Anda di halaman 1dari 23

BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. S

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 2 th 7bln

Alamat

: Panembong Girang, Cianjur

Tgl Masuk : 06 Desember 2014


Ruangan

: Aromanis

No. CM

: 669975

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Demam terus menerus selama 4 hari SMRS.
Keluhan Tambahan
Lemas, nafsu makan menurun, tidak bersemangat untuk bermain. Saat ini dalam terapi
TB paru bulan ke 6.
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RS dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Demam timbul
mendadak di hari selasa malam (malam rabu) yang semakin tinggi di hari rabu pagi.
Esok harinya (kamis, hari ke-2) ibu pasien membawa pasien ke klinik dokter untuk
mengontrol pengobatan TB paru anaknya yang sudah di minggu akhir. Setelahnya pasien
diberikan obat penurun panas untuk keluhan yang dialaminya. Dokter yang merawat
1

berpesan bila sampai hari ke empat (hari sabtu) demam pasien tidak turun segera bawa
pasien ke rumahsakit. Selama demam pasien terlihat lemas, tidak semangat bermain,
nafsu makan menurun (+), porsi makan menurun & mudah kenyang (-), mual (+),
muntah (-), pusing (+), batuk (+), pilek (+), sesak(-) ,nyeri uluhati (+), nyeri otot seluruh
tubuh (+), bintik-bintik kemerahan di seluruh tubuh (+). Demam disertai menggigil &
berkeringat dingin (-), Nyeri menelan (-), mimisan (-), perdarahan gusi (-), kejang (-),
berat badan menurun disangkal, riwayat berpergian ke daerah endemis malaria disangkal,
sering jajan sembarangan (-), nyeri saat BAK (-), sulit menahan pipis (-), nyeri telinga
(-), keluar cairan dari telinga (-), Kejang (-), hidung berair (-), riwayat kontak dengan
penderita campak (-), BAB mencret (-), BAB berwarna pucat seperti dempul (-), riwayat
transfuse darah (-). (KP dinyatakan sembuh oleh dokter).

Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan dan kondisi seperti yang dialaminya
sekarang. Pasien pernah menderita sakit TB paru namun telah dinyatakan sembuh
beberapa hari sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluaraga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa yang dialami pasien saat ini.
Kakek pasien pernah mengalami sakit TB paru dan pasien sering berkunjung ke rumah
kakeknya saat itu.

Riwayat Pengobatan

Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah diberikan obat penurun panas (paracetamol),
tetapi tidak ada perubahan. Pengobatan TB paru pasien tuntas.

Riwayat Alergi :
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi apapun, baik debu,
cuaca, makanan ataupun obat.

Riwayat Psikososial :
- Lingkungan rumah : Orang tua pasien menyangkal adanya genangan air bersih, kolam
penampungan air, bak air yang berjentik, Namun ada 2 orang tetangga yg menderita
DBD dengan jarak masing-masing 4 rumah dan 7 rumah.
- Pola makan & minum : Pasien makan 3x/ hari dengan porsi porsi dewasa, dengan
menu nasi, lauk (telur/daging), sayur. Dilengkapi dengan buah dan susu.

Riwayat Kehamilan
ANC rutin ke dokter. Selama hamil ibu tidak pernah sakit atau mengkonsumsi obatobatan.
Riwayat Persalinan
Normal pervaginam, cukup bulan, langsung menangis, tidak ada kecacatan saat lahir
maupun sianosis. BBL 2900 gram, PBL 47cm.
Riwayat Imunisasi
Menurut orang tuanya, pasien mendapat imunisasi dasar yang belum lengkap.

Hepatitis B 1,2,3 (+)


Polio 0,1,2,3 (+), 4 (-)
BCG 1 (+)
DPT 1,2,3,4 (-)
Campak 1 (+)

Kesan : Imunisasi tidak lengkap sesuai dengan usianya

Riwayat Pola Makan


0-6 bulan : ASI
7 bulan -1 tahun : ASI + bubur bayi instan
1 tahun-Sekarang : Nasi + Lauk Pauk seperti orang dewasa
Riwayat Perkembangan Fisik dan Mental
Sudah dapat berinteraksi dengan orang lain (menjawab pertanyaan teetang nama benda),
dapat meminta dan menunjuk makanan atau hal yang ia minta. Serta telah dapat menuruni
anak tangga.
C. PEMERIKSAAN FISIK
KU

: Tampak Sakit Sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda-Tanda Vital

S = 37,2oC N = 112x/menit, regular kuat angkat

RR = 38x/menit

Uji tourniket (+)


Antropometri
BB : 11,2 kg
TB : 84 cm
STATUS GIZI
BB/U = 11,2/11.9 x 100%
= 94,1% Gizi Baik
TB/U = 84/87,4 x 100%
= 96,1% normal
BB/TB= 11,2/11 x 100%
4

= 101.8% gizi baik


Kesan Status Gizi

= Gizi baik

STATUS GENERALIS
Mata

: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)

Hidung

: deviasi septum (-/-), sekret (+/+), darah (-)

Telinga

: normotia, sekret (-/-),

Mulut

: mukosa bibir lembab agak sianosis, typhoid tongue (-) perdarahan gusi (-),
mukosa faring hiperemis (-), hipertrofi tonsil (-) (T1/T2)

Leher

: Pembesaran KGB (-/-)

Thorax
Paru paru
Inspeksi

: bentuk dan gerak dada sismetris (+/+), retraksi ICS (-/-)

Palpasi

: vocal fremitus teraba sama diseluruh lapang paru.

Perkusi

: sonor di semua lapang paru

Auskultasi

: vesikuler (+/+), Ronki +/+, Wheezing -/-

Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus kordis teraba

Perkusi

: tidak dilakukan

Auskultasi

: BJ I dan II reguler (+), murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: Tampak datar

Auskultasi

: BU (+) Normal

Perkusi

: tymphani di seluruh kuadran abdomen


5

Ascites

:-

Palpasi

: hepar dan lien tidak teraba, nyeri epigastrium (+), turgor kulit baik

Ekstremitas
Akral

: hangat

CRT <2 detik : +/+


Edema

: +/+

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Item

07-12

HEMATOLOGI RUTIN
Hb
15.5
Ht
44.4
Trombosit
40.000
Leukosit
Eritrosit

5.700
6.41

MCHC
34.9
MCH
24.2
MCV (SADT)
69.3
KIMIA KLINIK
Fungsi Hati
AST (SGOT)
ALT (SGPT)
IMUNOSEROLOGI
Dengue Blood IgG IgM
Dengue IgG
Dengue IgM

Hasil
08-12
09-12

10-12

12.0
35.7
15.000

12.40
37.10
53.000

g / dL
%
/ uL

12.6
36.3
36.000

Satuan

Nilai Rujukan
11.50 13.50
32.00 42.00
150.000

7.700
5.93

7.900
5.34

5.700
5.27

450.000
/ uL
4.50 10.50
x 10^6/ 4.00 5.20

33.6
23.9
71.9

34.7
23.6
68.0

34.80
33.4
70.4

uL
g / dL
pg
fL

37.00 54.00
27.00 31.00
80.00-94.00

U/L
U/L

15-37
12-78

141
60

(+)
(+)

(-)
(-)

E. RESUME
An. S 2 tahun datang denga keluhan demam 4 hari SMRS, demam terus menerus sampai hari
ke empat, turun pada hari kelima dan dirasakan suhu akral-akral pasien teraba sangat hangat,
6

dan demam naik kembali pada hari kelima. Demam disertai pusing (+), mual (+), muntah
(+), Nyeri uluhati (+), nyeri otot seluruh tubuh (+), napsu makan menurun (+), muncul bintikbintik merah di hari ke-4 demam ( di IGD) yang berawwal dari belakang telinga. Uji
tourniket (+).

F. DIAGNOSA BANDING
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Dengue berdarah dengue


Chikungunya
Malaria
Ispa
OMA
Pneumonia
Hepatitis Viral
ITP
Morbili

G. DIAGNOSA KERJA
Demam berdarah dengue

H. TERAPI
Terapi rehidrasi dan penurunan panas
RL

11,2 x 100
96
Cefotaxim 3x500 mg i.v.
PCT 500 mg syr. bila demam (suhu aksila 38oC)
I. EDUKASI
Memberi tahu pada keluarga pasien bahwa penyakit ini dapat menular melalui gigitan
nyamuk, dan dapat menyerang orang lain di sekitar pasien terutama yang bertempat tinggal
dekat dengan pasien, sehingga untuk mencegahnya perlu dilakukan pemberantasan nyamuk
dengan cara memberantas nyamuk dewasa, jentik serta sarang nyamuk. Serta menganjurkan
7

agar orangutan pasien selalu membujuk anaknya untuk banyak minum baik air putih, susu,
ataupun yang lainnya.

J. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan darah rutin per 12 jam;
K. PROGNOSIS
Ad vitam

: bonam

Ad fqungtionam

: bonam

Ad sanationam

: bonam

L. FOLLOW UP
Tanggal
8/12-

S
Sesak, demam,

O
S= 37,2 C

A
DHF

2014

nafsumakan menurun,

RR=110 x/menit (hari

Cefotaxime i.v. 3 X

perut kembung, sangat

N= 38x/menit

500mg

lemas, tidak semangat

Rh (+/+), bibir

PCT syr. 3X cth

bermain, belum BAB 5

kering, tanda

Curliv 2 x 1 cth

hari terakhir.

perdarahan (-),

ke-6)

P
Inf. Asering 60cc/jam

edem
ekstremitas atas
9/12-

Sesak (+), batuk (+),

bawah (+/+)
S= 36,6 C

2014

demam (-).

N=135x/mnt

Pasien sudah mulai dapat RR= 41x/mnt


diajak bercanda oleh

Rh (+/+)

DHF

Inf. Asering 36cc/jam

(hari

Cefotaxime i.v. 3 X

ke-7)

500mg
PCT syr. 3X cth

ibunya.

Akral hangat,

Curliv 2 x 1 cth

Edem suah mulai

CRT< 2 dtk.

Lasix 6mg i.v.

berkurang

edem
ekstremitas atas

10/12-

Sesak (+), batuk (-),

bawah (+/+)
S= 36,7 C

DHF

Inf. Asering 24cc/jam

2014

Demam (-). Pasien sudah N=134x/mnt

(hari

Cefotaxime i.v. 3 X

jauh lebih segar dan

RR= 44x/mnt

ke-8)

500mg

smangat bermain.

Rh (-/-)

PCT syr. 3X cth

Edema (-)

Akral hangat,

Curliv 2 x 1 cth

CRT< 2 dtk.

Lasix 6mg i.v.

edem
ekstremitas atas
11/12-

Demam (-), keringat

bawah (-/-)
S= 36,7 C

DHF

Inf. Asering 24cc/jam

2014

dingin sejak tadi malam,

N=134x/mnt

(hari

Cefotaxime i.v. 3 X

belum BAB 8 hari

RR= 44x/mnt

ke-9)

500mg

Rh (-/-)

PCT syr. 3X cth

Akral hangat,

Curliv 2 x 1 cth

CRT< 2 dtk.

Lasix 6mg i.v.

edem
ekstremitas atas
bawah (-/-)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

INFEKSI VIRUS DENGUE


Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia.
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spectrum manifestasi klinis
yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness),
demam dengue, demam berdarah dengue (DBD) sampai demam berdarah dengue
disertai syok (dengue shok syndrome = DSS). Gambaran manifestasi klinis yang
bervariasi ini memperlihatkan sebuah fenomena gunung es, dengan kasus DBD dan DSS
yang dirawat di rumah sakit sebagai puncak gunung es yang terlihat di atas permukaan
laut, sedangkan kasus dengue ringan merupakan dasarnya.
Perbedaan patofisiologik utama antara DD/DBD/DS dan penyakit lain ialah adanya
peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma dan gangguan
hemostasis. Demam berdarah dengue ditandai oleh 4 manifestasi yaitu demam tinggi,
perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran darah.

B.

EPIDEMIOLOGI

10

Istilah haemorrhagic fever di Asia Tenggara pertama kali digunakan di Filipina


pada tahun 1953. Di Jakarta kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969, pada saat ini
DBD sudah endemis di banyak kota-kota besar, bahkan sejak tahun 1975 penyakit ini
talah berjangkit di daerah pedesaan. Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia
menempati urutan kedua setelah Thailand. Sejak tahun 1968 angka kesakitan rata-rata
DBD di Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968), menjadi 8,14 (1973), 8,65 (1983)
dan mencapai angka tertinggi pada tahun 1998 yaitu 35,19 per 100.000 penduduk
dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang.

Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai Negara bervariasi


disebabkan beberapa faktor, antara lain status umur penduduk, kepadatan vector, tingkat
penyebaran virus dengue, prevalensi serotype virus dengue dan kondisi meteorologis.
Pada awal terjadinya wabah di sebuah Negara, pola distribusi umur memperlihaatkan
proporsi kasus terbanyak berasal dari golongan anak berumur < 15 tahun (86-95%).
Namun pada wabah selanjutya, jumlah kasus golongan usia dewasa muda meningkat.

11

C.

ETIOLOGI
Virus dengue termasuk group B arthropod bone vius (arboviruses) dan sekarang
dikenal sebagai genus flavivius, famili Flaviviridae, yang mempunyai 4 jenis serotipe
yaitu den-1, den-2, den-3, den-4. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe yang lain.
Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di
beberapa rumah sakit menunjukan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi
sepanjang tahun. Serotipe den-3 merupakan serotipe yang dominan dan banyak
berhubungan dengan kasus berat.

D.

PATOGENESIS
Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika, dan biokimiawi
DBD belum diketahui secara pasti karena kesukaran mendapatkan model binatang
percobaan yang dapat menimbulkan gejala klinis DBD seperti pada manusia. Hingga
kini sebagian besar sarjana masih menganut the secondary heterologous infection
hypothesis

yang menyatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah

terinfeksi virus dengue pertama kali mendapatkan infeksi kedua dengan virus dengue
serotipe lain dalam jarak waktu 6 bulan sampai 5 tahun.

12

E.

MANIFESTASI KLINIK
Demam berdarah dengue ditandai oleh 4 manifestasi yaitu demam tinggi,
perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran
darah.fenomena patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit dan membedakan
DBD dari DD ialah peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya
volume plasma, trombositopenia, dan diathesis hemoragik. Perbedaan gejala antara DBD
dan DD tertera pada tabel berikut :
DD
++
+++
+
++
++
++
+
+
++
0
+
++++
0
++
+

GEJALA KLINIS
Nyeri Kepala
Muntah
Mual
Nyeri otot
Ruam kulit
Diare
Batuk
Pilek
Limfadenopati
Obstipasi
Uji turniquet +
Petekie
Perdarahan sal cerna
Hepatomegali
Nyeri perut

DBD
+
++
+
+
+
+
+
+
+
+
++
+++
+
+++
+++
13

++
Trombositopenia
0
Syok
Keterangan : (+): 25%, (++):50%, (+++):75%, (++++):100%

++++
+++

Pada DBD terdapat perdarahan kulit, uji tourniquet positif, memar dan perdarahan
pada tempat pengambilan darah vena. Petekia halus yang tersebar di anggota gerak,
muka, aksila seringkali ditemukan pada masa dini demam. Sedangkan pada masa
konvalesens seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan/telapak kaki.
Pada DBD syok, setelah demam berlangsung salama beberapa hari keadaan umum
tiba-tiba memburuk, hal ini biasanya terjadi pada saat atau setelah demam menurun,
yaitu diantara hari sakit ke 3-7. Pada sebagian besar kasus ditemukan tanda kegagalan
peredaran darah, kulit teraba lembab dan dingin, sianosis sekitar mulut, nadi menjadi
cepat dan lembut. Anak tampak lesu, gelisah, dan secara cepat masuk dalam fase syok.

F.

KRITERIA DIAGNOSIS DBD (WHO)


1. Klinis
a) Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari
b) Manifestasi perdarahan, minimal uji tourniquet positif dan salah satu bentuk
perdarahan

lain

(petekia,

purpura,ekimosis,epistasis,perdarahan

gusi),

hematemesis dan melena.


c) Pembesaran hati
d) Syok yang ditandai nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun
(20mmHg), tekanan darah menurun (tekanan sistol 80mmHg) disertai kulit
yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung , jari dan kaki,
pasien menjadi gelisah, dan timbul sianosis disekitar mulut.
2. Laboratorium
a. Trombositopenia (100.000/l atau <)
b. Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan
manifestasi sebagai berikut:
- Peningkatan Ht 20% dari nilai standar
- Penurunan Ht 20%, setelah mendapat terapi cairan
- Efusi pleura/perikardia, asites, hipopreteinemia.

14

Interpretasi diagnosis DBD adalah jika ditemukan hasil klinis 2 dan 1 hasil
laboratorium yang positif.
WHO (1975) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 Derajat yaitu :
1.Derajat I
Demam di sertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
adalah uji tourniquet +.
2.Derajat II
Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan/ perdarahan lain
3.Derajat III
Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, Tekanan nadi
menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab,dan pasien
menjadi gelisah.
4.Derajat IV
Syok berat, nadi tdk teraba dan TD tidak dapat di ukur.

Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer
NS1
Uji serologi
Elektrolit
15

Tubex TF untuk membedakan dengan demam tifoid


Foto thorax

G. PEMERIKSAAN SEROLOGIS
Setelah satu minggu tubuh terinfeksi virus dengue, terjadi viremia yang diikuti
oleh pembentukan IgM-antidengue. Pada kira-kira hari ke lima infeksi terbentuklah
antibodi yang bersifat menetralisasi virus (neutralizing antibody). Setelah antibody NT,
akan timbul antibodi yang mempunyai sifat menghambat hemaglutinasi sel darah merah
angsa (haemaglutination inhibiting antibody= HI). Antibodi yang terakhir, yaitu antibodi
yang mengikat complement (complement fixing antibody= CF), timbul pada sekitar hari
keduapuluh.
Pada dasarnya diagnosis konfirmasi infeksi virus dengue ditegakkan atas hasil
pemeriksaan serologic atau hasil isolasi virus. Dasar pemeriksaan serologis adalah
membandingkan titer antibody pada masa akut dengan konvalesen. Teknik pemeriksaan
serologi yang dianjurkan WHO ialah pemeriksaan HI dan CF.
H. PENATALAKSANAAN DHF
1. Menurunkan demam
Antipiretik (parasetamol) 10-15 mg/kgBB/x : 3-4 kali
2. Pemberian cairan
3.Penggantian volume plasma
Kebutuhan cairan rumatan:
100ml/kgBB (BB 10 kg), + 50 ml/kgBB (BB > 10 kg)
Jenis cairan: kristaloid (RL, RLD, RA, RAD, NaCL 0.9%) dan koloid.
a. Tatalaksana Demam Dengue
Sebagian besar anak dengan Demam Dengue dapat dirawat di rumah dengan
memberikan nasehat perawatan kepada orang tua anak. Berikan anak banyak minum
dengan air hangat atau larutan oralit untuk mengganti cairan yang hilang akibat
16

demam dan muntah. Berikan parasetamol untuk demam. Jangan berikan asetosal atau
ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang perdarahan. Anak harus dibawa
ke rumah sakit apabila demam tinggi, kejang, tidak mau minum atau muntah terus
menerus.

b. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok


Anak dirawat di rumah sakit
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah atau air sirup atau susu
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah atau
diare
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena
obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan
Berikan infuse sesuai dengan derajat dehidrasi sedang
Berikan hanya larutan isotonic seperti Ringer Laktat atau Asetat
Kebutuhan cairan parenteral :
- Berat badan < 15 kg

: 7 ml/kgBB/jam

- Berat badan 15-40 kg

: 5 ml/kgBB/jam

- Berat badan > 40 kg

: 3 ml/kgBB/jam

Pantau tanda vital dan dieresis tiap jam, serta periksa laboratorium : HHTL tiap
6 jam
Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan

17

Apabila terjadi perburukan klinis, berika tatalaksana sesuai dengan


tatalaksaa syok terkompensasi (compensated shock).

c. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan syok


Perlakukan hal ini kegawatdaruratan. Berikan Oksigen 2-4 liter/menit secara
nasal

18

Berikan 20 mg/kgBB larutan kristaloid seperti Ringer Laktat atau Asetat


secepatnya
Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya, maksimal 30 menit, atau pertimbangkan pemberian Koloid 10-20
ml/kgBB/jam, maksimal 30 ml/kgBB/24 jam

Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan Hemoglobin menurun,
pertimbangkan

terjadinya

perdarahan

tersembunyi,

berikan

transfuse

darah/komponen
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler & perfusi perifer mulai
membaik, tekana dahi melebar. Jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam
dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis
dan laboratorium
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 26-48 jam.

19

Kriteria memulangkan Pasien:


Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
Nafsu makan membaik
Klinis perbaikan hematokrit stabil
Trombosit > 50.000/ul dan cenderung meningkat
Tidak dijumpai distres pernapasan
3 hari setelah syok teratasi
20

I.

PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu
nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
A. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi
tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan
desain rumah. Sebagai contoh:
- Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.
- Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
- Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
- Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan
lain sebagainya.
B. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14)
C. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
- Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna
untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
- Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air
seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup,
menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara
ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur,
memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang
obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.

21

DAFTAR PUSTAKA
1. Arvin, Kliegman, Behrman. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15. Jakarta:
EGC
2. Dicky Pribadi Herman. 2007. Pediatri Praktis, edisi 3. Bandung: Catatan Pediatri
3. Henry Garna, dan Heda Melinda Nataprawira. 2012. PEDOMAN Diagnosis dan
Terapi-ILMU KESEHATAN ANAK, edisi ke-4. Bandung: Departemen Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
4. Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta
5. Merenstein, G.B. et all. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika.
Jakarta
22

6. WHO Indonesia. 2008. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS-Pedoman bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta : WHO Indonesia
7. WHO 2013, 2nd edition of POCKET BOOK OF Hospital care for children, diunduh
dari : http://www.ichrc.org/sites/default/files/pocket%20book%20high%20res_0.pdf ,
tanggal 28-12-2014
8. Suzanne Moore Shepherd, MD, MS, DTM&H, FACEP, FAAEM, diakses dari :
http://emedicine.medscape.com/article/215840-overview#showall

23

Anda mungkin juga menyukai