Anda di halaman 1dari 13

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan

pada Pasien Diabetes Melitus

Oleh

Devi Dwi Yanthi


1302105057

Program Studi Ilmu Keperwatan


Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
2014

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Pengertian
Respon kebutuhan persepsi diri dan konsep diri merupakan cara yang
konsisten pada pengalaman subjektif klien dimana telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia (Potter & Perry, 2006). Kebutuhan

ini meliputi kebutuhan akan

ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan


(kebutuhan yang telah terpenuhi), dan transeden (keadaan tentang sesuatu yang
melebihi masalah atau nyeri).
Gangguan kenyamanan berarti keadaan ketika individu mengalami sensasi
yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan yang
berbahaya. Nyeri merupakan perasaan dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan yang timbul dari kerusakan jaringan yang actual dan potensial atau
gambaran adanya kerusakan (NANDA, 2009).
Nyeri dapat digambarkan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau
berpotensi terjadi, atau dijelaskan berdasarkan kerusakan tersebut (Price & Wilson.
2006)
Rasa nyeri merupakan mekanisme perlindungan. Rasa nyeri timbul apabila
terjadi kerusakan jaringan, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan
cara memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall. 2006)
Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan, yang harus
menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji nyeri (Potter & Perry. 2006)
Jadi dapat disimpulkan nyeri adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak
menyenangkan dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadi
kerusakan jaringan.
2. Epidemiologi/insiden kasus
Letak anatomis utama munculnya keluhan nyeri adalah pada persendian dan nyeri
punggung bawah. Nyeri sendi pada populasi di atas usia 65 tahun meningkat dua kali
lipat dibanding periode usia sebelumnya. Menurut Bennet (1997) dan Tollison (1998)
di Amerika Serikat terdapat jutaan penderita nyeri kronik, 25 juta diantaranya adalah
arthritis. Jumlah penderita nyeri neuropatik lebih kurang 1% dari seluruh penduduk,
nyeri punggung bawah diperkirakan 15% dari jumlah penduduk (Fordyce, 1995).
Insidensi maupun prevalensi nyeri akut belum diketahui, tetapi diperkirakan operasi
dan trauma adalah penyebab utamanya (Loeser and Melzack, 1999, McQuay and
Moore, 1999). Hasil penelitian multisenter di unit rawat jalan di 14 rumah sakit
pendidikan di seluruh Indonesia yang dilakukan kelompok studi nyeri Perhimpunan

Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Pokdi Nyeri Perdossi) pada bulan Mei 2002,
didapatkan 4.456kasus nyeri yang merupakan 25% dari total kunjungan pada bulan
tersebut. Jumlah penderita laki-laki sebanyak 2.200 orang, danl perempuan 2.256
orang. Kasus nyeri kepala berjumlah 1.598 orang (35,86%), nyeri punggung bawah
(pinggang) 18,37%, nyeri neuropati yang merupakan gabungan nyeri neuropati
diabetika, nyeri pascaherpes, dan neuralgia trigeminal sebanyak 422 orang (95%), dan
nyeri lainnya seperti nyeri bahu, tengkuk, sendi, miofasial, dan sebagainya sebanyak
1.617 orang (36,27%)
3. Penyebab/faktor predisposisi
Penyebab nyeri antara lain :
Agen cedera fisik : penyebab nyeri karena trauma fisik (trauma pada jaringan
tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau cidera), post operasi
setelah dilakukan pembedahan.
Agen cedera biologi : penyebab nyeri karena kerusakan fungsi organ atau
jaringan tubuh (Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan
peningkatan tekanan lokal dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan
zat kimia bioaktif lainnya), Iskemik jaringan ataupun Spasmus Otot
merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau tak terkendali,
dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada otot yang
kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya ketika otot teregang berlebihan
atau diam menahan beban pada posisi yang tetap dalam waktu yang lama.

Agen cedera psikologik seperti kelainan organik, neurosistraumatik,


skizofrenia.

Agen cedera kimia : penyebab nyeri karena bahan/zat kimia

Faktor Predisposisi
a. Usia
Menurut Potter & Perry (1993) usia adalah variabel penting yang
mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan
yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana
anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anak-anak kesulitan untuk
memahami nyeri dan beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat dapat
menyebabkan nyeri. Anak-anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak,
mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri
kepada orang tua atau perawat. (Tamsuri, 2007).
b. Jenis kelamin

Potter & Perry 2005 mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak mempunyai
perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan
bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri.
Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita
dapat menangis dalam waktu yang sama.
c. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh
kebudayaan mereka. Nyeri memiliki makna tersendiri pada individu dipengaruhi oleh
latar belakang budayanya nyeri biasanya menghasilkan respon efektif yang
diekspresikan berdasarkan latar belakang budaya yang berbeda. Ekspresi nyeri dapat
dibagi kedalam dua kategori yaitu tenang dan emosi pasien tenang umumnya akan
diam berkenaan dengan nyeri, mereka memiliki sikap dapat menahan nyeri.
Sedangkan pasien yang emosional akan berekspresi secara verbal dan akan
menunjukkan tingkah laku nyeri dengan merintih dan menangis (Marrie, 2002).
c. Trauma
- Rangsangan mekanik : nyeri yang disebabkan karena penngaruh mekanik
seperti tekanan, tusukan, irisan, maupun goresan, dan lain-lain
- Rangsangan termal : nyeri yang disebabkan karena pengaruh suhu
- Rangsangan kimia : jaringan yang mengalami kerusakan akan membebaskan zat
yang disebut mediator yang berikatan dengan reseptor nyeri antara lain
bradikinin, serotonin, histamine, asetilkolin, dan prostaglandin. Bradikinin
merupakan zat yang paling berperan dalam menimbulkan nyeri karena
kerusakan jaringan.
- Rangsangan elektrik : aliran listrik akan menimbulkan kejang otot dan luka
bakar yang pada akhirnya menyebabkan rasa nyeri.

d. Ansietas
Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri,
mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak memperlihatkan
suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan
bahwa pelatihan pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif.
Namun, ansietas yang relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan
persepsi pasien terhadap nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat
mendistraksi pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara

umum, cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan
pengobatan nyeri ketimbang ansietas (Smeltzer & Bare, 2002).
e. Pengalaman masa lalu dengan nyeri
Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang dialaminya,
makin takut individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan.
Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin
nyerinya segera reda sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir
pasti terjadi jika individu tersebut mengetahui ketakutan dapat meningkatkan nyeri
dan pengobatan yang tidak adekuat. Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah
akibat dari banyak kejadian nyeri selama rentang kehidupannya. Bagi beberapa orang,
nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti pada nyeri
berkepanjangan atau kronis dan persisten (Smeltzer & Bare, 2002).
f. Efek plasebo
Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau
tindakan lain karena sesuatu harapan bahwa pengobatan tersebut benar benar bekerja.
Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah merupakan efek positif (Smeltzer &
Bare, 2002).
g. Keluarga dan Support Sosial
Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran
dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung
pada keluarga untuk mensupport, membantu atau melindungi. Ketidakhadiran
keluarga atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin bertambah.
Kehadiran orangtua merupakan hal khusus yang penting untuk anak-anak dalam
menghadapi nyeri (Potter & Perry, 2005).
h. Pola koping
Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah sakit
adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan kontrol
dan tidak mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien sering
menemukan jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik maupun psikologis. Penting
untuk mengerti sumber koping individu selama nyeri. Sumber-sumber koping ini
seperti berkomunikasi dengan keluarga, latihan dan bernyanyi dapat digunakan
sebagai rencana untuk mensupport klien dan menurunkan nyeri klien (Potter & Perry,
2005).

4. Patofisiologi
5. Klasifikasi
Berdasarkan Sumbernya (Potter dan Perry, 2005)
- Cutaneus atau superficial: mengenai kulit atau jaringan subkutan. Biasanya bersifat
burning (seperti terbakar). Misalny aterkena ujung pisau atau gunting.
- Deep Somatic atau nyeri dalam: muncul dari ligament, pembuluh darah, tendon
dan saraf, nyeri menyebar dan lebih lamadari cutaneus. Misalnya sprain sendi.
- Visceral (pada organ dalam): stimuli reseptor nyeri dalamrongga abdomen,
cranium dan thoraks. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan
jaringan.
Berdasarkan Penyebab
- Fisik: terjadi karena stimulus fisik. Misalnya karena fraktur femur.
- Psycogenic: terjadi karena sebab yang kurang jelas atau susah diidentifikasi,
bersumber dari emosi atau psikis dan biasanya tidak disadari. Misalnya orang yang
marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya.
Berdasarkan Lama atau Durasinya
- Nyeri akut: terjadi setelah tubuh terkena cidera, atau intervensi bedah dan memiliki
awitan yang cepat dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan.
- Nyeri kronik: nyeri konstan atau intermiten yang menetapsepanjang suatu periode
tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi dan biasanya berlangsung lebih
dari 6 bulan.
Berdasarkan Letak atau Lokasi
- Radiating pain: nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya.
- Referred pain: nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentuyang diperkirakan berasal
dari jaringan penyebab.
- Intractable pain: nyeri yang sangat susah dihilangkan.Misalnya nyeri pada kanker.

6. Gejala Klinis
Berdasarkan Nursing diagnosis; definition and classification (2012-2014) :
1. Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
2. Menunjukkan adanya kerusakan
3. Posisi pasien berhati-hati untuk menghindari nyeri
4. Gerakan melindungi diri
5. Tingkah laku berhati-hati
6. Muka topeng
7. Gangguan tidur (mata sayu, tampak lelah, pergerakan yang sulit ataukacau,
menyeringai)
8. Fokus pada diri sendiri
9. Fokus menyempit (penurunan persepsi tentang waktu, kerusakanproses fikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

10. Aktivitas distraksi (jalan-jalan, menemui orang lain dan atau aktivitas,aktivitas yang
berulang-ulang)
11. Respon otonomi (diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
12. Perubahan respon otonomi pada tonus otot (tampak dari lemah kekaku)
13. Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel,nafas
panjang, berkeluh kesah)
14. Perubahan nafsu makan minum
Indikator Prilaku Efek Nyeri berdasarkan Potter dan Perry (2005):
a. Vokalisasi
Mengaduh
Menangis
Sesak nafas
Mendengkur
b. Ekspresi Wajah
Meringis
Menggeletukan gigi
Mengernyitkan dahi
Menutup mata atau mulut dengan rapat atau membuka mata dan mulut dengan
lebar
c. Gerakan Tubuh
Gelisah
Imobilisasi
Ketegangan Otot
Peningkatan gerakan jari tangan
Aktivitas melangkah yabg tunggal ketika berlari atau bejalan
Gerakan ritmik atau gerakan menggosok
Gerakan melindungi bagian tubuh
d. Interaksi sosial
Menghindari Percakapan
Fokus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri
Menghindari Kontak Sosial
Penurunan Rentang perhatian
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan meliputi inspeksi dan palpasi. Inspeksi
dilakukan dengan mengamati ekspresi wajah klien yang menunjukkan adanya tanda
ketidaknyamanan seperti klien terlihat meringis, tegang, gelisah, merengek, dan lainlainl. Palpasi dilakukan pada bagian tubuh yang dikeluhkan nyeri oleh klien untuk
mengetahui level nyeri klien.
a. Intensitas pengukuran nyeri
Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan

kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda (Tamsuri, 2007).
- Face Pain Rating Scale
Menurut Wong dan Baker (1998) pengukuran skala nyeri untuk anak usia pra sekolah
dan sekolah, pengukuran skala nyeri menggunakan Face Pain Rating Scale yaitu
terdiri dari 6 wajah kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk tidak ada nyeri
hingga wajah yang menangis untuk nyeri berat.

- Word Grapic Rating Scale


Menggunakan deskripsi kata untuk menggambarkan intensitas nyeri, biasanya dipakai
untuk anak 4-17 tahun (Testler & Other, 1993; Van Cleve & Savendra, 1993 dikutip
dari Wong & Whaleys, 1996).

- Skala intensitas nyeri numeric

Skala nyeri menurut bourbanis

8. Pemeriksaan diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya
d. CT Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di
otak

9. Diagnosis/kriteria diagnosis
10. Theraphy/tindakan penanganan
a. Terapi Farmakologis
Beberapa agens farmakologis digunakan untuk menangani nyeri. Semua agens
tersebut memerlukan resep dokter. Keputusan perawat dalam penggunaan obatobatan dan penatalaksanaan klien yang menerima terapi farmakologis, yaitu
membantu dalam upaya memastikan penanganan nyeri yang mungkin dilakukan.
Salah satu obat yang digunakan yaitu obat analgesic. Ada 3 jenis analgesic, yaitu :
Non-narkotik dan obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID), analgesic narkotik atau
opiate, dan obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik.
b. Terapi Non-Farmakologi
Teknik Distraksi
Merupakan teknis memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri
(Brunner & Suddarth, 1996). Distraksi diduga dapat menurunkan nyeri, menurunkan
persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desendens, yang mengakibatkan
lebih sedikit stimulasi nyeri yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan distraksi
tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan membangkitkan input
sensori selain nyeri (Brunner & Suddarth, 1996).
Cara-cara yang dapat digunakan pada teknik distraksi antara lain: (1) penglihatan:
membaca, melihat pemendangan dan gambar, menonton TV, (2) pendengaran:
mendengarkan musik, suara burung, gemercik air, (3) taktil kinestik: memegang
orang tercinta, binatang peliharaan atau mainan, pernafasan yang berirama, (4)
projek: permainan yang menarik, puzzle, kartu, menulis cerita, mengisi teka-teki
silang.

Teknik Relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam, menghembuskannya secara
perlahan-lahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, punggung serta,
mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga mendapatkan rasa
nyaman, tenang dan rileks.
Teknik ini dapat dilakukan dengan kepala ditopang dalam posisi berbaring/duduk di
kursi. Hal utama yang dibutuhkan dalam pelaksanaan teknik relaksasi adalah klien
dengan posisi yang nyaman, klien dengan pikiran yang beristirahat dan lingkungan
yang tenang.

Massage/Pijatan

Merupakan manipulasi yang dilakukan pada jaringan lunak yang bertujuan untuk
mengatasi masalah fisik-fungsional/terkadang fisiologi. Pijatan dilakukan dengan
penekanan terhadap jaringan lunak baik secara terstruktur, gerakan-gerakan/getaran,
dan dilakukan menggunakan bantuan media ataupun tidak.
Guided Imaginary
Guided Imaginary yaitu upaya yang dilakukan untuk mengalihkan persepsi rasa
nyeri dengan mendorong pasien untuk mengkhayal.
11. Komplikasi
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian (data subjektif dan objektif berdasarkan 11 Pola Funsional Gordon)
a. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
DS : upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya
DO : pengamatan umum
b. Nutrisi-Metabolik
DS : - intake makanan dan minuman per 24 jam
- mual/muntah
DO : - diet yang dianjurkan
- Nutrisi parenteral total
c. Eliminasi
DS : frekuensi BAK (polyuria, nokturia, bisa menjadi oliguria.anuria jika terjadi
hipovalemi), karakteristik BAK
DO : jumlah urine, warna, bau, dan berat jenis urine
d. Aktivitas-Latihan
DS :- pola latihan yang biasa dilakukan
-keterbatasan aktifitas sehari-hari (keluhan lemah, letih, sulit
bergerak/berjalan, kram otot, dll)
DO : -ROM
-postur tubuh, genggaman tangan, reflex, masalah berjalan, dll
Kemampuan perawatan diri
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi ROM

e. Tidur-Istirahat
DS : kebiasaan lama tidur
DO :waktu tidur siang, malam, sering menguap
f. Kognitif-Persepsi
DS : ada masalah sensori persepual : pendengaran, pengligatan, sensasi,
penciuman, pengecapan
DO : kemampuan melihat, menengar, mencium dan merasakan
g. Persepsi Diri Konsep Diri
DS : perasaan tidak berdaya dengan sakit yang diderita
DO : ekspresi wajah
h. Peran Hubungan
DS :- pengaruh sakit terhadap pekerjaan
- keefektifan hubungan dengan orang lai
DO :- tingkah laku yang pasif
- interaksi yang terjadi
i. Seksualitas Reproduksi
DS : dampak sakit terhadap seksualitas
DO : pemeriksaan genetalia
j. Koping Toleransi Stres
DS : stressor sebelumnya dan metode koping yang digunakan
DO : interaksi dengan orang lain dan tidak ada kontak mata
k. Nilai Kepercayaan
DS : agama, spiritual maupun kegiatan keagamaan
DO : usaha untuk mencari bantuan spiritual (kunjungan rohaniawan)

2. Diagnosa keperawatan dan masalah kolaborasi yang mungkin muncul berdasarkan


NANDA
3. Rencana Asuhan Keperawatan dan Evaluasi menggunakan SOAP

Daftar Pustaka
Johnson, M., 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC), fourth edition, Mosby,
Philadelphia.
McCloskey, J.C. 2004. Nursing Intervention Classification (NIC), fourth edition, Mosby,
Philadelphia.
NANDA, 2012-2014. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2012-2014, NANDA
International, Philadephia.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit. Jakarta: Penerbit EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin
asih, Jakarta : EGC, 2002.
????
??
A.Tamsuri, 2007, Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri EGC, Jakarta
Brannon, L., & Feist (2007). Health Psychology. San Francisco: Wadsworth.
Bulechec M.Gloria, Butcher K. Howard, Dochterman Joanne McCloskey. 2004. Nursing
Interventions Classification (NIC). Edisi 5. Amerika: Mosby
Guyton, A.C. and Hall, J.E. 2006. The sense of hearing. In Guyton AC, Hall JE, 11th ed.
Textbook of Medical Physiology. Philadelphia: Elsevier Saunders, pp.652-7.
Herdman, T Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2104.
Jakarta: EGC

Joanne&Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Fourth Edition, USA : Mosby


Elsevier
Kolcaba, K. Y. (1992). Holistic comfort: Operationalizing the construct as a nurse-sensitive
outcome. Advances in Nursing Science, 15(1), 1-10
Long, Barbara C, 1996, Perawatan Medikal Bedah, (Volume 2),Penerjemah: Karnaen, Adam,
Olva, dkk, Bandung: Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan
Moorhead, Sue. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. USA: Mosby
Elseviyer.
NANDA. 2006. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2005-2006. Jakarta : Prima
Medika
Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005
Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan
Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC.2005
Price et al., 2006. Bab 8 Gangguan Pertumbuhan, Proliferasi, dan Diferensiasi Sel. In:. Price
et al., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses \Penyakit Ed 6. Jakarta: EGC,
150-158.

Anda mungkin juga menyukai