Anda di halaman 1dari 2

Rumah Sakit Solouis

notes: Yellow=Justice
Blue= Autonomi
Red= Non malefience
Green= Benefience
Pada suatu hari, Rumah Sakit disibukkan dengan pasien yang baru datang ke UGD. Dia
adalah Walikota Solouis yang mengalami kecelakaan. Mobil yang ditumpangi Walikota mengalami
rem blong sehingga menabrak sebuah ojeg dan akhirnya masuk ke parit. Walikota mengalami luka
memar pada bagian siku dan pendarahan ringan pada bagian kaki. Beliau masih dalam keadaan
sadar. Beliau langsung mendapat perawatan di bagian UGD akibat luka yang dideritanya. Korban
lain dari kecelakaan tersebut yaitu tukang ojeg datang dalam kondisi tidak sepenuhnya sadarkan
diri. Ia mengalami patah kaki dan luka parah di bagian kepala. Melihat keadaan yang cukup parah
dari tukang ojeg, dokter segera menangani tukang ojeg tersebut dengan membawanya ke UGD.
Pasien lainnya, Supir Walikota mengalami luka parah dibagian muka dan mulut karena adanya
trauma di tulang rahang dan sebagian dari giginya goyang. Supir tersebut dibawa ke UGD rumah
sakit dalam kondisi tidak sadar. Tindakan operasi diperlukan untuk mengatasi kondisi tersebut.
Namun, operasi tersebut perlu dilakukan oleh dokter gigi spesialis bedah mulut sehingga dokter
jaga UGD tidak melakukan operasi tersebut. Dia memilih untuk menunggu dokter spesialis datang.
Operasi baru dilakukan setelah dokter spesialis datang ke rumah sakit. Seluruh korban pada
akhirnya dapat diselamatkan.
Seluruh korban kecelakaan menjalani rawat inap di Rumah Sakit. Perawat Susi yang
menangani ketiga pasien tersebut menanggulangi pasien Walikota Solouis dengan sangat baik tetapi
dengan tukang ojeg dan supir Walikota dengan sewajarnya tidak ada perlakuan yang spesial yang
dilakukannya kepada Walikota. Perawat Susi juga terkadang bekerja kurang dari jam kerjanya
dalam melakukan perawatan pasien. Perawat Susi jarang sekali terlihat tersenyum kepada pasien
yang bukan dari ruangan VIP dan VVIP. Tetapi, Perawat Susi aktif dalam organisasi profesi dan
sering menghadiri seminar keprofesian. Hal ini dilakukan Perawat Susi untuk dapat
mengembangkan keahliannya. Hal ini dilakukan untuk menjaga hubungan baik dengan rekan
sejawat perawat.
Selama di rawat di rumah sakit, dokter menemukan kondisi patologis lain pada Pak
Walikota. Setelah dilakukan pemeriksaan, Pak Walikota mempunyai tumor pada paru-parunya,
dokter menyampaikan informasi tersebut kepada Walikota. Pak Walikota meminta dokter untuk
merahasiakan kondisi penyakitnya kepada keluarga atau kepada pihak lain. Ini juga berkaitan
dengan rencana Walikota untuk mencalonkan kembali menjadi Walikota pada Pilkada 3 bulan
mendatang yang harus lulus tes kesehatan. Dokter memutuskan untuk tidak memberitahu keluarga
mengenai kondisi Pak Walikota. Akhirnya, Pak Walikota dapat pulang dari rumah sakit setelah
dirawat selama 3 hari.
Setelah selama 1 minggu dirawat akhirnya kondisi tukang ojeg mulai membaik, biaya rumah
sakit dapat dibayar dari uang santunan Pemerintah Daerah Solouis namun kini uang tersebut sudah
habis. Keluarga meminta pasien untuk dapat pulang, dokter awalnya melarang karena masih perlu
untuk pemantauan kondisi. Namun, karena keluarga beralasan sudah tidak dapat membayar biaya
pengobatan rumah sakit akhirnya dokter membayar biaya perawatan pasien hingga pasien tersebut
sembuh.
Ketika telah sadar Pak Supir merasa kaget dan marah mengenai apa yang menimpanya. Dia
mengamati beberapa giginya dicabut ketika menerima tindakan operasi. Dia tidak terima atas
tindakan ini dan menanyakan kepada dokter, mengapa operasi dilakukan tanpa izin darinya ataupun
keluarganya? Dokter tidak menjelaskan alasan tindakan operasi tersebut dilakukan. Akhirnya pak

Supir dan keluarganya menuntut rumah sakit untuk memberikan biaya ganti rugi. Rumah sakit
membayar ganti rugi dan Pak Supir di pulangkan setelah 12 hari dirawat.

Selama 1 bulan ketiga korban kecelakaan tersebut masih berobat jalan ke Rumah Sakit
Solouis. Kesibukan rumah sakit meningkat karena menyebarnya penyakit seperti tipes dan malaria.
Tak jarang rumah sakit harus memberlakukan lembur untuk tenaga kesehatan tertentu. Hal ini dapat
meningkatkan risiko kesalahan yang dilakukan tenaga kesehatan ketika melakukan praktik karena
kelelahan.
Kesibukan perawatan di Rumah Sakit berdampak juga pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS). Ramainya penebus resep di IFRS memaksa Apoteker bekerja lebih cepat namun hal ini
tidak membuat apoteker untuk lalai dalam tugasnya untuk memberikan obat. Beranekaragamnya
jenis pasien yang datang membuat apoteker terkadang mendapatkan permintaan khusus mengenai
obat yang akan diberikan. Untuk pasien yang golongan ekonomi rendah akan diberikan obat
generik. Meskipun harga yang ditawarkan lebih murah tetapi hal tersebut tidak mengurangi kualitas
dan kinerja dari obat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai