Anda di halaman 1dari 7

HUKUM KEUANGAN NEGARA

JESIKA (02111001116)
DOSEN AGUS NGADINO, S.H.,M.H.
KESALAHAN KESALAHAN YANG ADA PADA
SUBSTANSI MENGENAI 6 KONSEP
KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
TAHUN AJARAN 2014/2015

6 KONSEP KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA


1.

2.

PENGERTIAN KEKUASAAN KEUANGAN NEGARA


APBN&APB
SISTEM KOORDINASI PEMERINTAH

SECARA SEMPIT

PUSAT

DAERAH
SISTEM HUB KEUANGAN
DAERAH & PUSAT UU NO 33 TAHUN 2009
3.LANDASAN KONSTITUSIONAL
STATUS QUO

UU NO 17 TAHUN 2003

YG SEHARUSNYA TERJADI
MANFAAT BAGI
MASYARAKAT

4.ESENSI PENGUNDANGAN ANGGARAN


PENGAWASAN

BAIK
BURUK

PEMBAGIAN / DISTRIBUSI

ANGGARAN NEGARA :

1.BATAS PENGELOLAAN
2.PENYELENGARAAN PENGELOLAAN
PERTANGGUNGJAWABAN: AKUNTABILITAS
5.CARA PENGUJIAN ATAS TINDAKAN KEKUASAAN

KONSEP WALFARE STAAT

PTUN
6.SUBJEK YANG MENGELOLA KEUANGAN NEGARA
PRESIDEN SELAKU KEPALA
PEMERINTAHAN
PEMERINTAH PUSAT PENETAPAN ANGGARAN SEDANG DALAM
RANGKA PEMBUATAN UU.

KESALAHAN-KESALAHAN PADA KONSEP DIATAS :

1.Pengertian Kekuasaan Keuangan Negara :


Secara sempit

: Objek nya terbatas hanya pada anggaran APBN dan APBD saja yang termasuk
dalam keuangan negara.

Secara Luas

: Dianut oleh UU No 17 tahun 2003 yang tidak hanya membahas dalam lingkup
APBN dan APBD saja.

Secara Yuridis

: Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang,benda yang dapat dijadikan kewenangan negara yang dapat dijadikan hak dan
kewajiban negara tersebut.

Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan bernegara. (antara lain
direkam dalam bunyi pasal 7 ayat 1 UU 17 Th 2003 ttg Keu Neg)
Tujuan bernegara tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 :. melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa..
Tujuan Negara (tujuan bernegara) yang tercermin dalam pembukaan UUD 1945 tersebut yakni
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa diperlukan adanya biaya atau dana yang
memadai, karena wujud perlindungan bangsa tersebut bisa berupa peningkatan anggaran Hankam
maupun Kepolisian; begitu juga wujud mencerdaskan kehidupan bangsa dapat berupa
peningkatan anggaran pendidikan dsb.
Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (diatas) setiap tahun disusun APBN dan APBD.
2.Sistem Koordinasi Pemerintah
A. Koordinasi Horisontal
koordinasi horisontal antara lembaga-lembaga negara terlihat keberadaan lembaga MPR hanyalah
sebagai gabungan dari DPR dan DPD dan sifatnya hanya insidentil saja dimana mereka akan
berkumpul paling sedikit satu kali dalam lima tahun selain itu kecuali ada hal-hal yang mendesak
mengenai perubahan UUD dan kelangsungan jalannya pemerintahan (Presiden)
Adanya pengaturan tentang hak dan kewajiban MPR yang membutuhkan kelengkapan berupa sebuah
Sekretariat Jenderal dengan dilengkapi oleh anggaran belanja sendiri (pasal 12). MPR hasil pemilu
2004 sebaiknya hanya sebagai joint session antara DPR dan DPD mereka hanya akan melakukan
pertemuan secara insidentil apabila ada agenda tentang perubahan UUD serta Pelantikan dan
pemberhenian Presiden dan Wakil Presiden sehingga keberadaan Pimpinan MPR yang permanen dan
Sekretariat Jenderal MPR yang Mandiri menjadi tidak dibutuhkan. Adapun pimpinan MPR dapat
dilakukan secara bergantian antara Pimpinan DPR dan DPD. sedangkan Alternatif lain tentang
sekretariat MPR adalah dapat berupa satu Sekretariat Jenderal gabungan antara DPR dan DPD dengan
menjadikan MPR sebagai satu Parlemen dengan dua kamar sehingga anggaran Parlemen dijadikan satu

dengan pembagian atas pos-pos anggaran DPR dan DPD sesuai dengan porsinya mengikuti besarnya
beban tugas dan tanggung jawabnya.

Kekuasaan yang dimiliki oleh DPR adalah sangat ideal untuk sebuah lembaga legislatif. Dengan
kekuasaan yang dimilikinya DPR sebagai perwujudan rakyat dapat mengawasi Pemerintah dan
Lembaga Negara lainnya dengan semakin seksama. Hanya saja seharusnya dengan kekuasaan yang
sangat besar tersebut seharusnya DPR memiliki sumber legitimasi yang lebih besar pula. Peran Parpol
yang sangat besar dalam penentuan lolos tidaknya seorang caleg melalui penyusunan nomor urut caleg
sesuai sistem proprsional terbuka dalam Pemilu 2004 serta diakomodirnya klausul recall yang memberi
kekuasaan sangat besar kepada Parpol jika dilakukan tanpa tidak pada tempatnya dapat mendorong
legislator mengabaikan kepentingan konstituennya ketika berhadapan denga kepentingan partai. Agar
kepentingan konstituen dan kepentingan Partai dapat terlindungi secara seimbang tidak ada pilihan lain
Pemilu dengan sistem distrik merupakan pilihan yang masuk akal karena apabila terjadi penghianatan
terhadap kepentingan konstituen Partai dan legislatornya dapat dihukum oleh konstituennya dengan
kensekuensi kehilangan suara pada Pemuilu yang berikutnya.
B. Koordinasi verikal ini terjadi antara pemerintah pusat dengan. Pemerintahan di daerah. Pembentukan
struktur pemerintahan secara berjenjang dari pusat sampai ke daerah adalah suatu keharusan bagi
Negara dengan kondisi geografis seperti Indonesia baik ditinjau dari secara teoritis maupun secara
empirik. Atas dasar inilah kemudian Indonesia kemudian membangun sistem pemerintahan secara
bertingkat antara pemerintah pusat dan daerah.Desentralisasi bukan merupakan pilihan yang mudah
bagi bangsa Indonesia. Dengan wilayah geografis yang sangat luas yang terurai dalam puluhan ribu
pulau, serta masyarakat yang sangat heterogen, sehingga desentralisasi memang seringkali menjadi
dilema (Pratikno dalam Karim; 2003;33).
Seiring dengan maraknya tuntutan dalam gerakan reformasi di dalam negeri dan tuntutan lingkungan
strategis Indonesia pada penghujung Abad XX, dengan memperhatikan pengalaman penyelenggaraan
Otonomi Daerah pada masa lampau yang menganut prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab
dengan penekanan pada otonomi yang lebih merupakan kewajiban daripada hak, maka oleh Pemerinah
dikeluarkan UU No 22/1999 yang dalam pemberian kewenangan otonomi kepada Daerah Kabupaten
dan Daerah Kota didasarkan pada asas desentralisasi saja dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan
bertanggungjawab.
4.Esensi Pengundangan Anggaran
1.Struktur APBN
Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Belanja Negara ,Belanja terdiri atas dua jenis: Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan
untuk membiayai kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di
daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan menjadi:

Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Pembiayaan Bunga Utang
Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM
Belanja Hibah
Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana).
Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam
pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Pemerintah Daerah meliputi:
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Dana Otonomi Khusus
Pembiayaan meliputi:
Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat Utang Negara, serta
penyertaan modal negara.
Pembiayaan Luar Negeri, meliputi: Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan
Pinjaman Proyek Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan
Moratorium.
Asumsi APBN
Dalam penyusunan APBN, pemerintah menggunakan 7 indikator perekonomian makro, yaitu:
Produk Domestik Bruto (PDB) dalam rupiah
Pertumbuhan ekonomi tahunan (%)
Inflasi (%)
Nilai tukar rupiah per USD
Suku bunga SBI 3 bulan (%)
Harga minyak indonesia (USD/barel)
Produksi minyak Indonesia (barel/hari)
Teori mengenai APBN

Fungsi APBN
APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka
membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan menentukan arah serta
prioritas pembangunan secara umum.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu
tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.
Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau
pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi negara
untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan
sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut.
Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan
nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut
agar bisa berjalan dengan lancar.
Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian
akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk
keperluan tertentu itu dibenarkan atau tidak.
Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian.
Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan
Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Prinsip penyusunan APBN
Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN ada tiga, yaitu:
Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan penyetoran.
Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.
Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan denda.
Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN adalah:

Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan.


Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan.
Semaksimah mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan memperhatikan kemampuan
atau potensi nasional.
Azas penyusunan APBN
APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas:
Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri.
Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.
Penajaman prioritas pembangunan
Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang negara

Anda mungkin juga menyukai