Anda di halaman 1dari 14

PROSES BERFIKIR

UNTUK
KARYA TULIS ILMIAH
(YUYUS SURYANA SUDARMA)
1. PENDAHULUAN
Sebagian besar mahasiswa beranggapan bahwa dalam menyusun Skripsi, Tesis,
dan Desertasi merupakan kendala dalam penyelesaian studinya, sehingga menjadi resah
dan banyak yang mengeluh karena mengalami kesulitan dalam menulis suatu karya
ilmiah. Munculnya keluhan dan kesulitan tersebut, antara lain disebabkan minimnya
pengetahuan mahasiswa tentang makna dari suatu penelitian yang merupakan tulisan
karya ilmiah, sehingga menimbulkan berbagai pendapat yang mengarah kepada
pemikiran negatif. Anggapan serta perasaan tersebut terlalu berlebihan, karena meneliti
dan menuangkan dalam bentuk tulisan karya ilmiah sebetulnya melatih diri untuk mampu
mebandingkan antara fakta dengan teori yang diperoleh selama perkuliahan, untuk
mencari kebenaran.
Dewasa ini sudah merupakan suatu tuntutan bagi masyarakat, bahwa ide atau
gagasan dan konsep tidak hanya dituangkan dalam bentuk ucapan secara lisan, tetapi
menghendaki adanya kejelasan serta bukti yang dapat dirasakan dan dilihat secara
langsung tentang kebenarannya. Salah satu cara untuk membuktikan penuangan gagasan
atau temuan-temuan serta konsep tertentu, yaitu dengan menuangkan dalam bentuk
tulisan yang dapat dijadikan bukti bahwa gagasan, konsep, atau temuan-temuan tersebut
merupakan salah satu karya dari seseorang dan selanjutnya dapat dijadikan acuan bagi
pihak-pihak yang berkepentingan untuk dilakukan tindakan atau diterapkan pada suatu
lingkungan tertentu.
Untuk mengetahui dan mempelajari fakta-fakta baru serta mencari kebenaran,
maka diperlukan suatu penelitian sebagai salah satu penyaluran hasrat manusia yang
biasanya ingin mengetahui. Dengan mencoba untuk melakukan penelitian, berarti sudah
mempertanyakan sesuatu dengan harapan akan memperoleh jawabannya. Oleh karena itu,
suatu penelitian yang bertujuan untuk menemukan suatu pengetahuan baru atau suatu
kebenaran ilmiah diperlukan pedoman yang dapat digunakan, berarti diperlukannya suatu
ilmu dan metoda yang mampu menuntun dalam melaksanakan suatu penelitian yaitu
metodologi penelitian.
2. PENGERTIAN ILMU
Akumulasi pengetahuan yang menjelaskan hubungan (korelasi atau kausalitas)
yang tersusun secara sistematik rasional, lojik, metodik dan ditemukan secara empirik
melalui penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan

Ilmu lahir karena manusia mempunyai


sifat ingin tahu
Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS
8 October 2010

HAKEKAT ILMU
Suatu alat untuk menjelaskan Mengendalikan atau meramalkan
kejadian

Suatu

Reproduktif
SIFAT
ILMU

Impersonal

Hubungan Ilmu dengan Penelitian


PENELITIAN
Proses

PENELITIAN
Proses

PROSES
BERFIKIR

ILMU
Produk / hasil

ILMU

KEBENARAN

Proses

Produk / hasil

SUATU REFLEKSI
YANG TERATUR
DAN HATI-HATI

PROSES BERFIKIR LAHIR KARENA


MANUSIA MEMPUNYAI RAS A SANGSI
(ingin ta hu) AKAN SESUATU YANG
TIMBUL MENJADI MASALAH KHUSUS

YYS

Teori. Istilah teori sering diartikan sama dengan ilmi dan dipakai oleh orang awam untuk
menyatakan lawan dari fakta. Pada hakekatnya teori muncul berdasarkan suatu proses
dari pembentukan ilmu yang merupakan hasil pengujian atas peristiwa atau fakta
dilakukan dalam suatu penelitian. Sebenarnya, fakta dan teori masing-masing saling
memerlukan agar berguna. Kemampuan untuk dapat mengambil keputusan-keputusan
yang rasional, dan mengembangkan pengetahuan ilmiah, diukur oleh tingkat sejauhmana
dapat mengkombinasikan fakta dan teori. Teori berguna dalam berbagai hal. Pertama,
sebagai suatu orientasi, teori membatasi jumlah fakta yang perlu dipelajari. Setiap
masalah dapat dikaji dalam berbagai cara yang berbeda, dan teori memberikan pedoman
cara-cara mana yang dapat memberi hasil terbaik.Teori juga memberikan sistem mana
yang dapat dipakai untuk mengartikan data agar dapat dikelompokkan dalam cara yang
paling berarti. Teori juga meringkas apa yang diketahui mengenai objek yang dikaji dan
menyatakan keseragaman yang tidak dapat diamati dalam pengamatan langsung; dalam
hal ini, teori juga dapat dipakai untuk memprediksi fakta-fakta lebih lanjut yang harus
dicari.

3. HUBUNGAN PENELITIAN DENGAN ILMU


Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS
8 October 2010

Suatu ilmu lahir karena manusia mempunyai sifat ingin tahu, sedangkan hakekat
ilmu sendiri merupakan suatu alat untuk menjelaskan mengendalikan atau meramalkan
suatu kejadian. Secara konseptual ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang
menjelaskan hubungan (korelasi atau kausalitas) yang tersusun secara sistematik rasional,
lojik, metodik dan ditemukan secara empirik melalui penelitian yang dilakukan oleh
ilmuwan. Berarti suatu ilmu terbentuk dari hasil suatu penelitian yang didasarkan pada
proses berfikir ilmiah, untuk jelasnya mengenai hubungan ilmu dengan penelitian dapat
diungkapkan dalam gambar sebagai berikut:

H U B U N G A N P E N E L IT IA N
D E N G A N IL M U
U R U T A N B E R FIK IR ILM IA H
Ingin tahu
untuk mencari
kebenaran

Untuk
memperoleh
pengetahuan/ ilmu

O N TO LO G I

Bertanya
( sudah
berfilsafat)

EP IS TIM O LO G I

O b je k a p a y a n g
a k a n d ik a j i
( a k a r ilm u )

B a g a im a n a c a r a
m e n g k a ji o b je k

KEBENARAN

A K S IO LO G I
B a g a im a n a
m enggunakan
h a s il k a jia n )

P o n d a s i k e ilm u a n d a la m m e n c a r i
k e b e n a r a n o b je k d a r i su a tu
d is i p l i n i lm u ( b a g a i m a n a c a r a
m e m p e r o le h ilm u )
M ETODOLOGI
P E N E L IT IA N
Pada dasarnya manusia berusaha untuk mencari kesempurnaan dan kebenaran dalam
kehidupannya, karena didorong oleh adanya hasrat ingin tahu yang selalu ada dan tidak
pernah surut selama keadaan dirinya normal. Salah satu cara yang dilakukan oleh
manusia untuk memenuhi keinginan untuk mengetahui dan mengungkap kebenaran,
adalah dengan melakukan suatu penelitian sebab ilmu pengetahuan merupakan kumpulan
pengalaman dan pengetahuan sejumlah orang yang dipadukan secara harmonis serta
tersusun dengan teratur dan kebenarannya sudah teruji, sehingga bagi mereka yang
Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS
8 October 2010

melakukan penelitian ilmu pengetahuannya semakin bertambah luas. Seseorang yang


mempelajari metode penelitian dengan pemahaman yang mendalam, berarti telah
menambah suatu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi
masalah serta mampu mengadapi tantangan lingkungan, sehingga dapat mengambil
keputusan secara cepat, tepat dan akurat.
Pada dasarnya manusia berusaha untuk mencari kesempurnaan dan kebenaran dalam
kehidupannya, karena didorong oleh adanya hasrat ingin tahu yang selalu ada dan tidak
pernah surut selama keadaan dirinya normal. Salah satu cara yang dilakukan oleh
manusia untuk memenuhi keinginan untuk mengetahui dan mengungkap kebenaran,
adalah dengan melakukan suatu penelitian sebab ilmu pengetahuan merupakan kumpulan
pengalaman dan pengetahuan sejumlah orang yang dipadukan secara harmonis serta
tersusun dengan teratur dan kebenarannya sudah teruji, sehingga bagi mereka yang
melakukan penelitian ilmu pengetahuannya semakin bertambah luas. Seseorang yang
mempelajari metode penelitian dengan pemahaman yang mendalam, berarti telah
menambah suatu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi
masalah serta mampu mengadapi tantangan lingkungan, sehingga dapat mengambil
keputusan secara cepat, tepat dan akurat.
4. PROSES BERFIKIR
Proses berfikir merupakan salah satu bagian yang mendasar dalam mempelajari
metode penelitian, karena inti dari penelitian adalah pertanyaan mengenai prefektif. Dari
ratusan pertanyaan mengenai organisasi atau keuangan atau pemasaran dan lainnya yang
dapat diajukan, masing-masing akan mempunyai sautu prespektif normatif dan
diantaranya ada yang mendapat jawaban lebih baik. Pada umumnya, manusia dalam
kehidupannya sehari-hari jarang memikirkan bagaimana caranya memperoleh suatu
pengetahuan atau dari mana sumber pengetahuan itu berasal, padahal ini sangat penting
bagi peneliti. Karena peneliti, mulai berfikir dan menunjukkan kemampuannya untuk
membedakan sumber-sumber pengetahuan mana yang dapat memberikan hasil terbaik
untuk situasi tertentu.
4.1 GAYA BERPIKIR
Membahas tentang cara seseorang memandang terhadap permasalahan sangat
bervariasi dan tergantung kepada gaya berpikir dari masing individu, sedangkan gaya
berfikir dari setiap individi merupakan perspektif atau saringan untuk menentukan
bagaimana dapat memandang dan mengerti dunia nyata. Salah satu cara yang lebih baik
dari gaya-gaya berfikir lainnya, adalah melalui metode pengkajian ilmiah. Meskipun
metode ilmiah ini merupakan cara yang unggul bagaimana memperoleh informasi, tetapi
metode ilmiah bukan satu-satunya sumber kebenaran. Namun, masalah-masalah tertentu
tidak menutup kemungkinan ada juga gaya berpikir yang lain mempunyai pengaruh nyata
dan sering berguna, diantaranya terhadap permasalahan yang berkaitan dengan bisnis
dalam hal ini lebih berperan instusi dari individu yang bersangkutan.
Pada umumnya, gaya berpikir yang dikaitkan dengan metode ilmiah dianggap
sebagai alat yang ampuh untuk mendapatkan kebenaran, walaupun kebenaran mungkin
tidak kekal. Akan tetapi, metode ilmiah bukanlah satu-satunya sebagai sumber
pengetahuan, karena sumber-sumber pengetahuan cukup bervariasi mulai dari pendapat
Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS
8 October 2010

yang tidak diuji sampai dengan gaya berfikir yang sangat sistematis dan/atau dari sudut
pandang yang sangat interpretatif dikenal sebagai pandangan idealisme sampai dengan
sudut pandang empiris yang dapat diamati dengan dukungan data konkrit.
Empiris berarti mencatat pengamatan dan proposisi berdasar pengalaman
dan/atau diturunkan dari pengalaman melalui penalaran induktif, termasuk matematika
dan statistika. Penganut paham empiris berusaha untuk menggambarkan, menjelaskan,
dan membuat prediksi melalui pengamatan. Pengetahuan ilmiah diperoleh melalui
pendekatan-pendekatan induktif dan rasional. Pengetahuan ini juga dijamin kebenarannya
melalui cara-cara teoritis yang didasarkan kepada penalaran deduktif.
Rasionalisme dimaksudkan bahwa penalaran merupakan sumber pengetahuan
yang utama. Rasionalisme berbeda dengan empirisme dalam hal bahwa semua
pengetahuan dapat dideduksi dari aturan-aturan atau hukum-hukum dasar mengenai alam.
Hal ini dianggap mungkin karena aturan-aturan dasar membentuk dunia secara logika.
Penganut pandangan ini mempertahankan pendapat bahwa berbagai masalah paling bisa
dimengerti dan diselesaikan melalui logika formal atau matematika. Upaya-upaya
demikian, tentunya, berjalan secara independen dari pengamatan dan pengumpulan data.
Pendapat yang tidak diuji merupakan bentuk pengetahuan yang tetap dijalani
orang, meskipun ada bukti-bukti yang tidak mendukung pengetahuan ini. Tidak banyak
yang dapat dilakukan para peneliti bisnis untuk dapat meningkatkan pengertian mengenai
kenyataan dari sudut pandang ini, biasanya sangat bersifat spekulasi dan siap untuk
mengadapi berbagai risiko pada kenyataan pada waktunya. Suatu cara lain untuk
memperoleh pengetahuan adalah metode kebenaran yang terbukti dengan sendirinya, hal
ini merupakan kesimpulan dari hukum-hukum alam yang ada
Gaya berpikir harafiah mempunyai sudut pandang yang diarahkan ke pusat. Gaya
berpikir ini dipakai dalam banyak studi kasus dalam ilmu-ilmu sosial. Studi kasus
memainkan peran yang penting dalam perkembangan pengetahuan bisnis.
Metode ilmiah berdekatan dengan ujung empiris. Prinsip-prinsip pokok dari
metode ilmiah adalah: (1) pengamatan langsung terhadap fenomena, (2) variabelvariabel, metode-metode, dan prosedur-prosedur yang dirumuskan secara jelas, (3)
hipotesis-hipotesis yang dapat diuji secara empiris, (4) kemampuan untuk menolak
hipotesis-hipotesis tandingan, (5) pembenaran kesimpulan secara statistis dan bukan
pembenaran secara linguistik, dan (6) proses koreksi.
Berbagai gaya berpikir ini saling mempengaruhi arah penelitian dalam bisnis,
sama seperti dalam ilmu-ilmu sosial dan perilaku. Gaya postulasi, merupakan gaya
berfikir dengan tujuan dari perspektifnya adalah untuk meringkas objek studi menjadi
istilah-istilah matematis yang formal, biasanya dipakai untuk merumuskan teoremateorama yang merupakan bukti-bukti logis. Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan
penelitian operasi, manajemen produksi, permodelan matematis, dan simulasi, termasuk
dalam gaya postulasi. Berbagai gaya berpikir yang ada, memungkinkan untuk dijadikan
kerangka dalam menghadapi berbagai masalah bisnis. Beberapa perspektif, seperti gaya
postulat, bergantung kepada proses deduktif logis. Sebaliknya, metode ilmiah memakai
induksi; kesimpulan-kesimpulan yang ditarik mengenai ciri-ciri populasi didasarkan pada
ciri-ciri sampel yang diamati.

4.2 PROSES BERPIKIR : PENALARAN


Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS
8 October 2010

Penyelidikan ilmiah didasarkan pada proses. Proses ini dipakai untuk


mengembangkan dan menguji berbagai proposisi, terutama melalui gerak ganda berpikir
reflektif. Berpikir reflektif terdiri dari urutan induksi dan deduksi agar dapat menjelaskan
secara induktif (melalui hipotesis) suatu keadaan yang membingungkan. Hipotesis
dipakai dalam deduksi fakta-fakta lebih lanjut yang dapat dicari untuk menegaskan atau
menolak kebenaran hipotesis.
Dalam melakukan penalaran dengan berbagai tingkat keberhasilan, dan
mengkomunikasikan pesan yang akan disampaikan, yang disebut arti, dalam bahasa
sehari-hari, atau dalam kasus-kasus khusus, dalam bentuk logis dan simbolis. Pengertian
disampaikan melalui dua cara : eksposisi atau argumentasi. Eksposisi terdiri dari
pernyataan-pernyataan deskriptif yang sekedarnya dan tidak memungkinkan alasanalasannya. Di pihak lain, argumentasi memungkinkan untuk memberikan penjelasan,
mengartikan, membela, menantang dan menjajaki pengertian. Dua jenis argumentasi
yang sangat penting dalam penelitian adalah deduksi dan induksi.
Deduksi merupakan bentuk inferensi yang bertujuan menarik kesimpulan.
Kesimpulan ini haruslah sebagai akibat dari alasan alasan yang diajukan. Alasan-alasan
ini dikatakan mencerminkan suatu kesimpulan dan memberikan suatu bukti. Ini adalah
hubungan antara alasan dan kesimpulan yang lebih kuat daripada dalam induksi.
Deduksi dikatakan tepat, jika benar dan sahih. Ini berarti bahwa premis (alasan)
yang diberikan untuk kesimpulan harus sesuai dengan kenyataan (benar). Selain itu,
premis-premis diatur dalam suatu bentuk sehingga kesimpulannya dapat ditarik dengan
sederhana dari premis-premis tersebut. Suatu deduksi adalah sahih bilamana kesimpulan
tidak mungkin salah jika premis adalah benar. Para pakar logika telah menetapkan
aturan-aturan dimana orang dapat menilai kapan suatu deduksi adalah sahih. Kesimpulan
tidak dibenarkan secara logis jika (1) satu atau lebih premis tidak benar, atau (2) bentuk
argumentasi tidak sahih. Namun demikian, kesimpulannya mungkin saja merupakan
pernyataan yang benar, tetapi karena adanya alasan-alasan lain di luar premis-premis tadi.
Induksi. Penalaran induktif sangat berlainan. Tidak ada hubungan yang kuat
antara alasan dan kesimpulan. Melakukan induksi adalah menarik kesimpulan dari satu
atau lebih fakta atau bukti-bukti. Kesimpulan menjelaskan fakta,dan faktanya mendukung
kesimpulannya. Sifat induksi adalah bahwa kesimpulannya hanya merupakan suatu
hipotesis. Induksi merupakan suatu penjelasan, tetapi ada penjelasan penjelasan lain
yang juga cocok dengan fakta-fakta. Inti pokok dari penalaran induktif adalah bahwa
kesimpulan induktif merupakan loncatan inferensi di luar bukti-bukti yang ada.
Gabungan Induksi dan Deduksi. Proses induksi dan deduksi dipakai dalam
penalaran penelitian secara berurutan. Induksi timbul bilamana adanya pengamatan suatu
fakta dan timbulnya suatu pertanyaan, sebagai jawaban atas pertanyaan ini, diajukan
suatu penjelasan sementara (hipotesis). Hipotesis ini mungkin jika hipotesis tersebut
menjelaskan peristiwa atau kondisi (fakta) yang menyebabkan pertanyaan. Deduksi
merupakan proses pengujian apakah hipotesis dapat menjelaskan fakta. Untuk menguji
suatu hipotesis, harus dapat membuat deduksi fakta-fakta lain dari hipotesis, yang
kemudian diselidiki kebenarannya. Inilah penelitian klasik. Dengan membuat deduksi
mengenai fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa khusus lainnya berdasarkan hipotesis dan
kemudian mengumpulkan informasi untuk melihat apakah deduksi deduksi yang dibuat
adalah benar.

Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS


8 October 2010

Berpikir Reflektif dan Metode Ilmiah. Induksi dan deduksi, pengamatan, dan
uji hipotesis dapat dikombinasikan secara sistematis untuk menggambarkan metode
ilmiah. Adanya pemikiran-pemikiran yang muncul, untuk keperluan analisis penyelesaian
masalah, menggambarkan suatu pendekatan untuk menilai kesahihan kesimpulankesimpulan dari peristiwa-peristiwa yang dapat diamati; pemikiran-pemikiran ini
terutama sesuai bagi para peneliti yang mendasarkan kesimpulan pada data empiris.
Sikap Ilmiah. Jika peralatan berpikir merupakan otaknya ilmu, maka sikap ilmiah
merupakan jiwanya. Sikap ilmiah melepaskan dorongan kreatif yang memungkinkan
penemuan-penemuan. Semua peneliti melatih imajinasi dalam proses penemuan, dalam
menangkap aspek paling penting dari permasalahan, atau dalam memilih suatu teknik
yang mengungkapkan fenomena dalam keadaannya yang paling alamiah.
Para peneliti menganggap melakukan penelitian di bidang ilmu tertentu sebagai
suatu proses yang teratur yang mengkombinasikan induski, deduksi, pengamatan, dan
pengujian hipotesis menjadi suatu rangkaian kegiatan berpikir reflektif. Meskipun metode
ilmiah tidak berarti dari tahapan berurutan atau independen, proses penyelesaian masalah
yang diungkapkan memberikan pengertian bagaimana cara penelitian dilakukan.
5. BERPIKIR ILMIAH : KONSEP, KONSTRUK , DEFINISI dan VARIABEL
Metode ilmiah dan berpikir ilmiah didasarkan pada konsep-konsep, yaitu simbolsimbol yang diungkapkan dengan sejumlah pengertian. Sehingga menciptakan konsep
bagaimana berpikir dan mengkomunikasikan abstraksi-abstraksi. Penggunaan konsepkonsep yang lebih tinggi konstruk untuk tujuan penjelesan ilmiah khusus yang tidak
secara langsung dapat diamati. Konsep, konstruk, dan variabel dapat dirumuskan secara
deskriptif atau operasional. Definisi operasional, hal yang penting sekali dalam
penelitian, harus merinci secara cukup informasi empiris yang diperlukan dan bagaimana
informasi tersebut dikumpulkan. Selain itu, definisi operasional harus mempunyai ruang
lingkup yang sesuai bagi masalah penelitian yang dihadapi. Konsep dan konstruk dipakai
pada tingkat teoritis, variabel dipakai pada tingkat empiris. Variabel diberi angka atau
nilai untuk tujuan pengujian dan pengukuran. Variabel-variabel tersebut dapat
digolongkan sebagai penjelas (independen, dependen, atau moderator), luar biasa dan
antara.
Untuk dapat mengerti dan menyampaikan informasi mengenai objek-objek dan
peristiwa-peristiwa, maka diperlukan dasar yang umum dalam merealisasikan hal
tersebut. Konsep-konsep dipakai untuk mencapai tujuan tersebut. Konsep merupakan
sejumlah pengertian atau ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi,
situasi, dan hal lain yang sejenis. Konsep-konsep diciptakan dengan menggolongkan dan
mengelompokkan objek-objek atau peristiwa peristiwa yang mempunyai ciri yang
sama.
Sumber-sumber konsep. Konsep-konsep yang sering dan umum dipakai telah
berkembang dari waktu ke waktu. Konsep-konsep umum merupakan bagian terbesar dari
komunikasi bahkan dalam penelitian. Terkadang kesulitan timbul apabila menghadapi
suatu konsep yang tidak lazim atau suatu pemikiran yang baru. Suatu cara untuk
mengatasi masalah ini adalah dengan meminjam dari bahasa-bahasa lain atau meminjam
dari bidang-bidang lain, dan atau dari disiplim ilmu lain bila diperlukan.

Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS


8 October 2010

Meminjam teori atau konsep dari bidang atau ilmu lain tidak selalu sesederhana
itu dan tidak praktis langsung digunakan,akan tetapi diperlukan adanya kajian-kajian
yang logic diantaranya: (1) mengadopsi pengertian-pengertian baru untuk kata-kata
(membuat suatu kata mencakup suatu konsep yang berbeda atau (2) mengembangkan
label-label (kata-kata) baru untuk konsep-konsep. Mengadopsi pengertian-pengertian
baru atau mengembangkan label-label baru, berarti mengembangkan suatu terminologi
yang khusus. Terminologi khusus jelas meningkatkan efisiensi berkomunikasi di antara
para ahli, tetapi tidak mengabaikan atau mengecualikan pihak lainnya.
Pentingnya Konsep dalam Penelitian. Konsep merupakan dasar bagi pemikiran
dan komunikasi, akan tetapi tidak sedikit yang kurang memberi perhatian kepada
pengertian konsep dan masalah-masalah yang dihadapi dalam pemakaiannya. Dalam
penelitian, persoalan-persoalan khusus berkembang karena kebutuhan akan ketepatan
konsep dan menemukan hal-hal yang baru. Mendesain hipotesis digunakan suatu konsep.
Dalam menguji hipotesis dirancang konsep-konsep pengukuran untuk menguji
pernyataan-pernyataan hipotesis tersebut. Mengumpulkan data dengan memakai konsepkonsep pengukuran ini, bahkan mungkin menciptakan konsep-konsep baru untuk
menyatakan sebuah pemikiran. Keberhasilan penelitian tergantung kepada (1) sejauh
mana perumusan suatu konsep dibuat secara jelas, dan (2) sejauhmana pihak lain
mengerti konsep-konsep yang diajukan.
Masalah-masalah dalam Pemakaian Konsep. Pemakaian konsep menimbulkan
kesulitan-kesulitan yang dipertegas dalam situasi penelitian. Setiap orang memiliki
pemahaman yang berbeda terhadap kata-kata atau label-label tertentu yang membentuk
konsep tersebut. Konsep-konsep tersebut menggambarkan tingkat abstraksi yang
progresif, yaitu tingkat sejauh mana konsep mempunyai atau tidak mempunyai rujukan
objektif.
Konstruk. Sebagaimana dipakai dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, sebuah
konstruk merupakan suatu bayangan atau pemikiran yang secara khusus diciptakan bagi
suatu penelitian dan / atau untuk tujuan membangun teori. Membangun konstruk dengan
mengkombinasikan konsep-konsep yang sederhana, khususnya bilamana pemikiran atau
bayangan yang ingin dikomunikasikan tidak secara langsung dapat diamati.
Definisi. Kebingungan mengenai pengertian konsep-konsep dapat merusak nilai
suatu penelitian. Jika kata-kata mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi pihakpihak yang terkait, maka tidak adanya komunikasi pada gelombang pemikiran yang
sama. Salah satu cara untuk menghindari hal ini adalah dengan memakai definisi-definisi.
Definisi-Definisi Operasional. Suatu definisi operasional adalah definisi yang
dinyatakan dalam kriteria atau operasi yang dapat diuji secara khusus. Artinya suatu
definisi yang siap untuk dioperasikan atau istilah lain adalah defines kerja. Istilah-istilah
ini harus mempunyai rujukan-rujukan empiris. Apakah objek yang akan didefinisikan
adalah objek fisik, definisinya harus merinci ciri-ciri yang akan dipelajari dan bagaimana
mengamatinya. Rincian-rincian dan prosedur-prosedunya harus sedemikian jelas
sehingga setiap orang yang berkompeten yang akan memakainya dapat
mengklasifikasikan objeknya dengan cara yang sama. Apapun bentuk definisinya,
tujuannya dalam penelitian pada dasarnya sama memberikan pengertian dan
pengukuran konsep-konsep. Oleh karena itu dalam mengoperasikan variable agar dapat
Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS
8 October 2010

diaplikasikan untuk melaksanakan suatu penelitian, sangatlah diperlukan suatu konsep


yang merupakan definisi kerja dan harus terukur yang kemudian diikuti dengan indicatorindikator yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai bagi suatu penelitian.
Variabel. Dalam praktek istilah variabel dipakai oleh para ilmuwan dan peneliti
sebagai sinonim untuk konstruk atau hal yang sedang diteliti. Dalam konteks ini, suatu
variabel merupakan simbol yang diberi angka atau nilai.
Variabel independen dan dependen merupakan salah satu bentuk sinonim dari
konstruk atau hal yang sedang diteliti. Para peneliti paling berkepentingan dengan
hubungan-hubungan antar variabel.
Dalam suatu hubungan, setidak-tidaknya ada satu variabel independen (VI) dan satu
variabel dependen (VD). Hipotesisnya biasanya menyatakan bahwa dengan satu atau lain
cara VI menyebabkan terjadinya VD. Dalam hubungan yang sederhana, semua variabel
lainnya dianggap tidak relevan dan diabaikan.
Variabel Moderator. Dalam situasi penelitian sebenarnya, hubungan sederhana
satu lawan satu perlu dikondisikan dan direvisi agar variabel-variabel lain turut
dipertimbangkan. Sering dalam penelitian dipakai jenis variabel penjelas penting yang
lain yaitu variabel moderator. Merupakan variabel independen kedua yang dicakup dalam
hipotesis, karena diduga mempunyai dampak yang berarti terhadap hubungan VI VD.
Variabel Luar Biasa. Ada variabel-variabel luar biasa yang jumlahnya hampir
tidak terbatas yang mungkin saja berpengaruh pada suatu hubungan tertentu. Beberapa di
antaranya dapat diperlakukan sebagai variabel-variabel independen atau moderator, tetapi
kebanyakan harus diasumsikan saja atau dikecualikan dari penelitian. Akan tetapi
mungkin ada variabel-variabel luar biasa lain yang barangkali harus dipertimbangkan
sebagai variabel yang berpengaruh kepada hubungan VI-VD.
Variabel Antara. Variabel-variabel yang dikemukakan sehubungan dengan
hubungan-hubungan kausal merupakan variabel-variabel yang konkrit, jelas dapat diukur,
dan dapat dilihat, dihitung, atau diamati. Variabel antara dapat dirumuskan sebagai faktor
yang secara teori berpengaruh pada fenomena yang diamati tetapi tidak dapat dilihat,
diukur, atau dimanipulasi, dampak-dampaknya harus disimpulkan berdasarkan dampak
variabel-variabel independen dan moderator terhadap fenomena yang diamati.
6. PROPOSISI dan HIPOTESIS
Proposisi sangat penting dalam penelitian karena dapat dipakai untuk menilai
kebenaran atau kepalsuan suatu hubungan antara fenomena yang diamati. Suatu hipotesis
menggambarkan hubungan antara atau antar variabel. Hipotesis yang baik adalah yang
dapat menjelaskan apa yang ingin dijelaskan, dapat diuji, dan lebih luas, lebih mungkin
dan lebih sederhana dari saingan-saingannya.
Rangkaian konsep yang saling berkaitan, definisi-definisi dan proposisi-proposisi
yang diajukan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena merupakan teori-teori.
Model berbeda dari teori dalam hal bahwa model merupakan analogi atau mewakili suatu
aspek dari suatu sistem atau sistem sebagai keseluruhan. Model dipakai untuk
menjelaskan, menegaskan dan simulasi.

Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS


8 October 2010

Definisi Proposisi adalah suatu pernyataan mengenai konsep-konsep yang dapat


dinilai benar atau salah jika merujuk kepada fenomena yang dapat diamati. Bilamana
suatu proposisi dirumuskan untuk diuji secara empiris, maka disebut hipotesis. Sebagai
suatu pernyataan, hipotesis bersifat sementara atau dugaan yang masih perlu diuji.
Hipotesis kadang-kadang digambarkan sebagai pernyataan-pernyataan dimana
ditetapkannya variabel-variabel kepada kasus-kasus. Suatu kasus dalam pengertian ini
dirumuskan sebagai suatu kesatuan atau hal yang dinyatakan oleh hipotesis. Variabel
merupakan ciri, atau atribut yang dalam hipotesis dicantumkan pada kasus.Hipotesis
Deskriptif. Hipotesis deskriptif merupakan proposisi yang menyatakan keberadaan,
besar, bentuk, atau distribusi suatu variabel, biasanya diuji hanya satu variable
membandingkan dengan standar yang logic dan dapat diterima secara umum untuk itu
dapat ditentukan berdasarkan criteria tertentu yang logis serta dapat menumbuhkan
keyakinan melalui sutau proses secara transparan dan memiliki argumantasi yang kuat
dalam menentukan standar sebagai tolok ukura untuk menentukan bahwa hasil suatu
penelitian tersebut dapat diterima atau ditolak hipotesisnya. Sedangkan Hipotesis
Mengenai Hubungan. Hipotesis ini merupakan pernyataan-pernyataan yang
menggambarkan suatu hubungan antara dua variabel, berkaitan dengan suatu kasus
tertentu.
Peranan Hipotesis. Dalam penelitian, suatu hipotesis mempunyai berbagai fungsi
penting. Fungsinya yang paling penting adalah sebagai pedoman untuk mengarahkan
penelitian. Kebaikan suatu hipotesis adalah bahwa jika ditanggapi secara serius, dapat
memberikan batasan kepada apa yang akan diteliti dan apa yang tidak diteliti. Dengan
demikian hipotesis mengarahkan bentuk desain penelitian mana yang paling sesuai.
Akhirnya suatu hipotesis memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan
dihasilkan.
Bagaimana suatu hipotesis yang baik ?. Suatu hipotesis yang baik harus memenuhi
tiga syarat. Syarat yang paling mendasar adalah bahwa hipotesis ini sesuai dengan
tujuannya. Kondisi pokok yang kedua adalah hipotesis harus dapat diuji. Syarat ketiga
adalah hipotesis harus lebih baik dari hipotesis-hipotesis saingannya, dengan pengertian
bahwa suatu hipotesis yang dalam hal ini adalah H harus lebih baik daripada Ho.
Secara umum, hipotesis yang baik adalah lebih luas, menjelaskan lebih banyak fakta dan
lebih beragam dibandingkan dengan hipotesis-hipotesis lainnya. Suatu hipotesis tidak
harus membenarkan suatu fakta atau suatu peristiwa yang belum terbukti kebenarannya,
tapi harus didasarkan kepada pemikiran yang logic dengan pola berfikir positif dan
bukanlah suatu hasil harus dicapai dalam suatu penelitian, sehingga merupakan suatu
pernyataan yang maknanya sangat sempit dan cenderung lebih besifat subjective. Hal
seperti itulah yang harus dihindari, sehingga diperlukan suatu pemikiran yang lebih luas
dan bermakna bagi pengembangan suatu ilmu, karenya diperlukan proses berfikir yang
bersifat objectives dan berargumentasi agar dapat dijadikan rujukan bagi pihak-pihak
yang berkepntingan secara akdemik.
Model. Istilah model dipakai berbagai bidang bisnis dengan definisi yang
beragam. Suatu model dirumuskan sebagai cerminan suatu sistem yang dibuat untuk
mempelajari salah satu aspek dari sistem ataud ari sistem sebagai keseluruhan. Model

Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS


8 October 2010

10

berbeda dari teori dalam hal bahwa tugas teori adalah menjelaskan, sementara tugas
model adalah mewakili.
Mendeskripsikan, menegaskan, dan melakukan simulasi merupakan fungsi utama
dari permodelan. Masing-masing fungsi cocok untuk penelitian terapan atau
pengembangan teori. Model deskriptif berusaha untuk menggambarkan perilaku unsurunsur dalams suatu sistem dimana teori tidak cukup atau tidak ada. Model penegasan
dipakai untuk memperluas penerapan dari teori-teori yang sudah dikembangkan atau
untuk meningkatkan pengertian mengenai konsep-konsep pokok teori. Model simulasi
lebih luas jangkauannya daripada sekedar menjelaskan hubungan struktural konsepkonsep dan berusa untuk mengungkapkan hubungan-hubungan proses diantara konsepkonsep tersebut.

VII. LAPORAN PENELITIAN

7.1. Outline Laporan Penelitian


UNSUR
Pernyataan masalah
yang akan
dipecahkan
Prosedur Penelitian

Penemuan Hasil
Penelitian
Implikasi dari Hasil
Penelitian.

URAIAN
Alasan mengapa masalah itu penting.
Relevansi pemecahan masalah dengan teori atau praktis
dalam masyarakat
Rancangan penelitian
Teknik sampling
Teknik pengumpulan data
Metode pengolahan dan analisis
Bukti / fakta lengkap dari penelitian
Fakta harus relevan dengan tujuan, hipotesis dan
masalah penelitian
Interpretasi terhadap fakta
Keterangan terhadap fakta
Kombinasi keterangan dan Interpretasi

7.2 Kerangka Usulan Penelitian


JUDUL (Ditulis di cover Usulan Penelitian)
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS
8 October 2010

11

1.3 Tujuan Penelitian


1.4 Kegunaan Penelitian
BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.2 Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis
BAB III
: METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian yang Digunakan
3.2 Operasionalisasi Variabel
3.3 Sumber dan Cara Penentuan Data
3.4 Tehnik Pengumpulan Data
3.5 Rancangan Analisis dan Rancangan Uji Hipotesis
( termasuk Pengujian Validitas/ relaibilitas data )
3.6 Rancangan Pemecahan Masalah
 DAFTAR PUSTAKA
 LAMPIRAN

7.3. Kerangka Laporan Penelitian


JUDUL (Ditulis di cover Usulan Penelitian)
ABSTRACT
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Kegunaan Penelitian
BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.2 Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian yang Digunakan
3.2 Operasionalisasi Variabel
3.3 Sumber dan Cara Penentuan Data
3.4 Tehnik Pengumpulan Data
Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS
8 October 2010

12

3.5 Rancangan Analisis dan Rancangan Uji Hipotesis


( termasuk Pengujian Validitas/ relaibilitas data )
3.6 Rancangan Pemecahan Masalah
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
4.2
4.3 dst.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8. KESIM[PULAN
Karya tulis ilmiah merubpakan salah satu bagian dalam proses pembejaran pada sutau
perguruan tinggi yang menghasilkan pemikiran intelektual, dengan kajian dan proses
berfikir berdasarkan kepada fakta dan teori yang dapat dibuktikan kebenarannya. Oleh
karena itu autput dari suatu propgram pendidikan yang bersifat akademik, dituntut untuk
memberikan kontrbisi pemikirannya melalui suatu penelitian yang merupakan salah satu
bentuk dari karya ilmiah dalam rangka mewujudkan kebenaran dan memberikan arahan
untuk menghadapi perubahan pada masa yang akan dating. Karya ilmiah tersebut dapat
dipertanggung jawabkan demi pengembangan dalam kehidupan maupun dalam berbisinis
untuk lebih mampu memertahankan kelanjutan hidupnya dan unggul dalam bersaing di
era globalisas. Semoga apa yang disajikan dalam tulisan ini, dapat memberikan manfaat
demi kelancaran untuk mencapai apa yang dicita-citakan oleh kita semua, dan ucama
terima kasih atas perhatian serta kerjasamanya yang baik demi tewujudnya proses
pembelajaran secara kondusifAmin. Wasallam.
Daftar Pustaka
1.

Aacker, David A,V.Kumar and Geoge S. Day, 2004., Marketing Research., Eight Edition, John
Wiley & Sons Inc Canada
2. Burns, Alvin C.and Ronald F.Bush,1998., Marketing Research., International Edition,by
Prentice-Hall, Inc., A Simon & Schuster Company, Upper Saddle,New Jersey.
3. Burns, Alvin C.and Ronald F.Bush,2003., Marketing Research, Online Reseach Application,
Fourth Edition,by Prentice-Hall,Inc.
4. Cooper Donald R.and Emory C.William.,1995., Business Research Methods, Fifth Editions.,
Richard D.Irwin,Inc.,New York.
5. Cooper Donald R.and Schindler Pamela S.,2003., Business Research Methods, Internatinal
Editions., McGraw-Hill Companies,Inc.,New York.
6. Dillon, William R.Thomas J, Mdden, and Niel H. Firtle, 1994, Marketing Research in a
Marketing Environment. Thirt Edition, Richard D, Irwin Inc. USA.
7. Hoover, Kenneth R., 1991, The Elements of Social Scientific Thinking, St.Martins Perss, Fifth
Edition, New York.
8. Jarboe Glen R.,1996., The Marketing Research Project Manual., Weat Publishing Co., New
York.
9. Kumar V,2000., International Marketing Research, Prentice Hall.
10. Malhotra, Naresh K., 2002, Basic Marketing Research, Applications to Contemporary Issues,
International Edition, by, Pearson Ed,ucation, Inc, Upper Saddle River, New Jersey

Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS


8 October 2010

13

11. Malhotra, Naresh K., 2004, Marketing Research, an Applied Orientation, Fourth Edition, by,
Pearson Ed,ucation, Inc, Upper Saddle River, New Jersey
12. McDaniel Carl,Jr.and Roger Gates, 1996., Contemporary Marketing Research., Weat Publishing
Co., New York.
13. McDaniel, Carl and Roger Gates,2002, Marketing Reseach, the Compact of the Internet, Fifth
Editions, South Western USA.
14. Zikmund William G.,2003., Business Research Methods., 7 th Edition Tomson South-Western

Prof. Dr. Yuyus Suryana S, SE., MS


8 October 2010

14

Anda mungkin juga menyukai