Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan saya panjatkan karena tas berkat dan rahmatNya saya dapat
menyelesaikan dan mengumpulkan tugas makalah Pancasila ini tepat waktu. Semoga dengan
dibuatnya makalah ini, kita sebagai masyarakat Indonesia lebih memaknai Pancasila bukan
hanya sekedar tulisan dan pajangan biasa tetapi juga memaknainya dengan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Demikian makalah ini saya selesaikan,
kurang lebihnya saya mohon maaf. Terimakasih atas perhatiannya.

DAFTAR ISI
Kata pengantar ..................................................................................................... 1
Daftar isi .............................................................................................................. 2
BAB I Pendahuluan.............................................................................................. 3
a. Latar belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan Penulisan
BAB II Pembahasan............................................................................................. 6
BAB III Kesimpulan ............................................................................................ 8
a. Kritik
b. Saran
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 9

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setiap bangsa memiliki cara pandang terhadap realitas maupun dunia yang
bersifat khas. Kekhasan cara pandang ditentukan oleh latar belakang pemikiran
kefilsafatan yang dikembangkannya. Mereka yang memiliki latar belakang pemikiran
kefilsafatan materialisme memandang realitas tidak kurang dan tidak lebih hanya
sekedar kumpulan materi atau faktor atomik semata, sebaliknya mereka yang
memiliki pemikiran kefilsafatan spiritualisme akan memandang realitas hanyalah
kumpulan hal-hal rohani.
Materialisme mengagung-agungkan terhadap materi, sehingga hal-hal yang
bersifat rohani dianggap kurang penting. Dalam tingkat yang lebih ekstrim,
materialisme terkadang sampai pada persepsi diluar materi tidak ada sesuatu yang
bernilai. Cara pandang yang bersifat berat sebelah dapat berdampak negatif terhadap
sistem filsafat yang dianut oleh suatu bangsa maupun warga negaranya. Kerusakan
sebuah sistem biasanya mendominasi terhadap yang lain, sehingga memandang sepi
atau rendah terhadap aspek lain. Sebuah sistem akan dapat terbangun secara lebih
kokoh apabila didukung secara sinergis unsur yang lain. Setiap unsur dikembangkan
semaksimal mungkin tanpa harus dilakukan dengan cara menghilangkan keberadaan
unsur yang lain.
Sistem filsafat pada hakikatnya merupakan bentuk peghargaan terhadap nilai
kemanusiaan yang paling fundamental yang ingin dikembangkan oleh suatu
masyarakat dan atau negara. Pancasila merupak sistem filsafat yang hendak
mengembangkan dimensi kemanusiaan secara lebih untuh, menyeluruh, dan integral.
Nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan merupakan
nilai kemanusiaan dasar yang hendak dikembangkan secara optimal, selaras, serasi,
dan seimbang. Kelima nilai dasar yang hendak dikembangkan dalam sistem filsafat
Pancasila pada hakikatnya hendak merumuskan asas peradaban manusia Indonesia
yang menjadi dambaan dan cita-cita bersama. Sistem filsafat Pancasila hendak
merumuskan kembali tugas dan panggilan untuk menjadi manusia Indonesia
seutuhnya dan sepenuhnya.
B. Rumusan masalah
a. Bagaimana Pancasila dilihat dari segi filsafat dan yuridis kenegaraan?
b. Apakah Pancasila masih menjadi acuan dalam proses pembuatan undang-undang?
3

C. Tujuan Penulisan
1. Beriman dan takwa kepada Tuhan YME.
2. Berkemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mendukung persatuan bangsa.
4. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas
kepentingan individu/golongan.
5. Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu keadilan sosial dalam masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pancasila Dilihat dari Segi Filsafat
Kata filsafat dalam bahasa arab dikenal dengan istilah falsafah, dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah Philosophy, dalam bahasa belanda
Philosophie, filosofie, Wijsbegeerte. Semua istilah tersebut berasal dari kata
yang sama yaitu dari bahasa Yunani Philosophia. Philosophia berasal dari dua
kata yaitu philos yang artinya cinta (love) dan sophia diartikan sebagai
kebijaksanaan (wisdom). Filsafat secara etimologi dapat diartikan sebagai cinta akan
kebijaksanaan (Kodhi, Soejadi: 1994:1).
Para filsof merumuskan pengertian filsafat secara beragam. Tidak ada definisi
tunggal yang menjadi kesepakatan bersama di kalangan para filsof terkait dengan luas
dan ruang lingkup dari pengertian filsafat. Plato mengartikan filsafat merupakan ilmu
pengetahuan yang membicarakan segala sesuatu yang ada sampai memperoleh
4

kebenaran sejati. Aristoteles murid Plato mengartikan filsafat sebagai aktivitas


kegiatan intelektual untuk menyelidiki sebab utama maupun asas segala sesuatu yang
ada.
Filsafat sebagai pandangan hidup berbeda dengan filsafat sebagai ilmu.
Filsafat sebagai pandangan hidup berada dalam lingkungan kehidupan konkrit di
masyarakat, sedangkan filsafat sebagai ilmu merupakan kumpulan ilmu pengetahuan
yang berada dalam lingkungan akademik. Kajian kefilsafatan tentang Pancasila dapat
diartikan Pancasila dijadikan sasaran perenungan kefilsafatan yang dipikirkan secara
radikal, holistik, dan sistematis.
Pancasila sebagai sistem filsafat bagi bangsa Indonesia dapat ditempatkan
dalam kategori pandangan hidup sekaligus sebagai ilmu pengetahuan. Pancasila
sebagai filsafat dalam artian pandangan hidup nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial substansinya benar-benar ada dalam
kehidupan bangsa Indonesia, bukan sekedar konstruksi atau rekayasa pikiran manusia
semata. Pancasila sebagai sistem filsafat bukan merupakan hasil pemikiran spontan
yang berorientasi pada kepentingan jangka pendek, melainkan hasil perenungan jiwa
yang mendalam. Kristalisasi nilai-nilai Pancasila yang diambil dari struktur sosialbudaya masyarakat Indonesia, diproses melalui perjalanan sejarah yang panjang,
dimurnikan menggunakan metode berpikir secara kritis, diilhami, dan diperkaya oleh
ide-ide besar bangsa lain tetapi tetap berpijak pada akar budaya bangsa.
Nilai-nilai Pancasila bukan merupakan kumpulan doktrin-doktrin yang kaku
dan beku, melainkan berisikan nilai-nilai yang terbuka untuk dibahas secara terbuka
dan dikritisi kandungan makna yang ada di dalamnya. Cabang-cabang filsafat dapat
digunakan sebagai metode untuk mengungkap kedalaman dan keluasan eksistensi
Pancasila sebagai sistem filsafat bangsa Indonesia.
Terdapat beberapa cabang filsafat yang dapat digunakan untuk membahas
filsafat Pancasila yaitu (Kaelan, 2000:154) :
a. Metafisika yaitu cabang filsafat yang membahas segala sesuatu yang
bereksistensi dibalim hal-hal yang bersifat fisik.
b. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang hakikat,
cara kerja, asal-usul maupun validitas pengetahuan manusia.
c. Metodologi merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan metode
dalam ilmu pengetahuan.
d. Logika merupakan cabang dari filsafat yang berusaha merumuskan cara
berpikir dan dalil-dalil berpikir yang runtut dan benar.
e. Etika merupakan cabang filsafat yang membahas tingkah laku manusia
dari sisi baik dan buruk.
5

f. Estetika merupakan cabang filsafat yang membahas tentang persoalan seni


dan keindahan.

B. Pancasila Dilihat dari Segi Yuridis Kenegaraan


Pancasila yang di dalamnya terkandung nilai-nilai religius, nilai hukum moral,
dan nilai hukum kodrat merupakan suatu sumber hukum material bagi hukum positif
Indonesia. Dengan demikian Pancasila menentukan isi dan bentuk peraturan
perundang-undangan di Indonesia yang tersusun secara hierarkis. Dalam susunan
yang hierarkis ini, Pancasila menjamin keserasian atau tiadanya kontradiksi di antara
berbagai peraturan perundang-undangan secara vertikal maupun horisontal. Hal ini
megandung suatu konsekuensi jikalau terjadi ketidakserasian atau pertentangan norma
hukum yang satu dengan lainnya yang secara hierarkis lebih tinggi apalagi dengan
Pancasila sebagai sumbernya. Menurut Prasetyo (2013:70), Pancasila merupakan
norma tertinggi yang kedudukannya lebih tinggi dari Konstitusi atau Undang-Undang
Dasar. Hal ini sesuai dengan teori dari Hans Nawiasky mengenai susunan norma
hukum. Susunan tersebut adalah :
a. Norma fundamental negara, yaitu Pancasila.
b. Aturan dasar negara, yaitu UUD 1945.
c. Undang-Undang Formal, yaitu UU dan Perpu.
d. Peraturan pelaksana atau peraturan otonom, yaitu mulai dari peraturan
pemerintah sampai peraturan kepala bupati/walikota.
6

Dari pendapat diatas tentunya bahwa Pancasila merupakan sumber hukum


tertinggi di Indonesia sehingga segala aturan yang dibuat tidak boleh menyimpang
dengan Pancasila. Segala aturan yang dibuat harus mengandung cita-cita mulia
Pancasila yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam proses
revitalisasi nilai-nilai Pancasila dalam berbagai bidang proses legislasi hukum
menjadi sangat penting, karena seluruh kebijakan dirumuskan melalui suatu peraturan
perundang-undangan. Dalam hubungannya dengan kebijakan ekonomi misalnya
untuk melakukan revitalisasi tidak mungkin dapat dilaksanakan manakala tidak
melakukan revitalisasi nilai-nilai keadilan yang terkandung dalam suatu peraturan
perundang-undangan. Berikut adalah landasan yuridis :
1. Pembukaan UUD 1945 alinea IV.
2. Pasal-pasal dalam UUD 1945.
3. TAP MPR RI No. XVII/MPR/1998.
4. TAP MPR RI No. IV/MPR/1999.

BAB III
KESIMPULAN
a. Kritik
Pancasila dalam kehidupaan berbangsa dan bernegara masih seringkali terabaikan.
Pancasila masih dilihat hanya sebagai pajangan yang mempunyai 5 poin yang
mungkin bagi sebagian masyarakat tidak bermakna apa-apa. Pendidikan pancasila
masih harus diperbaiki agar seluruh masyarakat Indonesia memaknai 5 asas Pancasila
tersebut.
b. Saran
Bagi para guru di Sekolah Dasar agar selalu mengajarkan pendidikan Pancasila di
sekolahnya dengan cara yang baik dan benar demi kebaikan peserta didiknya dan
demi kelestarian nilai-nilai luhur Pancasila karena akan lebih baik jika pendidikan
Pancasila dikenalkan dan diberikan saat masih usia dini. Pancasila yang memiliki
nilai-nilai luhur, agar diamalkan oleh setiap warga negara Indonesia, penyelenggara
negara, lembaga kenegaraan, dan lembaga kemasyarakatan baik di pusat maupun di
daerah demi kelestariannya.

DAFTAR PUSTAKA
Subakti, Y.R. 2013. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata
Dharma.
Isomwebs.net

Anda mungkin juga menyukai