(PDF) eJOURNAL SHOLEH (08-01-13-02-34-14) PDF
(PDF) eJOURNAL SHOLEH (08-01-13-02-34-14) PDF
Abstract
This study aims to describe how the state and the development of Indonesias
preparation for ASEAN Economic Community (AEC) which will soon entering the
phase of full realization in 2015. Type of this research is descriptive analytic, which
will describe and analize how Indonesia make preparation in facing ASEAN
Economic Community in 2015. Type of used data on this research is secondary data
obtained from books, literature, journals, official reports and the information from
internet that related to the discussion of issues. Data collection technique used is
Library Research. Methods of data analysis in this this study is Content Analysis.
The result of this research shows that the efforts that have been made by Indonesia in
running for regional cooperation in ASEAN is still considered to be less than
maximum. This is indicated by the economic development of Indonesia in ASEAN is
still below the rank of other states member.The Indonesian strategy prepared to
facing the ASEAN Economic Community (AEC), among others, to harmonize
domestic economic policies that associated with the systems and rules of the ASEAN
Economic Community Blueprint that regulate the achievement of the objectives in the
economic cooperation.
Keyword: AEC, ASEAN Community, Indonesias Preparation Facing AEC
Pendahuluan
Pada tahun 1997 tepatnya dalam ASEAN Summit yang diadakan di Kuala Lumpur,
para kepala negara ASEAN menyepakati ASEAN Vision 2020 yaitu mewujudkan
kawasan yang stabil dan berdaya saing tinggi dengan pertumbuhan ekonomi yang
merata. Dari sinilah muncul ide pembentukan Komunitas ASEAN yang memiliki tiga
pilar utama, yaitu: (1) ASEAN Security Community, (2) ASEAN Economic Community,
(3) ASEAN Socio-Cultural Community. Komunitas ini pada awalnya akan diterapkan
secara penuh pada tahun 2020, namun dipercepat menjadi tahun 2015 sesuai dengan
kesepakatan dari pemimpin negara-negara anggota ASEAN. Hal ini pun juga
disesuaikan dengan perkembangan globalisasi internasional yang menuntut ASEAN
untuk lebih kompetitif lagi. (Triansyah Djani, 2007:32)
Sebagai bagian dari salah satu pilar komunitas ini, AEC sendiri merupakan pondasi
yang diharapkan dapat memperkuat dan memaksimalkan tujuan integrasi ekonomi di
kawasan ASEAN dan membuka peluang bagi negara-negara anggota. Dengan adanya
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Mulawarman Samarinda, Email : happle.spellcaster@gmail.com
AEC juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas kerjasama dalam hal ekonomi di
ASEAN kearah yang lebih signifikan. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan oleh
Indonesia adalah bagaimana Indonesia sebagai bagian dari komunitas ASEAN berusaha
untuk mempersiapkan kualitas diri dan memanfaatkan peluang dalam AEC 2015 serta
harus meningkatkan kapabilitas untuk dapat bersaing dengan Negara anggota ASEAN
lainnya sehingga ketakutan akan kalah saing di negeri sendiri akibat terimplementasinya
AEC 2015 tidak terjadi, seperti telah kita ketahui bersama bahwa negara negara di
ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia, Filipina dan Brunei Darussalam yang juga
terus meningkatkan kualitas mereka dalam hal perekonomian dalam rangka menghadapi
AEC 2015.
Kerangka Teori dan Konseptual
Teori Integrasi Ekonomi
Integrasi ekonomi adalah rancangan dan implementasi serangkaian kebijakan khusus
antar kelompok negara dalam region yang bertujuan untuk meningkatkan pertukaran
barang maupun faktor produksi antar negara anggota. Integrasi ekonomi yang terbentuk
meliputi integrasi perdagangan dan integrasi moneter.
Ada beberapa tahapan integrasi ekonomi menurut intensitas integrasi, yaitu (dalam
Walter and Andrew, 2009:46):
a) Preferential Trading Arrangement (PTA)
Merupakan kelompok perdagangan yang memberikan preferensi (keringanan) terhadap
jenis produk tertentu kepada negara anggota, dilaksanakan dengan cara mengurangi
tarif (tidak menghapuskan tarif sampai menjadi nol).
b) Free Trade Area (FTA)
Dua negara atau lebih dikatakan membentuk FTA apabila mereka sepakat untuk
menghilangkan semua kewajiban impor atau hambatan-hambatan perdagangan baik
dalam bentuk tarif maupun non tarif terhadap semua barang yang diperdagangkan
diantara mereka; sedangkan terhadap negara-negara lain yang bukan merupakan
anggota masih tetap diperlakukan menurut ketentuan di masing-masing negara. Setiap
negara anggota bebas menentukan tarifnya terhadap arus perdagangan internasional dari
negara-negara bukan anggota.
c) Customs Union (CU)
Dua negara atau lebih dikatakan membentuk CU apabila mereka sepakat untuk
menghilangkan semua kewajiban impor atau hambatan-hambatan perdagangan dalam
bentuk tarif maupun non tarif terhadap semua barang dan jasa yang diperdagangkan
sesama mereka; sedangkan terhadap negara negara lain yang bukan anggota juga aka
diberlakukan penyeragaman ketentuan.
d) Common Market (CM)
Dua negara atau lebih akan dikatakan membentuk CM jika terpenuhi kondisi CU plus
mengizinkan adanya perpindahan yang bebas seluruh faktor produksi di antara sesama
negara anggota.
`
2
negara berdasarkan
persetujuan
serta
d) Bekerjasama dengan koalisi yang telah ada dan mengembangkan koalisi baru untuk
mengimplementasikan persetujuan yang telah disepakati.
Selain itu, pada level domestik juga terjadi beberapa fase yang terkait dengan proses
Post Agreement Negotiation, antara lain sebgai berikut :
a) Acceptance / Ratification Negotiation
Negosiasi di tingkatan domestik yang berkonsentrasi pada penerimaan secara formal
persetujuan di level nasional. Negosiasi di level ini melibatkan beragam stakeholder
meliputi menteri pemerintahan terkait, partai politik, kalangan bisnis, NGOs dan media.
b) Rule-Making Negotiations
Berkonsentrasi pada pengembangan atau perubahan yang berkaitan dengan undangundang, peraturan, kriteria, standar yang berlaku dan target yang ingin dicapai
negara dalam perjanjian internasional tersebut. Peserta negosiasi ditahapan ini biasanya
meliputi pembuat undang-undang, birokrat pemerintahan dan pihak-pihak yang
berwenang dalam mengubah peraturan.
c) Enforcement, Monitoring and Reporting Negotiations
Pada tahapan ini proses negosiasi berkonsentrasi pada metode dan pendekatan untuk
pengimplementasian undang-undang dan peraturan yang baru. Di tahapan ini biasanya
dihasilkan hukum atau peraturan yang baru.
Sebelum terbentuknya kesepakatan AEC (ASEAN Economic Community) itu sendiri,
dapat kita lihat dari jejak awal kesepakatan integrasi ekonomi yang ada di ASEAN.
Dimulai dari kesepakatan PTA (Preferential Trading Arrangement) tahun 1977 dengan
instrumen utamanya yaitu MOP (Margins of Preferences) yang pada saat itu kurang
memberikan hasil yang memuaskan bagi perkembangan intra trade di ASEAN.
Selanjutnya negara-negara anggota ASEAN menyepakati pembentukan Wilayah
Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) pada tahun 1992 dengan tujuan memperbaiki
sistem yang telah ada sebelumnya, yaitu PTA. kemudian pada KTT ASEAN di Phnom
Penh November 2002 para pemimpin ASEAN menyepakati prakarsa Perdana Menteri
Goh Chok Tong untuk menyebut bagian dari realisasi AFTA merupakan proses dari
integrasi ekonomi ASEAN sebagai pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC).
Teori Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan secara sederhana didefinisikan sebagai satu langkah
dalam memilih berbagai alternatif yang ada. Dalam teori pengambilan keputusan, para
pengambil keputusan (Decision Makers) menganggap pandangan tentang dunia dari
sudut tertentu (the world as vowed) lebih penting dibandingkan dengan realitas objektif
itu sendiri (dalam Thomas Brewer, 2006:182-183).
`
4
Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu, yang dilakukan
oleh seseorang atau beberapa aktor terkait dengan suatu masalah. Tindakan para aktor
yang membuat kebijakan berupa pengambilan keputusan yang biasanya bukan
merupakan keputusan tunggal, artinya kebijakan diambil dengan cara mengambil
beberapa keputusan yang saling terkait dengan masalah yang ada. Pengambilan
keputusan dapat diartikan juga sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa pilihan
alternatif yang tersedia.
Model pembuatan keputusan memiliki asumsi dasar perspektif bahwa tindakan
internasional dapat didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan keputusan yang
dibuat oleh unit unit politik domestik yang diakui, dimana para pemimpin negara
(baik individual maupun berkelompok) bertindak sebagai aktor aktor utama dalam
proses pengambilan keputusan tersebut. Perspektif ini memberikan penekanan
utamanya pada analisis jaringan birokrasi organisasi yang kompleks dengan prosedur
prosedur kelembagaannya.
Selanjutnya, Menurut (dalam Graham Allison, 2003:275-279), ada 3 model dalam
pembuatan keputusan politik luar negeri sebuah negara, yaitu:
a. Paradigma aktor rasional
Aktor yang diwakili oleh pemerintah membuat keputusan yang diambil dengan
menganalisis tujuan, menetapkan pilihan, menghitung keuntungan dan biaya (cost and
benefit) dari masing-masing pilihan, dan mencapai pilihan yang memberikan
keuntungan maksimal.
b. Paradigma proses organisasi
Organisasi mengembangkan pandangan kolektif, persepsi dan prosedur, sehingga reaksi
dapat diprediksi. Tujuan dari organisasi didominasi oleh kebutuhan untuk menjaga
eksistensi organisasi dan menghindari ancaman-ancaman yang datang.
c. Paradigma politik birokrasi
Keputusan-keputusan yang dibuat oleh pemerintah merupakan hasil politik dari konflik
dan kerjasama antar individu. Masing-masing aktor memiliki posisi, persepsi dan
kepentingan. Dalam pembuatan keputusan terdapat proses tawar-menawar
(bargaining). Hasil yang didapat oleh setiap aktor akan tergantung dari kekuasaan
yang dimilikinya.
Mengenai persiapan Indonesia dalam menghadapi proses integrasi ekonomi yang
mengarah pada pembetukan ASEAN Economic Community, upaya-upaya yang akan
dipersiapkan oleh Indonesia tentunya berkaitkan dengan bagaimana Indonesia
merangkai keputusan-keputusan dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan
sistem-sistem yang ada dalam AEC. Dan tentunya persiapan tersebut sangat
berpengaruh dengan strategi yang akan dpergunakan oleh Indonesia nantinya.
Dimana posisi Indonesia sebagai aktor yang diwakili oleh pemerintah dalam
menghadapi proses integrasi ekonomi di kawasan ASEAN tentunya perlu
memperhitungkan cost and benefit dalam membentuk persiapan yang nantinya akan
5
Walaupun demikian, diversifikasi tujuan pasar ekspor dan produk ekspor tetap perlu
untuk terus ditingkatkan, karena hal ini akan memberikan fleksibilitas bagi ekspor
nasional jika terjadi guncangan permintaan di pasar tujuan ekspor ataupun guncangan
penawaran di dalam negeri. (www.bps.go.id, diaskses pada 05 Agustus 2012)
3. Reformasi Regulasi
Harmonisasi peraturan perundangan antar negara ASEAN merupakan salah satu
kebutuhan untuk dapat mendukung upaya penerapan penciptaan iklim usaha yang
kondusif bagi dunia usaha, termasuk usaha kecil, makro dan menengah (UMKM).
Merujuk pada Rencana Jangka Panjang dan Menengah pengembangan UMKM, maka
harmonisasi ini lebih terkait dengan tujuan untuk menyiapkan prakondisi bagi
tumbuhnya iklim usaha. Upaya harmonisasi ini dapat memberikan dampak yang sangat
luas, terutama bagi peningkatan kesempatan dan kesetaraan berusaha dalam membentuk
sistem ekonomi yang efisien (tidak hanya berbiaya tinggi) dan demokratis, yang
tercermin dari partisipasi lintas pelaku (stakeholders) serta berkembangnya sistem
kontrol sosial. (www.bps.go.id, diaskses pada 05 Agustus 2012)
Upaya untuk mewujudkan upaya harmonisasi ini, perlu disepakati dua aspek yang
mendasar yaitu, (i) masalah hambatan terhadap arus barang dan jasa antar wilayah dapat
disebabkan oleh aturan, struktur usaha, jenis komiditi, rantai tata niaga dan struktur
pasar, sehingga harmonisasi peraturan perdagangan hanya merupakan salah satu
alternative penyelesaian masalah, dan (ii) harmonisasi tidak berarti penyamarataan
peraturan perdagangan antar wilayah. Dengan demikian, upaya harmonisasi perlu
dilakukan secara fokus melalui pertimbangan keragaman kondisi dan kebutuhan
masyarakat di setia daerah. ( dalam Kemendag RI, 2009:31)
4. Perbaikan Infrastruktur
Tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini dalam infrastruktur adalah antara lain (a)
memperbaiki semua infrastruktur yang rusak, seperti jalan-jalan raya yang berlubang
dan bergelombang dan yang sebagian hancur karena tanah longsor dalam waktu
singkat; (b) membangun jalan tol atau jalan kereta api ke pelabuhan, dan memperluas
kapasitas pelabuhan seperti Tanjung Priok dan lainnya yang selama ini menjadi pintu
keluar masuk barang dalam beberapa tahun ke depan; (c) meningkatkan akselerasi
listrik dalam dua tahun ke depan, dan banyak lagi. Logistik juga merupakan bagian
terpenting dari infrastruktur dalam kaitannya dengan kepentingan ekonomi atau urat
nadi perdagangan pada khususnya.
Terutama dalam hal pusat produksi regional, logistik, seperti pelabuhan dan jalan raya
dari pabrik ke pelabuhan atau sebaliknya atau dari pelabuhan ke pusat pemasaran,
sangat penting, Tanpa kelancaran logistik, proses produksi dan perdagangan dapat
terganggu. Inflasipun akan dapat menjadi lebih tinggi akibat terjadinya ketersendatan di
jalan raya dan di pelabuhan, yang jelas, daya saing juga sangat ditentukan oleh
kecepatan barang masuk dan keluar. Begitu pentingnya logistik membuat sektor ini
menjadi yang pertama yang akan diintegrasikan.di dalam proses pelaksanaan ASEAN
economic community 2015. (dalam Outlook BI, 2009:62)
7
`
8
`
10
RPP UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; (f)
penyelesaian penyusunan Rencana Induk (Master Plan) e-Government Nasional; serta
(g) selesainya pengembangan sistem e-pendidikan di 240 sekolah di provinsi DIY
sehingga menjadi 350 dari target 500 sekolah. (dalam Bappenas RI Buku I, 2011:6)
c.Perbaikan dan Pengembangan Bidang Energi Listrik
Untuk mendukung kemandirian energi dan memenuhi pasokan listrik nasional, selama
tahun 2010 telah dibangun jaringan transmisi tenaga listrik dengan total panjang 38.825
kms. Disamping itu terjadi penambahan kapasitas panas bumi sebesar 127 MW,
sehingga secara total, kapasitas terpasang pembangkit energi panas bumi menjadi 1.189
MW, dan kapasitas pembangkit dapat ditingkatkan menjadi 32.864 MW.
Upaya tersebut menambah peningkatan rasio elektrifikasi menjadi sebesar 67,20% dan
rasio listrik perdesaan menjadi 92,5%. Pemerintah juga telah melakukan pembangunan
jaringan distribusi gas untuk rumah tangga di kota Tarakan, Depok, Bekasi dan
Sidoarjo. (dalam Bappenas Ri BUku I, 2011:7)
5. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Salah satu jalan untuk meningkatkan kualitas SDM adalah melalui jalur pendidikan,
Guna mendukung penuntasan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan
Tahun, Pemerintah menaikkan satuan biaya program BOS pada jenjang
SD/MI/Salafiyah Ula dari Rp 397 ribu (kabupaten) dan Rp 400 ribu (kota) pada periode
2009-2011 menjadi Rp 580 ribu/siswa/tahun pada tahun 2012, yang mencakup 31,32
juta siswa. Adapun pada jenjang SMP/MTs/Salafiyah Wustha satuan biaya dinaikkan
dari Rp 570 ribu (kabupaten) dan Rp 575 ribu (kota) menjadi Rp 710 ribu/siswa/tahun,
yang mencakup 13,38 juta siswa. Selain itu, dalam rangka memberikan layanan
pendidikan yang bermutu, pemerintah telah membangun sarana dan prasarana
pendidikan secara memadai, termasuk rehabilitasi ruang kelas rusak berat. Data
Kemdikbud tahun 2011 menunjukkan bahwa masih terdapat sekitar 173.344 ruang kelas
jenjang SD dan SMP dalam kondisi rusak berat. (dalam Bappenas RI Buku I, 2011:36)
6. Reformasi Kelembagaan dan Pemerintahan
Dalam rangka mendorong Percepatan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, telah
ditetapkan strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi jangka panjang
2012-2025 dan menengah 2012-2014 sebagai acuan bagi seluruh pemangku
kepentingan untuk pelaksanaan aksi setiap tahunnya. Upaya penindakan terhadap
Tindak Pidana Korupsi (TPK) ditingkatkan melalui koordinasi dan supervisi yang
dilakukan oleh KPK kepada Kejaksaan dan Kepolisian. Selama tahun 2011, KPK telah
melakukan strategi peningkatan koordinasi dalam penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan TPK dengan instansi terkait, melakukan 447 kegiatan supervisi terhadap
perkara TPK yang ditangani oleh Kejaksaan dan Kepolisian melalui pelaksanaan gelar
perkara, analisis perkara dan pelimpahan perkara ke Kepolisian dan Kejaksaan serta
meminta informasi tentang perkembangan penanganan perkara TPK kepada Kepolisian
dan Kejaksaan melalui permintaan Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP).
(dalam Bappenas RI Buku I, 2011:21)
`
12
Kesimpulan
Strategi dan persiapan yang selama ini telah dilakukan oleh para stake holder yang ada
di Indonesia dalam rangka menghadapi sistem liberalisasi yang diterapkan oleh
ASEAN, terutama dalam kerangka integrasi ekonomi memang dirasakan masih kurang
optimal. Namun hal tersebut memang dilandaskan isu-isu dalam negeri yang
membutuhkan penanganan yang lebih intensif. Disamping itu, seiring perkembangan
waktu, Indonesia dengan potensi sumber daya yang melimpah telah membawa
pergerakannya ke arah yang lebih maju lagi, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya
pengakuan lingkungan internasional terhadap eksistensi Indonesia dijalur yang positif.
Selain itu, peran Indonesia di kawasan Asia Tenggara yang mengalami perkembangan
yang cukup signifikan mengindikasikan bahwa walaupun membutuhkan waktu lebih,
namun Indonesia mampu dan siap menghadapi realisasi AEC 2015.
AEC (ASEAN Economic Community) yang merupakan tujuan utama dari pencapaian
integrasi ekonomi ASEAN ini membuka kesempatan tersendiri bagi negara-negara yang
siap dalam menghadapi penerapan sistem liberalisasi dalam sistem perkenomiannya
baik dalam bidang perdagangan, jasa, investasi dan pergerakan sumber daya manusia
yang lebih bebas.
Bagi Indonesia sendiri, ASEAN Economic Community (AEC) mendatangkan beberapa
tantangan dan peluang secara bersamaan. Dimana kondisi dalam negeri Indonesia
sendiri yang sedang berada dalam tahapan reformasi menuju sistem yang lebih baik,
dapat dikatakan mendapatkan stimulasi lebih dari pada hasil yang dijanjikan dalam
pencapaian AEC 2015. Namun disamping itu, strategi yang harus disiapkan Indonesia
dalam menghadapi AEC mengharuskan pemerintah Indonesia berjalan dengan lebih
cepat, sehingga terkesan mengabaikan perkembangan dalam lingkup domestik yang
berakibat munculnya kesan orientasi ketidaksiapan dalam menghadapi AEC pada tahun
2015. Selain itu, minimnya tindakan sosialisasi tentang AEC dan perkembangannya
terhadap masyarakat luas juga menjadi salah satu hal yang krusial bagi pemerintah
Indonesia, dikarenakan pemahaman masyarakat juga akan melambangkan kesiapan
negeri ini.
Saran
Diperlukan kedisiplinan dari pihak pemerintah, terutama yang berkaitan dengan wacana
persiapan menghadapi realisasi AEC ditahun 2015, yaitu dengan peningkatan
pengawasan terhadap perkembangan implementasi sistem yang terdapat dalam Blue
Print AEC.
Sosialisasi dan sinkronisasi yang lebih luas terhadap masyarakat merupakan salah satu
langkah fundamental yang dapat meningkatkan perhatian dan kepekaan rakyat dalam
menghadapi penerapan sistem liberalisasi yang lebih besar di masa mendatang. Karena
pengetahuan tentang AEC sangat diperlukan oleh seluruh masyarakat Indonesia dan
bukan hanya untuk jajaran pejabat pemerintahan saja.
13
Penanganan permasalahan domestik yang terkait dengan budaya korupsi dan pungli
dapat melemahkan pondasi perekonomian dimasa mendatang, hal ini membutuhkan
ketegasan dalam penerapan hukum dan Undang-Undang yang telah ada sehingga dapat
menekan dan perlahan menghilangkan efek buruk tersebut dalam struktur pemerintahan
negara.
IPTEK merupakan salah satu modal utama masyarakat dalam menghadapi modernisasi
dan globalisasi. Hal tersebut juga patut mendapat perhatian khusus dari pemerintah
sebagai bagian dari strategi Indonesia.
Daftar Pustaka
Buku :
Brewer Thomas.2006.American Foreign Policy: A Contemporry Introdcution.
Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey
Triansyah Djani D. 2007. ASEAN Selayang Pandang. Jakarta: Dir. Jen. Kerjasama
ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia
Wyatt, Andrew and Walter,1995Regionalism,Globalization,and World Economic
Order,(eds) in Fawcett, Louise and Andrew Hurrel, Regionalism in World
Politics,Oxford University Press
Jurnal dan Artikel :
Jonson Crister and Jonas Tallberg.1998. Compliance and Post Agreement in
Bargaining European Journal of International Relations.103(5):221-236
Thee Kian,2003. Competition policy in Indonesia and the new anti-monopoly and fair
competition law, Bulletin of Indonesian Economic Studies. 38(3):64-77
Laporan Resmi:
Bank Indonesia (BI),2009.Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012. Integrasi Ekonomi
ASEAN dan ProspekPerekonomian Nasional,Jakarta
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, Kementrian Luar Negeri Republik
(BPPK Kemelu-RI),2008. ASEAN Economic Blueprint, 2015. Jakarta.
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia.2009, Menuju ASEAN Economic
Community 2015, Jakarta
KPPN/Bappenas.2012.Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013.Buku I.
KPPN/Bappenas.2013.Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013.Buku II.
Media Internet :
http;//www.bps.go.id
http://www.depkop.go.id
http://www.kadin.or.id
www.djmbp.esdm.go.id,
`
14