Nyeri abdomen akut adalah gejala yang umum di unit gawat darurat dan
Hal
memiliki banyak penyebab (1-4). Meskipun FPA secara tradisional telah dianggap
sebagai bagian penting untuk diagnosis pasien dengan nyeri abdomen akut,
hasilnya sering tidak spesifik (5,6). Saat ini, computed tomography (CT) telah
terbukti berguna di unit gawat darurat, terutama pada pasien dengan obstruksi
usus, penyakit radang usus, batu ginjal, dan radang appendicitis (7-27). Meskipun
kegunaan CT telah terbukti dan kurangnya kepekaan serta spesifisitas FPA, dokter
di unit gawat darurat masih sering memesan FPA. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk membandingkan hasil diagnostik FPA dengan CT pada pasien
dewasa yang datang ke gawat darurat dengan nyeri abdomen nontraumatis.
Kelompok nonspesifik terdiri dari radiografi di mana tidak ada kesimpulan pasti
Hal
yang tercapai. Kelompok ini termasuk temuan seperti pola gas usus nonspesifik,
kalsifikasi abdomen nonspesifik, dan deskripsi seperti lainnya. Radiografi dengan
diagnosa disebabkan oleh penyebab spesifik dari nyeri abdomen yang
didefinisikan sebagai abnormal. Interpretasi dalam kelompok abnormal urolitiasis,
batu empedu, benda asing intraabdominal, ileus, dan obstruksi usus.
Kelompok CT
Seratus delapan puluh delapan pasien (80 laki-laki, 108 perempuan, rentang usia,
19 -92 tahun, usia rata-rata, 52 tahun) menjalani CT abdomen dilakukan di gawat
darurat selama masa studi. CT dilakukan dengan menggunakan kontras
oral
seorang
pria
22
tahun
dengan
nyeri
caecum
(panah)
sesuai
dengan
pelvis
menunjukkan
penebalan
7
Hal
Sensitivitas,
spesifisitas,
dan
berikut:
obstruksi
usus,
urolitiasis,
appendicitis,
pielonefritis,
HASIL
Hasilnya diringkas dalam Tabel 1-5.
8
Hal
Kelompok Radiografi
Lima ratus delapan puluh delapan (68%) dari 871 FPA diinterpretasikan
sebagai nonspesifik. Pola udara usus yang non spesifik, kalsifikasi abdomen
nonspesifik, dan hasil lainnya masing-masing berperan 48%, 15%, dan 4% dari
kasus nonspesifik. Hasil pada 200 pasien (23%) dari 871 pemeriksaan adalah
normal. Delapan puluh tiga (10%) dari 871 pasien memiliki kelainan diagnostik
khusus. Diagnosis abnormal termasuk obstruksi usus (4%), urolitiasis (2%), ileus
(2%), benda asing abdomen (1%), dan batu empedu (1%). Tidak ada kasus udara
bebas intraperitoneal atau appendicolithiasis yang diamati.
Distribusi diagnosa akhir dari rumah sakit untuk pasien yang menjalani
FPA diilustrasikan pada Tabel 1. Nyeri abdomen tanpa penyebab yang jelas adalah
hal yang paling sering ditemukan pada diagnosis akhir: 259 (30%) dari 871
pasien. Pasien dengan diagnosa yang tidak berhubungan dengan keluhan non
abdominal menyumbang 17% (147 dari 871 pasien). Diagnosis akhir dari kelainan
genitourinari, gastrointestinal, pankreas, hepatobilier, dan penyakit ulkus
peptikum terlihat dalam urutan menurun.
Sensitivitas dan spesifisitas FPA dihitung untuk setiap diagnosis akhir, dan
nilai akhirnya tercantum pada Tabel 3. FPA menunjukkan sensitivitas tertinggi
dalam penggambaran benda asing intraabdominal (90%) dan obstruksi usus
(49%). Untuk obstruksi usus, urolitiasis, ileus, dan benda asing intraabdominal,
spesifitas berkisar antara 98% dan 100%.
Kelompok CT
Hasil pada 38 (20%) dari 188 CT pemeriksaan adalah normal, dan 150
(80%) pasien memiliki diagnosis spesifik. Distribusi diagnose CT adalah sebagai
berikut: urolitiasis, 34 (18%), penyakit hepatobilier, 25 (13%), penyakit Crohn,
delapan (4%), penyakit pankreas, tujuh (4%), penyakit ginekologi, tujuh (4 %),
aneurisma aorta abdomen, tujuh (4%), obstruksi usus, lima (3%), divertikulitis,
lima (3%), abses, empat (2%), pielonefritis, tiga (2%), radang appendicitis, dua
(1%), usus iskemik, satu (1%), penyakit limpa, satu (1%), dan penyakit adrenal,
Hal
satu (1%). Empat puluh (21%) pasien dengan CT scan memiliki diagnosis lain.
Dari 188 pasien yang menjalani CT abdomen, 120 pasien (64%) pada
awalnya menjalani radiografi, sedangkan 68 pasien (36%) hanya menjalani CT.
Distribusi diagnosa akhir untuk pasien yang diperiksa dengan CT diilustrasikan
pada Tabel 2. Sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi diagnose CT dihitung dan
diilustrasikan dalam Tabel 4. CT memiliki sensitivitas tertinggi untuk obstruksi
usus (75%), urolitiasis (68%), dan pankreatitis (60%). Spesifitas untuk semua
diagnosa CT adalah antara 91% dan 100%.
Gambar 4. Gambar diperoleh dari wanita 43 tahun yang memiliki riwayat operasi
abdomen dan dipresentasikan dengan nyeri abdomen dan muntah. (A) FPA
dengan posisi supine menunjukkan selang nasogastrik dan tidak ada penyakit
klinis penting. (B) Transverse CT scan dengan kontras intravena dan oral
menunjukkan beberapa loops cairan dari usus kecil konsisten dengan obstruksi
usus kecil. Diagnosis obstruksi usus kecil karena adhesi dikonfirmasi dengan
operasi.
10
Hal
TABEL 3. Sensitivitas, Spesifisitas, dan Akurasi FPA pada 871 Pasien
11
PEMBAHASAN
Hal
12
13
dari hasil dalam FPA. CT memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dan spesifisitas
yang sama untuk beberapa diagnosa termasuk obstruksi usus, urolitiasis,
appendicitis, pielonefritis, pankreatitis, dan diverticulitis. Penelitian sebelumnya
(7-12,16-27) telah menguatkan hasil ini, CT telah terbukti akurat dalam
membantu untuk mendiagnosa obstruksi usus, penyakit radang usus, batu ginjal,
dan appendicitis.
Dalam suatu penelitian (16) pasien non-operasi dirawat di unit gawat
darurat, CT menunjukkan sensitivitas 90% untuk diagnosis penyebab nyeri
abdomen
dan
memberikan
informasi
yang
mengarah
ke
perubahan
14
kami. Demikian juga, sensitivitas untuk batu ginjal juga rendah dalam penelitian
Hal
15