akan membentuk lingkungan bakteri baru.

17

glutamat/glutamin dan tirosin. Selain itu, pada


kelenjar
arginin.

parotis

juga

terdapat

histidin

dan

2.3 Pasta gigi


Pengendalian

16

plak

adalah

upaya

Setelah terbentuknya acquired pellice

membuang dan mencegah penumpukan plak

maka mulai tampak adanya koloni bakteri pada

pada permukaan gigi. Upaya tersebut dapat

permukaan gigi.

13,14

Perlekatan bakteri terbentuk

dilakukan secara

mekanis

melalui proses kimia (non spesifik) ataupun

Pembuangan

proses interaksi fisiologis antar bagaian pada

metoda yang efektif dalam mengendalikan plak

permukaan sel bakteri sebagai adhesin dan

dan inflamasi gingiva. Pembuangan mekanis

reseptor spesifik yang terdapat pada enamel

dapat meliputi penyikatan gigi dan penggunaan

pelikel.

benang gigi (dental floss).

17

mekanis

merupakan

18

Bahan antiplak sering terdapat dalam

Ikatan pada pelikel dapat dibagi menjadi

pasta gigi dan obat kumur. Setiap pasta gigi

2 macam, yaitu :
a.

secara

maupun kimiawi.

Afinitas tinggi (spesifik) yang melibatkan

mengandung bahan-bahan yang penting seperti

rantai sisi hidrat arang glikoprotein saliva

bahan abrasif, fluoride, air, bahan pemberi rasa,

sebagai reseptor. Beberapa rantai sisi hidrat

bahan pemanis, pemadat, dan deterjen.

arang glikoprotein saliva diketahui sebagai

Tabel 2. Komposisi Pasta Gigi

reseptor terhadap mikroorganisme rongga

Komposisi Bahan

mulut

tertentu,

seperti

merupakan

reseptor

galaktosa

merupkan

asam

untuk

S.

tempat

rendah
ikatan

(non

sanguis, Abrasif

20 40

untuk Air

20 40

reseptor

ini

spesifik),

disebabkan

Persentase
(%)

sialat,

Pembasah

Actinomycoses viscosus dan lain-lain.


b. Afinitas

20 40

dimana Deterjen/foaming agent

12

adanya Pengikat

>2

interaksi hidrofobik yang tidak memerlukan Pengharum

>2

adnanya reseptor spesifik pada glikoprotein Pemanis

>2

saliva.

15

Pewarna & pengawet


Setelah proses awal kolonisasi, maka Zat Aktif
selapis sel akan berproliferasi keseluruh
permukaan dan bergabung dengan bakteri di
dekatnya. Pada proses proliferasi bakteri akan
membutuhkan

mekanisme

retensi

untuk

membentuk timbunan pada permukaan gigi yang


melekat antara satu dengan lainnya. Matriks dari
glikokaliks bakteri dan glikoprotein saliva akan

<1
>5

Pasta gigi juga mengandung bahan aktif


yang dapat mencegah terjadinya penyakit gigi
dan mulut. Di bawah ini adalah tabel mengenai
kandungan bahan aktif yang biasa diaplikasikan
ke dalam pasta gigi:

Tabel 3.

Kandungan dan Fungsi Bahan Aktif

dalam Pasta Gigi

19

Enzim

bromelin

termasuk

dalam

golongan enzim protease sulfihidril, yang artinya

Kandungan Bahan

Fungsi

memiliki residu sulfidril (sistenil dan histidil) pada

Mengurangi

lokasi

sitrat, stronsium klorida

hipersensitivitas

mengandung gugus sistein pada sisi aktifnya.

dentin

Pemutusan atau

pembentukan ikatan

didahului dengan

pembentukan ikatan dengan

Pirofosfat, triklosan, zinc

Mengurangi plak

citrate

dan kalkulus

Susunan

asam

amino

yang
kimia

substrat, seperti reaksi berikut.


E+S

supragingiva
Triklosan, fluor

aktif.

12

Potassium nitrat, sodium

ES

E+P

E adalah enzim, S merupakan substrat,

Mengurangi

ES

inflamasi gusi

berupa

kompleks enzim-substrat, dan P

adalah produk yang terbentuk.

Peroksida, sodium

Mengurangi

tripolifosfat, sodium

pewarnaan pada

heksaametafosfat

amino

permukaan gigi

mengakibatkan terbentuknya asam amino lain

Adanya ikatan sistein dengan asam

yang
3. PEMBAHASAN

yang dapat mengurai atau memecah molekul


komplek

sederhana yaitu
amino.

20

menjadi

senyawa

lebih

ikatan peptida dan

asam

Penambahan enzim bromelin dalam

pasta gigi berperan sebagai zat aktif antiplak.


Sifat proteolitik enzim bromelin mampu memecah
molekul protein komplek menjadi senyawa lebih
sederhana yaitu ikatan peptida dan asam amino
yang ada pada pelikel yang digunakan sebgai
media perlekatan bakteri.

21

Plak merupakan awal dari timbulnya


karies gigi dan penyakit periodontal lainnya.
Pembentukan plak diawali dari adanya proses
kolonisasi

mikroorganisme

yang

berinteraksi

dengan pelikel pada permukaan gigi. Pelikel


akan mengadsorpsi protein saliva secara selektif
2+

2-

bersama dengan ion-ion Ca , F , HPO 4 ,


sehingga dapat melekat kuat pada permukaan
gigi. Setelah adanya pelikel yang melapisi
permukaan gigi, maka mikroorganisme akan
melekat pada reseptor spesifik protein saliva dan
membentuk koloni.

17

(arginin

dan

menyebabkan putusnya

glutamin)

rantai

media

perlekatan bakteri. Dengan demikian fungsi

Enzim bromelin sebagai enzim proteolitik


protein

pelikel

penambahan zat aktif enzim bromelin pada pasta


gigi dapat mencegah terbentuknya plak.

22

Begitu pentingnya pencegahan plak pada


permukaan

gigi

sehingga

dalam

kontrolnya

memadukan upaya secara mekanis maupun


kimiawi.

Perubahan

paradigma

masyarakat

tentang peralihan penggunaan bahan sintetis ke


bahan alami atau herbal semakin menguat. Uji
biokompabilitas

enzim

bromelin

terhadap

jaringan rongga mulut menunjukkan prosentase


jumlah sel hidup sel BHK-21 antara 95,22%-216% dengan kosentrasi enzim bromelin 10%40%. Sel BHK-21 merupakan jenis sel fibroblas
penyusun jaringan ikat gingiva dan ligamen
periodontal.

23

4. SIMPULAN
Berdasarkan

kajian

di

atas,

dapat

disimpulkan bahwa enzim bromelin pada bonggol


nanas berpotensi sebagai bahan antiplak pada
pasta gigi melalui mekanisme penguraian media
perlekatan bakteri pada permukaan gigi.

DAFTAR PUSTAKA

10. Prahasti,

1. Harris, NO. dan Garcia-Godoy, F. 2004.


Primary

Preventive

Dentistry.

New

Jersey: Pearson Education, Inc. h.1232. Pujiastuti,

Peni.

1997.

Uji

Biokompatibilitas Ekstrak Bonggol Nanas


Sebagai

Obat

Pascasarjana,

Kumur.

Universitas

Tesis.,
Airlangga.

Surabaya.

Pengaruh

Penggunaan

Pasta Gigi Zinc Citrate/triclosan terhadap


Pembentukan Plak pada Gigi. Maj. Ked.
Gigi (Dent J). 2004; 37(4):154-156.
11. Reed,

127.

C.

G.

1975.

Processing 2

Enzymes

nd.

Ed.

in

Food

New York:

Academic Pres. h.146-148.


12. Tokkong, M.H. 1979. Proses Pelarutan
Protein

Ikan

Secara

Enzymatis.

Bandung: Institut Teknologi Bandung.

3. Caranza, FA. dan MG. 1990. Newman.

13. Chairunnisa, H. 1987. Isolasi Enzim

Clinical periodontology. Philadelpia: WB.

Bromelin Kasar dari Bonggol Nanas

Sauders Co.

dalam Biproses dalam Industri Pangan.

4. Lehner,

T.

1995.

Imunologi

pada

Penyakit Mulut (Immunology of Oral


Diesease) Edisi 3. Jakarta: EGC.
5.

M.

G.,

Takei,

H.

H.,

Manson, J.D. dan B.M. Elley. 1993. Buku

Klokkevold, P.R., Carranza, F. A. 2006.

Ajar

Clinical

Periodonti

(diterjemahkan:

6. Sadoh, D. R., et al. Effect of Two


Toothcleaning
Periodontal

Status

Frequencies
in

Patients

Periodontology.

Missouri:

Saunders Elsevier. h.137,140,732-733.


15. Amerogen, A.V.N. 1991. Ludah dan

on

Kelenjar Ludah bagi kesehatan gigi

with

(diterjemahkan Abyono R). Yogyakarta:

Advance Periodontitis. Jurnal Of Clinical


Periodontology. 2004; 31: 470-474.

8.

dan Liberty. h.319-325.


14. Newman,

Anastasia) Ed. Ke-2, Jakarta: Hipokrates.

7.

Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM

Gajah Mada University Press. h. 95-125.


16. Jensen, J.L., M.S. Lamkin and F.G

Freeman, B. A. 1985. Oral Microbiology,

Openhaim. Adsorbtion of human salivary

dalam Textbook of Microbiology. Ed 22.

protein to hidroksiapatit:a comprasion

Philadelphia: WB Saunders Co. h. 711-

Between Whole Saliva and Glandula

714.

Salivary Secretion.. J Dent RES. 1992.

Ruhadi, I. Efektifitas Pasta Gigi yang

17. Sorensen,

J.A.

rationale

for

Mengandung Bahan Bubuk Kayu Siwak

comparison

dalam Mengahambat Pembentukan Plak

properties of crown system. J. Prosth.

Gigi. Maj. Ked. Gigi (Dent J). 2004;

Dent. 1989; 62: 264-269.

of

plaque

retaining

18. Cowley, M. T. 1981. Essentials Of

37(1):24-27.
9. Dahan M, Timmermen

MF,

Van

Wilnkehoff AJ, Van der Velden U. The

Periodontology

And

Periodontics.

London: Geoffrey. h.143.

effect of periodontal treatment on the

19. Nield-Gehrig, J. S dan Willmann, D. E.

salivary bacterial load and early plaque

2008. Foundation Of Periodontics For

formation.

The

31:972-977.

J.Clin

Periodontal.

2004;

Dental

Hygienist.

Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters


Kluwer Business. h.345.

20. Winarno, F. G. 1983. Enzim Pangan.


Jakarta: Gramedia. h.25-26.
21. Suhermiyati, Sri dan S. J. Setyawati.
2005. Potensi Limbah Nanas Untuk
Peningkatan
Tonggkol

Kualitas
sebagai

Limbah
Bahan

Ikan
Pakan

Unggas.Purwokerto: Animal Production.


h.174-178.
22. Heinicke, R. M. dan W.A. 1857. Gartner.
Stem

Bromelin

Preparation

From

New

Protease

Pineapple

Plants.

Economic Botany.
23. Maduratna, E. 1997. Biokompatibilitas
Gel

Tetrasiklin

Pengaruhnya

Hidroklorida

terhadap

dan

Terlepasnya

Lapisan Smir pada Permukaan Akar.


Tesis.

Pascasarjana,

Airlangga, Surabaya

Universitas

Literature
Study

PENTINGNYA DATA STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT


PADA KARTU MENUJU SEHAT IBU HAMIL (UPAYA MENUNJANG
PROGRAM MDGS 2015)
1

Irma Ariany Syam , Baiq Miftahul Fatia , Andi Fatima T

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar


Correspondence:
Universitas Hasanuddin
Kampus Tamalanrea, Jalan Perintis Kemerdekaan km. 10, Makassar
No.Hp:085255817617
Email: irma.ariany@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan keempat Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak
dengan membuat strategi perbaikan kesehatan dan gizi ibu hamil. Kesehatan gigi dan mulut memberi
peran penting dalam menentukan kesehatan bayi yang akan dilahirkan. Terdapathubungan
antara infeksi periodontal dengan kejadian bayi berat lahir rendah kurang bulan (BBLR). Upaya
mengurangi terjadinya BBLR dan prematur dapat dicegah dengan pemantauan kesehatan gigi
dan mulut ibu hamil dengan penambahan data status kesehatan gigi dan mulut pada Kartu
Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tujuan yang ingin dicapai dalam studi pustaka ini yaitu untuk
mengetahui pentingnya data status kesehatan gigi dan mulut pada Kartu Menuju Sehat (KMS)
ibu hamil sebagai upaya meningkatkan kesehatan ibu hamil agar melahirkan bayi yang normal
dan sehat. Data status kesehatan gigi dan mulut yang dimaksud adalah tingkat kebersihan gigi dan
mulut (Oral Hygiene).Secara klinis, tingkat kebersihan mulut dinilai dengan kriteria Oral Hygiene Index
Simplified (OHI-S) dari Greene dan Vermilliont.Studi pustaka ini dapat dilakukan melalui tahap
rancangan dan pembahasan, tahap realisasi, tahap sosialisasi dan pelatihan, tahap pelaksanaan di
masyarakat. Penambahan data status kesehatan gigi dan mulut pada KMS Ibu hamil
diharapkan dapat menurunkan angka kematian anak di Indonesia dengan membuat strategi
peningkatan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil.
Katakunci: Millenium Development Goals, status kesehatan gigi dan mulut , Wanita hamil,
BBLR

ABSTRACT
The fourth objective of the Millennium Development Goals (MDGs) is reducing child mortality rate by
making an improvement strategy of health and nutrition in pregnant women. Oral health provides an
important role in determining the health of newborn babies that will be born. There is a relationship
between periodontal infections with an incidence of preterm low birth weight babies (LBW). Efforts to
reduce the occurrence of low birth weight and prematurity can be prevented by monitoring the oral
health of pregnant women with the addition of data on oral health status in the KM) of pregnant
women. The aim of this study was to know the importance of data on oral health status in the KMS
pregnant women as an effort to improve the health of pregnant women to birth normal and healthy
babies. Data of oral health status used in this card is the level of oral hygiene. Clinically, the level of
oral hygiene was assessed by criteria Simplified Oral Hygiene Index (OHI - S) of Greene and
Vermilion. This literature study can be done through the design and discussion stage, the realization
phase, socialization and training phase, the implementation phase in the community.
Keywords: Millennium Development Goals, oral health status, pregnant women, Low Birth
Weight

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

23

1. PENDAHULUAN

tercantum mengenai status kesehatan gigi dan

Millenium Development Goals (MDGs)

mulut.

Padahal,

penyakit

gigi

dan

mulut

merupakan komitmen nasional dan global dalam

merupakan salah satu faktor risiko yang dapat

upaya lebih menyejahterakan masyarakat. Saat

menganggu kesehatan ibu hamil dan akan

ini, tersisa waktu sekitar 2 tahun bagi negara

berdampak pada bayi yang akan dilahirkan.

berkembang anggota PBB termasuk Indonesia


untuk

menyelesaikan

mengupayakan

peran penting dalam berbagai penyakit baik lokal

pencapaian delapan tujuan pembangunan MDGs

maupun sistemik. Status kesehatan gigi dan

mencakup: (1) Menanggulangi Kemiskinan dan

mulut yang kurang dapat menyebabkan penyakit

Kelaparan; (2) Mencapai Pendidikan Dasar untuk

jaringan periodontal dan karies. Pada ibu hamil,

Semua; (3) Mendorong Kesetaraan Gender dan

penyakit periodontal yang sering diderita adalah

Pemberdayaan Perempuan;

gingivitis

Angka

Kematian

dan

Kesehatan gigi dan mulut mempunyai

Anak;

(4)

Menurunkan

(5)

Meningkatkan

dengan

prevalensi

60-70%

periodontitis dengan prevalensi 30%.

dan

Kesehatan Ibu; (6) Memerangi HIV/AIDS, Malaria

Offenbacher (1996) yang dikutip dalam

dan Penyakit Menular lainnya; (7) Memastikan

Murthy (2012) melaporkan hubungan antara

Kelestarian

(8)

infeksi periodontal dengan kejadian bayi berat

untuk

lahir rendah kurang bulan (BBLR). Pada ibu

Lingkungan

Membangun

Hidup;

Kemitraan

Pembangunan.

dan

Global

hamil dengan kebersihan gigi dan mulut yang

Tujuan

adalah

kurang, rentan terkena infeksi. Perubahan pH

dengan

saliva, pH cairan gingiva dan aktivitas hormon ibu

membuat strategi perbaikan kesehatan dan gizi

hamil dalam cairan gingiva akan mempengaruhi

ibu

di

perkembangan dan pertumbuhan bakteri rongga

Status

mulut utamanya bakteri gram negatif yang dapat

kesehatan dan gizi ibu hamil memberi peran

menjadi faktor risiko terjadinya bayi berat lahir

penting dalam menentukan berat lahir dan masa

rendah

menurunkan
hamil.

Indonesia

keempat

angka

MDGs

kematian

anak

Status kesehatan ibu


tergolong

masih

hamil

rendah.

(BBLR).

Wanita

hamil

dengan

depan kesehatan bayi. Selain status gizi dan

periodontitis 3,58 kali berisiko melahirkan bayi

kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut juga

dengan berat rendah.

memberi

peran

penting

dalam

menentukan

kesehatan bayi yang akan dilahirkan.


World

Health

Para

dokter

menyatakan

bahwa

pencegahan penyakit gigi dan mulut, diagnosis


(WHO)

dan penanganan awal terhadap masalah gigi dan

merancang Kartu Menuju sehat (KMS) ibu hamil

mulut ibu hamil berpotensi menurunkan risiko

untuk

bayi

memberi

Organization

jalan

sederhana

menentukan

adanya

faktor

mengontrol

kesehatan

ibu

dalam

berat

lahir

rendah

(BBLR)

dan

risiko

dalam

premature. Upaya mengurangi terjadinya BBLR

hamil.

Tujuan

dan prematur dapat dicegah dengan pemantauan

utamanya yaitu membuat para tenaga kesehatan

kesehatan gigi dan mulut ibu hamil dengan

menyadari bahwa beberapa faktor risiko tinggi

penambahan data status kesehatan gigi dan

dapat dirujuk segera dan pemeriksaan yang

mulut pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil.

sesuai

mencegah

Ini merupakan ide yang sederhana namun

komplikasi kehamilan lebih lanjut. Namun, isi dari

bersifat aplikatif dalam meningkatkan kesehatan

segera

dilakukan

untuk
3

Kartu Menuju sehat (KMS) pada ibu hamil tidak

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

24

ibu hamil sebagai strategi menurunkan angka

Kartu menuju sehat ibu hamil adalah


sebagai alat penyuluhan ibu hamil dan alat

kematian anak di Indonesia.


Berdasarkan latar belakang diatas, maka

komunikasi antar pemberi pelayananantenatal.

perlu dilakukan studi pustaka untuk mengetahui

KMS membantu dalam mendeteksi Pre-eklamsi,

pentingnya data status kesehatan gigi dan mulut

anemia dan resiko tinggi kehamilan lainnya.

pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil

Kartu menuju sehat ibu hamil adalah suatu

sebagai upaya meningkatkan kesehatan ibu

bentuk kartu yang disimpan oleh ibu sendiri yang

hamil agar melahirkan bayi yang normal dan

memberikan

sehat.

seorang wanita sebelum kehamilan pertama,

informasi

tentang

kesehatan

Manfaat dari studi pustaka ini yaitu: (1)

selama kehamilan, persalinan, masa nifas dan

meningkatkan pengetahuan penulis mengenai

masa antara kehamilan berikutnya serta status

masalah gigi dan mulut pada ibu hamil yang akan

keluarga berencana.

berdampak pada bayi yang akan dilahirkan

KMS ibu hamil terdiri atas; Identitas ibu

sehingga menstimulus penulis untuk turut serta

dan kotak untuk memberikan tanda dengan huruf

dalam memberikan solusi terhadap masalah

R bagi ibu beresiko tinggi (dibagian kanan atas

yang ada; (2) meningkatkan derajat kesehatan

halaman muka); pemantauan kehamilan; kurva

gigi dan mulut

KMS ibu hamil; catatan bagi petugas kesehatan;

ibu hamil; (3) meningkatkan

peranan dokter

gigi

dalam

mencegah dan

dan bahan penyuluhan untuk ibu.KMS ibu hamil

memperbaiki taraf kesehatan gigi masyarakat,

bermanfaat

khususnya ibu hamil; (4) menunjang program

kesehatan ibu hamil, gizi, pertumbuhan ibu hamil,

pemerintah dalam pencapaian target Millennium

berat badan, tekanan darah, denyut jantung

Developmental Goals (MDGs)

janin, hemoglobin (Hb). Pemberian tablet Fe,

sebagai

alat

untuk

memantau

pemberian Tetanus Toxoid (TT), letak janin


2. TINJAUAN PUSTAKA

sebagai cacatan bagi petugas kesehatan dan

2.1 Kartu Menuju Sehat Ibu Hamil

juga

Ide membuat Kartu Menuju Sehat (KMS)

bermanfaat

kesehatan ibu.

sebagai

alat

penyuluhan

ibu hamil berasal dari Kartu Menuju Sehat anak


yang telah diterima dengan baik dan terbukti

2.2 Penyakit Periodontal pada Ibu Hamil

cukup berhasil sebagai alat bantu kesehatan.

Penyakit

periodontal

adalah

infeksi

Beberapa adaptasi lain di berbagai negara yang

bakteri gram negatif anaerob dalam rongga mulut

berbeda

yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan

telah

mencantumkan

keterangan

tentang imunisasi, keluarga berencana, dan

pendukung gigi.

perkembangan

terbukti

menyebabkan inflamasi intra uterin dan kelahiran

monitoring.World

premature. Wanita hamil dengan periodontitis

Health Organization (WHO) merancang Kartu

3,58 kali berisiko melahirkan bayi dengan berat

Menuju Sehat (KMS) ibu hamil ini untuk memberi

rendah.

kegunaannya

psikososial
untuk

telah

tujuan

Penyakit

periodontal dapat

jalan sederhana dalam menentukan adanya

Kebersihan gigi dan mulut rendah dapat

faktor risiko dalam mengontrol kesehatan ibu

menimbulkan infeksi pada gigi maupun pada

hamil.Kartu ini diisi oleh bidan terlatih, perawat

jaringan periodontium seperti gingivitis maupun

atau asisten tenaga kesehatan.

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

periodontitis. Infeksi dapat menyebar secara

25

sistemik

dan

mediator

proinflamasi

mempengaruhi
bulan.

10

menyebabkan
kejadian

Penelitian

peningkatan

yang
bayi

di

BBLR

bidang

ikat tubuh, merangsang respon inflamatori lokal

akan

dan peningkatan kadar sitokinin IL-1, TNF-, IL-

kurang

6 dan PGE2. Kadar interleukin menyebabkan

epidemiologi

perubahan

pada

bentuk

plasenta

terutama

menunjukkan infeksi oral seperti gingiva dan

daerah yang berfungsi dalam pertukaran zat gizi

periodontitis merupakan sumber infeksi dan

antara ibu dan janin. Sebagai akibatnya, terjadi

inflamasi yang signifikan selama kehamilan dan

kerusakan struktur jaringan ikat tubuh dan sistem

menyatakan bakteri anaerob gram negatif dapat

organ

menyebabkan

bakterimia

yang

menginduksi

janin

sehingga

dapat

gangguan perkembangan janin.

menyebabkan

10

komplikasi kehamilan seperti prematur dan bayi


berat lahir rendah.

11

Perubahan komposisi plak subgingiva


selama kehamilan disebabkan oleh lingkungan
mikro

subgingiva

yang

berubah

akibat

meningkatnya akumulasi progesteron aktif yang


metabolismenya berkurang selama kehamilan.
Rasio bakteri anaerob meningkat dibanding
bakteri aerob, dalam hal ini adalah Bacteroides
melaninogenicus dan Prevotella intermedia.

Gambar 1. Grafik Hubungan Status


Periodontal Ibu dengan Kejadian BBLR.

Gambar 1. Grafik Hubungan Status Periodontal

Pada kehamilan trimester kedua terjadi

Ibu dengan Kejadian BBLR.

peningkatan jumlah bakteri anaerob gram negatif


pada plak gigi.Pada saat kondisi oral hygiene

3. PEMBAHASAN

kurang baik, bakteri periodontal berakumulasi di

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah

daerah servikal gigi dan membentuk suatu

dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan

struktur yang dikenal sebagai bacterial biofilm.

gigi dan mulut pada ibu hamil yaitu dengan

Patogen

memiliki

melakukan upaya promotif dan preventif melalui

hubungan dengan berat lahir rendah kurang

program Dental Health Education (DHE) baik

bulan

denticola,

pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil

Porphyromonas gingivalis, Bacteriodes forsythus

maupun buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

periodontal

yang

adalah

diduga

treponema

dan actinobacillus actinomycetemcomitans.


Keberadaan

menjaga pola makan. Akan tetapi, kesehatan

darah akan merangsang host membentuk respon

gigi dan mulut ibu hamil tidak dapat dikontrol

inflamatori
menciptakan

memungkinkan
meningkatnya

dalam

berupa menyikat gigi dua kali sehari dan

sirkulasi

secara

bakteri

12

sistemik.

daerah

rentan

terjadinya
produksi

Hal

ini

akan

dengan baik karena tidak ada data yang

bakteri

dan

menunjukkan status kesehatan gigi dan mulut,

dan

hanya menyarankan menjaga kesehatan gigi

infeksi

sitokinin

inflamatori.

dan mulutnya.

Bakteri periodontal dan sitokinin inflamatori akan

Data status kesehatan gigi dan mulut

melewati plasenta dan masuk ke sirkulasi janin.

merupakan suatu hal yang penting ditambahkan

Jika janin tidak dapat mengontrol infeksi ini, akan

pada Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu hamil

terbuka akses untuk bakteri ke berbagai jaringan

dengan mempertimbangkan bahwa penyakit

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

26

periodontal pada ibu hamil merupakan risiko

Tabel 1. Kriteria Debris Index Simplified (DI-S)

terjadinya BBLR dan prematur.Hal ini dapat

oleh Green dan Vermillion

meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut

Skor

Kondisi

ibu hamil sehingga masalah kesehatan gigi dan

Tidak ada debris atau stain.

mulut dapat dikontrol dengan adanya data pada

Plak menutup tidak lebih dari 1/3

KMS tersebut.

permukaan servikal, atau terdapat

Data status kesehatan gigi dan mulut

stain ekstrinsik di permukaan yang

yang dimaksud adalah tingkat kebersihan gigi


dan mulut (Oral Hygiene).Secara klinis, tingkat

diperiksa.
2

Plak menutup lebih dari 1/3 tapi

kebersihan mulut dinilai dengan kriteria Oral

kurang dari 2/3 permukaan yang

Hygiene Index Simplified (OHI-S) dari Greene

diperiksa

dan Vermillion. Kriteria ini dinilai berdasarkan

Plak

keadaan debris dan kalkulus Pada kartu menuju

menutup

lebih

dari

2/3

permukaan yang diperiksa.

sehat ditambahkan kolom data sebagai berikut:


Tabel 2. Kriteria Calculus Index Simplified(CI-S)
oleh Green dan Vermillion
Skor

Kondisi

Tidak ada kalkulus.

Kalkulus supragingiva menutup


tidak lebih dari 1/3 permukaan

Gambar

2.

Data

OHI-S

servikal yang diperiksa.

(Tingkat

Kebersihan Gigi dan Mulut) pada KMS Ibu Hamil

Kalkulus supragingiva menutup


tidak lebih dari 1/3 tapi kurang
dari

Data tersebut diisi oleh tenaga kesehatan

2/3

permukaan

gigi (dokter gigi, perawat gigi atau asisten dokter

diperiksa,

terlatih) dengan tata cara pengisian sebagai

bercak kalkulus subgingiva di

berikut:

sekeliling servikal gigi.

1. Pada

tiap

kolom

DI-S

(Debris

Index

atau

ada

yang
bercak-

Kalkulus supragingiva menutup

Simplified) maupun CI-S (Calculus Index

lebih dari 2/3 permukaan atau

Simplified)

ada kalkulus subgingiva yang

dilakukan pemeriksaan pada

tiap gigi berikut:


Gigi 16 pada permukaan bukal

kontinu

disekeliling

servikal

gingiva.

Gigi 11 pada permukaan labial


Gigi 26 pada permukaan bukal

2. Setelah

mengisi

data

pada

kolom.

Gigi 36 pada permukaan lingual

Selanjutnya adalah menjumlahkan

data

Gigi 31 pada permukaan labial

OHI-S diperoleh dari penjumlahan Debris

Gigi 46 pada permukaan lingual

Index (DI) dan Calculus Index (CI), sehingga


perolehan nilai tersebut dapat ditulis dengan

Kolom diisi berdasarkan kriteria angka


yang tertera dalam tabel berikut:
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

rumus sebagai berikut:


OHI-S = Debris Index (DI) + Calculus Index (CI)
27

3. Selanjutnya mengisi kriteria pada data


dengan kriteria sebagai berikut:

dan mulut pada KMS ibu hamil yaitu melalui


tahap-tahap berikut:

Kriteria OHI-S (jumlah dari debris score

1. Tahap Rancangan dan Pembahasan

dengan calculus score) mengikuti ketentuan

Rancangan

dan

pembahasan

mengenai

sebagai berikut:

penambahan data kesehatan gigi dan mulut pada

Baik: Jika nilainya antara 0,0 1,2

KMS ibu hamil di stakeholder departemen

Sedang: Jika nilainya antara 1,3 3,0

kesehatan.
2. Tahap Realisasi

Buruk: Jika nilainya antara 3,1 6,0


Implementasi

gagasan

ini

Pencetakan Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu

dibutuhkan

dukungan dari berbagai pihak, diantaranya:

hamil yang baru.


3. Tahap Sosialisasi dan Pelatihan

1. Kementrian Kesehatan
Keterlibatan

pemerintah

Sosialisasi dan pelatihan

khususnya

kepada tenaga

kementerian kesehatan dengan mengelurkan

kesehatan mengenai adanya penambahan data

kebijakan penambahan status kesehatan gigi

kesehatan gigi dan mulut pada KMS ibu hamil

dan mulut pada KMS ibu hamil di Indonesia

dan pelatihan cara mengisi data tersebut.

sehingga Ibu hamil mengetahui pentingnya

4. Tahap Pelaksanaan di Masyarakat

kesehatan gigi dan mulut dalam menjaga

Pelaksanaan

di

masyarakat

diwujudkan

kesehatan janin dan kesehatan ibu hamil itu

dengan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut

sendiri.

oleh tenaga kesehatan


hamilsehingga

2. Dinas Kesehatan
Keterlibatan

Dinas

Kesehatan

dalam

dapat

terhadap ibu
meningkatkan

derajat

kesehatan ibu hamil secara keseluruhan.

implementasi gagasan ini adalah sebagai badan


sosialisasi mengenai pentingnya kesehatan gigi

5. SIMPULAN
Studi pustaka yang diajukan

dan mulut ibu hamil yang diimplematasikan

adalah

dengan menambah status kesehatan gigi dan

penambahan data kesehatan gigi dan mulut

mulut pada KMS ibu hamil ke tenaga kesehatan

khususnya tingkat kebersihan gigi dan mulut

pada daerah kerja dinas kesehatan masing-

(oral hygiene) pada Kartu Menuju Sehat (KMS)

masing.

Ibu hamil sebagai upaya menunjang program


Millennimum

Development

Puskesdes, dan Posyandu

Gagasan

bertujuan

Rumah sakit, puskesemas, puskesdes,

derajat kesehatan gigi dan mulut ibu hamil

3. Rumah

dan

posyandu

pemeriksaan

Sakit,

Puskesemas,

merupakan

maka

perlu

tempat-tempat

instansi

tersebut

ini

Goals

untuk

(MDGs).

meningkatkan

sehingga dapat melahirkan bayi yang normal dan


sehat.
Teknik

mengetahui pentingnya kesehatan gigi dan mulut

implementasi

yang

dilakukan

ibu hamil sehingga tenaga kesehatan yang

untuk mewujudkan studi pustaka ini dilakukan

bekerja

dalam beberapa tahap yaitu:

tahap rancangan

melaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi dan

dan

realisasi,

mulut ibu hamil.

sosialisasi dan pelatihan, tahap pelaksanaan di

pada

instansi

tersebut

dapat

Langkah yang harus ditempuh dalam

pembahasan,

tahap

tahap

masyarakat.

mewujudkan penambahan data kesehatan gigi

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

28

Penambahan data status kesehatan gigi


dan mulut pada Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu
hamil diharapkan dapat menurunkan angka

Belgaum,

India.

GJMEDPH

2012;1(4):42-8.
21. DepKes RI. Penilaian Risiko Antenatal

kematian anak di Indonesia dengan membuat

Dan Pengobatan,

strategi peningkatan kesehatan gigi dan mulut

Keenam. Jakarta: Dep. Kes. RI; 1999.

ibu hamil.

22. DepKes

RI.

Modul

11,

Pedoman

Edisi

Pelayanan

Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar,


Edisi ke Delapan. Jakarta: Dep. Kes, RI;

6. SARAN
Perlu

dilakukan

penelitian

mengenai

penggunaan Kartu Menuju Sehat pada beberapa


instansi Kesehatan.

1996.
23. DepKes

RI.

Pemantauan

Wilayah

Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak


(PWS- KIA) dalam modul. Pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

dan

16. BAPPENAS. Pedoman penyusunan

Pelatihan

Jarak

Jauh

Bidan.

Jakarta: Dep. Kes, RI; 1998.

rencana aksi percepatan pencapaian

24. Sumidarti A. Hubungan kadar endotelin-

tujuan MDGs di daerah (RAD MDGs);

1 (ET-1) dengan interleukin (IL-1) di

2010 Hal. 3. [Diakses pada 6 Januari

dalam tali pusat dan cairan krevikular

2013]. Available from:

gingiva pada ibu yang melahirkan bayi

http://gizi.depkes.go.id/wp-

bert lahir rendah. M.I.Kedokteran Gigi

content/uploads/2011/10/ped-

2008; 23(3):103-6.

pencapaian-RAD-MDGs.pdf
17. BAPPENAS.
tujuan

Peta

jalan

pembangunan

25. Santono O, Wildam ASR, Dwi R.


percepatan

milenium

di

Indonesia; 2-1- Hal.139. [diakses pada


15

Januari

2013].

Availablefrom:

http://www.bappenas.go.id/node/118/28
14/peta-jalan-percepatan-pencapaiantujuan-pembangunan-milenium-di18. WHO. Alih bahasa: Agnes Kartini. Kartu
menuju sehat ibu hamil: penuntun untuk
pengembangan, adaptasi, dan evaluasi.
Jakarta: EGC; 1996.
et.

al.

Oral

Health

during

pregnancy. American Family Physician


2008;77(8): 1140-4.
20. Murthy

S,

Mubashir

A,

kebersihan

mulut

dan

gingivitis ibu hamil terhadap kejadian


bayi berat badan lahir rendah kurang
bulan di RSUP Dr.Kariadi Semarang
dan

jejaringnya.

Med

Indones

2009;43(6):288-93.
26. Lopez

NJ, Smith

PC, Gutierrez

J.

Periodontal Therapy May Reduce the

indonesia/

19. Hugh,

Hubungan

Kodkany.

Risk of Preterm Low Birth Weight in


Women with Periodontal Disease: A
Randomized

Controlled

Trial, J

Periodontol 2002; 73: 911-924.


27. Ervina

I,

Ellisa

W.

Pengaruh

periodontitis terhadap kesehatan bayi


yang dilahirkan. Dentika Dental Journal
2012;15(1):79-81.

Pregnancy periodontitis and low birth


weight:

cohort

study

in

Rural

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

29

Literature
Study

ORT-CARD (ORTHODONTIC CARD) SEBAGAI UPAYA


MELINDUNGI MASYARAKAT TERHADAP KESALAHAN
PERAWATAN AKIBAT PEMASANGAN KAWAT GIGI ILEGAL
1

Irma Ariany Syam, Akmalia Rosyada, Ayu Putri Djohan


1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar


Correspondence:
Universitas Hasanuddin
Kampus Tamalanrea, Jalan Perintis Kemerdekaan km. 10, Makassar
Email: irma.ariany@gmail.com / No.Hp:085255817617

ABSTRAK
Kawat gigi/ Kawat ortodonti merupakan alat dalam kedokteran gigi yang dipakai untuk merapikan
susunan gigi dan memperbaiki hubungan antara gigi di rahang atas dan rahang bawah. Kawat gigi
yang semula berfungsi untuk merapikan susunan gigi, saat ini bisa dipakai untuk fashion. Maraknya
penggunaan kawat gigi menyebabkan merajalelanya tempat-tempat praktik ilegal pemasangan kawat
gigi di masyarakat, baik yang menamakan diri sebagai tukang gigi, ahli gigi, ahli behel, maupun di
salon-salon kecantikan. Hal ini dapat merugikan masyarakat karena tindakan yang dilakukan tidak
sesuai prosedur medis. Tingginya minat masyarakat dalam pemasangan kawat ortodonti serta alat
dan bahan yang dijual bebas merupakan dua hal yang menimbulkan pengaruh negatif terhadap
menjamurnya praktik-praktik ilegal. Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ini adalah
melindungi masyarakat terhadap kesalahan perawatan akibat pemasangan kawat ortodonti ilegal.
Penulis mengajukan usulan untuk membatasi penjualan dan pemasaran alat dan bahan ortodonti
dengan menggunakan Ort-Card (Orthodontic Card). Orthodontic Card merupakan syarat mutlak
dalam pembelian alat dan bahan ortodonti sehingga yang tidak memiliki kartu tersebut, tidak berhak
membeli alat dan bahan ortodonti sehingga tidak ada lagi kesempatan berlangsungnya praktik ilegal.
Diharapkan derita masyarakat akibat kesalahan pemasangan yang dilakukan oleh praktik
pemasangan kawat ortodonti ilegal dapat diatasi.
Katakunci: Kawat ortodonti, praktik illegal, Orthodontic Card
ABSTRACT
Braces / orthodontic wire are a tool used in dentistry to straighten the teeth and improve relations
between upper teeth and lower teeth. Which initially serves braces to straighten the teeth, this time
can be used for fashion. Widespread use of braces causing widespread illegal practice places pairs of
braces in the community, both calling themselves the handyman teeth, dental specialists, experts
stirrup, and in beauty salons. This can be detrimental to the community because of the actions taken
are not appropriate medical procedures. High public interest in the installation of orthodontic wire and
the tools and materials available commercially are two things that cause a negative effect on the
proliferation of illegal practices. The aim in writing this paper is to protect the public against errors
orthodontic treatment due to illegal wiring. The author proposes to restrict sales and marketing tools
and orthodontic materials using Ort - Card (Orthodontic Card). Orthodontic Card is an absolute
requirement in the purchase of tools and materials so that orthodontic not have the card, do not have
the right to buy orthodontic tools and materials so that no chance the course of an illegal practice. It is
expected that people suffer due to mounting errors committed by the illegal practice of orthodontic
wiring can be overcome
Keywords: Wire orthodontic, illegal practices, orthodontic
Card

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

30

1. PENDAHULUAN
Kawat

pernah ada yang merasa keberatan secara

gigi

atau

kawat

ortodonti

hukum.

Tujuan

yang

ingin

dicapai

dalam

merupakan alat kedokteran gigi yang digunakan

penulisan karya tulis ini adalah melindungi

untuk merapikan susunan gigi dan memperbaiki

masyarakat

hubungan antara gigi-geligi rahang atas dan

akibat pemasangan kawat gigi ilegal.

rahang

bawah.

Hubungan gigi-geligi

antara

terhadap

kesalahan

perawatan

Manfaat penulisan ini bagi pemerintah

rahang atas dan rahang bawah yang tidak baik

adalah

akan mempengaruhi fungsi pengunyahan dan

diterapkan untuk mengurangi pemasangan kawat

selanjutnya akan berdampak pada gangguan

ortodonti

pencernaan.

masyarakat,

Kawat gigi yang semula berfungsi untuk

sebagai
oleh

terhadap

solusi

baru

bukan

dapat

ahli

yang
medis.

melindungi

kesalahan

dapat
Bagi

masyarakat

perawatan

akibat

merapikan susunan gigi, saat ini bisa dipakai

pemasangan kawat gigi ilegal. Bagi penulis,

untuk fashion khususnya di kawasan negara-

dapat melatih berpikir kritis dalam menanggapi

negara Asia (Thailand, China, dan Indonesia).

permasalahan yang terjadi di masyarakat.

Behel atau kawat gigi dianggap sebagai bagian


1

dari fashion yang trendi . Pengguna kawat gigi

2. PEMBAHASAN

atau dalam istilah kedokteran gigi disebut kawat

Behel atau kawat gigi adalah alat yang

ortodonti semakin banyak dan memasyarakat,

dipakai untuk memperbaiki hubungan gigi geligi

apalagi di kalangan anak-anak dan remaja.


Maraknya
menyebabkan
praktik

penggunaan

merajalelanya

pemasangan

kawat

kawat

dan
gigi

tempat-tempat
gigi

ilegal

di

rahang

yang

tidak

harmonis. Manfaat

pemasangan kawat gigi adalah memperbaiki


hubungan

gigi-geligi

memperbaiki

yang

tidak

pengunyahan,

stabil,

memperbaiki

masyarakat, baik yang menamakan diri sebagai

pengucapan, dan mendapatkan keseimbangan

tukang gigi, ahli gigi, ahli behel, asisten dokter

otot, serta estetika . Tujuan utama pemasangan

gigi, maupun di salon-salon kecantikan. Hal ini

kawat ortodonti adalah untuk mengevaluasi dan

tentu

mencatat yang akan datang jika terjadi maloklusi

akan

masyarakat

membahayakan
sehingga

dan

merugikan

memperparah

kondisi

susunan gigi-geligi. Tingginya minat masyarakat

(kelainan penguyahan) dalam mempersiapkan


perawatan jika diindikasikan.

dalam pemasangan kawat gigi serta alat dan

Perawatan ortodonti cekat atau yang

bahan yang dijual bebas merupakan dua hal

lebih dikenal di masyarakat pemasangan kawat

yang menimbulkan pengaruh negatif terhadap

gigi harus dipasang oleh dokter gigi spesialis

menjamurnya praktik-praktik ilegal. Apabila tidak

ortodonti (ortodontis). Ortodontis adalah dokter

dilakukan penanganan terhadap pemasangan

gigi yang telah melanjutkan kuliah di bidang ilmu

kawat ortodonti oleh bukan ortodontis maka

ortodonti yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana

tindakan ini bisa dianggap benar, hal ini sejalan

memperbaiki susunan gigi-gigi yang tidak teratur

dengan kaidah hukum die normative de craft des

dan memperbaiki oklusi (hubungan gigi rahang

factisien. Sebagai contoh adalah pembuatan gigi

atas dan rahang bawah). Dokter gigi umum

tiruan oleh tukang gigi yang tidak akan bisa lagi

hanya

dipidanakan karena telah berlangsung secara

ortodonti

diperbolehkan
lepasan

melakukan

bukan

perawatan

ortodonti

cekat

terus-menerus di masyarakat sejak lama tanpa

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

31

dikarenakan

pada

tahap

strasa

hanya

mempelajari perawatan ortodonti lepasan.

prosedur

medis.

Adapun

bahaya

yang

ditimbulkan yakni: Pemasangan alat ortodonti

Dalam hal praktik ilegal pemasangan

cekat (behel) dengan tujuan untuk variasi tanpa

kawat gigi, beberapa alumni perawat gigi telah

adanya

berani membuka tempat praktik sendiri dengan

diindikasikan dan tanpa melakukan rontgen foto

memberikan jasa pemasangan kawat gigi. Lebih

sebelum

parah lagi, pemasangan kawat gigi dilakukan

kawat

oleh tukang gigi yang tidak memiliki bekal ilmu

menyebabkan sariawan, keracunan timbal (dari

kedokteran gigi terutama ortodonti cekat yang

bahan kawat), dan gangguan saraf.

sesuai

dengan

medis,

pencabutan
7

perawatan .
gigi

menurut

gigi

padahal

Bahaya

pemasangan

Gustaaf

Kusno

bisa

keterampilan

Menurut drg. Zaura Rini, pemasangan

tukang gigi hanya didapat secara turun menurun.

behel oleh praktisi yang tidak berkompeten dapat

Tukang gigi juga tidak memiliki ijazah atau surat

menyebabkan infeksi baik dari infeksi ringan

izin yang resmi dari departemen kesehatan untuk

sampai berat, misalnya infeksi terjadi di jaringan

membuka praktik.

kaidah

suatu

Tindakan

mulut yang menyebar ke tulang gigi sehingga


pemasangan

alat

ortodonti

menyebabkan

pembengkakan.

Infeksi

parah

cekat oleh bukan tenaga medis populer disebut

dapat terjadi pada ibu hamil yang menggunakan

pasang behel. Pemasangan behel atau kawat

behel oleh dokter gigi yang berkompeten yaitu

gigi oleh tenaga yang tidak ahli semakin marak

kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat

akhir-akhir ini. Banyak iklan pemasangan dan

badan

penjualan kawat gigi dengan harga yang murah

mengkhawatirkan lagi, alat-alat ortodonti dari

di berbagai tempat bahkan di jejaring sosial. Hal

pasien yang sudah selesai dirawat tersebut

ini menunjukkan semakin banyaknya orang-

dilepas dan dapat dijual kembali. Kondisi barang

orang

dalam

bekas dengan mudahnya diperjualbelikan. Hal ini

pemasangan perawatan ortodonti cekat. Hal ini

tentu menimbulkan resiko yang sangat tinggi

merupakan

yaitu alat tidak steril.

yang

tidak

masalah

bertanggung
besar

karena

banyak

rendah .

Bahkan

yang

lebih

masyarakat yang memilih pemasangan kawat

Kawat gigi yang dipasang tidak sesuai

gigi ke tukang gigi atau orang yang tidak

prosedur akan menjadi penyebab gigi bergeser

berkompeten lainnya dibanding datang ke dokter

tidak sesuai dengan posisinya dan menimbulkan

gigi karena biaya pemasangan yang relatif lebih

berbagai penyakit. Prosedur pemasangan kawat

murah.

gigi

Keadaan

tersebut

tentu

amat

yang

dipasang

bukan

oleh

dokter

membahayakan masyarakat yang ternyata belum

berkompeten belum tentu memenuhi standar.

paham,

Pemasangan kawat gigi yang tidak dilakukan

termasuk

aparat

kepolisian,

bahwa

pemasangan alat ortodonti cekat adalah suatu

dengan

tindakan medis yang hanya boleh dilakukan oleh

pergeseran gigi yang tidak diinginkan, gangguan

dokter gigi spesialis ortodonti.

Bahaya pemasangan kawat gigi Ilegal

berakibat

terjadinya

gigi

10

Pemberantasan tukang gigi sudah sejak


baik

lama dilakukan. Adanya "tindakan perawatan

tukang gigi, ahli gigi, dan ahli behel akan sangat

gigi" oleh bukan dokter gigi merupakan alasan

berbahaya

Belanda mendirikan STOVIT di Surabaya karena

karena

kawat

akan

penguyahan, dan dapat menimbulkan radang


gusi.

Pemasangan

benar

dilakukan

ilegal

tidak

sesuai

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

32

tindakan para Tandmeester (tukang gigi) yang

menawarkan sebuah solusi yakni pengadaan

membahayakan

Ort-Card (Orthodontic card/ Kartu Ortodonti).

masyarakat.

Masalah

ini

kemudian menjadi salah satu agenda perjuangan


awal PDGI yang dipimpin Prof. Soeria Soemantri,

Ort-card (Orthodontic card)

sampai akhirnya berhasil mendesak Departemen

Orthodontic Card merupakan gagasan

Kesehatan RI untuk mengeluarkan Permenkes

baru yang ada di Indonesia. Gagasan ini didesain

No.

sebagai solusi untuk melindungi masyarakat

53/DPK/69

tentang

Perizinan Tukang Gigi

Pendaftaran

yang

isinya

dan

adalah

terhadap

kesalahan

perawatan

akibat

menghilangkan profesi tukang gigi secara alami

pemasangan kawat gigi ilegal dengan melakukan

dengan cara tidak memberi izin tukang gigi baru .

pembatasan penjualan dan pemasaran alat dan

Cara ini tidak efektif karena saat ini tukang gigi

bahan

semakin banyak dan perawatan yang dilakukan

kesempatan berlangsungnya praktik ilegal atau

semakin berkembang seperti pemasangan kawat

yang menamakan diri sebagai ahli gigi, ahli

gigi yang saat ini sedang populer.

behel, atau di salon-salon kecantikan untuk

Peringatan-peringatan telah di lakukan

ortodonti

Indonesia

Ketua

drg.

Dokter
Rini

lagi

Ortodontic
mutlak

dalam

Card

merupakan

syarat

pembelian alat dan bahan

ortodonti. Bagi mereka yang tidak memiliki kartu

menuntut pengawasan dan tindakan yang lebih

ini, tidak berhak untuk membeli alat dan bahan

tegas dari pemerintah terhadap profesi tukang

ortodonti. Pembuatan kartu Ort-Card ini dibuat

gigi yang bertindak di luar batas kewenangan.

oleh Dinas Kesehatan dengan menunjukkan

Akhirnya pemerintah mengeluarkan Peraturan

identitas sebagai spesialis ortodonti dan surat

Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

izin

1871/Menkes/Per/IX/2011 tentang

pencabutan

mendukung. Dengan adanya kartu ini dapat

nomor

mengurangi pemakaian alat dan bahan ortodonti

pekerjaan

secara ilegal sehingga derita masyarakat akibat

tukang gigi yang menyebutkan bahwa tukang gigi

kesalahan perawatan ortodonti yang dilakukan

hanya berwenang membuat sebagian/seluruh

oleh praktik kawat gigi ilegal dapat berkurang.

menteri

Zaura

Gigi

ada

Matram

peraturan

(PDGI)

Persatuan

tidak

memasang kawat gigi.

oleh para dokter gigi namun tidak pernah


dipedulikan.

sehingga

kesehatan

339/menkes/per/v/1989

tentang

praktik

dan

beberapa

berkas

yang

gigi tiruan lepasan dari akrilik; dan memasang


gigi tiruan lepasan.

Di tengah kehidupan masyarakat yang


fashionable dalam hal pemasangan kawat gigi
menuntut masyarakat untuk memasang kawat
gigi, baik untuk perawatan maupun hanya untuk
gaya. Hal ini menyebabkan menjamurnya praktik
ilegal ditambah lagi alat dan bahan yang mudah
diperoleh di pasaran. Masalah ini memicu
mahasiswa

untuk

menanggapi kondisi
masyarakat

ini.

berpikir
yang

Oleh

kritis

dapat

karena

Gambar 1. Contoh desain Ort-card


tampak depan

dalam

merugikan

itu,

penulis

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

33

Melalui dinas kesehatan, baik

dinas

kesehatan propinsi maupun kota berperan dalam


mensosialisasikan ort-card ini kepada profesi
kedokteran gigi dan kepada masyarakat serta
toko-toko penjualan alat dan bahan kedokteran
gigi, serta mengawasi jalannya program tersebut.
Gambar 2. Contoh Desain Ort-Card
tampak belakang

Jika terjadi pelanggaran, maka akan dilaporkan


ke pihak yang berwenang. Dinas kesehatan juga
perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat

Bahan dan alat ortodonti yang dijual


secara

bebas

dipasaran

memudahkan

berlangsungnya praktik kawat gigi ilegal di

bahwa pemasangan kawat gigi bukan pada ahli


medis akan membahayakan kesehatan.
3. Lembaga Dokter Gigi

masyarakat baik yang menamakan diri sebagai

Lembaga

dokter

gigi

ini

meliputi

tukang gigi, ahli gigi, ahli behel maupun salon-

Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan

salon. Hal ini tentu akan merugikan masyarakat.

Ikatan

Selain kerugian materi karena harus melakukan

bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dalam

perawatan ulang ke dokter gigi jika terjadi

mengawasi jalannya program

kesalahan perawatan, praktik ilegal juga akan

terciptanya kesehatan gigi dan mulut masyarakat

berakibat pada kesehatan masyarakat sehingga

yang lebih baik.

Ortodontis

Indonesia

(IKORTI)

ort-card demi

hal ini memerlukan suatu penanganan. Ort-Card


(orthodontic card) merupakan salah satu bentuk

Langkah-langkah strategis yang dapat

solusi. Pengadaan Ort-Card perlu mendapat

ditempuh dalam implementasi karya tulis ini

dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak,

yaitu:

diantaranya:

a.

1. Instansi Pemerintah
Dalam
pemerintah
membuat

harus dibatasi hanya pada toko-toko

implementasi

berperan
suatu

sangat

peraturan

gagasan
penting
atau

resmi

ini,

pasaran

terutama

menteri

dan

untuk

bahan

melindungi

akibat pemasangan kawat gigi ilegal.


b.

Sosialisasi kepada profesi kedokteran


gigi melalui lembaga dokter gigi.

Pemerintah harus membatasi pemasaran alat


dan bahan ortodonti, dengan ini pemasaran alat

gigi

alat

masyarakat dari kesalahan perawatan

larangan
kesehatan.

penjualan

kedokteran

untuk

penjualan alat dan bahan ortodonti secara bebas


di

Pemasaran alat dan bahan ortodonti

c.

Sosialisasi kepada masyarakat tentang

dan bahan harus betul-betul pada perusahaan

adanya program ort-card

atau

dalam

Pengadaan ort-card ini membutuhkan

penjualan alat dan bahan kedokteran gigi.

pengorbanan dari pemerintah untuk menentukan

Apabila ada toko yang berani menjual alat dan

pilihan karena banyaknya toko-toko yang menjual

bahan kedokteran gigi secara ilegal maka sudah

alat dan bahan kedokteran gigi tanpa izin,

jelas toko tersebut melakukan pelanggaran dan

sehingga

akan dikenakan sanksi.

pekerjaan seseorang, oleh karena itu perlu

toko-toko

yang

bersifat

resmi

2. Dinas Kesehatan

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

adanya

dapat
timbal

menghilangkan
balik

yang

lapangan

diberikan

oleh

34

pemerintah.

Pemerintah

juga

harus

gencar

Februari

mensosialisasikan program ini. Hal ini tentunya


sangat memerlukan bantuan dari berbagai pihak.

2012].

Available

from:

http://gigi.klikdokter.com
6.

Pemasangan Behel Oleh Bukan Dokter


Gigi Ancam Keselamatan Masyarakat.

3. SIMPULAN

Jurnal Dentamedia okt des 2010; 4

Ort-card merupakan suatu karya tulis


gagasan

untuk

melindungi

masyarakat

dari

(14).
7.

Tukang

Gigi

Makin

Membahayakan

kesalahan perawatan akibat pemasangan kawat

Masyarakat. Jurnal Dentamedia Jan-

gigi ilegal dengan cara membatasi penjualan alat

Mar 2007; 1 (11).

dan bahan hanya pada dokter gigi spesialis

8. Mikail, Bramius. Tukang Gigi dan Resiko

ortodonti sehingga yang tidak memiliki kartu ini

Infeksi; 2011. [diakses 25 Februari

tidak berhak untuk membeli alat dan bahan

2012]. Avalable from: www.pdgi.or.id.

ortodonti.

9. Joni.

Prihatin:

Second; 2010.
4. SARAN
Perlu

2012].
dilakukan

mengenai

penelitian

lanjutan

keefektifan dalam penggunaan

Ortodontic Card.

Beli

Ortodonti

[Diakses 26 Februari
Available

from:

www.medicalera.com

10. Nauval

E.

pemasangan
bergeser.

PDGI
kawat

Indonesian

Palembang:
penyebab
News

gigi

No.584.

th

DAFTAR PUSTAKA
1. Gustaaf

Jual

September 15 2011

K. Trend Kawat Gigi untuk

Fashion; 2011. [diakses 17 Februari


2012]

Available

from:

http://kesehatan.kompasiana.com/medis
/2011/04/06/trend-kawat-gigi-untukfashion/)/
2.

Kusuma Y. Kawat Gigi: Trend atau


Perawatan. Kiat Sehat. Edisi 4 oktoberdesember; 2008.

3.

Erwansyah E. Menyempurnakan Bentuk


Wajah

Dengan

[Diakses

Kawat

tanggal 24

Gigi;

2012.

Febriari 2012]

Available

from:

www.orthodontic- eka.com.
4. Mitchell

L.

Orthodontics

An
2nd

Introduction
Edition.

to

Inggris:

Oxford University Press; 2001.


5. Mozartha M . Pilih Dokter Gigi atau
Tukang

Gigi?;

2010.

[Diakses

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

27

35

Literature
Study

PERAWATAN APEKSOGENESIS DENGAN MINERAL


TRIOXIDE AGGREGATE (MTA) PADA GIGI PERMANEN
MUDA
Febrina Audina

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.


Email : pepyey@rocketmail.com

ABSTRAK
Dalam praktiknya, keadaan gigi muda dengan pulpa vital yang perkembangannya belum sempurna,
tidak jarang ditemui. Hal tersebut dapat disebabkan karena karies yang meluas ataupun karena
traumatic injuri. Apeksogenesis merupakan suatu prosedur yang melibatkan pulpa yang terinflamasi
pada gigi yang perkembangannya belum sempurna. Tujuan apeksogenesis adalah mempertahankan
jaringan pulpa vital sehingga perkembangan akar pada gigi permanen muda dapat menutup dengan
sempurna. Bahan yang biasa digunakan dalam prosedur apeksogenesis adalah Mineral Trioxide
Aggregate (MTA). MTA dibentuk dengan sifat fisik yang baik, ciri yang memadai serta yang diperlukan
dalam suatu material medikamen yang ideal.
Kata Kunci : perkembangan gigi tidak sempurna, apeksogenesis, Mineral Trioxide Aggregate
(MTA).
ABSTRACT
In clinical practice it is not uncommon to find incompletely developed teeth that require some form of
endodontic intervention due to extensive caries or traumatic injury. Apexogenesis is a procedure that
addresses the shortcomings involved with capping the inflamed dental pulp of an incompletely
developed tooth. The goal of apexogenesis is the preservation of vital pulp tissue so that continued
root development with apical closure may occur. Material used in apexogenesis is Mineral Trioxide
Aggregate (MTA). MTA was originally formulated to provide the physical properties, setting
requirements and characteristics necessary for an ideal repair and medicament material.
Keywords : incompletely develop teeth, apexogenesis, Mineral Trioxide Aggregate
(MTA).

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

36

1. PENDAHULUAN
Dalam praktik klinis, keadaan pada gigi muda
dengan pulpa

vital

yang perkembangannya

belum sempurna tidak jarang ditemui, biasanya


disebabkan karena karies yang meluas atau luka
traumatik. Pada kasus seperti ini, diperlukan
perawatan endodontik agar perkembangan gigi
muda tersebut dapat berlanjut hingga menjadi
gigi permanen seutuhnya. Tes vitalitas pulpa dan
derajat perkembangan gigi sangat dibutuhkan
untuk merencanakan suatu perawatan yang
sesuai supaya gigi dapat bertahan lama.

Pada gigi permanen muda, penutupan apeks


gigi

belum

terbentuk

dengan

sempurna.

Penutupan apeks kira-kira terjadi selama 3 tahun

Gambar 1. (A) Gambaran radiografi pada karies simptomatik


terekspos pada gigi premolar kedua rahang bawah sebelum
perawatan. (B) Gambaran radiografi setelah perawatan
pulpotomi

dengan

MTA dan

direstorasi

dengan

resin

setelah erupsi. Akar yang belum sempurna

komposit. (C) Setelah 2,7 tahun menunjukkan kelanjutan

memiliki lubang apeks yang lebih besar. Dinding

pertumbuhan akar (apeksogenesis). (D) Pasca 3,4 tahun

saluran akar dari akar yang belum sempurna

menunjukkan gigi lebih respon dengan tes pulpa.

dengan apeks terbuka adalah lebih tipis daripada


3

akar yang tumbuh normal. Jika gigi yang belum


matang tersebut terkena trauma sedikit saja,
maka

pulpanya

dapat

terbuka.

Agar

pembentukan normal dentin pada akar dapat


terus

berlangsung,

pulpotomi

dilakukan

yang

perawatan

tujuannya

untuk

mempertahankan vitalitas pulpa bagian akar.


Kebanyakan

gigi

yang

belum

sempurna

pertumbuhannya dan mengalami fraktur mahkota


dengan pulpa yang terbuka, pulpanya vital dan
inflamasi

terbatas

pada

permukaan

pulpa

saja.sedangkan pada gigi yang terkena karies,


perawatan juga bisa dilakukan pada pulpa yang
terbuka sedikit, keberhasilannya tergantung pada
luasnya kerusakan pulpa dan layak atau tidaknya
gigi tersebut direstorasi.

Maka dari itu, maksud dan tujuan dari


makalah ini adalah mengemukakan pentingnya
suatu perawatan pulpa vital pada gigi yang belum
terbentuk sempurna agar pembentukan dentin
dan penutupan apeksnya dapat terus berjalan.
Dengan kata lain, perawatan ini menjaga supaya
pulpa radikuler tetap vital.

2. PEMBAHASAN
2.1. Apeksogenesis
Apeksogenesis adalah suatu prosedur
pada pulpa yang telah terinflamasi dan masih
vital pada gigi yang perkembangannya belum
sempurna atau sering disebut dengan gigi
1

permanen muda. Apeksogenesis dapat juga


disebutkan sebagai suatu perawatan pulpa vital
pada gigi yang akarnya belum tumbuh sempurna,
untuk memberi kesempatan pada akar
melanjutkan pertumbuhan dan menutup
apeksnya. Perawatan ini dilakukan dengan cara

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

37

mempertahankan pulpa vital atau menyingkirkan


pulpa yang terinflamasi reversibel supaya
pembentukan akar dan pematangan apeks dapat
dilanjutkan.

Indikasi dilakukannya apeksogenesis


adalah untuk gigi yang dalam masa pertumbuhan
dengan foramen apikal yang belum tertutup
sempurna, adanya kerusakan pada pulpa koronal
sedangkan pulpa radicular dalam keadaan sehat.
Tetapi apeksogenesis merupakan suatu
kontraindikasi pada gigi yang telah mengalami
avulsi dan replantasi, gigi yang sangat goyang,
Gambar 2. Gambaran radiografi periapikal pada gigi 21

gigi yang mengalami fraktur mahkota, gigi

dengan perkembangan akar yang belum sempurna.

dengan fraktur akar yang horizontal yang berada

2.1. Mineral Trioxide Aggregate (MTA)

dekat dengan gingival, serta gigi karies yang


tidak dapat direstorasi lagi.

Telah

banyak

material-material

dalam

kedokteran gigi yang telah berkembang, salah


2.2.

Morfologi Gigi Permanen Muda

satunya Mineral Trioxide Aggregate (MTA). MTA

Gigi permanen muda merupakan gigi

merupakan

salah

satu

bahan

yang

baru

permanen yang baru saja erupsi dan ada bagian-

berkembang

dan

bagian dari gigi itu sendiri yang belum sempurna

keberhasilan

yang

pertumbuhan dan perkembangannya. Misalnya

mengatakan, MTA sebagai suatu bahan yang

pada gigi permanen dewasa, gigi tersebut telah

sangat serbaguna dalam kedokteran gigi. Hal itu

mempunyai perkembangan akar yang lengkap

dikarenakan oleh sifat-sifat fisik MTA yang baik

sedangkan pada gigi permanen muda masih

dan

mempunyai ruang pulpa yang besar dan apeks

regenerasi jariangan serta respon pulpa yang

yang terbuka. Sehingga pada gigi permanen

baik.

menunjukkan
bagus.

kemampuannya

untuk

tingkat
Beberapa

merangsang

muda lebih reaktif terhadap invasi bakteri dan

2.1.1. Isi Bahan MTA

rasa sakit. Karena distribusi syaraf pada gigi

MTA merupakan suatu percampuran dari

sulung berakhir di odontoblas, oleh karena itu

semen Portland dan bismuth oksida serta ada

persyarafan di gigi sulung kurang sensitif. Beda

juga

dengan gigi permanen yang distribusi syarafnya

beberapa elemen seperti SiO2, CaO, MgO,

di dalam odontoblas sampai pre dentin, sehingga

K2SO4, dan Na2SO4. Komponen utama adalah

lebih sensitif.

dilaporkan

bahwa

MTA

terdiri

dari

semen Portland tersebut yang merupakan


campuran dari dikalsium silikat, trikalsium
silikat, gypsum, dan tetrakalsium aluminoferit.

2.1.2. Sifat MTA


MTA mengeras kira-kira 3 sampai 4 jam,

kekuatannya kurang dari amalgam. Kekuatan

kekuatan yang lebih dibandingkan MTA abu-

MTA dalam 24 jam kira-kira 40 MPa dan naik

abu.

menjadi 67.3 MPa setelah 21 hari. MTA bersifat

2.1.4. Manipulasi Kerja MTA

radiopak sehingga lebih mudah dilihat dalam

Dalam penggunaan MTA sebagai bahan

radiografi. MTA tidak mempunyai sifat anti

material, dilakukan beberapa tahap kerja yaitu

mikroba, tetapi

Enterococcus faecalis

sebagai berikut,

Streptococcus

sanguinis tidak dapat hidup

dan

dalam MTA.
MTA

1. Mixing:

MTA

abu-abu

dan

MTA

dicampur dengan air bersih dengan rasio 3:1


tidak

bereaksi

dengan

bahan

sesuai dengan petunjuk pabrik. Dalam hal ini

restorasi lainnya. Tes genetoksik menunjukkan

susah dimanipulasi sehingga pada

pada MTA tidak ada bersifat merusak DNA.

insersi MTA agak sulit.

MTA juga dapat bersifat aktivasi sementoblas


dan produksi sementum. Pada beberapa kasus,
MTA

juga

putih

bersifat

bone

healing.

MTA

memproduksi lebih banyak dentinal bridge lebih

2. Insersi:

ultrasonic-assisted

saat

condensation

lebih efisien daripada hand-condensation.


3. Ketebalan: 5mm MTA yang tersedia lebih
baik untuk resistensi microleakage.

signifikan dibandingkan Calsium Hidroksida

4. Lakukan radiografi.

dalam waktu yang lebih cepat serta memiliki

5. Kapas yang lembab diletakkan diatas MTA,

sedikit

inflamasi

nekrosis

dan

pulpa.

MTA

mengurangi
juga

resiko

dilaporkan

mempunyai ukuran partikel yang kecil, toksik

kemudian dilakukan restorasi sementara.


(Setting time MTA 3-4 jam setelah mixing).
Pasien control kembali setelah 24 jam untuk

yang sedikit, dan working time yang lama. Oleh

obsturasi &

sebab

menjadi permanen. Isi saluran akar dengan

itu,

perawatan

dengan

MTA telah

menjadi standard pada perawatan dengan


apeks terbuka.
2.1.3.

guta perca & restorasi resin komposit.

Tipe MTA

3. KESIMPULAN

MTA pertama kali disebutkan dalam


literature

lakukan penggantian restorasi

pada

tahun

1993.

Ketika

MTA

Daun MTA merupakan bahan material


yang baik karena kualitas dan keidealannya.

diperjualbelikan, terdapat warna abu-abu dari

MTA juga berhasil dalam pembentukan dentin

MTA (gray MTA). Kemudian pada tahun 2002,

bridge dengan sedikit efek samping dan

MTA putih pertama kali dikenalkan. MTA abu-

kerugian. Sifat-sifat dari MTA cocok digunakan

abu berisi aluminoferit yang menyebabkan

sebagai bahan untuk apeksogenesis pada gigi

diskolorisasi pada gigi dan jaringan gingiva.

permanen muda. Apeksogenesis dilakukan pada

MTA abu-abu juga memproduksi 43% kristal

gigi permanen muda karena apeks pada gigi

hidroksiapatit

permanen muda belum menutup secara

pada

permukaan,

dan

juga

menginduksi pembentukan dentin lebih efisien

sempurna sehingga perlu dilakukan suatu

(reparative dentin). Sedangkan pada MTA putih

perawatan. Setelah erupsi, diperlukan sekitar 3

(white MTA) menyebabkan pewarnaan juga

tahun untuk gigi dengan apeks yang menutup

pada gigi tetapi hal itu tergantung pada

sempurna. Sehingga pulpa radikuler tetap vital.

kandungan Fe2O3. MTA putih mempunyai

. Perawatan apeksogenesis ini dilakukan dengan

cara mempertahankan pulpa vital atau

aggregate material use in endodontic treatment:

menyingkirkan pulpa yang terinflamasi reversibel

A review of the literature. Dental Materials (24)

supaya pembentukan akar dan pematangan

2008. 149-164

apeks dapat dilanjutkan. Banyak sekali


keuntungan yang diperoleh jika kita

Apexogenesis. 10 April 2012.

menggunakan MTA sebagai bahan material,

http://www.slideshare.net/ahmedmostafahussei

namun MTA mempunyai setting time yang lama

n/apexification-ahmad-mostafa

yaitu sekitar 3-4 jam setelah mixing serta harga


yang mahal. Namun hal itu dapat terbayar
dengan sifat fisik MTA yang sangat baik
sehingga MTA sering digunakan dalam berbagai
perawatan contohnya apeksogenesis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Barrington C. Apexogenesis in an
Incompletely Developed Permanent Tooth with
Pulpal Exposure. 1 Februari 2003.
http://www.endoexperience.com. 23 Oktober
2013.
2.

8. Hussein, Ahmad Mustofa. Apexification &

Walton RE. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsi


(Edisi Kedua). Alih Bahasa. Sumawinata dkk.
Jakarta: EGC, 1998: 489 491.

3. Walton RE. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia


(Edisi Ketiga). Alih Bahasa. Sumawinata N,
Juwono L. Jakarta: EGC, 2008: 435 437.
4. USU OpenCourse Ware. Pedodonsia Terapan.
http://ocw.usu.ac.od/course/detail/pendidikandokter-gigi-s1/611-PEDODONSIATERAPAN.html. 25 Oktober 2013.
5. Arathy Rao, dkk. Mineral Trioxide Aggregate
A review. The Journal of Clinical Pediatric
Dentistry Volume 34, Number 1/2009
6. Camp, H. Joe. Diagnosis Dilemmas in Vital
Pulp Therapy: Treatment for the Toothache is
Changing, especially in Young, Immature
Tooth. Journal of Endodontics. July 2008,
Volume 34, Number 7S.
7. Howards W. Roberts, dkk. Mineral trioxide

Literature
Study

PAPAIN-BASED GEL SEBAGAI AGEN


CHEMO-MECHANICAL CARIES REMOVAL YANG
RAMAH LINGKUNGAN
1

Nasriana S. Manurung , Aninda K. Dewi , Agung Prabowo Dhartono

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia
Email: nsrnstephanie@hotmail.com

ABSTRAK
Penatalaksanaan karies gigi saat ini masih menggunakan teknik konvensional yaitu dengan
pengeboran (drilling) gigi untuk selanjutnya dilakukan restorasi gigi. Prosedur pengeboran gigi
umumnya menggunakan handpiece dan bur untuk membersihkan jaringan karies dan menyiapkan
kavitas gigi. Prosedur tersebut tentunya akan meningkatkan pemakaian energi listrik dan tidak ramah
lingkungan. Belakangan ini dikembangkan suatu teknik dalam perawatan gigi untuk mengurangi halhal tersebut, yaitu chemo-mechanical caries removal menggunakan papain-based gel. Studi pustaka
ini bertujuan untuk mengetahui papain-based gel sebagai agen chemo-mechanical caries removal.
Papain-based gel mengandung enzim papain yang diekstraksi dari getah daun pepaya dan buah
pepaya hijau. Enzim yang ada pada papain-based gel ini terdiri atas endoprotein yang serupa dengan
enzim pepsin pada manusia yang bersifat antibakteri, antiinflamasi, dan mempercepat proses
penyembuhan luka. Penggunaan papain-based gel sangat membantu proses preparasi cavitas
sebelum penumpatan, memberikan rasa nyaman bagi pasien, serta lebih mempertahankan jaringan
sehat di sekitar kavitas gigi. Keunggulan lain dari papain-based gel yaitu manipulasinya yang mudah,
sederhana, dan harga yang terjangkau. Papain-based gel dapat digunakan sebagai agen chemomechanical caries removal yang ramah lingkungan.
Katakunci: Papain-based gel, chemo-mechanical caries removal, eco-friendly dentistry

ABSTRACT
Treatment to dental caries nowadays is still using the conventional technique which is drilling, and
followed by the tooth restoration. The procedures of drilling generally use handpiece and drill to get rid
of the carious tissues and to prepare the cavity. This procedure will increase the usage of electricity
and is not environmentally-friendly. Lately, a technique in tooth restoration is being developed to
lessen those disadvantages, which is chemo-mechanical caries removal using papain-based gel. This
literature review was aiming to acknowledge papain-based gel as a chemo-mechanical caries removal
agent. Papain-based gel contained papain enzyme which is extracted from the latex and fruits of the
green adult papaya. Enzyme that was found in this papain-based gel contained endoprotein which is
similar to pepsin enzyme found in humans with characteristic of antibacterial, anti-inflammatory, and
could accelerate wound-healing process. Using papain-based gel greatly helped the cavity preparation
process before the fillings, comfortable to the patient, and could preserve more healthy tissues around
the cavity. Other advantages of papain-based gel were easy to manipulate, simple, and affordable.
Papain-based gel could be used as a chemo-mechanical caries removal agent that is environmentallyfriendly.
Keywords: Papain-based gel, chemo-mechanical caries removal, eco-friendly dentistry

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

41

1. PENDAHULUAN
Gagal

seberapa besar kedalamannya adalah dengan

ginjal

kronik

merupakan

melakukan probing.

penurunan fungsi ginjal secara progresif dan

Penelitian mengenai kondisi periodontal

ireversibel yang berkaitan dengan penurunan

khususnya periodontitis pada pasien gagal ginjal

laju

kronik

filtrasi

diabetes

glomerulus.
melitus

Hipertensi

dan

kronik,

glomerulonefritis

merupakan penyebab paling sering dari gagal


1

yang

menjalani

hemodialisis

belum

pernah diteliti di Banda Aceh. Berdasarkan hal


tersebut,

peneliti

tertarik

untuk

melihat

ginjal kronik. Hemodialisis menjadi salah satu

hubungan antara durasi hemodialisis dengan

terapi yang sangat dibutuhkan oleh penderita

periodontitis pada pasien gagal ginjal kronik di

gagal ginjal kronik untuk mengeluarkan sisa-sisa

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin

metabolisme dalam darah.

Banda Aceh.

Gagal ginjal kronik serta hemodialisis


dapat

mempengaruhi

kondisi

rongga

mulut.Diperkirakan 90% pasien gagal ginjal


kronik mengalami perubahan pada jaringan
3

lunak mulut serta tulang rahang. Salah satu


manifestasi

oral

yang

dapat

timbuladalah

2.
PUSTAKA

TINJAUAN

2.1 Intervensi Minimal


Eco-dentistry

merupakan

praktik

atau

realisasi dalam kedokteran gigi yang bertujuan

periodontitis.Periodontitispada penderita gagal

mengurangi limbah dan polusi, menghemat air,

ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis

energi,

dapat disebabkan oleh produksi vitamin D yang

berbagai inovasi. Penggunaan bahan dan alat

tidak adekuat pada ginjal sehingga terjadi

yang berlebihan dan tidak efektif dalam praktek

resorbsi

klinis

tulang,

keadaan

xerostomia,

dan

dan

biaya,

dapat

dengan

mencemari

menggunakan

lingkungan

dan

buruknya kebersihan mulut. Pasien cenderung

berkontribusi dalam pemanasan global. Oleh

lebih fokus terhadap penyakitnya dan terapi

karena itu, kesadaran dalam praktek klinis

hemodialisis

kedokteran

yang

sangat

menyita

waktu

menjadi alasan kurangnya menjaga kesehatan


mulut.

menjaga

gigi

perlu

lingkungan

ditingkatkan
dan

untuk

mengurangi

pemanasan global. Salah satu tindakan dalam

Penelitian
menunjukkan

Bayraktar

bahwa

dkk

perbedaan

(2007)

kedalaman

poket periodontal signifikan pada pasien yang


telah menjalani terapi hemodialisis kurang dari
tiga tahun dibandingkan dengan pasien yang
telah menjalani terapi lebih dari tiga tahun.

Poket periodontal merupakan tanda klinis dari


periodontitis.Metode yang dapat dilakukan untuk
mengetahui keberadaan poket periodontal serta

praktik kedokteran gigi yang menganut falsafah


eco-dentistry atau
dengan

menggunakan

dentistry
konsep

adalah

intervensi

minimal (concept of minimal intervention) untuk


merestorasi gigi.
Intervensi minimal dalam merestorasi gigi
merupakan

sebuah

mengkombinasikan

filosofi

pengetahuan

yang
mengenai

prinsip pencegahan, remineralisasi lesi karies,


dan

perkembangan

Intervasi
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

green

minimal

bahan

tumpat

merupakan

adesif.
tindakan
42

pencegahan pada lesi nonkavitasi, deteksi dini


karies, remineralisasi, dan preparasi minimal

2.2 Chemo-Mechanical Caries Removal


Chemo-mechanical caries removal (CMCR)

untuk restorasi langsung dengan tumpatan

adalah

adesif bila perawatan di indikasikan. Salah satu

jaringan keras gigi dengan cara melunakkan

tujuan dari konsep intervasi minimal adalah

jaringan menggunakan bahan kimia kemudian

mengatasi kerusakan jaringan gigi akibat karies

diikuti tindakan ekskavasi jaringan yaang rusak.

dengan

Prinsip CMCR didasarkan pada penelitian yang

mengurangi

atau

meminimalkan

tindakan

dilakukan

dentin dan email yang sehat melalui terai

Amerika ppada tahun 1970-an, yaitu efek

remineralisasi juga dengan upaya menyisakan

sodiuum hipoklorit bersifat toksik dan dapat

dentin

merusak jaringan sehat disekitarnya.

yang

dalam

untuk

menghindari terbukanya pulpa sehingga vitalitas


pulpa dapat dipertahankan.

Goldman

dan

pembuangan

tindakan invasif yaitu dengan mempertahankan

demieralisasi

oleh

non-invasif

kronman

di

10

Perkembangan selanjutnya sodium hipoklorit


digabung

dengan

Sorensens

Buffer

untuk

Intervensi minimal dalam penumpatan gigi

mengurangi toksisitas. Formula tersebut terdiri

sangat berkaitan erat dengan disain preparasi

dari glisin, sodium klorit, dan sodium hipoklorit

kavitas minimal, alat-alat preparasi modern,

yang

penggunaan

Kekurangan

bahan

tumpat

adesif

serta

dikenal

dengan
GK

nama

101

GK

adalah

101.
proses

peminimalan siklus restorasi. Salah satu disain

pembuangan jaringan keras sangat lambat.

preparasi

kavitas

minimal

intervensi minimal berupa

yang

menganut

Selain itu, penggunaan bahan restorasi yang

teknik

preparasi

bersifat adesif belum dikenal pada saat itu.

mikro. Hal tersebut dikarenakan, pada teknik


preparasi

mikro

mendapatkan

dalam

akses

ke

10

Caridex dikembangkan berdasarkan formula

prosedurnya

N-monokloroglosin dan asam amino butirat.

seminimal

Caridex dapat memecah kolagen pada jaringan

kavitas

mungkin, tanpa banyak membuang jaringan gigi.

keras

Teknik preparasi mikro ini melibatkan sejumlah

pembuangan

instrumen

micro-

secara klinis yaitu harganya mahal, memerlukan

preparation dan fissurotomy, alat preparasi

pompa reservoir, jumlah larutan yang diperlukan

ultrasonik (sonoabrasion), air abrasion, dental

sangat banyak, dan masa simpan bahan

modern,

diantaranya

bur

sehingga

10

lebih

jaringan.

memudahkan

Kelemahan

Caridex

laser dan metode kemomekanikal. Keuntungan

pendek.

yang

di Eropa untuk menyaingi Caridex. Carisolv lebih

didapat

bila

melakukan

penumpatan

Akhir-akhir ini diperkenalkan Carisolv

dengan intervensi minimal, diantaranya sisa

efektif

jaringan gigi tetap kuat, cidera terhadap pulpa

kekurangannya adalah harus diaplikasikan oleh

minimal, pengembalian bentuk anatomi lebih

operator

mudah

sehingga

estetika

lebih

terjamin,

dan

mudah

yang

instrumen khusus.

terlatih

manipulasinya
dan

tapi

memerlukan

10

sehingga pekerjaan dokter gigi menjadi lebih


baik,

mudah,

lingkungan.

cepat,

dan

lebih

ramah

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

43

Teknik yang biasanya digunakan untuk

sudah

efektif,

menghilangkan jaringan karies adalah dengan

keterbatasannya

metode

dikembangkan

konvensional.

Metode

ini

dapat

masih

ada

sehingga
di

Eropa

beberapa

produk
dengan

baru
tujuan

menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman

mengeliminasi kerugian dari Caridex.Produk

bagi

chemo-

ini bernama Carisolv dan mengandung tiga

(CMCR)

asam amino; lysine, leucine, dan glutamic

pasien.

mechanical

Oleh

karena

caries

itu,

removal

dikembangkan sebagai salah

teknik

acid.Ketiga asam ini menetralkan sifat agresif

konvensional.

NaOCl pada jaringan mulut yang sehat.

Metode CMCR ini disebut patient-and-user

Namun, penggunaan carisolv membutuhkan

friendly karena dapat mendegradasi kolagen

training

yang tidak terdegradasi sempurna di dalam

professional

dentin yang terinfeksi tanpa merusak jaringan

menyebabkan carisolv tidak dapat digunakan

alternatif

terhadap

dentin yang normal.

metode

satu

yang

extensif

serta

dan

alat-alat

pendaftaran
khusus

yang

oleh banyak orang. Pada 2003, sebuah gel

Chemo-mechanical

removal

dikembangkan di Brazil. Gel ini terbuat dari

yang

enzim papain, kloramin, dan toluidin biru dan

terinfeksi

disebut Papacrie yang berarti memakan

menggunakan agen kimiawi. Proses ini tidak

karies. Gel ini diaplikasikan pada dentin yang

hanya

terinfeksi,

terkontaminasi dan khasiat proteolitik, klorinasi

namun juga menjaga struktur gigi yang sehat,

dan oksidasinya akan bereaksi pada kolagen

mencegah

gigi karies tanpa merusak dentin bagian

merupakan
mengeliminasi

caries

teknik

non-invasif

dentin

yang

menghancurkan
iritasi

jaringan

pada

pulpa

dan

ketidaknyamanan pasien. Metode ini tidak

dalam.

menggunakan teknik pengeboran dan dibantu


oleh

gaya

mekanikal

yang

atraumatik

menggunakan eskavator untuk menghilangkan


struktur lunak karies.

2.3 Papain-based gel


2.3.1 Kandungan Papain-based gel
Papain-based gel atau Papacarie adalah

Beberapa agen chemo-mechanical caries

gel yang mengandung enzim papain, kloramin,

removal sudah dikembangkan. Pada 1975,

toluidin biru, garam, dan zat pengental yang

larutan

bersama-sama

yang

hypochlorite

mengandung
(NaOCl)

5%

digunakan

natrium
untuk

memberi

karakterisik

bakterisidal, bakteriostatik dan antiinflamasi.

menyingkirkan jaringan karies. Larutan ini

Papain bereaksi hanya pada jaringan yang

disebut GK-101 atau N-monochloroglycine

terinfeksi

yang juga mengandung natrium hidroksida

Kloramin membantu untuk melarutkan jaringan

karies dentin dengan mengklorinisasi kolagen

menjadi

gigi karies yang tidak terdegradasi dengan

(NaOH), natrium klorida (NaCl), glycine.


Kemudian larutan ini dimodifikasi

karena

sifat

khusus

enzimnya.

lebih effisien dengan menambahkan grup etil

sempurna.

sehingga namanya diubah menjadi GK-101E

struktur kolagen, melarutkan ikatan hydrogen

atau

dan

N-monochloro-D,L-2-aminobutyrate.

Larutan baru ini diberi merek bernama Caridex

Mekanisme

dengan

ini

demikian

penyingkiran jaringan.

mempengaruhi
memfasilitasi

dan aplikasinya menggunakan teknik yang


sama dengan GK-101.

Meskipun Caridex

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

44

2.3.2 Sumber Enzim Papain

rentang luka Papain hanya bereaksi pada

Nama latin pepaya adalah Carica papaya

jaringan yang terinfeksi karena pada jaringan

L. Tanaman ini berasal dari daerah tropis di

tersebut tidak ada protease antiplasmatik

Amerika, Meksiko

yang

(alpha-1-antitrypsin) yang menghambat aksi

kemudian menyebar ke berbagai negara tropis

proteolitik enzim papain. Alpha-1-antitrypsin

lainnya. Pepaya mempunyai manfaat yang

hanya

cukup beragam, baik dalam makanan dan

menghambat penghancuran protein.

minuman

adanya

bagiang selatan,

maupun

industri

obat.

Pepaya

ada

dalam

jaringan

sehat

Alpha-1-antitrypsin dalam

dan
Tidak

jaringan

adalah tanaman herba yang memiliki batang

yang terinfeksi memperbolehkan papain untuk

tidak berongga, biasanya tidak bercabang dan

menguraikan molekul kolagen yang belum

dapat

terdegradasi dengan sempurna.

mencapai

merupakan

10

daun

meter.

tunggal,

Daunnya

Sehingga

dan

enzim papain digunakan dalam papain-based

bercangap. Pepaya memiliki tiga jenis bunga,

gel untuk menghilangkan jaringan karies pada

yaitu bunga jantan, bunga betina dan bunga

gigi .

sempurna.

3
PEMBAHASAN

Batang,

besar

bunga

dan

buahnya

mengandung getah yang bersifat enzimatis,


yaitu dapat memecah protein.Enzim ini disebut
enzim

papain.

Enzim

papain

banyak

digunakan di berbagai industri seperti industri

3.1

memiliki sifat bakterisidal, bakteriostatik, nontoksik, dan beraksi sebagai antiinflamasi.

Perkembangan

Metode

Preparasi

Kavitas Menuju Teknik Kedokteran Gigi


Ramah Lingkungan (Eco-Dentistry)
Preparasi

makanan dan minuman, kosmetik, farmasi,


tekstil, dan penyamak. Enzim endoprotein ini

kavitas

merupakan

suatu

langkah penting sebelum tindakan restorasi


gigi.

Restorasi

gigi

merupakan

tindakan

penggantian jaringan keras gigi yang rusak

dengan bahan restorasi, yang sebelumnya


dilakukan

2.3.3 Manfaat Enzim Papain


Enzim papain digunakan di berbagai
industri

karena

sifat-sifatnya

yang

dapat

preparasi

kavitas

dengan

tujuanmembuang enamel dan dentin yang


terkena

karies

dan

membentuk

kavitas

menguntungkan.Pada bidang kedokteran gigi

sedemikian rupa sehingga bahan tumpatan

enzim papain dimanfaatkan karena enzim ini

dapat

diletakkan

bekerja hanya pada jaringan yang terinfeksi,

sempurna.

memberantas

dalam

bakteri

mencegah

(bakterisida),

pertumbuhan

dan
bakteri

di

dalamnya

secara

Tahapan yang perlu dilakukan

merestorasi

membuang

gigi,

jaringan

antara
karies

lain:

(1)

dengan

enzim

pengeboran agar karies tidak meluas ke

pepsin di tubuh manusia papain bertindak

jaringan pulpa; (2) mengembalikan gigi yang

sebagai agen debridant antiinflamasi yang

karies dengan bahan restorasi yang sesuai

tidak

supaya dapat berfungsi dengan baik; (3)

(bakteriostatik).

merusak

Selain

itu,

jaringan

seperti

sehat

dan

mengembalikan morfologi gigi agar oklusi dan

mempercepat proses penyembuhan luka.


pembersihan

titik kontak tidak berubah sehingga dapat

kimiawi pada luka, granulasi dan pembentukan

menjaga lengkung gigi; dan (4) memperbaiki

jaringan

penampilan.

Papain
epitel,

mendorong
serta

menstimulasi

daya

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

2,11

45

Usaha yang pertama dilakukan untuk

infeksi dan produk sterilisasi; (b) penggunaan

membuat preparasi kavitas dalam rangka

handuk reusable untuk mengurangi limbah,

pembuangan jaringan gigi yang rusak adalah

menghentikan penggunaan barang disposable

dengan

dan

metode

konvensional

yaitu

menggunakan

barang

penggunaan

Morrison

(paperless) dan memaksimalkan peralatan

menjadi

high

tanpa

elektronik

Kekurangan

kertas dan limbah kertas; (d) menggunakan

ini

adalah

bunyi

yang

mengurangi

kertas

speed drill yang digunakan sampai sekarang.


alat

untuk

medis

(c)

penggunaan hand drill. Tahun 1871 James


mengembangkan

rekam

reusable;

ditimbulkan dapat mengganggu kenyamanan

pencitraan

pasien terutama anak-anak serta diperlukan

menggunakan aromaterapi karena beberapa

anestesi lokal. Pengeboran gigi juga dapat

pasien

alergi/sensitif

menimbulkan panas yang membahayakan

kimia;

(f)

vitalitas pulpa serta pembuangan jaringan gigi

biodegradable,

sehat yang berlebihan.

5,12,13

Di lain pihak,

digital

(bukan

penggunaan

terhadap

penggunaan
yang

membersihkan

sinar

X);

bau-bauan

cairan

biasa

dental

(e)

sterilisasi

dipakai

untuk

chair

setelah

ternyata prosedur konvensional meningkatkan

pemeriksaan pasien; dan (g) menggunakan

pemakaian energi listrik yang tidak ramah

lampu dan sumber daya yang hemat energi di

lingkungan.

klinik.

konvensional

Pengeboran

dalam

membutuhkan

listrik

teknik
serta

Pada

tahun

1980-an

dikembangkan

penggunaannya yang tidak benar dan efektif

suatu

menyebabkan

atraumatic restorative treatment (ART) yang

pemakaian

listrik

yang

teknik

baru

perawatan

berlebihan. Limbah cair yang dihasilkan dari

hanya

menggunakan

proses

Teknik

ini

preparasi

kavitas

menimbulkan

dapat

gigi

instrumen

yaitu

tangan.

mengurangi rasa

takut

pencemaran jika tidak ditangani dengan tepat.

terhadap perawatan gigi yang menggunakan

Oleh sebab itu, diperlukan alternatif lain yaitu

bor dan pembuangan jaringan sehat tidak

praktik kedokteran gigi yang ramah lingkungan

berlebihan. Keberhasilan teknik ART terbatas

(eco-dentistry).

pada karies satu permukaan dan kavitas yang

Eco-dentistry merupakan praktik atau

kecil.

13

Namun sebelumnya, sejak tahun 1975

realisasi dalam kedokteran gigi yang bertujuan

sudah

mengurangi limbah dan polusi, menghemat

pembuangan jaringan karies yang dikenal

air, energi, dan biaya, dengan menggunakan

dengan chemo-mechanical caries

berbagai inovasi. Penggunaan bahan dan alat

(CMCR). Bahan yang pertama kali digunakan

yang berlebihan dan tidak efektif dalam praktik

adalah

klinis

dan

ditinggalkan karena bersifat toksik terhadap

berkontribusi dalam pemanasan global. Eco-

jaringan sehat. Perkembangan selanjutnya

dentistry yaitu cara untuk memikirkan ulang

adalah N-monokloroaminobutirat (NMAB) yang

proses dan prosedur tindakan kedokteran gigi,

dipasarkan dengan nama dagang Caridex dan

administrasi dan desain klinik kedokteran gigi

Carisolv. Kedua produk tersebut lebih dapat

yang menggunakan prinsip green dentistry

diterima oleh jaringan tubuh, hanya agak

sebagai

mahal dan larutan yang digunakan dalam

dapat

mencemari

panduan

lingkungan

seperti

berikut:

(a)

mengganti ke penggunaan lain untuk kontrol

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

jumlah

digunakan

5%

banyak.

bahan

sodium

kimia

untuk
removal

hipoklorit,

Selanjutnya, pada

tetapi

2003

46

sebuah gel CMCR dikembangkan di Brazil.

menerapkan prinsip green dentistry dengan

Gel ini terbuat dari enzim papain, kloramin,

menggunakan

dan toluidin biru dan disebut Papacrie yang

menggunakan enzim papain yang diekstrak

berarti memakan karies. Gel ini diaplikasikan

dari

pada dentin yang terkontaminasi dan khasiat

mengurangi penggunaan energi listrik serta

proteolitik, klorinasi, dan oksidasinya akan

air.

bereaksi pada kolagen gigi karies tanpa


merusak dentin bagian dalam.

Metode CMCR merupakan teknik noninvasif yang hanya mengeliminasi dentin yang
terinfeksi menggunakan agen kimiawi. Proses
ini

tidak

hanya

menghancurkan

jaringan

terinfeksi, namun juga menjaga struktur gigi


yang sehat, mencegah iritasi pada pulpa dan
ketidaknyamanan pasien. Setelah jaringan
karies diberi agen kimia, struktur lunak karies
disingkirkan menggunakan eskavator atau alat
hand instrument khusus.
mempunyai

Metode CMCR

beberapa

keunggulan

dibandingkan pengeboran tradisional, antara


lain: (a) persepsi pasien akan rasa nyeri
berkurang dan lebih nyaman; (b) kurangnya
ketakutan

dan

kecemasan

ketidaknyamanan

pasien

mengurangi

terutama

pada

pasien anak (c) menyingkirkan hanya lapisan


yang terinfeksi dan tidak merusak jaringan
lain; (d) tidak menyebabkan iritasi pulpa; (e)
cocok untuk pengobatan gigi desidui dan
pasien yang mempunyai phobia; (f) sangat
membantu ketika melakukan tindakan caries
removal pada pasien yang kurang kooperatif;
(g) berguna untuk pasien cacat fisik dan
pasien yang infektif.

Kehadiran metode CMCR menjadi salah


satu

cara

yang

dapat

digunakan

untuk

menerapkan eco-dentistry. Hal ini dikarenakan


metode CMCR menggunakan agen kimiawi
daripada

pengeboran

untuk

mengambil

jaringan dentin yang terinfeksi seperti yang


ada

pada

teknik

konvensional.

Selain

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

tanaman

bahan
pepaya

alam
dan

karena

juga

mampu

3.2 Mekanisme Kerja Papain-Based Gel


sebagai Agen Chemo-mechanical Caries
Removal
Pada papain-based gel sebagai agen
CMCR, kandungan papain memiliki peran
penting dalam menghilangkan jaringan karies.
Papain merupakan enzim yang diekstraksi dari
getah daun pepaya dan buah pepaya hijau.
Enzim ini adalah endoprotein yang serupa
dengan enzim pepsin pada manusia yang
bersifat anti bakteri, anti inflamasi, dan bekerja
sebagai agen debriding yang mengangkat
debris. Enzim ini tidak merusak jaringan sehat,
mempercepat

proses

penyembuhan

luka,

memecahkan molekul kolagen yang rusak


sebagian karena karies, mencerna sel-sel
mati, dan mengeliminasi lapisan fibrin yang
terbentuk pada proses karies. Aksi proteolitik
papain hanya bekerja pada jaringan karies
karena tidak ada plasmatic protease inhibitor,
alpha-1-antitrypsin. Jaringan yang sehat tidak
terpengaruh karena

terdapat

penghambat

protease, alpha-1-antitrypsin di dalamnya.

Selain itu, terdapat keunggulan penggunaan


papain-based gel, sebagai berikut: (a) tidak
membutuhkan peralatan khusus; (b) aman
untuk

digunakan

dan

bikompatibel

untuk

jaringan mulut; (c) mudah untuk dimanipulasi;


(d) cepat bereaksi dan bekerja; (e) memiliki
konsistensi yang ideal dan (f) biaya terjangkau
serta efektif.

Pada papain-based gel, juga terdapat


bahan
memiliki

tambahan
sifat

berupa

bakterisida

kloramin
dan

yang

merupkan
47

disinfektan. Kloramin dapat melunakan dentin

hidrolase. Degradasi kolagen pada lesi dapat

karies sehingga mudah menyingkirkan bagian

dibedakan menjadi 2 zona yaitu lapisan dalam

tersebut dengan eskavator. Selain itu, toluidin

(inner layer) dan lapisan luar (outer layer).

biru juga terkandung dalam papain-based gel.

Inner

Toluidin biru digunakan sebagai agen pewarna

mengalami demineralisasi sebagian, tetapi

dan sangat efektif melawan Streptococcus

masih dapat mengalami remineralisasi dan

mutans. Pigmen yang photosensitif ini dapat

struktur fibril kolagennya masih utuh. Outer

berikatan dengan membran bakteri.


Mekanisme

aksi

layer

merupakan

daerah

yang

layer merupakan daerah yang fibril kolagennya

papain-based

gel

telah mengalami degradasi sebagian serta

sebagai agen CMCR dalam mendegradasi

tidak dapat mengalami remineralisasi. Bahan

jaringan dentin yang terinfeksi (karies) dapat

CMCR dapat menyebabkan degradasi lebih

dijelaskan berdasarkan komposisi jaringan gigi

lanjut

yang terdiri dari email dan dentin. Dentin terdiri

terdegradasi

dari mineral (70%), air (10%) serta matriks

pemutusan rantai polipeptida dalam struktur

organik (20%). Matriks organik dentin terdiri

tripel heliks.

terhadap

kolagen

sebagian

yang

telah

dengan

cara

dari 18% kolagen dan 2% non kolagen.


Kolagen merupakan protein yang banyak
mengandung prolin dan 1/3 asam aminonya
mengandung

glisin.

Rantai

polipeptidanya

membentuk tripel heliks yang disebut unit


tropokolagen. Unit tripokolagen akan saling
berhadapan membentuk fibril. Ikatan kovalen
antara rantai polipeptida dari unit tropokolagen
berbentuk

ikatan

menstabilkan fibril

silang
kolagen.

yang

dapat

Struktur fibril

dalam dentin membentuk rangkaian padat


tidak beraturan yang termineralisasi (Gambar
4.1).

Gambar 1.1 Struktur kolagen dentin. (a)

Plak gigi merupakan penyebab awal

Rantai polipeptida. Tempat bahan chemo-

terjadinya karies karena mengandung bakteri

mechanical carries removal dalam

yang menghasilkan asam melalui fermentasi

mendegradasi glisin atau hydroxyproline

karbohidrat. Keasaman pH plak menyebabkan

(panah merah), (b) Triple helix. Tempat

pelarutan mineral email. Paparan asam yang

dimana terjadi degradasi ikatan silang intra-

berlangsung lama dan terus menerus terhadap

molekuler (panah merah), (c) Unit

email

akan

menyebabkan

proses

tropokolagen yang membentuk kolagen fibril.

demineralisasi berlanjut sehingga mencapai


dentin.

14

Apabila terjadi demineralisasi, maka

4 SIMPULAN

kolagen dan komponen matriks yang lain

Metode

Chemo-Mechanical

Caries

menjadi rentan terhadap degradasi protein

Removal

oleh enzim yang dihasilkan bakteri dan enzim

mengeliminasi kekurangan-kekurangan teknik

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

(CMCR)

dikembangkan

untuk

48

konvensional pada tindakan restorasi gigi.


Metode

ini

P.,

Nandakumar,

K.,

Sambashivarao, P., Sandhya, P. S., 2011,

yang

Chemo Mechanical Caries Removal A

mengandung enzim papain. Papain-based gel

New Horizon, Indian Journal of Dental

ini berfungsi menghilangkan jaringan karies

Advancement, 3 (4): 668-672.

gel

bernama

agen

M.

yang

berbentuk

menggunakan

6. Kumar,

papacarie

pada gigi tanpa merusak jaringan yang sehat.

7.

Lopes, M. C., Mascarini, R. C., Garcia da

Selain itu, penggunaan gel ini mengurangi

Saliva, B. M. C., Florio, F. M., Basting, R.

pemakaian listrik dan air yang berlebihan

T., 2007, Effect of a Papain-based Gel for

sehingga teknik ini lebih ramah lingkungan dan

Chemomechanical Caries

dapat diterapkan sebagai salah satu cara

8.

untuk menciptakan eco-dentistry.

Gharla, B. K., 2013, Green Dentistry:


Ecofriendly
Patients,

5 SARAN

Dentistry:
Benefical

for

penelitian yang harus dilakukan lebih lanjut (in


vivo) agar mendapatkan hasil yang lebih baik,

9.

Permatasari, R., 2009, Concept of minimal


intervention

in

restorative

proceedings of the 15

secara

and

agar

membuktikan

bahwa

harganya murah dan terjangkau.

dentistry,

scientific meeting

course

in

dentistry,

10. Gartika, M., Satari, M. H., 2010, Chemo-

Angela, A., 2005, Pencegahan Primer

Mechanical

pada Anak yang Berisiko Karies Tinggi,

Hipoklorit Sebagai Alternatif Pembuangan

Dentistry Journal, 38 (3): 130-134.

Jaringan Karies Dentin pada Gigi Sulung,

Kidd, E. A. M., Bechal, S. J., 1992, Dasar-

Proceedings

Dasar

Padjajaran ke-52.

Karies

Penyakit

dan

Penanggulangannya, EGC, Jakarta.


3.

refresher

th

University of Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

2.

Environment,

72-74.

serta perlu produksi yang lebih di Indonesia

1.

for

Annals and Essencens of Dentistry, 4 (1):

Saran dari studi pustaka ini berupa

masal

Benefical

Caries

Dies

Removal

Natalis

dengan

Universitas

11. Qualtrough, A., Satterthwaite, J., Morrow,

Piva, E., Ogliari, F.A., Maroes, R.R., Cara,

L.,

F.,

Operative Dentistry, Blackwell Publishing,

Henn.

S.,

Sabrinho,

Papain-based gel

for

L.C.,

2008,

biochemical on

microtensile bond strength to dentin, Braz


Oral Res, 22(4):364-268

Brunton,

2005,

Restorative

Mechanical Caries Removal Agent, J Clin

Services

Pediatr Dent, 30 (20): 115-120.

Groningen, Netherlands.

Research,

for

Oral

Health

University

of

13. Banerjee, A., T.F Watson, E.A.M Kidd.,

Removal

2000, Dentine Caries Excavation : a

(CMCR) Agents: Review and Clinical

Review of Current Clinical Techniques,

Application in Primary Teeth, Journal of

British Dental Journal, 188 (9): 476-82.

Caries

D.,

Centre

2011,

Chemomechanical

Parikh,

Treatment

Approach to Control Dental CariesWHO


Collaborating

M.,

of

12. Frencken J.E., 1997, Manual of the

C., 2005, Papain Gel: A New Chemo-

5. Ganesh,

Principles

Edinburgh
Atraumatic

4. Bussadori, S. K., Castro, L. C., Galvao, A.

P.,

Dentistry and Oral Hygiene, 3 (3): 34-45.

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

49

14. Beeley, J. A., Yip, H. K., Stevenson, A. G.,


2000, Chemochemical Caries Removal: A
Review of The Technique and latest
Developments, British Dental Journal, 188
(8): 427-430.

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

50

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

51

Anda mungkin juga menyukai