Anda di halaman 1dari 14

eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (2): 509-522

ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org


Copyright 2013

PERSIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI AEC


(ASEAN ECONOMIC COMMUNITY) 2015
SHOLEH1
NIM.0802045053

Abstract
This study aims to describe how the state and the development of Indonesias
preparation for ASEAN Economic Community (AEC) which will soon entering the
phase of full realization in 2015. Type of this research is descriptive analytic, which
will describe and analize how Indonesia make preparation in facing ASEAN
Economic Community in 2015. Type of used data on this research is secondary data
obtained from books, literature, journals, official reports and the information from
internet that related to the discussion of issues. Data collection technique used is
Library Research. Methods of data analysis in this this study is Content Analysis.
The result of this research shows that the efforts that have been made by Indonesia in
running for regional cooperation in ASEAN is still considered to be less than
maximum. This is indicated by the economic development of Indonesia in ASEAN is
still below the rank of other states member.The Indonesian strategy prepared to
facing the ASEAN Economic Community (AEC), among others, to harmonize
domestic economic policies that associated with the systems and rules of the ASEAN
Economic Community Blueprint that regulate the achievement of the objectives in the
economic cooperation.
Keyword: AEC, ASEAN Community, Indonesias Preparation Facing AEC
Pendahuluan
Pada tahun 1997 tepatnya dalam ASEAN Summit yang diadakan di Kuala Lumpur,
para kepala negara ASEAN menyepakati ASEAN Vision 2020 yaitu mewujudkan
kawasan yang stabil dan berdaya saing tinggi dengan pertumbuhan ekonomi yang
merata. Dari sinilah muncul ide pembentukan Komunitas ASEAN yang memiliki tiga
pilar utama, yaitu: (1) ASEAN Security Community, (2) ASEAN Economic Community,
(3) ASEAN Socio-Cultural Community. Komunitas ini pada awalnya akan diterapkan
secara penuh pada tahun 2020, namun dipercepat menjadi tahun 2015 sesuai dengan
kesepakatan dari pemimpin negara-negara anggota ASEAN. Hal ini pun juga
disesuaikan dengan perkembangan globalisasi internasional yang menuntut ASEAN
untuk lebih kompetitif lagi. (Triansyah Djani, 2007:32)
Sebagai bagian dari salah satu pilar komunitas ini, AEC sendiri merupakan pondasi
yang diharapkan dapat memperkuat dan memaksimalkan tujuan integrasi ekonomi di
kawasan ASEAN dan membuka peluang bagi negara-negara anggota. Dengan adanya

Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Mulawarman Samarinda, Email : happle.spellcaster@gmail.com

eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 509-522

AEC juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas kerjasama dalam hal ekonomi di
ASEAN kearah yang lebih signifikan. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan oleh
Indonesia adalah bagaimana Indonesia sebagai bagian dari komunitas ASEAN berusaha
untuk mempersiapkan kualitas diri dan memanfaatkan peluang dalam AEC 2015 serta
harus meningkatkan kapabilitas untuk dapat bersaing dengan Negara anggota ASEAN
lainnya sehingga ketakutan akan kalah saing di negeri sendiri akibat terimplementasinya
AEC 2015 tidak terjadi, seperti telah kita ketahui bersama bahwa negara negara di
ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia, Filipina dan Brunei Darussalam yang juga
terus meningkatkan kualitas mereka dalam hal perekonomian dalam rangka menghadapi
AEC 2015.
Kerangka Teori dan Konseptual
Teori Integrasi Ekonomi
Integrasi ekonomi adalah rancangan dan implementasi serangkaian kebijakan khusus
antar kelompok negara dalam region yang bertujuan untuk meningkatkan pertukaran
barang maupun faktor produksi antar negara anggota. Integrasi ekonomi yang terbentuk
meliputi integrasi perdagangan dan integrasi moneter.
Ada beberapa tahapan integrasi ekonomi menurut intensitas integrasi, yaitu (dalam
Walter and Andrew, 2009:46):
a) Preferential Trading Arrangement (PTA)
Merupakan kelompok perdagangan yang memberikan preferensi (keringanan) terhadap
jenis produk tertentu kepada negara anggota, dilaksanakan dengan cara mengurangi
tarif (tidak menghapuskan tarif sampai menjadi nol).
b) Free Trade Area (FTA)
Dua negara atau lebih dikatakan membentuk FTA apabila mereka sepakat untuk
menghilangkan semua kewajiban impor atau hambatan-hambatan perdagangan baik
dalam bentuk tarif maupun non tarif terhadap semua barang yang diperdagangkan
diantara mereka; sedangkan terhadap negara-negara lain yang bukan merupakan
anggota masih tetap diperlakukan menurut ketentuan di masing-masing negara. Setiap
negara anggota bebas menentukan tarifnya terhadap arus perdagangan internasional dari
negara-negara bukan anggota.
c) Customs Union (CU)
Dua negara atau lebih dikatakan membentuk CU apabila mereka sepakat untuk
menghilangkan semua kewajiban impor atau hambatan-hambatan perdagangan dalam
bentuk tarif maupun non tarif terhadap semua barang dan jasa yang diperdagangkan
sesama mereka; sedangkan terhadap negara negara lain yang bukan anggota juga aka
diberlakukan penyeragaman ketentuan.
d) Common Market (CM)
Dua negara atau lebih akan dikatakan membentuk CM jika terpenuhi kondisi CU plus
mengizinkan adanya perpindahan yang bebas seluruh faktor produksi di antara sesama
negara anggota.
`
2

Persiapan Indonesia Menghadapi AEC (ASEAN Economic Community) 2012 [SHOLEH]

e) Economic Union (EU)


Dua negara atau lebih dikatakan membentuk EU jika terpenuhi kondisi CM plus adanya
harmonsasi dalam kebijakan-kebijakan makro-ekonomi nasional di antara sesama
negara anggota. Dengan begitu dapat dihindari adanya kebijakan-kebijakan yang saling
bertentangan dan kontroversial satu sama lain.
f) Total Economic Integration (TEI)
Kondisi ini terwujud apabila telah terjadi penyatuan kebijakan makroekonomi maupun
sosial dan memfungsikan suatu badan atau lembaga yang bersifat supra nasional
dengan kewenangan yang cukup luas dan sangat mengikat semua negara anggotanya.
Kesediaan Indonesia bersama negara anggota ASEAN Lainnya membentuk ASEAN
Economic Community pada tahun 2015 sebagai bentuk integrasi ekonomi kawasan yang
secara umum akan menyerupai system yang telah diterapkan oleh Europan Union (EU)
ini, tentu saja didasarkan pada keyakinan atas manfaatnya yang secara konseptual akan
meningkatkan pertumbuhan negara negara anggota ASEAN. Integrasi ekonomi dalam
AEC 2015 melalui pembukaan dan pembentukan pasar yang lebih besar, dorongan
peningkatan efisiensi dan daya saing, serta pembukaan peluang penyerapan tenaga kerja
di kawasan ASEAN diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh negara di
kawasan.
Di Indonesia
perkembangan
pengembangan
produksi guna
selanjutnya.

sendiri tahapan dari pencapaian AEC sudah berjalan mencapai


peraturan perdangan bebas dan mulai bergerak mendekati
sistem kepabeanan serta pembebasan hambatan-hambatan dalam factor
menghadapi penerapan Custom Union dan Common Market ditahap

Konsep Post Agreement


AEC (ASEAN Economic Community) sebagai salah satu pilar Komunitas ASEAN
merupakan hasil dari post agreement negotiation negara-negara anggota ASEAN.
Dimana tujuan dari post agreement negotiation adalah melanjutkan dialog untuk
mendorong kemajuan dan perkembangan dari implementasi perjanjian yang telah
disepakati, kemudian proses negosiasi tersebut juga menjadi mekanisme untuk
menyelesaikan permasalahan dan perbedaan kepentingan dalam implementasi
perjanjian guna menciptakan solusi dan mencapai kesepakatan yang akan ditaati oleh
semua pihak yang terlibat.
Pada fase post agreement negotiation ini, aktivitas yang berlangsung diantaranya
sebagai berikut (dalam Johnson Crister & Jonnas Talberg, 2008) :
a)Berpartisipasi aktif dalam forum berkelanjutan dimana negosiator dari persetujuan
yang telah terbentuk dapat melanjutkan ke tahap dialog dan negosiasi yang lebih
detail dan lebih luas.
b)Memonitor dan mengevaluasi permohonan dari masing-masing
ketetapan yang ada.

negara berdasarkan

eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 509-522

c)Mencari solusi permasalahan dalam pengimplementasian


mengembangkan dan memperbaiki persetujuan yang telah ada.

persetujuan

serta

d) Bekerjasama dengan koalisi yang telah ada dan mengembangkan koalisi baru untuk
mengimplementasikan persetujuan yang telah disepakati.
Selain itu, pada level domestik juga terjadi beberapa fase yang terkait dengan proses
Post Agreement Negotiation, antara lain sebgai berikut :
a) Acceptance / Ratification Negotiation
Negosiasi di tingkatan domestik yang berkonsentrasi pada penerimaan secara formal
persetujuan di level nasional. Negosiasi di level ini melibatkan beragam stakeholder
meliputi menteri pemerintahan terkait, partai politik, kalangan bisnis, NGOs dan media.
b) Rule-Making Negotiations
Berkonsentrasi pada pengembangan atau perubahan yang berkaitan dengan undangundang, peraturan, kriteria, standar yang berlaku dan target yang ingin dicapai
negara dalam perjanjian internasional tersebut. Peserta negosiasi ditahapan ini biasanya
meliputi pembuat undang-undang, birokrat pemerintahan dan pihak-pihak yang
berwenang dalam mengubah peraturan.
c) Enforcement, Monitoring and Reporting Negotiations
Pada tahapan ini proses negosiasi berkonsentrasi pada metode dan pendekatan untuk
pengimplementasian undang-undang dan peraturan yang baru. Di tahapan ini biasanya
dihasilkan hukum atau peraturan yang baru.
Sebelum terbentuknya kesepakatan AEC (ASEAN Economic Community) itu sendiri,
dapat kita lihat dari jejak awal kesepakatan integrasi ekonomi yang ada di ASEAN.
Dimulai dari kesepakatan PTA (Preferential Trading Arrangement) tahun 1977 dengan
instrumen utamanya yaitu MOP (Margins of Preferences) yang pada saat itu kurang
memberikan hasil yang memuaskan bagi perkembangan intra trade di ASEAN.
Selanjutnya negara-negara anggota ASEAN menyepakati pembentukan Wilayah
Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) pada tahun 1992 dengan tujuan memperbaiki
sistem yang telah ada sebelumnya, yaitu PTA. kemudian pada KTT ASEAN di Phnom
Penh November 2002 para pemimpin ASEAN menyepakati prakarsa Perdana Menteri
Goh Chok Tong untuk menyebut bagian dari realisasi AFTA merupakan proses dari
integrasi ekonomi ASEAN sebagai pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC).
Teori Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan secara sederhana didefinisikan sebagai satu langkah
dalam memilih berbagai alternatif yang ada. Dalam teori pengambilan keputusan, para
pengambil keputusan (Decision Makers) menganggap pandangan tentang dunia dari
sudut tertentu (the world as vowed) lebih penting dibandingkan dengan realitas objektif
itu sendiri (dalam Thomas Brewer, 2006:182-183).

`
4

Persiapan Indonesia Menghadapi AEC (ASEAN Economic Community) 2012 [SHOLEH]

Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu, yang dilakukan
oleh seseorang atau beberapa aktor terkait dengan suatu masalah. Tindakan para aktor
yang membuat kebijakan berupa pengambilan keputusan yang biasanya bukan
merupakan keputusan tunggal, artinya kebijakan diambil dengan cara mengambil
beberapa keputusan yang saling terkait dengan masalah yang ada. Pengambilan
keputusan dapat diartikan juga sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa pilihan
alternatif yang tersedia.
Model pembuatan keputusan memiliki asumsi dasar perspektif bahwa tindakan
internasional dapat didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan keputusan yang
dibuat oleh unit unit politik domestik yang diakui, dimana para pemimpin negara
(baik individual maupun berkelompok) bertindak sebagai aktor aktor utama dalam
proses pengambilan keputusan tersebut. Perspektif ini memberikan penekanan
utamanya pada analisis jaringan birokrasi organisasi yang kompleks dengan prosedur
prosedur kelembagaannya.
Selanjutnya, Menurut (dalam Graham Allison, 2003:275-279), ada 3 model dalam
pembuatan keputusan politik luar negeri sebuah negara, yaitu:
a. Paradigma aktor rasional
Aktor yang diwakili oleh pemerintah membuat keputusan yang diambil dengan
menganalisis tujuan, menetapkan pilihan, menghitung keuntungan dan biaya (cost and
benefit) dari masing-masing pilihan, dan mencapai pilihan yang memberikan
keuntungan maksimal.
b. Paradigma proses organisasi
Organisasi mengembangkan pandangan kolektif, persepsi dan prosedur, sehingga reaksi
dapat diprediksi. Tujuan dari organisasi didominasi oleh kebutuhan untuk menjaga
eksistensi organisasi dan menghindari ancaman-ancaman yang datang.
c. Paradigma politik birokrasi
Keputusan-keputusan yang dibuat oleh pemerintah merupakan hasil politik dari konflik
dan kerjasama antar individu. Masing-masing aktor memiliki posisi, persepsi dan
kepentingan. Dalam pembuatan keputusan terdapat proses tawar-menawar
(bargaining). Hasil yang didapat oleh setiap aktor akan tergantung dari kekuasaan
yang dimilikinya.
Mengenai persiapan Indonesia dalam menghadapi proses integrasi ekonomi yang
mengarah pada pembetukan ASEAN Economic Community, upaya-upaya yang akan
dipersiapkan oleh Indonesia tentunya berkaitkan dengan bagaimana Indonesia
merangkai keputusan-keputusan dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan
sistem-sistem yang ada dalam AEC. Dan tentunya persiapan tersebut sangat
berpengaruh dengan strategi yang akan dpergunakan oleh Indonesia nantinya.
Dimana posisi Indonesia sebagai aktor yang diwakili oleh pemerintah dalam
menghadapi proses integrasi ekonomi di kawasan ASEAN tentunya perlu
memperhitungkan cost and benefit dalam membentuk persiapan yang nantinya akan
5

eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 509-522

diimplementasikan melalui kebijakan-kebijakan ekonomi guna menunjang pencapaian


kepentingan nasional Indonesia secara maksimal.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif analitik, yang akan menggambarkan serta
menganalisa bagaiamana Indonesia melakukan persiapan dalam menghadapi AEC pada
tahun 2015. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data data sekunder
yang diperoleh dari literatur, buku, jurnal, laporan resmi dan informasi dari jaringan
internet yang terkait dengan pembahasan masalah. teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah studi kepustakaan (library research) dengan mencari dan
mengumpulkan data data sekunder yang bersumber dari buku buku, surat kabar,
data online dan referensi lainnya yang tingkat validitasnya terhadap permasalahan yang
diambil dapat dipertanggung jawabkan. Teknik analisa data dalam penelitian ini
menggunakan data kualitatif dengan menggunakan metode content analysis, yaitu
dengan menjelaskan dan menganalisis dari sumber-sumber yang ada, dengan catatan
data-data tersebut saling berhubungan satu sama lain dengan permasalahan yang diteliti.
Langkah Strategis Indonesia dalam Mempersiapkan Diri Menghadapi AEC 2015
Langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh Indonesia tentunya harus sesuai dengan
apa yang direkomendasikan dalam pilar AEC Blueprint 2015 yang mengharuskan setiap
negara ASEAN wajib mereformasi semua unsur-unsur utama yang menjadi sektor
esensial dan syarat multak dalam rangka menghadapi implementasi AEC 2015. Antara
kawasan domestik dengan kawasan regional harus dilakukan upaya-upaya yang
memiliki korelasi yang sama dan upaya yang dilakukan harus tersinkronisasi dengan
baik. Upaya yang dilakukan dalam kawasan domestik mengacu terhadap syarat mutlak
yang diajukan dalam internalisasi regional. Sehingga dikatakan terpadu antar domestik
dan regional dalam rangka menghadapi integrasi ekonomi kawasan.
Secara garis besar, langkah strategis yang harus dilakukan antara lain adalah dengan
melakukan pembenahan terhadap sektor-sektor potensial yang startegis dan terkait
dengan mekanisme yang telah ditentukan ASEAN dalam rangka menciptakan pasar
bebas dan basis produksi internasional. Langkah strategis tersebut diantaranya :
1. Peningkatan Daya Saing Ekonomi
Daya saing merupakan salah satu aspek penting dalam menjadikan ASEAN sebagai
single market and production base, daya saing merupakan salah pilar AEC 2015 yang
bertujuan menjadikan ASEAN sebagai kawasan regional dengan daya saing tinggi di
kawasan maupun di lingkungan intenasional. Hal ini pun merupakan syarat bagi
Indonesia dan negara ASEAN lainnya untuk meningkat daya saing ekonomi dalam
rangka menghadapi integrasi ekonomi AEC 2015. (www.djmbp.esdm.go.id, diakses 24
November 2011)
2. Peningkatan Laju Ekspor
Ekspor nasional telah mengalami peningkatan diversifikasi sepanjang tahun pada
periode 2006- 2009, baik dari sisi produk maupun dari sisi pasar tujuan ekspor.
`
6

Persiapan Indonesia Menghadapi AEC (ASEAN Economic Community) 2012 [SHOLEH]

Walaupun demikian, diversifikasi tujuan pasar ekspor dan produk ekspor tetap perlu
untuk terus ditingkatkan, karena hal ini akan memberikan fleksibilitas bagi ekspor
nasional jika terjadi guncangan permintaan di pasar tujuan ekspor ataupun guncangan
penawaran di dalam negeri. (www.bps.go.id, diaskses pada 05 Agustus 2012)
3. Reformasi Regulasi
Harmonisasi peraturan perundangan antar negara ASEAN merupakan salah satu
kebutuhan untuk dapat mendukung upaya penerapan penciptaan iklim usaha yang
kondusif bagi dunia usaha, termasuk usaha kecil, makro dan menengah (UMKM).
Merujuk pada Rencana Jangka Panjang dan Menengah pengembangan UMKM, maka
harmonisasi ini lebih terkait dengan tujuan untuk menyiapkan prakondisi bagi
tumbuhnya iklim usaha. Upaya harmonisasi ini dapat memberikan dampak yang sangat
luas, terutama bagi peningkatan kesempatan dan kesetaraan berusaha dalam membentuk
sistem ekonomi yang efisien (tidak hanya berbiaya tinggi) dan demokratis, yang
tercermin dari partisipasi lintas pelaku (stakeholders) serta berkembangnya sistem
kontrol sosial. (www.bps.go.id, diaskses pada 05 Agustus 2012)
Upaya untuk mewujudkan upaya harmonisasi ini, perlu disepakati dua aspek yang
mendasar yaitu, (i) masalah hambatan terhadap arus barang dan jasa antar wilayah dapat
disebabkan oleh aturan, struktur usaha, jenis komiditi, rantai tata niaga dan struktur
pasar, sehingga harmonisasi peraturan perdagangan hanya merupakan salah satu
alternative penyelesaian masalah, dan (ii) harmonisasi tidak berarti penyamarataan
peraturan perdagangan antar wilayah. Dengan demikian, upaya harmonisasi perlu
dilakukan secara fokus melalui pertimbangan keragaman kondisi dan kebutuhan
masyarakat di setia daerah. ( dalam Kemendag RI, 2009:31)
4. Perbaikan Infrastruktur
Tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini dalam infrastruktur adalah antara lain (a)
memperbaiki semua infrastruktur yang rusak, seperti jalan-jalan raya yang berlubang
dan bergelombang dan yang sebagian hancur karena tanah longsor dalam waktu
singkat; (b) membangun jalan tol atau jalan kereta api ke pelabuhan, dan memperluas
kapasitas pelabuhan seperti Tanjung Priok dan lainnya yang selama ini menjadi pintu
keluar masuk barang dalam beberapa tahun ke depan; (c) meningkatkan akselerasi
listrik dalam dua tahun ke depan, dan banyak lagi. Logistik juga merupakan bagian
terpenting dari infrastruktur dalam kaitannya dengan kepentingan ekonomi atau urat
nadi perdagangan pada khususnya.
Terutama dalam hal pusat produksi regional, logistik, seperti pelabuhan dan jalan raya
dari pabrik ke pelabuhan atau sebaliknya atau dari pelabuhan ke pusat pemasaran,
sangat penting, Tanpa kelancaran logistik, proses produksi dan perdagangan dapat
terganggu. Inflasipun akan dapat menjadi lebih tinggi akibat terjadinya ketersendatan di
jalan raya dan di pelabuhan, yang jelas, daya saing juga sangat ditentukan oleh
kecepatan barang masuk dan keluar. Begitu pentingnya logistik membuat sektor ini
menjadi yang pertama yang akan diintegrasikan.di dalam proses pelaksanaan ASEAN
economic community 2015. (dalam Outlook BI, 2009:62)
7

eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 509-522

5. Reformasi Iklim Investasi


Dalam menghadapi implementasi AEC 2015, Indonesia harus mempersiapkan diri
dengan pembenahan iklim investasi melalui perbaikan infrastruktur ekonomi,
menciptakan stabilitas makro-ekonomi, serta adanya kepastian hukum dan kebijakan,
dan memangkas ekonomi biaya tinggi. Salah satu langkah kongkrit yang terus
dilakukan oleh Indonesia dengan disahkannya UU PMA No. 25 Tahun 2007 tentang
penanaman modal (menggantikan UU No.1 Tahun 1967 yang telah diubah menjadi UU
No.11 Tahun 1970). (Kadin : 2007) Dalam UU No.25 Tahun 2007 ini dapat dikatakan
sudah mencakup semua aspek penting (termasuk soal pelayanan koordinasi, fasilitas
dan hak kewajiban investor, ketenagakerjaan dan sektor-sektor yang menjadi perhatian
utama investor) yang terkait erat dengan upaya peningkatan investasi dari sisi
pengusaha/investor. Ada beberapa diantara aspek-aspek tersebut yang selama ini
merupakan masalah serius yang dihadapi pengusaha / investor. Oleh karena itu akan
sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan penanaman modal di Indonesia.
(www.kadin.or.id, diakses pada 06 Maret 2011)
6. Reformasi Kelembagaan dan Pemerintah
Penguatan kelembagaan hukum harus ditingkatkan terutama dalam hal independensi
dan akuntabilitas kelembagaan hukum, serta penguatan etika dan profesionalisme
aparatur di bidang hukum, agar dapat mendorong berlakunya sistem peradilan yang
transparan.
Upaya meningkatkan kesejahteraan aparatur penegak hukum terus dilakukan secara
bertahap dan disesuaikan dengan kemampuan keuangan negara. Diharapkan dengan
adanya peningkatan kesejahteraan yang memadai bagi aparatur penegak hukum,
tindakan yang mengarah dan berpotensi koruptif akan dapat diminimalkan. Budaya taat
hukum, baik di lingkungan aparatur penegak hukum maupun penyelenggara negara
serta masyarakat secara umum melalui peningkatan kesadaran akan hak dan kewajiban
hukum pada aparatur penegak hukum serta masyarakat, juga ditingkatkan. (dalam The
Kian, 2003, 38(3): hal. 331-342)
7. Pemberdayaan UMKM
UMKM sebagai sektor ekonomi nasional yang sangat strategis dalam pembangunan
ekonomi kerakyatan, selalu menjadi isu sentral yang diperebutkan oleh politisi dalam
menarik simpati massa. Para akademisi dan LSM juga banyak mendiskusikannya dalam
forum-forum seminar, namun jarang sekali yang melakukan upaya Riil sehingga
berdampak pada peningkatan kesejahteraan UMKM. Sebagai poros kebangkitan
perekonomian nasional, UMKM tenyata bukan sektor usaha yang tanpa masalah. Dalam
perkembangannya, sektor ini justru menghadapi banyak masalah yang sampai saat ini
belum mendapat perhatian serius untuk mengatasinya. (dalam BPPK Kemenlu RI,
2008:62-63)

`
8

Persiapan Indonesia Menghadapi AEC (ASEAN Economic Community) 2012 [SHOLEH]

8. Pengembangan Pusat UMKM Berbasis Website


Teknologi informasi merupakan bentuk teknologi yang digunakan untuk menciptakan,
menyimpan, mengubah, dan menggunakan informasi dalam segala bentuknya, melalui
pemanfaatan teknologi informasi ini. Perusahaan makro, kecil maupun menengah dapat
memasuki pasar global. Pemanfaatan teknologi informasi dalam menjalankan bisnis
atau sering dikenal dengan istilah e-commerce bagi perusahaan kecil dapat memberikan
fleksibelitas dalam produksi, memungkinkan pengiriman ke pelanggan secara lebih
cepat untuk produk perangkat lunak, mengirimkan dan menerima penwaran secara
cepat dan hemat, serta mendukung transaksi cepat tanpa kertas. Pemanfaatan internet
memungkinkan UMKM melakukan pemasaran dengan tujuan pasar global, sehingga
peluang ekspor sangat mungkin. (dalam BPPK Kemenlu RI, 2008:69-72)
9. Penguatan Ketahanan Ekonomi
Kebijakan moneter akan diarahkan untuk menjaga inflasi yang rendah dan stabil,
dengan tetap memperhatikan kestabilan sistem keuangan. Sebaliknya, kebijakan
perbankan tidak hanya fokus kepada upaya menopang industri perbankan, tetapi juga
mendukung stabilitas makroekonomi dan menopang aktivitas perekonomian. Dalam
perspektif yang lebih luas, koordinasi dengan kebijakan fiskal dan kebijakan sektor rill
akan terus ditingkatkan guna menciptkan fondasi yang kokoh bagi pencapaian
pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan ke depan. (dalam Outlook BI, 2009:54)
Kebijakan perbankan diarahkan untuk memperkuat ketahanan perbankan sekaligus
meningkatkan fungsi intermediasi perbankan, serta mendorong pendalaman pasar
keuangan. Kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk mendukung penciptaan
stabilitas sistem keuangan serta peningkatan efektivitas transmisi kebijakan moneter.
Kebijakan moneter Bank Indonesia 2010 diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi yang
ditetapkan 5%+1% dengan tetap memperhatikan stabilitas sistem keuangan dan
memfasilitasi momentum pertumbuhan ekonomi. (dalam Outlook BI, 2008:33)
10. Peningkatan Partisipasi Semua Unsur Negara
Peningkatan pemahaman akan memungkinkan proses persiapan tidak hanya dilakukan
oleh pihak pemegang otoritas terkait, tetapi juga bersama-sama dengan segenap
pemangku kepentingan (stakeholders). Efek negatif dari integrasi yang mungkin terjadi
dalam jangka pendek harus secara jelas dikomunikasikan pada sektor-sektor yang
terpengaruh untuk membantu persiapan mereka melalui pelatihan ulang, peningkatan
ketrampilan, peralihan peralihan perlahan kepekerjaan lain. Adanya konsultasi yang
intensif dengan kelompok yang terpengaruh dapat menghindari reaksi yang tidak
diinginkan. (dalam BPPK Kemenlu RI, 2008:70)
Sejauh ini, langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Indonesia berdasarkan rencana
strategis pemerintah untuk menghadapi AEC, antara lain:
1. Penguatan Daya Saing Ekonomi
Pada tanggal 27 Mei 2011 Pemerintah meluncurkan Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI merupakan perwujudan
transformasi ekonomi nasional dengan orientasi yang berbasis pada pertumbuhan
ekonomi yang kuat, inklusif, berkualitas, dan berkelanjutan.
9

eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 509-522

Sejak MP3EI diluncurkan sampai akhir Desember 2011 telah dilaksanakan


Groundbreaking sebanyak 94 proyek investasi sektor riil dan pembangunan
infrastruktur dengan total nilai investasi Rp 499,5 triliun yang terdiri dari nilai investasi
untuk sektor riil Rp 357,8 triliun (56 proyek) dan infrastruktur Rp 141,7 triliun (38
proyek), yang akan dibiayai oleh Pemerintah senilai Rp 71,6 triliun (24 proyek), BUMN
senilai Rp 131,0 triliun (24 proyek), swasta senilai Rp 168,6 trilliun (38 proyek) dan
melalui Kerjasama Pemerintah Swasta/KPS senilai Rp 128,3 triliun (8 proyek). (dalam
Bappenas RI Buku II, 2012:27)
Hasilnya, Perekonomian Indonesia pada tahun 2011 tumbuh 6,5%, lebih tinggi dari
tahun sebelumnya (6,2%) dengan investasi dan industri pengolahan sebagai
penggeraknya. Neraca pembayaran mencatat surplus baik pada neraca transaksi berjalan
maupun neraca modal dan finansial. Cadangan devisa meningkat menjadi USD 110,1
miliar. Stabilitas ekonomi tahun 2011 tetap terjaga. Nilai tukar rupiah kembali menguat
dan kembali stabil setelah melemah oleh kekuatiran terhadap imbas krisis utang Eropa
pada bulan September dan Oktober 2011. Laju inflasi tahun 2011 terkendali sebesar
3,8%. (dalam Bappenas RI, 2012:27)
2. Program ACI (Aku Cinta Indonesia)
Program ini direalisasikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan kampanye dan ajakan dalam
menggunakan produk-produk dalam negeri, antara lain adalah: ACI (Aku Cinta
Indonesia). Program ini merupakan salah satu gerakan Nation Branding yang
merupakan bagian dari pengembangan ekonomi kreatif yang termasuk dalam Inpres
No.6 Tahun 2009 yang berisikan Program Ekonomi Kreatif bagi 27 Kementrian Negara
dan Pemda. Gerakan ini sendiri masih berjalan sampai sekarang dalam bentuk
kampanye nasional yang terus berjalan dalam berbagai produk dalam negeri seperti
busana, aksesoris, entertainment, pariwisata dan lain sebagainya. (dalam Kemendag RI :
2009:17)
3. Penguatan Sektor UMKM
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan UMKM di Indonesia, pihak Kadin telah
mengadakan mengadakan beberapa program, antara lainnya adalah Pameran Koperasi
dan UKM Festival pada 5 Juni 2013 lalu yang diikuti oleh 463 KUKM. Acara yang
diselenggarakan oleh Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah ini
bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk UKM yang ada di Indonesia dan juga
sebagai stimulan bagi masyarakat untuk lebih kreatif lagi dalam mengembangkan usaha
kecil serta menengah.
Dari segi pendanaan sendiri, pemerintah telah mensosialisasikan dan menjalankan
program KUR (Kredit Usaha Rakyat). Pemberlakuan program KUR merupakan tindak
lanjut dari ditandatanganinya Nota Kesepahaman Bersama (MoU) pada tanggal 9
Oktober 2007 tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi
antara Pemerintah (Menteri Negara Koperasi dan UKM, Menteri Keuangan, Menteri

`
10

Persiapan Indonesia Menghadapi AEC (ASEAN Economic Community) 2012 [SHOLEH]

Pertanian, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Perindustrian,


Perusahaan Penjamin (perum Sarana Pengembangan Usaha dan PT. Asuransi Kredit
Indonesia) dan Perbankan (Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank
Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri). KUR ini didukung oleh Kementerian Negara
BUMN, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian serta Bank Indonesia.
(www.depkop.go.id, diakses pada 16 Maret 2013)
Hasil pelaksanaan program-program terkait pemberdayaan koperasi dan UMKM pada
tahun 2011 antara lain penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp. 29,0 triliun
untuk lebih dari 1,9 juta UMKM dan koperasi, dengan rata-rata kredit pembiayaan
sebesar Rp. 15,12 juta. Tingkat pengembalian KUR cukup baik dengan kredit macet
hanya sebesar 2,1%. Volume penyaluran KUR tersebut dapat dicapai dengan dukungan
dana penjaminan kredit secara penuh pada tahun 2011. (dalam Bappenas RI Buku II,
2012:32)
4. Perbaikan Infrastruktur
Dalam rangka mendukung peningkatan daya saing sektor riil, selama tahun 2010 telah
berhasil dicapai peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur seperti prasarana jalan,
perkeretaapian, transportasi darat, transportasi laut, transportasi udara, komunikasi dan
informatika, serta ketenagalistrikan:
a.Perbaikan Akses Jalan dan Transportasi
Pembangunan prasarana jalan telah menghasilkan capaian preservasi jalan nasional
sepanjang 43.140 km dan jembatan sepanjang 181.070 m, serta peningkatan kapasitas
jalan sepanjang 1.790 km jalan dan 4.540 m jembatan pada lintas utama yaitu Lintas
Timur Sumatera, Pantura Jawa, lintas selatan Kalimantan, lintas barat Sulawesi, dan
lintas lainnya di Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Selain itu, bidang transportasi
laut melaksanakan Pemasangan sistem National Single Window di pelabuhan Tanjung
Priok, melaksanakan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok, dan Belawan. (dalam
Bappenas RI Buku I, 2011:4)
b.Perbaikan dan Pengembangan Jalur TIK
Untuk pembangunan komunikasi dan informatika tahun 2010 telah dicapai diantaranya:
(a) penyediaan layanan pos di 2.363 kantor pos cabang luar kota (kpclk); (b)
beroperasinya akses telekomunikasi di 27.670 desa dan Pusat Layanan Internet
Kecamatan (PLIK) di 4.269 desa ibukota kecamatan; (c) dimulainya pembangunan
Nusantara Internet Exchange (NIX) di Medan, Surabaya, Balikpapan, dan Makassar; (d)
pembangunan 15 Desa Informasi; (e) beroperasinya pemancar TVRI di 30 lokasi (on
air); (f) pembangunan pemancar TV digital di Jakarta, Surabaya, dan Batam; (g)
dimulainya penyediaan jasa akses internet melalui community access point di 222
kecamatan di Lampung, Jawa Barat, dan Banten; dan (h) meningkatnya teledensitas
total akses telekomunikasi menjadi 95,47% (Q3/2010). Pada tahun 2011 diperkirakan
dapat dicapai : (a) penyediaan layanan pos PSO di 2.515 kcplk; (b) penyelesaian
penyediaan jasa akses telekomunikasi dan internet di 33.187 desa (Desa Berdering) dan
5.748 desa ibukota kecamatan; (c) penyelesaian pembentukan dan dimulainya
pemanfaatan Information and Communications Technology (ICT) Fund; (d) selesainya
pembangunan jaringan backbone serat optik link Mataram-Kupang; (e) pengesahan
11

eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 509-522

RPP UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; (f)
penyelesaian penyusunan Rencana Induk (Master Plan) e-Government Nasional; serta
(g) selesainya pengembangan sistem e-pendidikan di 240 sekolah di provinsi DIY
sehingga menjadi 350 dari target 500 sekolah. (dalam Bappenas RI Buku I, 2011:6)
c.Perbaikan dan Pengembangan Bidang Energi Listrik
Untuk mendukung kemandirian energi dan memenuhi pasokan listrik nasional, selama
tahun 2010 telah dibangun jaringan transmisi tenaga listrik dengan total panjang 38.825
kms. Disamping itu terjadi penambahan kapasitas panas bumi sebesar 127 MW,
sehingga secara total, kapasitas terpasang pembangkit energi panas bumi menjadi 1.189
MW, dan kapasitas pembangkit dapat ditingkatkan menjadi 32.864 MW.
Upaya tersebut menambah peningkatan rasio elektrifikasi menjadi sebesar 67,20% dan
rasio listrik perdesaan menjadi 92,5%. Pemerintah juga telah melakukan pembangunan
jaringan distribusi gas untuk rumah tangga di kota Tarakan, Depok, Bekasi dan
Sidoarjo. (dalam Bappenas Ri BUku I, 2011:7)
5. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Salah satu jalan untuk meningkatkan kualitas SDM adalah melalui jalur pendidikan,
Guna mendukung penuntasan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan
Tahun, Pemerintah menaikkan satuan biaya program BOS pada jenjang
SD/MI/Salafiyah Ula dari Rp 397 ribu (kabupaten) dan Rp 400 ribu (kota) pada periode
2009-2011 menjadi Rp 580 ribu/siswa/tahun pada tahun 2012, yang mencakup 31,32
juta siswa. Adapun pada jenjang SMP/MTs/Salafiyah Wustha satuan biaya dinaikkan
dari Rp 570 ribu (kabupaten) dan Rp 575 ribu (kota) menjadi Rp 710 ribu/siswa/tahun,
yang mencakup 13,38 juta siswa. Selain itu, dalam rangka memberikan layanan
pendidikan yang bermutu, pemerintah telah membangun sarana dan prasarana
pendidikan secara memadai, termasuk rehabilitasi ruang kelas rusak berat. Data
Kemdikbud tahun 2011 menunjukkan bahwa masih terdapat sekitar 173.344 ruang kelas
jenjang SD dan SMP dalam kondisi rusak berat. (dalam Bappenas RI Buku I, 2011:36)
6. Reformasi Kelembagaan dan Pemerintahan
Dalam rangka mendorong Percepatan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, telah
ditetapkan strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi jangka panjang
2012-2025 dan menengah 2012-2014 sebagai acuan bagi seluruh pemangku
kepentingan untuk pelaksanaan aksi setiap tahunnya. Upaya penindakan terhadap
Tindak Pidana Korupsi (TPK) ditingkatkan melalui koordinasi dan supervisi yang
dilakukan oleh KPK kepada Kejaksaan dan Kepolisian. Selama tahun 2011, KPK telah
melakukan strategi peningkatan koordinasi dalam penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan TPK dengan instansi terkait, melakukan 447 kegiatan supervisi terhadap
perkara TPK yang ditangani oleh Kejaksaan dan Kepolisian melalui pelaksanaan gelar
perkara, analisis perkara dan pelimpahan perkara ke Kepolisian dan Kejaksaan serta
meminta informasi tentang perkembangan penanganan perkara TPK kepada Kepolisian
dan Kejaksaan melalui permintaan Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP).
(dalam Bappenas RI Buku I, 2011:21)
`
12

Persiapan Indonesia Menghadapi AEC (ASEAN Economic Community) 2012 [SHOLEH]

Kesimpulan
Strategi dan persiapan yang selama ini telah dilakukan oleh para stake holder yang ada
di Indonesia dalam rangka menghadapi sistem liberalisasi yang diterapkan oleh
ASEAN, terutama dalam kerangka integrasi ekonomi memang dirasakan masih kurang
optimal. Namun hal tersebut memang dilandaskan isu-isu dalam negeri yang
membutuhkan penanganan yang lebih intensif. Disamping itu, seiring perkembangan
waktu, Indonesia dengan potensi sumber daya yang melimpah telah membawa
pergerakannya ke arah yang lebih maju lagi, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya
pengakuan lingkungan internasional terhadap eksistensi Indonesia dijalur yang positif.
Selain itu, peran Indonesia di kawasan Asia Tenggara yang mengalami perkembangan
yang cukup signifikan mengindikasikan bahwa walaupun membutuhkan waktu lebih,
namun Indonesia mampu dan siap menghadapi realisasi AEC 2015.
AEC (ASEAN Economic Community) yang merupakan tujuan utama dari pencapaian
integrasi ekonomi ASEAN ini membuka kesempatan tersendiri bagi negara-negara yang
siap dalam menghadapi penerapan sistem liberalisasi dalam sistem perkenomiannya
baik dalam bidang perdagangan, jasa, investasi dan pergerakan sumber daya manusia
yang lebih bebas.
Bagi Indonesia sendiri, ASEAN Economic Community (AEC) mendatangkan beberapa
tantangan dan peluang secara bersamaan. Dimana kondisi dalam negeri Indonesia
sendiri yang sedang berada dalam tahapan reformasi menuju sistem yang lebih baik,
dapat dikatakan mendapatkan stimulasi lebih dari pada hasil yang dijanjikan dalam
pencapaian AEC 2015. Namun disamping itu, strategi yang harus disiapkan Indonesia
dalam menghadapi AEC mengharuskan pemerintah Indonesia berjalan dengan lebih
cepat, sehingga terkesan mengabaikan perkembangan dalam lingkup domestik yang
berakibat munculnya kesan orientasi ketidaksiapan dalam menghadapi AEC pada tahun
2015. Selain itu, minimnya tindakan sosialisasi tentang AEC dan perkembangannya
terhadap masyarakat luas juga menjadi salah satu hal yang krusial bagi pemerintah
Indonesia, dikarenakan pemahaman masyarakat juga akan melambangkan kesiapan
negeri ini.
Saran
Diperlukan kedisiplinan dari pihak pemerintah, terutama yang berkaitan dengan wacana
persiapan menghadapi realisasi AEC ditahun 2015, yaitu dengan peningkatan
pengawasan terhadap perkembangan implementasi sistem yang terdapat dalam Blue
Print AEC.
Sosialisasi dan sinkronisasi yang lebih luas terhadap masyarakat merupakan salah satu
langkah fundamental yang dapat meningkatkan perhatian dan kepekaan rakyat dalam
menghadapi penerapan sistem liberalisasi yang lebih besar di masa mendatang. Karena
pengetahuan tentang AEC sangat diperlukan oleh seluruh masyarakat Indonesia dan
bukan hanya untuk jajaran pejabat pemerintahan saja.

13

eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 509-522

Penanganan permasalahan domestik yang terkait dengan budaya korupsi dan pungli
dapat melemahkan pondasi perekonomian dimasa mendatang, hal ini membutuhkan
ketegasan dalam penerapan hukum dan Undang-Undang yang telah ada sehingga dapat
menekan dan perlahan menghilangkan efek buruk tersebut dalam struktur pemerintahan
negara.
IPTEK merupakan salah satu modal utama masyarakat dalam menghadapi modernisasi
dan globalisasi. Hal tersebut juga patut mendapat perhatian khusus dari pemerintah
sebagai bagian dari strategi Indonesia.
Daftar Pustaka
Buku :
Brewer Thomas.2006.American Foreign Policy: A Contemporry Introdcution.
Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey
Triansyah Djani D. 2007. ASEAN Selayang Pandang. Jakarta: Dir. Jen. Kerjasama
ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia
Wyatt, Andrew and Walter,1995Regionalism,Globalization,and World Economic
Order,(eds) in Fawcett, Louise and Andrew Hurrel, Regionalism in World
Politics,Oxford University Press
Jurnal dan Artikel :
Jonson Crister and Jonas Tallberg.1998. Compliance and Post Agreement in
Bargaining European Journal of International Relations.103(5):221-236
Thee Kian,2003. Competition policy in Indonesia and the new anti-monopoly and fair
competition law, Bulletin of Indonesian Economic Studies. 38(3):64-77
Laporan Resmi:
Bank Indonesia (BI),2009.Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012. Integrasi Ekonomi
ASEAN dan ProspekPerekonomian Nasional,Jakarta
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, Kementrian Luar Negeri Republik
(BPPK Kemelu-RI),2008. ASEAN Economic Blueprint, 2015. Jakarta.
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia.2009, Menuju ASEAN Economic
Community 2015, Jakarta
KPPN/Bappenas.2012.Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013.Buku I.
KPPN/Bappenas.2013.Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013.Buku II.
Media Internet :
http;//www.bps.go.id
http://www.depkop.go.id
http://www.kadin.or.id
www.djmbp.esdm.go.id,
`
14

Anda mungkin juga menyukai