STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. S
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 2 th 7bln
Alamat
: Aromanis
No. CM
: 669975
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Demam terus menerus selama 4 hari SMRS.
Keluhan Tambahan
Lemas, nafsu makan menurun, tidak bersemangat untuk bermain. Saat ini dalam terapi
TB paru bulan ke 6.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Demam timbul
mendadak di hari selasa malam (malam rabu) yang semakin tinggi di hari rabu pagi.
Esok harinya (kamis, hari ke-2) ibu pasien membawa pasien ke klinik dokter untuk
mengontrol pengobatan TB paru anaknya yang sudah di minggu akhir. Setelahnya pasien
diberikan obat penurun panas untuk keluhan yang dialaminya. Dokter yang merawat
1
berpesan bila sampai hari ke empat (hari sabtu) demam pasien tidak turun segera bawa
pasien ke rumahsakit. Selama demam pasien terlihat lemas, tidak semangat bermain,
nafsu makan menurun (+), porsi makan menurun & mudah kenyang (-), mual (+),
muntah (-), pusing (+), batuk (+), pilek (+), sesak(-) ,nyeri uluhati (+), nyeri otot seluruh
tubuh (+), bintik-bintik kemerahan di seluruh tubuh (+). Demam disertai menggigil &
berkeringat dingin (-), Nyeri menelan (-), mimisan (-), perdarahan gusi (-), kejang (-),
berat badan menurun disangkal, riwayat berpergian ke daerah endemis malaria disangkal,
sering jajan sembarangan (-), nyeri saat BAK (-), sulit menahan pipis (-), nyeri telinga
(-), keluar cairan dari telinga (-), Kejang (-), hidung berair (-), riwayat kontak dengan
penderita campak (-), BAB mencret (-), BAB berwarna pucat seperti dempul (-), riwayat
transfuse darah (-). (KP dinyatakan sembuh oleh dokter).
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan dan kondisi seperti yang dialaminya
sekarang. Pasien pernah menderita sakit TB paru namun telah dinyatakan sembuh
beberapa hari sebelumnya.
Keluaraga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa yang dialami pasien saat ini.
Kakek pasien pernah mengalami sakit TB paru dan pasien sering berkunjung ke rumah
kakeknya saat itu.
Riwayat Pengobatan
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah diberikan obat penurun panas (paracetamol),
tetapi tidak ada perubahan. Pengobatan TB paru pasien tuntas.
Riwayat Alergi :
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi apapun, baik debu,
cuaca, makanan ataupun obat.
Riwayat Psikososial :
- Lingkungan rumah : Orang tua pasien menyangkal adanya genangan air bersih, kolam
penampungan air, bak air yang berjentik, Namun ada 2 orang tetangga yg menderita
DBD dengan jarak masing-masing 4 rumah dan 7 rumah.
- Pola makan & minum : Pasien makan 3x/ hari dengan porsi porsi dewasa, dengan
menu nasi, lauk (telur/daging), sayur. Dilengkapi dengan buah dan susu.
Riwayat Kehamilan
ANC rutin ke dokter. Selama hamil ibu tidak pernah sakit atau mengkonsumsi obatobatan.
Riwayat Persalinan
Normal pervaginam, cukup bulan, langsung menangis, tidak ada kecacatan saat lahir
maupun sianosis. BBL 2900 gram, PBL 47cm.
Riwayat Imunisasi
Menurut orang tuanya, pasien mendapat imunisasi dasar yang belum lengkap.
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital
RR = 38x/menit
= Gizi baik
STATUS GENERALIS
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
: mukosa bibir lembab agak sianosis, typhoid tongue (-) perdarahan gusi (-),
mukosa faring hiperemis (-), hipertrofi tonsil (-) (T1/T2)
Leher
Thorax
Paru paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: tidak dilakukan
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Tampak datar
Auskultasi
: BU (+) Normal
Perkusi
Ascites
:-
Palpasi
: hepar dan lien tidak teraba, nyeri epigastrium (+), turgor kulit baik
Ekstremitas
Akral
: hangat
: +/+
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Item
07-12
HEMATOLOGI RUTIN
Hb
15.5
Ht
44.4
Trombosit
40.000
Leukosit
Eritrosit
5.700
6.41
MCHC
34.9
MCH
24.2
MCV (SADT)
69.3
KIMIA KLINIK
Fungsi Hati
AST (SGOT)
ALT (SGPT)
IMUNOSEROLOGI
Dengue Blood IgG IgM
Dengue IgG
Dengue IgM
Hasil
08-12
09-12
10-12
12.0
35.7
15.000
12.40
37.10
53.000
g / dL
%
/ uL
12.6
36.3
36.000
Satuan
Nilai Rujukan
11.50 13.50
32.00 42.00
150.000
7.700
5.93
7.900
5.34
5.700
5.27
450.000
/ uL
4.50 10.50
x 10^6/ 4.00 5.20
33.6
23.9
71.9
34.7
23.6
68.0
34.80
33.4
70.4
uL
g / dL
pg
fL
37.00 54.00
27.00 31.00
80.00-94.00
U/L
U/L
15-37
12-78
141
60
(+)
(+)
(-)
(-)
E. RESUME
An. S 2 tahun datang denga keluhan demam 4 hari SMRS, demam terus menerus sampai hari
ke empat, turun pada hari kelima dan dirasakan suhu akral-akral pasien teraba sangat hangat,
6
dan demam naik kembali pada hari kelima. Demam disertai pusing (+), mual (+), muntah
(+), Nyeri uluhati (+), nyeri otot seluruh tubuh (+), napsu makan menurun (+), muncul bintikbintik merah di hari ke-4 demam ( di IGD) yang berawwal dari belakang telinga. Uji
tourniket (+).
F. DIAGNOSA BANDING
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
G. DIAGNOSA KERJA
Demam berdarah dengue
H. TERAPI
Terapi rehidrasi dan penurunan panas
RL
11,2 x 100
96
Cefotaxim 3x500 mg i.v.
PCT 500 mg syr. bila demam (suhu aksila 38oC)
I. EDUKASI
Memberi tahu pada keluarga pasien bahwa penyakit ini dapat menular melalui gigitan
nyamuk, dan dapat menyerang orang lain di sekitar pasien terutama yang bertempat tinggal
dekat dengan pasien, sehingga untuk mencegahnya perlu dilakukan pemberantasan nyamuk
dengan cara memberantas nyamuk dewasa, jentik serta sarang nyamuk. Serta menganjurkan
7
agar orangutan pasien selalu membujuk anaknya untuk banyak minum baik air putih, susu,
ataupun yang lainnya.
: bonam
Ad fqungtionam
: bonam
Ad sanationam
: bonam
L. FOLLOW UP
Tanggal
8/12-
S
Sesak, demam,
O
S= 37,2 C
A
DHF
2014
nafsumakan menurun,
Cefotaxime i.v. 3 X
N= 38x/menit
500mg
Rh (+/+), bibir
kering, tanda
Curliv 2 x 1 cth
hari terakhir.
perdarahan (-),
ke-6)
P
Inf. Asering 60cc/jam
edem
ekstremitas atas
9/12-
bawah (+/+)
S= 36,6 C
2014
demam (-).
N=135x/mnt
Rh (+/+)
DHF
(hari
Cefotaxime i.v. 3 X
ke-7)
500mg
PCT syr. 3X cth
ibunya.
Akral hangat,
Curliv 2 x 1 cth
CRT< 2 dtk.
berkurang
edem
ekstremitas atas
10/12-
bawah (+/+)
S= 36,7 C
DHF
2014
(hari
Cefotaxime i.v. 3 X
RR= 44x/mnt
ke-8)
500mg
smangat bermain.
Rh (-/-)
Edema (-)
Akral hangat,
Curliv 2 x 1 cth
CRT< 2 dtk.
edem
ekstremitas atas
11/12-
bawah (-/-)
S= 36,7 C
DHF
2014
N=134x/mnt
(hari
Cefotaxime i.v. 3 X
RR= 44x/mnt
ke-9)
500mg
Rh (-/-)
Akral hangat,
Curliv 2 x 1 cth
CRT< 2 dtk.
edem
ekstremitas atas
bawah (-/-)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
EPIDEMIOLOGI
10
11
C.
ETIOLOGI
Virus dengue termasuk group B arthropod bone vius (arboviruses) dan sekarang
dikenal sebagai genus flavivius, famili Flaviviridae, yang mempunyai 4 jenis serotipe
yaitu den-1, den-2, den-3, den-4. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe yang lain.
Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di
beberapa rumah sakit menunjukan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi
sepanjang tahun. Serotipe den-3 merupakan serotipe yang dominan dan banyak
berhubungan dengan kasus berat.
D.
PATOGENESIS
Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika, dan biokimiawi
DBD belum diketahui secara pasti karena kesukaran mendapatkan model binatang
percobaan yang dapat menimbulkan gejala klinis DBD seperti pada manusia. Hingga
kini sebagian besar sarjana masih menganut the secondary heterologous infection
hypothesis
terinfeksi virus dengue pertama kali mendapatkan infeksi kedua dengan virus dengue
serotipe lain dalam jarak waktu 6 bulan sampai 5 tahun.
12
E.
MANIFESTASI KLINIK
Demam berdarah dengue ditandai oleh 4 manifestasi yaitu demam tinggi,
perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran
darah.fenomena patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit dan membedakan
DBD dari DD ialah peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya
volume plasma, trombositopenia, dan diathesis hemoragik. Perbedaan gejala antara DBD
dan DD tertera pada tabel berikut :
DD
++
+++
+
++
++
++
+
+
++
0
+
++++
0
++
+
GEJALA KLINIS
Nyeri Kepala
Muntah
Mual
Nyeri otot
Ruam kulit
Diare
Batuk
Pilek
Limfadenopati
Obstipasi
Uji turniquet +
Petekie
Perdarahan sal cerna
Hepatomegali
Nyeri perut
DBD
+
++
+
+
+
+
+
+
+
+
++
+++
+
+++
+++
13
++
Trombositopenia
0
Syok
Keterangan : (+): 25%, (++):50%, (+++):75%, (++++):100%
++++
+++
Pada DBD terdapat perdarahan kulit, uji tourniquet positif, memar dan perdarahan
pada tempat pengambilan darah vena. Petekia halus yang tersebar di anggota gerak,
muka, aksila seringkali ditemukan pada masa dini demam. Sedangkan pada masa
konvalesens seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan/telapak kaki.
Pada DBD syok, setelah demam berlangsung salama beberapa hari keadaan umum
tiba-tiba memburuk, hal ini biasanya terjadi pada saat atau setelah demam menurun,
yaitu diantara hari sakit ke 3-7. Pada sebagian besar kasus ditemukan tanda kegagalan
peredaran darah, kulit teraba lembab dan dingin, sianosis sekitar mulut, nadi menjadi
cepat dan lembut. Anak tampak lesu, gelisah, dan secara cepat masuk dalam fase syok.
F.
lain
(petekia,
purpura,ekimosis,epistasis,perdarahan
gusi),
14
Interpretasi diagnosis DBD adalah jika ditemukan hasil klinis 2 dan 1 hasil
laboratorium yang positif.
WHO (1975) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 Derajat yaitu :
1.Derajat I
Demam di sertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
adalah uji tourniquet +.
2.Derajat II
Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan/ perdarahan lain
3.Derajat III
Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, Tekanan nadi
menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab,dan pasien
menjadi gelisah.
4.Derajat IV
Syok berat, nadi tdk teraba dan TD tidak dapat di ukur.
Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer
NS1
Uji serologi
Elektrolit
15
G. PEMERIKSAAN SEROLOGIS
Setelah satu minggu tubuh terinfeksi virus dengue, terjadi viremia yang diikuti
oleh pembentukan IgM-antidengue. Pada kira-kira hari ke lima infeksi terbentuklah
antibodi yang bersifat menetralisasi virus (neutralizing antibody). Setelah antibody NT,
akan timbul antibodi yang mempunyai sifat menghambat hemaglutinasi sel darah merah
angsa (haemaglutination inhibiting antibody= HI). Antibodi yang terakhir, yaitu antibodi
yang mengikat complement (complement fixing antibody= CF), timbul pada sekitar hari
keduapuluh.
Pada dasarnya diagnosis konfirmasi infeksi virus dengue ditegakkan atas hasil
pemeriksaan serologic atau hasil isolasi virus. Dasar pemeriksaan serologis adalah
membandingkan titer antibody pada masa akut dengan konvalesen. Teknik pemeriksaan
serologi yang dianjurkan WHO ialah pemeriksaan HI dan CF.
H. PENATALAKSANAAN DHF
1. Menurunkan demam
Antipiretik (parasetamol) 10-15 mg/kgBB/x : 3-4 kali
2. Pemberian cairan
3.Penggantian volume plasma
Kebutuhan cairan rumatan:
100ml/kgBB (BB 10 kg), + 50 ml/kgBB (BB > 10 kg)
Jenis cairan: kristaloid (RL, RLD, RA, RAD, NaCL 0.9%) dan koloid.
a. Tatalaksana Demam Dengue
Sebagian besar anak dengan Demam Dengue dapat dirawat di rumah dengan
memberikan nasehat perawatan kepada orang tua anak. Berikan anak banyak minum
dengan air hangat atau larutan oralit untuk mengganti cairan yang hilang akibat
16
demam dan muntah. Berikan parasetamol untuk demam. Jangan berikan asetosal atau
ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang perdarahan. Anak harus dibawa
ke rumah sakit apabila demam tinggi, kejang, tidak mau minum atau muntah terus
menerus.
: 7 ml/kgBB/jam
: 5 ml/kgBB/jam
: 3 ml/kgBB/jam
Pantau tanda vital dan dieresis tiap jam, serta periksa laboratorium : HHTL tiap
6 jam
Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan
17
18
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan Hemoglobin menurun,
pertimbangkan
terjadinya
perdarahan
tersembunyi,
berikan
transfuse
darah/komponen
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler & perfusi perifer mulai
membaik, tekana dahi melebar. Jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam
dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis
dan laboratorium
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 26-48 jam.
19
I.
PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu
nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
A. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi
tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan
desain rumah. Sebagai contoh:
- Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.
- Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
- Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
- Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan
lain sebagainya.
B. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14)
C. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
- Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna
untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
- Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air
seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup,
menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara
ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur,
memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang
obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Arvin, Kliegman, Behrman. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15. Jakarta:
EGC
2. Dicky Pribadi Herman. 2007. Pediatri Praktis, edisi 3. Bandung: Catatan Pediatri
3. Henry Garna, dan Heda Melinda Nataprawira. 2012. PEDOMAN Diagnosis dan
Terapi-ILMU KESEHATAN ANAK, edisi ke-4. Bandung: Departemen Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
4. Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta
5. Merenstein, G.B. et all. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika.
Jakarta
22
6. WHO Indonesia. 2008. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS-Pedoman bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta : WHO Indonesia
7. WHO 2013, 2nd edition of POCKET BOOK OF Hospital care for children, diunduh
dari : http://www.ichrc.org/sites/default/files/pocket%20book%20high%20res_0.pdf ,
tanggal 28-12-2014
8. Suzanne Moore Shepherd, MD, MS, DTM&H, FACEP, FAAEM, diakses dari :
http://emedicine.medscape.com/article/215840-overview#showall
23